OLEH :
NIM: 032001D17026
Hari :
Tanggal :
Disetujui Oleh :
(....................................) (....................................)
Kepala Ruangan
(……………………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN
I. KONSEP DASAR
A. Definisi Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial.
Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal, dan bersifat
individual karena respon individu terhadap sensasi nyeri beragam dan
tidak bisa disamakan satu sama lain (Asmadi, 2008).
B. Etiologi
Faktor resiko
a. Nyeri akut
1. Melaporkan nyeri secara verbal dan nonverbal
2. Menunjukan kerusakan
3. Posisi untuk mengurangi nyeri
4. Gerakan untuk melindungi
5. Tingkah laku berhati-hati
6. Muka dengan ekspresi nyeri
7. Gangguan tidur (mata sayu, tampak lingkaran hitam, menyeringai)
8. Fokus pada diri sendiri
9. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, tempat, dan orang,
proses berpilur)
10. Tingkah laku distraksi
11. Respon otonom (perubahan tekanan darah, suhu tubuh, nadi,
dilatasi pupil)
12. Tingkah laku ekspresif (gelisah, merintih, nafas panjang,
mengeluh)
13. Perubahan nafsu makan
b. Nyeri kronis
1. Perubahan berat badan
2. Melaporkan secara verbal dan nonverbal
3. Menunjukkan gerakan melindungi, gelisah, depresi, focus pada diri
sendiri
4. Perubahan pola tidur
5. Kelelahan
6. Atrofi yang melibatkan beberapa otot
7. Takut cedera
8. Interaksi dengan orang lain menurun
Faktor predisposisi
1) Trauma
a. Mekanik : rasa nyeri timbul akibat ujung saraf bebas mengalami
kerusakan, misalnya akibat benturan, gesekan, luka
b. Thermis : nyeri timbul karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas, dingin, misalnya api atau air panas
c. Khermis : nyeri timbul karena kontak dengan zat kimia yang bersifat
asam atau basa kuat
d. Elektrik : nyeri timbul karena pengaruh aliran listrik yang kuat
mengenai reseptor rasa nyeri yang menimbulkan kekejangan otot dan
luka bakar
2) Neoplasma, bersifat jinak maupun ganas
3) Peradangan
4) Kelainan pembuluh darah dan gangguan sirkulasi darah
5) Trauma psikologis
Faktor presipitasi
1. Ligkungan
2. Suhu ekstrim
3. Kegiatan
4. Emosi
C. Manifestasi klinik
a. Tanda dan gejala nyeri
1. Gangguam tidur
2. Posisi menghindari nyeri
3. Gerakan meng hindari nyeri
4. Raut wajah kesakitan (menangis,merintih)
5. Perubahan nafsu makan
6. Tekanan darah meningkat
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
D. Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat tersebut
merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan tersebut akan
dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di korteks nyeri akan
dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain dihantarkan ke
hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor mekanin sensitif
pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau mengalami nyeri (Wahit
Chayatin, N.Mubarak, 2007).
Clinical Pathway
D. Pengukuran Intensitas Nyeri
Intensitas nyeri dapat diukur dengan beberapa cara antara lain dengan
menggunakan skala nyeri menurut Hayward, McGill (McGill Scale), dan skla
wajah atau Wong-Baker FACES Rating Scale.
E. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. CT scan
c. MRI
d. EKG
e.
F.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan
Penatalaksanaan medis
a) Pemberian analgesik Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan
interprestasi nyeri dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus
dan korteks serebri. Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien
merasakan nyeri yang berat dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh
obat analgesik yani asam salisilat non narkotik), morphin (narkotik), dll
b) Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat
menurunkan rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Kaji karakteristik PQRST
a. Palliative : aktivitas yang membuat nyeri makin parah
b. Qualitas : Bagaimana nyeri yang dirasakan, apakah terasa tajam,
tumpul seperti terbakar, tertindih benda berat, tertusuk, menjalar.
c. Region : Di lokasi mana nyeri dirasakan
d. Scale : Intensitas nyeri
e. Time : kapn nyerei mulai dirasakan ?
Kaji riwayat nyeri
a. Lokasi, untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien
menunjukkan area nyerinya
b. Intensitas nyeri
c. Kualitas nyeri, terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul
atau ditusuk-tusuk.
d. Pola, pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan
atau interval nyeri
e. Faktor presipitasi, factor pencetus timbulnya nyeri.
f. Gejala yang menyertai, meliputi mual, muntah, pusing dan diare
g. Pengaruh pada aktivitas sehari-hari.
h. Sumber koping, setiap individu memiliki strategi koping yang
berbeda dalam menghadapi nyeri
i. Respon afektif, respon klien bergantung pada situasi, derajat, dan
durasi nyeri, intepretasi tentang nyeri, dan faktor
B. Diagnosa Keperawatan
C. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,
psikologis)
Tujuan : nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
Kriteria hasil :
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
mrnggunakan teknik teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri, mencari bantuan)
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
3. Mampu mengenal nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
Intervensi:
Intervensi
Intervensi
C arpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC :
Jakarta
Dr. Saputra Lyndon 2013. Catatan Ringkas Kebutuhan Dasar Manusia. Bina Rupa
Aksara Publisher
Iqbal, Wahid. 2008. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC : Jakarta