Anda di halaman 1dari 31

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hepatitis merupakan inflamasi dan cedera pada hepar, penyakit ini

dapat disebabkan oleh infeksi virus atau toksik. Hepatitis virus adalah istilah

yang digunakan untuk infeksi virus hepar, virus hepar ini selain dapat

memberikan peradangan akut, dapat juga menjadi kronik pada hati (Monica,

2006).

Hepatitis merupakan urutan pertama dari berbagai penyakit hati di

seluruh dunia. Penyakit ini sangat berbahaya bagi kehidupan karena penyakit

hepatitis bertanggung jawab atas 1-2 juta kematian setiap tahun (Sudoyo,

2007).

Data terakhir organisasi kesehatan dunia menunjukan di seluruh dunia

penderita penyakit hepatitis mencapai 170 juta jiwa dan di Indonesia terdapat

7 juta penduduk yang terinfeksi penyakit hepatitis (WHO, 2008).

Penularan infeksi Virus Hepatitis B yang terbanyak di indonesia adalah

secara parenteral baik secara vertikal (transmisi maternal-neonatal) maupun

horizontal (kontak antar individu yang sangat erat dan lama, seksual,

penggunaan jarum suntik bersama). Hal ini dimungkinkan karena virus dapat

ditemukan pada hampir semua semua cairan tubuh pasien yaitu saliva, air

mata, cairan semen, Air Susu Ibu (ASI), dan getah lambung (Mansjoer,

2001).

1
2

Data dari rekam medik Rumah Sakit Umum Daerah Praya, angka

penderita hepatitis cukup tinggi. Data terbaru untuk tiga tahun terakhir, yaitu

pada tahun 2012 terdapat 48 kasus hepatitis dengan perincian laki-laki 31

orang dan perempuan 17 orang dengan angka kematian 2 orang. Tahun 2013

menurun menjadi 40 kasus dengan perincian laki-laki 22 orang dan

perempuan 18 orang dengan angka kematian 0, sedangkan pada tahun 2014

menurun lagi menjadi 39 orang, laki-laki 20 orang dan perempuan 19 orang

dengan angka kematian 0 (Rekam Medik RSUD Praya, 2015).

Hepatitis ini di sebabkan oleh virus, dan cidera toksik. Paling sedikit

ada 6 jenis virus penyebab hepatitis, yaitu virus hepatitis A,B,C,D,E dan G,

tetapi pada umumnya yang menimbulkan masalah adalah virus hepatitis A, B,

dan C. Virus ini tersebar di seluruh dunia, dan penyebarannya dapat melalui

berbagai cara, antara lain melalui jalur oral-fekal, pisau cukur dan darah atau

produk darah (Mansjoer, 2001).

Hepatitis virus B menjangkau seluruh dunia. Penyebaran virus ini

bergantung pada tingkat kesejahteraan dan kesehatan negara-negara di dunia.

Virus ini banyak berjangkit pada negara-negara berkembang yang memiliki

keterbatasan akses kesehatan. Prevalensi virus ini ditemukan sebesar 0,5-2%

di Amerika Serikat, Kanada, Eropa Barat, Australia, dan Selendia Baru;

sebesar 2-7% di Jepang, Asia Tengah, Israel, Eropa Timur, Eropa Selatan,

Amerika Tengah, dan Amerika Selatan; dan sebesar di atas 8% di Asia

Tenggara, China, Timur Tengah, Republik Dominika, dan Afrika. Pada


3

negara-negara berkembang di Asia dan Afrika, keberadaan serum antigen

HbsAg pada anak-anak mencapai 10-15% (Putry, 2002).

Indonesia sendiri merupakan negara dengan endemisitas hepatitis

kedua tertinggi setelah Myanmar pada tingkat Asia Tenggara. Menurut uji

darah Palang Merah Indonesia (PMI), diperkirakan bahwa dari 100 orang di

Indonesia terdapat 10 orang yang terkena hepatitis B. Dengan perhitungan

seperti itu dapat diperkirakan bahwa terdapat 28 juta orang Indonesia yang

menderita hepatitis B dari 28 juta itu, 14 juta dapat berpotensi menjadi

kronik, dan 1.4 juta berpotensi menjadi kanker hati (Putry, 2002).

Hepatitis B memiliki masa inkubasi yang panjang. Virus hepatitis B

mengadakan replikasi dalam hati dan tetap berada dalam serum selama

periode yang relatif lama sehingga memungkinkan penularan virus tersebut.

Individu yang beresiko untuk terkena hepatitis B adalah para dokter bedah,

pekerja laboratorium klinik, dokter gigi, perawat, staf dan pasien dalam unit

hemodialisis dan laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam

hubungan seksual serta para pemakai obat-obat intra vena.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka permasalahan yang dapat di

rumuskan sebagai berikut: “Bagaimanakah Penerapan Asuhan

Keperawatan Pada Pasien Dengan Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah

Sakit Umum Daerah Praya Kabupaten Lombok Tengah ?”.


4

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penulisan proposal ini adalah agar penulis dapat

melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis

Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah praya

Kabupaten Lombok Tengah.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan proposal ini agar penulis mampu :

a. Menjelaskan konsep penyakit Hepatitis B mulai dari pengertian,

penyebab, patofisiologi, tanda dan gejala, pemeriksaan peunjang,

panatalaksanaan dan komplikasi.

b. Melakukan pengkajian pada pasien dengan diagnosa medis Hepatitis

B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah Praya.

c. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah

Praya.

d. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan diagnosa medis

Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah Praya.

e. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah

Praya.
5

f. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan diagnosa

medis Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah

Praya.

g. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasein dengan

diagnosa medis Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum

Daerah Praya.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Manfaat Bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penerapan asuhan

keperawatan khususnya pasien dengan diagnosa medis Hepatitis B di

Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah Praya.

1.4.2 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dan

pengembangan ilmu keperawatan khususnya bidang keperawatan

medikal bedah.

1.4.3 Manfaat Bagi Pasien

Meningkatkan pengetahuan pasien dalam asuhan dan

pencegahan khususnya Hepatitis B di Ruang Tunjung Rumah Sakit

Umum Daerah Praya.


6

1.5 Waktu dan Tempat

1.5.1 Waktu

Pengambilan kasus Hepatitis B akan dilakukan pada bulan Januari

2016.

1.5.2 Tempat

Tempat pelaksanaan di Ruang Tunjung Rumah Sakit Umum Daerah

Praya, Kabupaten Lombok Tengah


7

BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Penyakit Hepatitis B

2.1.1 Pengertian

Hepatitis adalah inflamasi hepar yang di sebabkan oleh salah

satu dari lima agen virus yang berbeda (Carpenito, 1999). Menurut

Hadi (1999) Hepatitis adalah suatu proses peradangan pada jaringan

yang dapat disebabkan oleh infeksi virus dan oleh reaksi toksik

terhadap obat-obatan dan bahan-bahan kimia.

Hepatitis virus merupakan infeksi sistemik oleh virus disertai

nekrosis dan inflamasi pada sel-sel hati yang menghasilkan kumpulan

perubahan klinis, biokimia serta seluler yang khas (Brunner &

Suddarth, 2002). Sedangkan menurut (Smeltzer, 2001) Hepatitis

merupakan infeksi sistemik oleh virus di sertai nekrosis dan klinis,

biokimia serta seluler yang khas.

Hepatitis B adalah penyakit peradangan yang mengenai hati

dan disebabkan oleh virus asam dioksiribonukleat DNA (Brooker,

2003).

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan hepatitis B

adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh virus

hepatitis B yang dapat mengakibatkan nekrosis dan inflamasi pada

sel-sel hati.
8

2.1.2 Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Hati

Gambar 1.1 Anatomi Hati

Keterangan

1. Impressio oesophagea 15. Lobus quadratus


2. Appendix fibrosa hepatis 16. Vesica Libiaris
3. Lig venosum 17. Lobus hepatis dextra
4. Lobus caudatus 18. Impressio colica
5. Impressio gastrica 19. A.Cystica
6. Tuber omentale 20. Impresio deodenalis
7. Proc Papillaris 21. A.Lobi Caudati
8. Proc Caudatus 22. Ductus choleduchurs (biliaris)
9. Lobus Hepatis sinister 23. Impressio renalis
10.Margo inferior 24. V.Portae hepatis
11.A.hepatica propria 25. Lig Coronarium
12.Fissura propria 26.Impressio Suprarenalis
13.Incisura ligamenti teretis 27.Facies diapragmatica
14.Lig.Teres hepatis 28.V.cave intake

(Sumber : Sobatta, 2000).


9

Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang

dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional

organ setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas

lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun radial

mengelilingi vena sentralis. Di antara lempengan sel hati terdapat

kepiler-kapiler yang dinamakan sinusoid, yang merupakan cabang

vena porta dan arteria hepatika. Tidak seperti kapiler lain, sinusoid

dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel Kupffer merupakan

sistem monosit-makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan

bakteri dan benda asing lain dalam darah. Hanya sumsung tulang yang

mempunyai massa sel makrofag-makrofag yang lebih banyak dari

pada yang terdapat dalam hati, jadi hati merupakan salah satu organ

utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik.

Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari

bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu. Saluran

empedu interlebular membentuk kapiler empedu yang sangat kecil

yang dinamakan kanalikuli (tidak tampak), berjalan ditengah-tengah

lempengan sel hati. Empedu yang dibentuk dalam hepatosik

diekskresi ke dalam kanalikuli yang bersatu membentuk saluran

empedu yang makin lama makin besar, hingga menjadi saluran

empedu yang besar (Andeson, 2006).


10

b. Fisiologi Hati

Hati merupakan kelenjer terbesar dalam tubuh, rata-rata sekitar

1.500 gr, atau 2,5 berat badan pada orang dewasa normal. Hati

merupakan organ elastis lunak yang tercetak oleh struktur

sekitarnya. Permukaan superior adalah cembung dan terletak di

bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian

bawah hati adalah cekung dan merupakan atap ginjal kanan,

lambung, pangkreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama,

kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen enterior dan

postorior oleh fisula segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar.

Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh

ligamentum falsiforme yang dapat dilihat dari luar. Ligamentum

falsiforme berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan

abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis,

kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat

langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan

lipatan peritonium membantu menyongkong hati. Dibawah

peritonium terdapat jaringan penyambung padat yang dinamakan

kapsula Glisson, yang meliputi seluruh permukaan organ, kapsula

ini pada hilus atau porta hepatis di permukaan inferior,

melanjutkan diri kedalam massa hati, membentuk rangka untuk

cabang-cabang vena porta, arteria hepatika, dan saluran empedu.


11

Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar,

hati juga menduduki urutan pertama dalam hal banyaknya

kerumitan dan ragam dari fungsinya. Hati sangat penting untuk

mempertahankan hidup dan berperanan pada hampir setiap fungsi

metabolik tubuh, dan khususnya bertanggung jawab atas lebih dari

500 aktivitas berbeda. Untunglah, hati memiliki kapasitas

cadangan yang besar, dan hanya dengan 10-20% jaringan yang

berfungsi, hati mampu mempertahankan kehidupan. Destruksi total

atau pembuangan hati mengakibatkan kematian dalam 10 jam. Hati

mempunyai kemampuan regenerasi yang mengagumkan. Pada

kebanyakan kasus, pengangkatan sebagian hati, baik karena sel

sudah mati atau sakit, akan diganti dengan jaringan hati yang baru

(Anderson, 2006).

2.1.3 Etiologi

Menurut Mansjoer (2001), penyebab hepatitis B yaitu: Virus

Hepatitis B, Paling sedikit ada 6 jenis virus penyebab Hepatitis,

yaitu Virus Hepatitis A,B,C,D,E, dan G tetapi pada umumnya

menimbulkan masalah terutama hepatitis A,B,dan C.


12

2.1.4 Pathofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar dapat di sebabkan oleh

infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahan-

bahan kimia. Unit fungsional dasar dari hepar Frekuensi disebut lobul

dan unit ini unik karna memiliki suplai darah sendiri. Seiring dengan

berkembangnya inflamasi pada hepar, pola normal pada hepar

terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-sel hepar

ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat

masanya, sel-sel hepar yang rusak di buang dari tubuh oleh respon

sistem imun dan di gantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh

karenanya, sebagian besar klien yang mengalami Hepatitis sembuh

dengan fungsi hepar normal.

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan

menyebabkan peningkatan suhu badan dan peregangan kapsula hati

yang memicu timbulnya perasaan tidak nyaman pada perut kuadran

kanan atas. Hal ini di manifestasikan dengan adanya rasa mual dan

nyeri pada ulu hati.

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati.

Walaupun jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk

ke dalam hati tetap normal,tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan

duktuli empedu intrahepati, maka terjadi kerusakan pengangkutan

billirubin tersebut didalam hati.Selain itu juga terjadi kesulitan dalam

hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna di keluarkan


13

melalui duktus hepatikus, karenaa terjadi retensi (akibat kerusakan sel

ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami

konjugasi(billi rubin indirek), maupun bilirubin yang sudah

mengalami konjugasi (billirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini

terutama disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan,

konjugasi dan ekskresi billirubin (Barbara, 1999).


14

Clinical pathway

Hepatitis B Toksik

Sirosis Hati

Kehilanga Fungsi hati Imflamsi Akut


Jaringan terganggu
Parengkim Nyeri

Kronis Gg metabolisme Gangguan pembentukan

Vitamin Empedu

Hipertensi
portal
Sintesi A, B, B12 Lemak tidak dapat
Melalui hati menurun di serap usus halus
Asites
Perubahan Gg
Kurang
Anemia nutrisi kurang
pengetahuan
dari kebutuhan
Ekspansi paru
Terganggu Kelemahan Peningkatan
Peristaktik

Intoleransi Aktivitas
Diare
Pola Nafas
Tidak Efektif

Kekurangan
Volume Cairan
Sumber: patway Anderson (2006)
15

2.1.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala Hepatitis B menurut mansjoer, (2001) adalah:

a. Gambaran klinis Hepatitis virus bervariasi, mulai dari yang tidak

merasakan apa-apa atau hanya mempunyai keluhan sedikit saja

sampai keadaan yang berat, bahkan dan kematian dalam beberapa

hari saja.

b. Tanda dan gejala hepatitis B biasanya muncul sekitar tiga bulan

setelah Anda sudah terinfeksi dan dapat berkisar dari ringan hingga

parah. Kebanyakan bayi dan anak-anak dengan hepatitis B tidak

mengembangkan tanda-tanda dan gejala. Hal yang sama berlaku

untuk beberapa orang dewasa.

Tanda dan gejala hepatitis B dapat meliputi :

1) sakit perut

2) urin berwarna gelap

3) demam

4) nyeri sendi

5) kehilangan nafsu makan

6) mual dan muntah

7) mudah merasa lemah dan lelah

8) kulit dan bagian putih mata Anda (jaundice)


menguning
16

c. Pada golongan Hepatitis innaparent tidak di temukan gejala. Hanya

di ketahui bila di lakukan pemeriksaa faal hati (peningkatan serum

transaminase) dan biopsy menunjukkan kelainan.

d. Pada Hepatitis anikterik, keluhan sangat ringan dan samar-samar.

Umumnya anoreksia dan gangguan pencernaan. Pada pemeriksaan

laboratorium ditemukan hiperbilirubenemia ringan dan

bilirubinuria. Urin secara makroskopik berwarna seperti teh tua

dan apabila diaduk akan memperlihatkan busa berwarna kuning

kehijauan.

e. Bentuk Hepatitis akut yang ikterik paling sering ditemukan dalam

klinis. Biasanya perjalan jinak dan akan sembuh dalam waktu kira-

kira 8 minggu

f. Hampir semua Hepatitis fulminan mempunyai prognosis jelek.

Kematian biasanya terjadinya dalam 7-10 hari sejak mulai sakit.

Pada waktu yang saingkat terdapat gangguan neurology fetor

hepatik dan muntah-muntah yang persisten. Terdapat demam

ikterus yang menghebat dalam waktu singkat. Pada pemeriksaan

didapatkan hati yang mengecil, purpura dan perdarahan saluran

cerna.

. f. Pada Hepatitis persisten, tidak terdapat kemajuan dari periode akut

dan seluruh perjalanan penyakit. Penurunan bilirubin dan

transaminase terjadi perlahan-lahan. Pasien masih mengeluh lemas

dan cepat lelah, meskipun nafsu makan telah membaik. Pekerjaan


17

fisik akan memperburuk hasil pemeriksaa fungsi hati. Golongan ini

akan sembuh sempurna dalam waktu antara 1-2 tahun.

2.1.6 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges, (2000) adalah :

a. Tes fungsi hati : Merupakan batasan nilai untuk membedakan

Hepatitis virus dari non-virus.

b. AST (SGOT/ALT (SGPT) : Awalnya meningkat 1-2 minggu

sebelum ikterik kemudian tampak menurun.

c. Darah lengkap : Sel darah merah menurun sehubungan dengan

penurunan hidup (gangguan enzim hati) atau mengakibatkan

perdarahan.

d. Leukopenia : Trombositemia mungkin ada (splenomegali).

e. Diferensial Darah Lengkap : Leukositosis, monositosis, Limfosit

atifikal, dan sel plasma.

f. Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis berat).

g. Feses : Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati).

h. Albumin serum : Menurun.

i. Gulah darah : Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan

fungsi hati).

j. Anti-HAV IgM : positif pada tipe A.

k. HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A). Merupakan

diagnostic sebelum terjadi gejala klinik.

l. Masa protombin : mungkin memanjang (disfungsi hati)


18

m. Bilirubin serum : Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml,

prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan

nekrosis seluler).

n. Tes ekspresi BSP : Kadar darah meningkat.

o. Biopsi hati : Menunjukan diagnosis dan luasnya nekrosis.

p. Scan Hati : Peninggian kadar bilirubin dan hematuria.

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Sylvia, (1995) adalah:

a. Pengobatan

Tidak terdapat terapi spesifik untuk heptitis virus akut, Tirah

baring selama fase akut penting di lakukan, dan diet rendah lemak

dan tinggi karbohidrat umumnya merupakan makanan yang paling

dapat di makan oleh penderita, pemberian makanan secara

intravena mungkin perlu di berikan selama fase akut bila pasien

terus menerus muntah. Aktivitas fisik biasanya perlu dibatasi

hingga gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal.

Pengobatan terpilih untuk Hepatitis B kronis simptomatik

terapi anti virus dengan interferon-a. Terapi anti virus untuk

hepatitis B kronis membutuhkan pasien uji eksperimental. Jenis

hepatitis kronis ini memiliki resiko tertinggi untuk berkembangnya

sirosis. Kecepatan yang yang terjadi bervariasi dan lebih besar

kemungkinan berhasil dengan durasi infeksi lebih pendek.

Penderita imunosepresi dengan hepatitis B kronis serta anak-anak


19

yang terinfeksi saat lahir tampaknya tidak berespon terhadap terapi

interferon. Transflantasi hati merupakan terapi pilihan bagi

penyakit stadium akhir, meskipun terdapat kemungkinan yang

tinggi untuk terjadinya infeksi hati yang baru.

b. Pencegahan

Penatalaksanaan lebih ditekankan pada pencegahan melalui

imunisasi karena keterbatasan pengobatan hepatitis virus. Saat ini

sudah tersedia imunisasi pasif dan aktif untuk HAV maupun HBV.

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi Hepatitis B menurut Mansjoer, (2001) adalah :

a. Komplikasi ringan

1) Misalnya kolestasis berkepanjangan

2) Relapsing hepatitis, atau hepatitis kronis persisten dengan

gejala asimtomatik.

b. Komplikasi Berat yang dapat terjadi adalah

1) Hepatitis kronis aktif

2) Sirosis Hati

3) Hepatitis fulminal atau karsinoma hepatoseluler

4) Anemia aplastik glomerulonefritis

5) Netrotizing vaculitis atau mixed cryogllobulinemia.


20

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah metode pengorganisasian yang sistematis

dalam melakukan asuhan keperawatan pada individu, kelompok, dan

masyarakat yang berfokus pada indikasi, pemecahan masalah dan respon

klien terhadap penyakitnya (Wartonah, 2001).

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan

dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan prefentif perawatan

kesehatan (Doenges, 2000).

Langkah-langkah dalam penerapan asuhan keperawatan meliputi:

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan keperawatan, tindakan

keperawatan dan evaluasi keperawatan.

2.2.1 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dari proses keperawatan

dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga

akan diketahui berbagai permasalahan yang ada (Hidayat, 2002).

a. Pengumpulan data

1) Identitas

a) Identitas klien

Nama, umur, jenis kelamin, agama, suku, status perkawinan,

bahasa yang di gunakan, pekerjaan, alamat.

b) Identitas penanggung jawab

Nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan,

Suku, bahasa digunakan, alamat, hubungan dengan klien.


21

2) Keluhan utama

Peningkatan suhu badan, adanya mual dan nyeri ulu hati, dan

timbulnya ikterus.

3) Riwayat penyakit sekarang

Data yang perlu di kaji meliputi: kapan mulai sakit, bagaimana

proses terjadinya sakit, faktor pencetus, upaya yang dilakukan

untuk menanggulangi penyakit dan cara masuk rumah sakit

sampai menjalani rawat inap di ruang perawatan.

4) Riwayat penyakit dahulu

Merupakan penilaian kesehatan klien secara keseluruhan

sebelum penyakitnya yang sekarang.

Penting juga di kaji penyakit yang pernah diderita sebelumnya,

apakah terdapat penyakit kronis,dan obat-obatan yang biasa di

konsumsi.

5) Riwayat penyakit keluarga

Meliputi susunan anggota dengan membuat genogram,

penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga khususnya

yang kemungkinan besar sangat berpengaruh pada kesehatan

anggota keluarga yang lain.

6) Pola Kebiasaan Sehari-hari

a. Aktivitas

kelemahan dan malaise.


22

b. Sirkulasi

Bradikardi (hiperbillirubin berat), ikterik pada sklera kulit,

membran mukosa.

c. Eliminasi

Urine gelap, diare, feses warna tanah liat.

d. Makanan dan cairan

Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah,

peningkatan oedema, asites.

e. Neurosensori

Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, letargi, asteriksis.

f. Nyeri / Kenyamanan

Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, mialga,

atralgia, sakit kepala, gatal (pruritus).

g. Keamanan

Demam, urtikaria, lesi makulopopuler, eritema splenomegali,

pembesaran nodus servikal posterior.

h. Seksualitas

Pola hidup/prilaku resiko meningkat.

7) Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan umum

Meliputi tanda-tanda vital, keadaan sakit apakah berat,

sedang dan ringan.

b) Kesadaran
23

Apakah compos mentis, delirium, samnolen, apatis.

8) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang menurut Doenges, (2000) adalah:

a). Tes fungsi hati

merupakan batasan nilai untuk membedakan hepatitis virus

dari non-virus. 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian

tampak menurun.

b). AST (SGOT)/ALT (SGPT) : Awalnya meningkat. Dapat

meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian tampak

menurun.

c). Darah Lengkap : Sel darah merah menurun sehubungan

penurunan hidup (gangguan enzim hati) atau perdarahan.

d). Leukopenia : Trombositemia mungkin ada (splenomegali).

e). Diferensial darah lengkap : Luekositosis, Monositosis,

Limfosit antipikal, dan sel plasma.

f). Alkali fosfatase : Agak meningkat (kecuali ada kolestasis

berat)

g). Feses : warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)

h). Albumin serum : menurun.

i). Gula darah : hiperglikemia transien/hipoglikemia

(gangguan fungsi hati)

j). Anti-HAV Igm : positif pada tipe A.

k). HbsAG : Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A).


24

l). Bilirubin serum : diatas 2.5 mg/100 ml (bila ditas 200

mg/ml, prognosis buruk dengan peningkatan nekrosis

seluler).

m). Tes ekspresi BSP : kadar darah meningkat.

o). Biopsi hati : menunjukan diagnosis dan luasnya nekrosis.

p). Skan hati : peninggian kadar bilirubin : protein / hematuria

terjadi.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan

pola) dari individu atau kelompok dimana perawatsecara akontabilitas

dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan

merubah (Nursalam, 2001).

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien

dengan diagnosa medis hepatitis menurut Doenges, (2001) adalah :

a. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,

penurunan kekuatan/ketahanan, nyeri mengalami keterbatasan

aktivitas dan depresi.

b. Perubahan gangguan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kegagalan masukan untuk memenuhi

kebutuhan metabolik, anoreksia, mual/muntah.


25

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan

berlebihan melalui muntah dan diare, asites, dan gangguan

proses peristaltik.

d. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada hati ditandai

dengan hati merasa nyeri ketika ditekan.

e. Kurang penngetahuan berhubungan dengan tidak mengenal

sumber informasi.

2.2.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Rencana tindakan keperawatan adalah suatu dokumen

tulisantangan dalam menyelesaikan masalah tujuan dan intervensi

(Nursalam, 2001).

Rencana tindakan keperawatan adalah semua tindakan yang

dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status

kesehatan saat ini ke status kesehatan yang di uraikan dalam hasil

yang di harapkan (Potter & Perry, 2005).

Menurut Nursalam, (2001), pedoman penulisan kriteria hasil

berdasarkan.

“SMART’’ adalah singkatan dari:

S = Spesifik (harus spesipik dan tidak menimbulkan arti ganda).

M = Measurable (Keperawatan harus dapat di ukur, khususnya

Tentang Prilaku klien : dapat dilihat, didengar, diraba,

dirasakan dan dibau).

A = Achievable (harus dapat di ukur).


26

R = Rasional (harus dapat di capai).

T = Time (tujuan keperawatan)

Tabel 2.1 Rencana Tindakan Keperawatan Pada pasien Diagnosa


Medis Hepatitis B
Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
No. Tujuan dan
Keperawatan Rencana Rasional
Kriteria Hasil
1 2 3 4 5
1. Intoleran Setelah 1.Tingkatan tirah 1.Meningkatkan istirahat
aktivitas dilakukan baring/duduk. dan ketenangan.
berhubungan tindakan
keperawatan di 2.Meningkatkan fungsi
dengan 2.Ubah posisi
harapkan pasien pernapasan dan
kelemahan dapat kembali dengan sering. meminilkan tekana pada
umum,penuru beraktivitas area tertentu untuk
nan kekuatan dengan kriteria 3.Awasi menurunkan resiko
/ketahanan,ny hasil: terulangnya kerusakan jaringan.
eri,mengalami 1 .menyatakan antoreksia dan
keterbatasan pemahaman nyeri tekan 3.Menunjukan
situasi/faktor kurangnya
aktivitas dan pembesaran hati
resiko dan resolusi/eksaserba si
depresi yang program penyakit.
di tandai pengobatan 4.Berikan obat
dengan individu sesuai dengan 4.Membantu dalam
ketidak 2. melaporkan indikasi sedative, manajemen kebutuhan
nyamanan kemampuan agen antiansiates. tidur.
kerja,penurun melakukan
peningkatan
an kekuatan
toleransi
otot dan aktivitas.
menolak 3. menunjukan
untuk prilaku yang
bergerak. menampakan
kembali
beraktivitas
2. Perubahan Setelah di 1.Awasi 1.Makan banyak sulit
gangguan lakukan pemasukan untuk mengatur bila
nutrisi kurang tindakan diet/kalori. pasien anoreksia
dari keperawatan 2.Agar pasien tidak
2.Berikan makan
kebutuhan diharapkan sedikit tapi sering. bosan, mual dan
tubuh nutrisi klien muntah.
berhubungan dapat terpenuhi 3.Berikan 3.Menhilangkan rasa
27

dengan dengan kriteria perawatan mulut tak enak dapat


kegagalan hasil: sebelum makan. menigkatkan nafsu
masukan 1.Menunjukan makan.
untuk prilaku 4. Menurunkan rasa
4.Anjurkan makan
memenuhi perubahan pola dalam posisi tegak. penuh pada abdomen
kebutuhan hidup untuk dan dapat
metabolik: meningkatkan / 5.Konsul pada ahli meningkatkan
anoreksia,mua mempertahanka diet. pemasukan.
l/muntah n berat badan 5. Berguna dalam
ditandai yang sesuai. membuat program diet.
dengan malas 2.Menunjukan
makan peningkatan
gangguan berat badan
sensasi mencapai tujuan
pengecap, dengan nilai
nyeri laboratorium.
abdomen/kra
m, penurunan
berat badan
dan tonus otot
buruk.
3. Kekurangan Setelah 1.Awasi intake 1.Memberikan informasi
volume cairan dilakukan dan outputnya tentang kebutuhan
berhubungan tindakan . penggantian/efek terapi.
2.Indikator volume
dengan keperwatan di 2.Kaji tanda vital.
sirkulas i.
kehilangan harapkan 3.Menurunkan
berlebihan kebutuhan 3.Periaksa asites kemungkinan
melalui volume cairan atau pembentukan pendarahan kedalam
muntah dan dapat di penuhi udema. jaringan.
diare, asites, dengan kriteria 4.Menunjukan hidrasi
dan ganguan hasil: 4.Awasi nilai dan mengidentipikasi
retensi natrium/kadar
proses 1.Mempertahan laboratorium
protein yang dapat
pembekuan kan hidrasi menimbulkan
ditandai adekuat pembentukan edema.
dengan badan 2.Tanda vital 5.Berikan cairan 5.Memberikan cairan
terasa lemas, stabil. IV. dan penggantian
wajah pucat 3.Turgor kulit elektrolit
dan turgor baik
kulit buruk.
28

4. Nyeri akut Setelah 1.Kajikeluhan 1.Menimbulkan infark


berhubungan dilakukan nyeri, termasuk jaringan/nyeri terus
dengan tindakan lokasi, lamanya menerus
inflamasi pada keperawatan dan intensitas
hati ditandai diharapkan (skala 0-10)
dengan hati nyeri dapat 2.Observasi 2.Nyeri unik bagi tiap
merasa nyeri hilang dengan petunjuk nyeri orang, seseorang dapat
ketika ditekan kriteria hasil: non verbal menunjukan gambaran
misalnya gaya tentang persepsi
Menyatakan berjalan, posisi individu, petunjuk non
nyeri mereda tubuh, enggan verbal yang dapat
bergerak, ekspresi membantu
wajah, mengevaluasi nyeri dan
manivestasi keefektifan terapi
fisiologi nyeri
3.Diskusikan 3.Keterlibatan
dengan klien/orang terdekat
klien/orang pada perawatan dan
terdekat apakah memungkinkan
tindakan identifikasisendiri yang
penghilang nyeri telah ditemukan untuk
yang efektif pada menghilangkan nyeri.
masa lalu
5. Kurang Setelah 1.Kaji tingkat 1.Mengidentifikasi area
pengetahuan dilakukan pemahaman proses kekurangan
berhubungan tindakan penyakit. pengetahuan/salah
informasi dan
dgan tidak keperawatan di
memberikan kesempatan
mengenal harapkan klien untuk memberikan
sumber mengetahui informasi tambahan
informasi di tentang sesuai keperluan
tandai dengan penyakitnya 2.Berikan 2.Kebutuhan/rekmendasi
pernyataan dengan kriteria informasi khusus akan bervariasi karena
yang salah hasil: tentang/penularan tipe hepatitis dan situasi
Penyakit. indivu.
konsepsi, 1.Menyatakan
meminta pemahaman 3.Bantu pasien 3.Aktivitas yang dapat di
informasi, dan proses penyakit mengidentifikasi nikmati akan membantu
tidak akurat dan pengobatan aktivitas pengalih pasien menhindari pemu-
mengikuti 2.Mengidentifik satan pada penyembuhan
instruksi. asi tanda/gejala panjang
29

penyakit dan 4.Diskusikan 4.Mencegah penyebaran


hubungan gejala pembatasan donor penyakit infleksi
dengan faktor darah.
penyebab.
5.Kaji ulang 5.Meningkatkan iritasi
pentingnya hepatik dan
menghindari mempengaruhi
alkohol 6-12 bulan. pemulihan.
(Doengoes, 2000).

2.2.4 Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan

untuk mencapai tujuan yang spesipik (Nursalam, 2001).

Merupakan tahap ke empat dalam proses keperawatan

dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan

keprawatan) yang telah di rencanakan. Dalam tahap ini perawat

harus mengetahui berbagai hal, di antaranya bahaya fisik dan

pelindungan kepada pasien, teknik komunikasi, kemampuan dalam

prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak pasien tingkat

perkembangan pasien. Dalam tahap pelaksanaan, terdapat dua

tindakan, yaitu tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Aziz,

2001).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi

proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa

keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil

dicapai (Nursalam, 2001).


30

Menurut Nursalam, (2001) jenis evaluasi adalah sebagai

berikut :

1) Evaluasi Formatif

Evalusi formatif merupaka observasi dan analisis

perawat terhadap respon klien pada intervensi keperawatan

mengenai apa yang sedang terjadi pada klien pada saat itu.

2) Evaluasi Sumatif

Evaluasi sumatif merupakan observasi dan

analisis perawat mengenai status kesehatan klien terhadap

waktu. Pernyataan – pernyatan ini mengurangi kemajuan

terhadap pencapaian kondisi sesuai kriteria hasil yang

diharapkan.
31

2.3 Konsep Dokumentasi Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Dokumentasi pengkajian di tunjukkan pada data klinik

dimana perawat dapat mengumpulkan dan mengorganisir dalam

catatan kesehatan.

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah rencana tindakan untuk

mengenal dan memprioritaskan dari pelayanan perawatan,

kecenderungan dan tanggapan dari pasien dan pengaruh tindakan

keperawatan terhadapnya.

2.3.3 Rencana Tindakan Keperawatan

Fokus dari perencanaan adalah untuk menyusun rencana

tindakan dengan pendekatan penyelesaian masalah.

2.3.4 Tindakan Keperawatan

Perencanaan dan tindakan keperawatan adalah tahap dalam

proses keperawatan berdasarkan masalah aktual dari klien.

2.3.5 Evaluasi

Pernyataan evaluasi perlu di dokumentasikan dalam catatan

kemajuan, diservisi dalam perencanaan perawatan atau

dimasukkan pada ringkasan khusus dan dalam pelaksanaan bentuk

perencanaan.

Anda mungkin juga menyukai