Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering
dikerjakan di laboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit
diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia vera dan diare
berat. (Sutedjo,2009:28).
Pemeriksaan hematokrit mengukur presentase melalui volume sel darah merah
(SDM) konsentrat dalam suatu sampel darah. Konsentrat diperoleh dengan
melakukan sentrifugasi darah dalam tabung kapiler. (Muttaqin dan
Ramadhani,2009:116)
Nilai hematokrit ialah volume semua eritrosit dalam 100 ml darah dan disebut
dengan % dari volume darah itu. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan
cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada
cara mikro digunakan tabung mikrokapiler. (Gandasoebrata,2007:39)
Metode pemeriksaan secara mikro sering digunakan karena cepat dan mudah
dibandingkan dengan metode makro yang membutuhkan sampel lebih banyak dan
waktu yang lama.
Menurut Anissa Farida (2010) dalam penelitian yang berjudul perbandingan nilai
hematokrit metode mikrohematokrit dan metode otomatis, pemeriksaan nilai
hematokrit menggunakan metode mikro masih sering digunakan karena memiliki
kelebihan jika dibandingkan dengan cara otomatis (Hematologi Analyzer) yaitu
dalam hasil pengukuran yang valid dengan variabilitas hanya 1-2%, disamping itu
juga dalam teknik pemeriksaan yang lebih sederhana dan sampel yang
digunakan sedikit.
Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah dengan antikoagulan
disentrifus dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan
plasmanya terpisah. Prosentase volume kepadatan sel darah merah terhadap volume
darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit. (Gandasoebrata,2007:39)
Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi yang menggunakan
darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah (sampling)
merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena
akan sangat menentukan hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan hematokrit dapat diukur menggunakan darah vena
atau darah kapiler. Untuk lokasi pengambilan darah vena pada dasarnya
semua vena superficial dapat dipakai namun yang sering dipakai ialah
vena mediana cubiti. Sedangkan lokasi pengambilan darah kapiler adalah
pada jari tengah atau jari manis bagian tepi.
Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda.
Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah eritrosit,
hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai yang sedikit lebih besar
daripada vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih tinggi darah
kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah
trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler, perbedaannya
sekitar 9% atau 32% pada keadaan tertentu yang terjadinya ini mungkin
berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit. (Dacie
and Lewis,2010:31)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Darah
1. Definisi Darah
Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian. Bahan
intraseluluer adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat
unsur-unsur padat, yaitu sel darah merah. Volume darah secara
keseluruhan kira-kira merupakan satu perdua belas berat badan atau kirakira
5 liter. Sekitar 55 persennya adalah cairan, sedangkan 45 persen
sisanya terdiri atas sel darah. Angka ini dinyatakan dalam nilai hematokrit
(Pearce,2009:133).
Darah adalah cairan berwarna merah pekat. Warnanya merah cerah
di dalam arteri (sudah dioksigenasi) dan berwarna merah ungu gelap di
dalam vena (deoksigenasi), setelah melepas sebagian oksigen ke jaringan.
Darah bersifat sedikit alkali dan pH-nya hanya sedikit bervariasi sepanjang
kehidupan karena sel-sel badan hanya bisa hidup bila pH dalam batas
normal. Jumlah darah sekitar 5% berat badan, sehingga volume rataratanya
adalah 3-4 liter. (Watson,2002:231)
2. Komposisi Darah
Meskipun darah secara makroskopis berbentuk cair, sebenarnya
darah terdiri dari bagian yang cair dan padat. Apabila diperiksa di bawah
mikroskop, tampak banyak benda bundar kecil didalamnya, yang dikenal
sebagai sel darah. Sel-sel darah merupakan bagian yang padat, sedangkan
cairan tempat sel-sel ini berada merupakan bagian cair yang disebut
plasma. Sel-sel darah membentuk 45% seluruh volume darah dan plasma
membentuk 55% seluruh volume darah. (Watson,2002:232).
a) Sel darah
Sel darah terdiri atas tiga jenis yaitu :
1) Eritosit atau sel darah merah
Eritrosit merupakan sel yang telah berdiferensiasi dan
mempunyai fungsi khusus untuk transfor oksigen. Selnya
berbentuk cakram (bikonkaf) bila dilihat pada bidang datar
bentuknya bundar. Jumlah eritrosit jauh lebih besar daripada
unsur darah lain. (Syaifuddin,2009:27).
Eritrosit berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter
sekitar 7,5 mikron, tebal bagian tepi 2 mikron dan bagian
tengahnya 1 mikron atau kurang, tersusun atas membran yang
sangat tipis dan tidak mempunyai inti sel. (Tarwoto dan
Wartonah,2008:11) 2)
Leukosit atau sel darah putih
Leukosit merupakan sel-sel yang berinti, tidak berwarna
dan bentuknya lebih besar dari eritrosit, tetapi jumlahnya lebih
sedikit dari eritrosit. Dalam setiap mm3 darah terdapat 6.000
sampai 10.000 leukosit (Pearce, 2009:135)
Ada dua golongan leukosit yaitu leukosit bergranula
dan leukosit tidak bergranula. Leukosit bergranula terbagi
menjadi neutrofil, eosinofil dan basofil sedangkan leukosit
yang tidak bergranula terbagi menjadi limposit dan monosit.
(Syaifuddin,2009:28).
3) Trombosit atau keping darah
Trombosit merupakan sel kecil kira-kira sepertiga
ukuran sel darah merah. Terdapat 150.000 samapai 400.000
trombosit dalam setiap mm3 darah. Memliki masa hidup sekitar
1-2 minggu atau kira-kira 8 hari. Berperan pentiung dalam
proses penggumpalan darah. (Pearce,2009:137).
Trombosit adalah keping-keping darah berwujud
cakram dan tidak berwarna. Trombosit terlihat berbentuk
lonjong, seperti batang dan tidak terdapat inti. Trombosit
memiliki peran penting dalam hemostasis yang menempel pada
daerah luka dan menghasilkan trombosit putih yang menutup
permukaan cedera dengan mengisi lubang-lubang dalam
dinding pembuluh darah. (Syaifuddin,2009:30)
b) Plasma
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam
reaksi bersifat sedikit alkali. Plasma terdiri dari 91% air, 8%
protein, 0,9% mineral dan sisanya diisi oleh sejumlah bahan
organik. (Pearce,2009:138).
Pada waktu aliran darah berhenti, darah berkontak dengan
udara dan salah satu globin plasma (fibrinogen) mengendap
sebagai jala-jala filamen halus yang disebut fibrin, pengerutan
bekuan darah atau plasma menghasilkan cairan jernih
kekuningan yang disebut serum. (Syaifuddin,2009:30)
Warna kuning atau kunig tua pada keadaan-keadaan
fisiologis atau patologis dimana kadar bilirubin darah
meningkat misalnya pada neonatus, hepatitis infectinosa.
Berwarna seperti susu dimana kadar kolesterol
meninggi.Nampak keruh pada multiple myloma, berwarna
merah atau seperti daging bilamana ada hemolisis dari eritrosit.
Warna plasma pucat pada hipokromik mikrositik anemia.
3. Fungsi Darah
Secara umum fungsi darah adalah sebagai berikut :
a) Bekerja sebagai sistem transfor dari tubuh, menghantarkan semua
bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk
tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan
menyingkirkan karbon dioksida dan hasil buangan lain.
b) Eritrosit mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan
sebagian karbon dioksida.
c) Leukosit menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan
fagositosis dari beberapa sel untuk melindungi tubuh terhadap
serangan mikroorganisme.
d) Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan
jaringan
e) Hormon dan enzim diantarkan dari organ ke organ dengan
perantaraan darah.
f) Menghentikan perdarahan melalui proses pembekuan.
B. Pembuluh Darah Kapiler
1. Definisi Pembuluh Darah Kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat
kecil disebut juga pembuluh rambut. Pada umumnya, kapiler meliputi sel-sel jaringan
karena secara langsung berhubungan dengan sel.
(Syaifuddin,2009:209).
Diameter kapiler hanya 5-10 mikrometer (diameter eritrosit),
dindingnya hanya terdiri atas endotel. Makin aktif suatu jaringan,
makin banyak kapilernya. Kapiler adalah tempat terjadinya pertukaran
zat. Komposisi darah kapiler adalah campuran dari darah arteri, darah
vena, cairan interstisiel dan intaseluler.
Pintu masuk ke pembuluh darah kapiler dilapisi oleh sfingter
yang terbentuk dari otot polos. Bila sfingter terbuka maka darah akan
memasuki kapiler akan tetapi bila tertutup maka darah langsung masuk
dari arteriole ke venolus dan tidak melalui kapiler. Kapiler membuka
dan menutup dengan kecepatan 6-12 kali/menit. (Syaifuddin,2009:209)
Pembuluh darah kapiler merupakan satu sel pembuluh yang
menghubungkan arteriola dan venula, membentuk jembatan antara
sirkulasi arteri dan vena. Darah di pembuluh darah kapiler adalah
campuran dari darah vena dan darah arteri. Dalam sirkulasi sistemik,
darah arteri memberikan oksigen dan nutrisi ke darah kapiler. Dinding
pembuluh darah kapiler yang tipis memungkinkan pertukaran oksigen
untuk karbondioksida dan limbah antar sel dan darah. Kemudian
karbon dioksida dan limbah terbawa dalam darah vena. Dalam
sirkulasi paru, karbon dioksida dikirim ke darah kapiler di paru-paru
dan ditukar dengan oksigen. (Tankersley,2012:162)
2. Fungsi Pembuluh Darah Kapiler
Fungsi pembuluh darah kapiler menurut Syaifuddin, adalah
sebagai berikut :
a) Sebagai penghubung antara pembuluh darah arteri dan vena.
b) Tempat terjadinya pertukaran zat antara darah dan cairan jaringan.
c) Mengambil hasil dari kelenjar.
d) Menyerap zat makanan yang terdapat dalam usus.
e) Menyaring darah pada ginjal. (Syaifuddin,2009:209).
3. Struktur Pembuluh Darah Kapiler
Pembuluh darah kapiler adalah pembuluh darah yang sangat
kecil tempat arteri berakhir. Makin kecil arteriol makin menghilang
ketigal lapis dindingnya sehingga ketika sampai pada kapiler sehalus
rambut, dinding itu tinggal satu lapis saja, yaitu lapisan endotelium
(tunika intima). Lapisan yang sangat tipis itu memungkinkan limfe
merembes keluar membentuk cairan jaringan dan membawa air,
mineral dan zat makanan untuk sel, menyediakan oksigen dan
menyingkirkan bahan buangan termasuk karbondioksida.
(Pearce,2009:146)
4. Lokasi Pengambilan
Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa biasanya
digunakan ujung jari tengah atau jari manis karena pada lokasi tersebut
terdapat banyak pembuluh darah kapiler.Sedangkan lokasi
pengambilan darah kapiler untuk bayi dipakai daerah tumit.
Lokasi pengambilan darah kapiler untuk bayi umur kurang dari
6 bulan direkomendasikan adalah bagian medial atau lateral plantar
permukaan tumit. Sedangkan untuk bayi diatas 6 bulan sampai 12
bulan direkomendasikan pada baiagn ibu jari kaki sedangkan pada
anak-anak diatas 1 tahun sampai dewasa direkomendasikan pada jari
ketiga atau keempat ( Barr, Janet, et.al,2010:7)
Tuskan harus cukup dalam supaya darah mudah keluar, jangan
menekan-nekan jari untuk mendapat cukup darah. Darah yang diperas keluar
semacam itu telah bercampur cairan jaringan sehingga menjadi
encer dan menyebabkan kesalahan dalam pemeriksaan
(DEPKES,2004:40)
5. Kesalahan dalam Pengambilan Darah Kapiler
Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah
kapiler adalah sebagai berikut:
a) Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan
peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (radang,
trauma).
b) Tusukan yang kurang dalam.
c) Kulit yang ditusuk masih basah alkohol.
d) Tetes darah pertama dipakai untuk pemeriksaan.
e) Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja.
(Gandasoebrata,2009:11).
C. Pembuluh Darah Vena
1. Definisi Pembuluh Darah Vena
Pembuluh darah vena adalah pembuluh darah yang membawa
darah rendah oksigen (teroksigenasi atau miskin oksigen) kecuali
untuk vena paru, yang membawa darah beroksigen dari paru-paru kembali ke jantung.
Karena darah vena sistemik kurang oksigen maka
warna darah vena sistemik jauh lebih gelap dan lebih merah kebiruan
Dari darah arteri normal.
Pembuluh darah vena merupakan kebalikan dari pembuluh arteri
yaitu berfungsi membawa darah kembali ke jantung. Bentuk dan
susunannya hampir sama dengan arteri. Katup pada vena terdapat di
sepanjang pembuluh darah. Katup tersebut berfungsi untuk mencegah
darah tidak kembali lagi ke sel atau jaringan. (Syaifuddin,2009:195).’
2. Fungsi Pembuluh Darah Vena
Pembuluh darah vena berdinding tipis dan dapat mengembang.
Vena menampung 75% volume darah total dan mengembalikan darah
ke jantung dalam tekanan yang rendah.
Darah vena berwarna lebih tua dan agak ungu karena banyak
dari oksigennya diberikan kepada jaringan. Bila sebuah vena terpotong
maka darah mengalir keluar dengan arus yang rata. (Pearce,2009:147).
3. Sturktur Pembuluh Darah Vena
Pembuluh darah vena terdiri atas 3 lapis yaitu :
a) Tunika adventisia adalah lapisan terluar yang teridir atas jaringan
ikat yang fibrus yang berfungsi sebagai pelindung.
b) Tunika media adalah lapisan tengah yang berotot, lebiih tipis,
kurang kuat, lebih mudah kemps dan kurang elastis daripada
pembuluh darah arteri yang berfungsi untuk member tekanan
terhadap darah.
c) Tunika intima adalah lapisan dalam yang terbentuk oleh
endotelium dan sangat licin serta dibatasi oleh selapis sel tunggal
sel gepeng. Pada tunika intima di pembuluh darah vena terdapat
katup yang berbentuk lipatan setengah bulan terbuat dari lapisan
endotelium dan diperkuat oleh sedikit jaringan fibrus.
(Pearce,2009:145)
4. Lokasi Pengambilan Darah Vena
Lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa dipakai
salah satu vena dalam fossa cubiti biasanya vena yang sering
digunakan adalah vena mediana cubiti karena memiliki fiksasi yang
baik sehingga mempermudah pekerjaan. (Gandasoebrata,2007:7).
Selain vena mediana cubiti lokasi yang sering dipakai sebagai
pilihan kedua yaitu vena chepalica yaitu vena yang sejajar dengan ibu
jari dan pilihan ketiga yaitu vena basilica yaitu vena yang sejajar
dengan jari kelingking.
5. Kesalahan dalam Pengambilan Darah Vena
Kesalahan yang sering dilakukan dalam pengambilan darah
vena adalah :
a) Menggunakan spuit dan jarum yang basah.
b) Mengenakan ikatan pembendung terlalu lama atau terlalu keras,
dapat mengakibatkan hemokonsentrasi.
c) Terjadinya bekuan dalam spuit karena lambatnya bekerja.
d) Terjadinya bekuan dalam botol karena darah tidak tercampur
merata dengan antikoagulan. (Gandasoebrata,2007:11).
D. Perbedaan Darah Kapiler dan Darah Vena
Darah kapiler dan vena mempunyai susunan darah berbeda.
Spesimen darah kapiler adalah campuran dari darah arteri dan darah vena.
Darah kapiler bersama dengan cairan interstisial (cairan diruang-ruang
jaringan antara sel) dan cairan intraseluler (cairan dalam sel) kejaringan
sekitarnya. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit , hitung jumlah sel
darah merah dan hemoglobin pada darah kapiler memiliki nilai sedikit
lebih besar daripada darah vena. Total leukosit dan jumlah neutrofil lebih
tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya
jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler,
perbedaan nya sekitar 9% atau 32% pada keadaan tertentu. yang terjadinya
mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit.
(Dacie and Lewis,2010:5).
E. Hematokrit
1. Definisi Hematokrit
Hematokrit dalam kamus kedokteran Webster’s new world
(2010:193) didefinisikan sebagai jumlah volume darah merah terhadap
volume seluruh darah yang dinyatakan dalam % yang tergantung pada
jenis kelamin.
Hematokrit adalah perbandingan bagian dari darah yang
mengandung eritrosit terhadap volume seluruh darah yang dihitung
dalam % (Sutedjo,2009:28)
Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu metode yang
paling teliti dan simpel dalam mendeteksi derajat anemia atau
polisitemia. Nilai hematokrit juga digunakan untuk menghitung nilai
eritrosit rata-rata.Biasanya nilai itu ditentukan dengan darah vena atau
darah kapiler. (Gandasoebrata, 2007:39).
Ketika darah utuh disentrifus, partikel yang lebih berat akan
turun ke dasar tabung kapiler dan partikel endapan yang lebih ringan
berada diatasnya. Kemudian nilai hematokrit dapat segera diukur.
Nilai normal hematokrit berbeda dalam jenis kelamin. Pada laki-laki
nilai hematokritnya adalah 40%-48% sedangkan untuk wanita nilai
hematokritnya adalah 37%-43%.
2. Pemeriksaan Hematokrit
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro
dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe dengan
panjang 9,5 cm, diameter 0,6 mm dan berskala 0-100. Sedangkan pada
cara mikro digunakan tabung kapiler dengan panjang 75 mm dan
diameter 1,5 mm. (Mahode,2011:272).
Pada metode makro, menggunakan sentrifus yang cukup besar,
untuk memadatkan sel-sel darah merah dan membutuhkan waktu ±30
menit. Sedangkan pada metode mikro menggunakan sentrifus
mikrohematokrit yang mencapai kecepatan yang jauh lebih tinggi,
maka dari itu lamanya pemusingan dapat diperpendek.
(Gandasoebrata,2007:39).
Pemeriksaan hematokrit metode makro bahan yang digunakan
adalah darah vena. Sedangkan pemeriksaan hematokrit metode mikro
dapat menggunakan darah kapiler dan darah vena. Pada pemeriksaan
hematokrit baik metode makro maupun metode mikro terdapat lapisan
Buffy coat yang letaknya diantara lapisan sel darah merah dan plasma.
Lapisan ini terdiri dari leukosit dan trombosit yang berwarna kelabu
kemerahan atau keputih-putihan. Dalam keadaan normal tingginya
lapisan buffy coat 0,1 mm sampai dengan 1 mm. Tinggi 0,1 mm kirakira
sesuai dengan 1000 leukosit/mm3. Tinggi buffy coat yang masih
dalam range normal belumlah berarti benar, misalnya kalau ada
limfosit yang pada umumnya lebih kecil dari granulosit. Oleh karena itu tingginya
lapisan buffy coat merupakan perkiraan saja terhadap ada
tidaknya leukositosis. (Dacie and Lewis,2010:32).
3. Macam-macam Cara Pemeriksaan Hematokrit
a. Pemeriksaan hematokrit dengan cara konvesional
Pemeriksaan hematokrit dapat dilakukan dengan cara
makro dan cara mikro dengan prinsip pemeriksaan yaitu dimana
darah dengan antikoagulan disentrifus pada kecepatan tertentu dan
dalam waktu tertentu. perbandingan volume eritrosit terhadap
volume spesimen darah dinyatakan dalam %.
Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit cara
konvensional metode mikro adalah waktu yang diperlukan untuk
sentrifugasi rata-rata 30 menit dan sampel darah yang digunakan
juga cukup banyak. Sedangkan kelebihannya adalah tidak perlu
menutup salah satu ujung tabung dengan nyala api, karena disini
menggunakan tabung wintrobe. (Gandasoebrata,2007:39)
Kekurangan dalam melakukan pemeriksaan hematokrit
dengan cara konvensional metode mikro adalah penutupan ujung
tabung kapiler yang tidak rapat, karena hal tersebut dapat
menyebabkan kebocoran tabung kapiler saat disentrifus. Sehingga
dapat menyebabkan nilai hematokrit menurun. Sedangkan
kelebihannya adalah tekniknya lebih sedehana, sampel yang
digunakan sedikit dan nilai hematokrit dari tabung kapiler sangat
sahih (variabilitasnya hanya 1-2%). (Mahode,2011:272)
b. Pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis (Hematology
Analyzer)
Pemeriksaan hematokrit dengan hematology analyzer
menggunaka sysmex KX-21.pada sysmex KX-21 menggunakan 3
detector block dan 2 jenis reagen untuk analisis darah. Pada
pemeriksaan hematokrit menggunakan sysmex KX-21 reagen yang
digunakan adalah cell pack yang berfungsi untuk pengenceran atau
diluents, stromatolyzer dan cell clean yang memiliki prinsip yaitu
metode deteksi berdasarkan tinggi pulsa eritrosit. Dimana nilai
hematokrit didapat dari perbandingan antara volume eritrosit
dengan volume darah keseluruhan dinyatakn dalam %.
Pemeriksaan dengan cara ini memiliki keterbatasan yaitu :
1) Jika terdapat bekuan akan menyebabkan nilai hematkrit rendah
palsu.
2) Jika terdapat leukositosis (> 100.000/μl) akan menyebabkan
niali hematokrit tinggi palsu.
3) Jika terdapat eritrosit abnormal akan mempengaruhi nilai
hematokrit.
Kekurangan pemeriksaan hematokrit dengan cara otomatis
menggunakan hematology Analyzer adalah kurang efisien dari
segi dana dan membutuhkan sampel darah yang lebih banyak.
Sedangkan kelebihannya adalah hasil pemeriksaan akan dibaca
secara otomatis dan hasil pemeriksaan dapat langsung
diketahui secara tepat dan mempunyai derajat ketepatan yang
tinggi.
4. Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan hematokrit
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pemeriksaan
hematokrit sebagai berikut :
1) Faktor Invivo
a) Eritrosit
Faktor ini sangat penting pada pemeriksaan hematokrit karena
eritrosit merupakan sel yang diukur dalam pemeriksaan.
Hematokrit dapat meningkat pada polisitemia yaitu
peningkatan jumlah sel darah merah dan nilai hematokrit dapat
menurun pada anemia yaitu penurunan kuantitas sel-sel darah
merah dalam sirkulasi.
b) Viskositas darah
Efek hematokrit terhadap viskositas darah adalah makin besar
prosentase sel darah maka makin tinggi hematokritnya dan
makin banyak pergeseran diantara lapisan-lapisan darah,
pergeseran inilah yang menentukan viskositas. Oleh karena itu,
viskositas darah meningkat secara drastis ketika hematokrit
meningkat.
c) Plasma
Pada pemeriksaan hematokrit plasma harus pula diamati
terhadap adanya hemolisis. Keadaan fisiologis atau
patofisiologis pada plasma dapat mempengaruhi pemeriksaan
hematrokrit.
2) Faktor Invitro
a) Pemusingan / sentrifugasi
Penempatan tabung kailer pada sentrifus yang kurang tepat dan
penutup yang kurang rapat dapat menyebabkan hasil
pembacaan hematokrit tinggi palsu. Kecepatan putar sentrifus
dan pengaturan waktu dimaksudkan agar eritrosit memadat
secara maksimal. Oleh karena itu harus diatur secara tepat.
Pemakaia sentrifus mikrohematokrit dalam waktu yang lama
mengakibatkan alat menjadi panas sehingga mengakibatkan
hemolisis dan nilai hematokrit menjadi rendah palsu.
b) Antikoagulan
Pada pemeriksaan hematokrit digunakan dua macam
antikoagulan yaitu Heparin dan Ethylen Diamine Tetra Acetate
(EDTA). EDTA adalah jenis antikoagulan yang paling sering
digunakan dalam pemeriksaan laboratorium hematologi. EDTA
sebagai garam natrium atau kaliumnya. Garam-garam
mengubah ion kalsium dari darah menjadi bentuk yang bukan
ion. Jika menggunakan EDTA lebih dari 2 mg per ml darah
maka nilai hematokrit menjadi lebih rendah dari yang
sebenarnya. (Gandasoebrata,2007:9).
c) Suhu dan waktu penyimpanan sampel
Bahan pemeriksaan sebaiknya segera diperiksa, tetapi jika
dilakukan penundaan pemeriksaan, sampel disimpan pada suhu
ruang dapat ditunda selama 6 jam.
d) Bahan pemeriksaan tidak tercampur hingga homogen sebelum
pemeriksaan dilakukan.
e) Tabung hematokrit yang digunakan tidak bersih dan kering.
f) Pembacaan yang tidak tepat.
g) Bila memakai darah kapiler tetesan darah pertama harus
dibuang karena mengandung cairan interstitial.
5. Manfaat Pemeriksaan Hematokrit dalam Klinik.
Pemeriksaan hematokrit berhubungan dengan beberapa penyakit
yaitu :
a) Demam Berdarah Dengue (Dengue Haemorrhagic Fever,
selanjutnya disingkat DHF) ialah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa yang disebabkan oleh virus dan disebarkan oleh
nyamuk Aedes aegypti. Patofisiologi utama yang menentukan berat
penyakit ini adalah meningkatnya permeabilitas pembuluh darah
sehingga mengakibatkan kebocoran plasma ke ekstrak vaskuler
melalui kapiler yang rusak. Hal tersebut menyebabkan volume
plasma menurun dan nilai hematokrit meningkat. Peningkatan
hematokrit sampai 20% atau lebih dianggap sebagai bukti definitif
adanya penigkatan permeabilitas pembuluh darah dan kebocoran
plasma. Jadi, apabila terjadi peningkatan hematokrit dapat segera
dilakukan pemberian cairan intravena atau infus yang bertujuan
untuk mengembalikan volume cairan intravaskuler ketingkat yang
normal.(Hadinegoro dan Satari,2005:45)
b) Anemia adalah penurunan kuantitas sel-sel darah merah dalam
sirkulasi, abnormalitas kandungan hemoglobin sel darah merah
atau keduanya. Anemia dapat mengakibatkan penurunan nilai
hematokrit dan hemoglobin. (Corwin, 2009:410)
c) Polisitemia adalah peningkatan jumlah sel darah merah.
Polisitemia vera ditandai dengan peningkatan jumlah trombosit dan
granulosit serta sel darah merah, dan diyakini sebagai awal
terjadinya abnormalitas sel. (Corwin,2009:412)
Di dalam sirkulasi darah polisitemia vera didapati peninggian nilai
hematokrit yang menggambarkan terjadinya peningkatan
konsentrasi eritrosit terhadap plasma.(Sudoyo, et.al, 2009:1214)
d) Diare berat adalah buang air besar (defekasi) dengan feses
berbentuk cairan atau setengah cairan (setengah padat), dengan
demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari biasanya (normal 100-200
ml/jam tinja). Apabila terkena diare biasanya
akan mengalami dehidrasi yaitu kehilangan cairan sebagai akibat
kehilangan air dari badan baik karena kekurangan pemasukan air
atau kehilangan air yang berlebih dapat menyebabkan nilai
hematokrit meningkat akibat hemokonsentrasi.(Sudoyo,et.al,
2009:548)

Anda mungkin juga menyukai