Anda di halaman 1dari 15

Tugas Praktikum Imunoserologi

Pemeriksaan HIV secara Imonoserologi

DISUSUN OLEH :

RHEZA DANNY ISWARA

(P27834114023)

D4 ANALIS KESEHATAN
SEMESTER 4
2016 2017

Acquired

Immunodeficiency

Syndrome

atau

Acquired

Immune

Deficiency Syndrome (disingkat AIDS) adalah sekumpulan gejala dan infeksi


(atau: sindrom) yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh manusia
akibat infeksi virus HIV; atau infeksi virus-virus lain yang mirip yang menyerang
spesies lainnya (SIV, FIV, dan lain-lain).
Virusnya sendiri bernama Human Immunodeficiency Virus (atau disingkat HIV)
yaitu virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Orang yang terkena
virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi oportunistik ataupun mudah terkena
tumor.

Meskipun

penanganan

yang

telah

ada

dapat

memperlambat

laju

perkembangan virus, namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.


HIV dan virus-virus sejenisnya umumnya ditularkan melalui kontak langsung
antara lapisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan
tubuh yang mengandung HIV, seperti darah, air mani, cairan vagina, cairan
preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intim
(vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang terkontaminasi,
antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui, serta bentuk
kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Para ilmuwan umumnya berpendapat bahwa AIDS berasal dari Afrika SubSahara. Kini AIDS telah menjadi wabah penyakit. AIDS diperkiraan telah menginfeksi
38,6 juta orang di seluruh dunia. [5] Pada Januari 2006, UNAIDS bekerja sama dengan
WHO memperkirakan bahwa AIDS telah menyebabkan kematian lebih dari 25 juta
orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Dengan demikian,
penyakit ini merupakan salah satu wabah paling mematikan dalam sejarah. AIDS
diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta jiwa pada tahun
2005 saja, dan lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak.Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara,

sehingga memperlambat

pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan kekuatan sumber daya manusia di


sana. Perawatan antiretrovirus sesungguhnya dapat mengurangi tingkat kematian
dan parahnya infeksi HIV, namun akses terhadap pengobatan tersebut tidak
tersedia di semua negara
Hukuman sosial bagi penderita HIV/AIDS, umumnya lebih berat bila dibandingkan
dengan penderita penyakit mematikan lainnya. Kadang-kadang hukuman sosial

tersebut juga turut tertimpakan kepada petugas kesehatan atau sukarelawan, yang
terlibat dalam merawat orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA).

Epidemiologi
Adanya infeksi menular seksual (IMS) yang lain (misal GO, klamidia), dapat
meningkatkan risiko penularan HIV (2-5%). HIV menginfeksi sel-sel darah sistem
imunitas tubuh sehingga semakin lama daya tahan tubuh menurun dan sering
berakibat kematian. HIV akan mati dalam air mendidih/ panas kering (open) dengan
suhu 56oC selama 10-20 menit. HIV juga tidak dapat hidup dalam darah yang kering
lebih dari 1 jam, namun mampu bertahan hidup dalam darah yang tertinggal di
spuit/ siring/ tabung suntik selama 4 minggu. Selain itu, HIV juga tidak tahan
terhadap beberapa bahan kimia seperti Nonoxynol-9, sodium klorida dan sodium
hidroksida.

Gejala Infeksi HIV/ AIDS

Infeksiakut : flu selama 3-6 minggu setelah infeksi, panas dan rasa lemah

selama 1-2 minggu. Bisa disertai ataupun tidak gejala-gejala seperti:bisul


dengan bercak kemerahan (biasanya pada tubuh bagian atas) dan tidak gatal.
Sakit kepala, sakit pada otot-otot, sakit tenggorokan, pembengkakan kelenjar,
diare (mencret), mual-mual, maupun muntah-muntah.

Infeksikronik : tidak menunjukkan gejala. Mulai 3-6 minggu setelah infeksi

sampai 10 tahun.

Sistem imun berangsur-angsur turun, sampai sel T CD4 turun dibawah 200/ml

dan penderita masuk dalam fase AIDS.

AIDSmerupakan kumpulan gejala yang menyertai infeksi HIV. Gejala yang

tampak

tergantung

jenis

infeksi

yang

menyertainya.

Gejala-gejala

AIDS

diantaranya : selalu merasa lelah, pembengkakan kelenjar pada leher atau


lipatan paha, panas yang berlangsung lebih dari 10 hari, keringat malam,
penurunan berat badan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya, bercak
keunguan pada kulit yang tidak hilang-hilang, pernafasan pendek, diare berat
yang berlangsung lama, infeksi jamur (candida) pada mulut, tenggorokan, atau
vagina dan mudah memar/perdarahan yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

Stadium Infeksi

AIDS Council of NSW


Stadium 1 Infeksi primer:
Bila penderita mengalami infeksi untuk pertama kali dengan keluhan seperti
flu.
Stadium 2 Kelainan tanpa gejala:
Penderita tetap merasa sehat, hal ini dapat berlangsung sampai beberapa
tahun.
Stadium 3 Kelainan dengan gejala-gejala:
Penderita mengalami gejala-gejala ringan seperti rasa lelah, keringat malam,
dll.
Stadium 4 Kelainan berat:
Penderita mengalami gejala-gejala yang lebih berat oleh karena daya tahan
tubuh yang menurun (AIDS, Aquired Immunodeficiency Syndroms).

WHO
Stadium I
Tanpa gejala; Pembengkakan kelenjar getah bening di seluruh tubuh yang
menetap. Tingkat aktivitas 1: tanpa gejala, aktivitas normal.
Stadium II
Kehilangan berat badan, kurang dari 10%; Gejala pada mukosa dan kulit yang
ringan (dermatitis seboroik, infeksi jamur pada kuku, perlukaan pada mukosa mulut
yang sering kambuh, radang pada sudut bibir); Herpes zoster terjadi dalam 5 tahun
terakhir; ISPA (infeksi saluran nafas bagian atas) yang berulang, misalnya sinusitis
karena infeksi bakteri. Tingkat aktivitas 2: dengan gejala, aktivitas normal.
Stadium III
Penurunan berat badan lebih dari 10%; Diare kronik yang tidak diketahui
penyebabnya lebih dari 1 bulan; Demam berkepanjangan yang tidak diketahui

penyebabnya lebih dari 1 bulan; Candidiasis pada mulut; Bercak putih pada mulut
berambut; TB paru dalam 1 tahun terakhir; Infeksi bakteri yang berat, misalnya:
pneumonia, bisul pada otot. Tingkat aktivitas 3: terbaring di tempat tidur, kurang
dari 15 hari dalam satu bulan terakhir.
Stadium IV

Kehilangan berat badan lebih dari 10% ditambah salah satu dari : diare kronik

yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan. Kelemahan kronik dan
demam berkepanjangan yang tidak diketahui penyebabnya lebih dari 1 bulan.

Pneumocystis carinii pneumonia(PCP).

Toksoplasmosispada otak.

Kriptosporidiosisdengan diare lebih dari 1 bulan.

Kriptokokosisdi luar paru.

Sitomegaloviruspada organ selain hati, limpa dan kelenjar getah bening.

Infeksivirus Herpes simpleks pada kulit atau mukosa lebih dari 1 bulan atau

dalam rongga perut tanpa memperhatikan lamanya.

PML(progressivemultifocalencephalopathy) atau infeksi virus dalam otak.

Setiap

infeksi

jamur

yang

menyeluruh,

misalnya:histoplasmosis,kokidioidomikosis.

Candidiasispada kerongkongan, tenggorokan, saluran paru dan paru.

Mikobakteriosis tidak spesifik yang menyeluruh.

Septikemia salmonelabukan tifoid.

TB di luar paru.

Limfoma.

Kaposis sarkoma.

Ensefalopati HIVsesuai definisi CDC.

Tingkat aktivitas 4: terbaring di tempat tidur, lebih dari 15 hari dalam 1 bulan
terakhir.
Kelompok Resiko
Ditinjau dari cara penularannya, kelompok yang berpotensi terinfeksi HIV/ AIDS
adalah pekerja seks komersial dengan pelanggannya, pramuria/ pramupijat, kaum

homoseksual, penyalahguna narkoba suntik dan penerima darah atau produk darah
yang berulang.
Dampak HIV/ AIDS
Dampak yang timbul akibat epidemi HIV/ AIDS dalam masyarakat adalah :
menurunnya kualitas dan produktivitas SDM (usia produktif=84%); angka kematian
tinggi dikarenakan penularan virus HIV/ AIDS pada bayi, anak dan orang tua; serta
adanya ketimpangan sosial karena stigmatisasi terhadap penderita HIV/ AIDS masih
kuat.

Cara Penularan
HIV hanya bisa hidup dalam cairan tubuh seperti : darah, cairan air mani (semen),
cairan vagina dan serviks, air susu ibu maupun cairan dalam otak. Sedangkan air
kencing, air mata dan keringat yang mengandung virus dalam jumlah kecil tidak
berpotensi menularkan HIV.
Cara penularan melalui hubungan seksual tanpa pengaman/ kondom, jarum suntik
yang digunakan bersama-sama, tusukan jarum untuk tatto, transfusi darah dan
hasil olahan darah, transplantasi organ, infeksi ibu hamil pada bayinya(sewaktu
hamil, melahirkan maupun menyusui). HIV tidak ditularkan melalui tempat duduk
WC, sentuhan langsung dengan penderita HIV (bersalaman, berpelukan), tidak juga
melalui bersin, batuk, ludah ataupun ciuman bibir (French kissing), maupun melalui
gigitan nyamuk atau kutu.

Penularan HIV/ AIDS :

Hubungan seksualdengan orang yang mengidap HIV/AIDS, berhubungan seks

dengan pasangan yang berganti-ganti dan tidak menggunakan alat pelindung


(kondom).

Kontak darah/luka dan transfusi darah Kontak darah/luka dan transfusi

darah yang sudah tercemar virus HIV.

Penggunaan jarum suntik atau jarum tindik Penggunaan jarum suntik atau

jarum tindik secara bersama atau bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV.

Dari ibu yang terinfeksi HIV kepada bayi yang dikandungnya.

HIV tidak menular melalui gigitan nyamuk, orang bersalaman,

berciuman,

berpelukan, tinggal serumah, makan dam minum dengan piring-gelas yang sama.

Pemeriksaan HIV
1. ELISA
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbent Assay), tes ini mendeteksi
antibodi yang dibuat tubuh terhadap virus HIV. Antibodi tersebut biasanya
diproduksi mulai minggu ke 2, atau bahkan setelah minggu ke 12 setelah
terpapar virus HIV. Kerena alasan inilah maka para ahli menganjurkan
pemeriksaan ELISA dilakukan setelah minggu ke 12 sesudah melakukan
aktivitas seksual berisiko tinggi atau tertusuk jarum suntik yang
terkontaminasi.
2. Western Blot
Sama halnya dengan ELISA, Western Blot juga mendeteksi antibodi
terhadap HIV. Western blot menjadi tes konfirmasi bagi ELISA karena
pemeriksaan ini lebih sensitif dan lebih spesifik, sehingga kasus 'yang
tidak dapat disimpulkan' sangat kecil. Walaupun demikian, pemeriksaan
ini lebih sulit dan butuh keahlian lebih dalam melakukannya.
3. IFA
IFA atau indirect fluorescent antibody juga meurupakan pemeriksaan
konfirmasi ELISA positif. Seperti halnya dua pemeriksaan diatas, IFA juga
mendeteksi

antibodi

terhadap

HIV.

Salah

satu

kekurangan

dari

pemeriksaan ini adalah biayanya sangat mahal.


4. PCR Test
PCR atau polymerase chain reaction adalah uji yang memeriksa langsung
keberadaan virus HIV di dalam darah. Tes ini dapat dilakukan lebih cepat yaitu
sekitar seminggu setelah terpapar virus HIV. Tes ini sangat mahal dan memerlukan
alat yang canggih. Oleh karena itu, biasanya hanya dilakukan jika uji antibodi diatas
tidak memberikan hasil yang pasti. Selain itu, PCR test juga dilakukan secara rutin
untuk uji penapisan (screening test) darah atau organ yang akan didonorkan
(Sutrimo, 2013).

Pemeriksaan Rapid Test Anti HIV


I. TUJUAN
Tujuan umum
Untuk mengetahui cara pemeriksaan rapid test anti HIV

Tujuan khusus
1. Untuk dapat menginterpretasi hasil pemeriksaan rapid test anti HIV
2. Untuk dapat melakukan pemeriksaan rapid test anti HIV sesuai
prosedur yang benar

II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemeriksaan rapid test anti HIV adalah
immunochromatografi rapid test.
III. PRINSIP
Tes dimulai saat sampel diteteskan ke sumur sampel. antigen konjugasi
HIV rekombinan akan menempel pada koloidal emas yang ada pada lapisan sampel
yang akan bereaksi dengan antibodi HIV yang terdahap pada whole blood, serum/
pada plasma pembentuk konjugasi/ HIV antibodi kompleks. campuran tersebut akan
berimigrasi sepanjang test strip, konjugasi/ HIV antibodi kompleks akan ditangkap
oleh HIV antigen rekombinan imobilized pada membran yg membentuk garis warna
pada wilayah uji. sampel negatif tidak menghasilkan garis test karena tidak
terdapatnya colidal gold conjugate/ HIV antibodi kompleks. Garis warna kontrol
diwilayah kontrol test akan muncul pada akhir dari prosedur test tanpa dipengaruhi
oleh hasil test. garis kontrol ini adalah hasil dari colidal gold conjugate mengikat
anti HIV antibodi imobilized pada membran. garis kontrol ini menunjukan bahwa
colidal gold conjugate adalah fungsional.
IV. ALAT DAN BAHAN
A. ALAT
1. Rapid tes
2. Pipet tetes disposable
3. Gelas beaker
B. BAHAN
1. Sampel serum
2. Reagen anti HIV
3. Diluent assay anti HIV
4. Aquades
5. Tissue
V. CARA KERJA
A. Reagen Pertama (Oncoprobe)
1. Kit dan sampel serum dibawa ke suhu ruangan sebelumm pengujian
2. Srtip uji dikeluarkan dari kantong foil dan diletakkan di tempat yang datar
dan kering
3. Dengan mengunakan pipet kapiler di pipet sampel lalu di teteskan
sebanyak 1 tetes dan dimasukkkan ke dalam sumur bertanda S
4. Diluent assay ditambahkan sebanyak 1 tetes
5. Hasil tes dibaca pada 5 30 menit
B. Reagen Kedua (Intec)
1. Kit dan sampel serum dibawa ke suhu ruangan sebelum pengujian

2. Srtip uji dikeluarkan dari kantong foil dan diletakkan di tempat yang datar
dan kering
3. Dengan mengunakan pipet kapiler di pipet sampel lalu di teteskan
sebanyak 1 tetes dan dimasukkkan ke dalam sumur bertanda S
4. Diluent assay ditambahkan sebanyak 1 tetes
5. Hasil tes dibaca pada 15 30 menit
C. Reagen Ketiga (Vikia)
1. Kit dan sampel serum dibawa ke suhu ruangan sebelum pengujian
2. Srtip uji dikeluarkan dari kantong foil dan diletakkan di tempat yang datar
dan kering
3. Dengan mengunakan pipet kapiler di pipet sampel lalu di teteskan
sebanyak 3 tetes dan dimasukkkan ke dalam sumur bertanda S
4. Hasil tes dibaca pada 30 menit
VI. INTERPRETASI HASIL
A. Reagen Pertama (Oncoprobe)
1. Hasil Positif
Adanya dua garis pada daerak kontrol C dan garis test 1 T1

pada jendela hasil yang menunjukkan hasil yang positif untuk HIV-1.
Adanya dua garis pada daerak kontrol C dan garis test 2 T2

pada jendela hasil yang menunjukkan hasil yang positif untuk HIV-2.
Kehadiran tiga baris sebagai garis kontrol C, tes baris 1 T1, dan
test baris 2 T2 dalam jendela hasil menunjukkan hasil yang positif

untuk HIV-1 dan / atau HIV-2.


2. Hasil Negatif
Hanya muncul garis pada daerah kontrol C.
3. Invalid
Tidak adanya garis kontrol C dalam jendela hasil menunjukkan hasil
yang tidak valid. Petunjuk mungkin belum diikuti dengan benar atau tes
mungkin telah memburuk. Disarankan untuk menguji kembali spesimen
tersebut.

B. Reagen Kedua (Intec) dan Ketiga (Vikia)


1. Hasil Positif
Muncul garis warna pada kontrol C dan tes T
2. Hasil Negatif
Hanya muncul garis pada daerah kontrol C.
3. Invalid
Tidak adanya garis kontrol C dalam jendela hasil menunjukkan hasil
yang tidak valid. Petunjuk mungkin belum diikuti dengan benar atau tes
mungkin telah memburuk. Disarankan untuk menguji kembali spesimen
tersebut.

VII.

HASIL PENGAMATAN
Gambar

alat

dan

bahan

yang

digunakan untuk pemeriksaan HIV:


1. Pada
pemeriksaan
HIV

ini

menggunakan 3 strip tes dengan


merek Oncoprobe, Intec, dan Vikia
yang berisi cassette test dan pipet
disposable.
2. Diluents yang
pemeriksaan
1

digunakan

HIV.

Untuk

untuk
merek

Vikia tidak menggunakan diluents.


3. Sampel serum dengan identitas
pasien sebagai berikut :
Nama : Ni Made Artini
Jenis kelamin : perempuan
Umur
:Dengan menggunakan 3 merek strip
test yang berbeda menunjukkan hasil
postif HIV.

VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.
VIII.

1
2

VIII.
VIII.
VIII.

PEMBAHASAN
HIV/AIDS termasuk jajaran penyakit yang mempunyai tingkat penularan yang
sangat tinggi. Hal ini terjadi karena seringkali seseorang tidak menyadari bahwa
dirinya telah terinfeksi HIV, sehingga menjadi sumber penularan bagi orang lain.
Seseorang terkena HIV biasanya diketahui jika telah terjadi Sindrom Defisiensi Imun

Dapatan

(AIDS)

berkepanjangan,

yang

ditandai

Sarkoma

antara

Kaposi,

dan

lain

penurunan

beberapa

berat

gejala

badan,

lainnya.

diare

Human

Immunodeficiency Virus (HIV) ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan


kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan cairan tubuh yang
mengandung Human Immunodeficiency Virus (HIV), seperti darah, air mani, cairan
vagina, cairan preseminal, dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui
hubungan intim (vaginal, anal, ataupun oral), transfusi darah, jarum suntik yang
terkontaminasi, antara ibu dan bayi selama kehamilan, bersalin, atau menyusui,
serta bentuk kontak lainnya dengan cairan-cairan tubuh tersebut.
Pada praktikum ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap
antigen Human Imunodefisiensi Virus (HIV) pada serum pasien. Pemeriksaan HIV ini
dilakukan secara rapid test, dimana dalam pemeriksaan ini menggunakan 3 strip
dengan menggunakan cara yang berbeda dalam pemeriksaannya.
Dalam pemeriksaan ini pertama menggunakan strip uji 1

dimana strip uji

yang pertama ini menggunakan strip merek Oncoprobe, dimana dalam strip uji ini
terdapat S (sumur sampel), garis C (control), garis T1 (test), dan T2 (test).pada
penggunaan strip uji harus ditempatkan pada tempat yang datar karena nanti akan
mempengaruhi migrasi sampel. Dimana pada penggunaan strip ini menggunakan
serum pasien sebanyak 1 tetes diteteskan kedalam sumur S dan diteteskan 1
tetes diluents,

fungsi dari diluetns ini adalah untuk memigrasi sampel dan akan

terlihat hasilnya. Bila pada garis C muncul garis merah maka strip ini masih dalam
keadaan bagus jika tidak muncul garis merah pada C maka strip tidak dapat
digunakan. Pada pemeriksaan menggunakan strip uji 1 untuk pemebacaan dibaca
setelah 5-30 menit. Hail yang didapat adalah positif dimana terbentuk garis warna
merah pada C,T1, dan T2. Setelah menunjukkan hasil positif dilakukan
pemeriksaan menggunakan strip uji 2.
Pada pemeriksaan HIV selanjutnya menggunakan strip test merek Intec,
dimana pada pemeriksaan ini prinsipnya sama karena pada saat penetesan hanya
menggunakan 1 tetes serum pasien dan 1 tetes diluents lalu didiamkan selama 1530 menit. Perdaannya yaitu pada garis T karena pada strip ini tidak memiliki 2
T. Hasil yang didapat adalah positif, dengan ditandai muncul warna merah pada
garis C dan T, lalu dilakukan pemeriksaannya menggunakan strip uji 3.

Penggunaan strip test 3 ini menggunakan merek Vikia pemeriksaan ini


menggunakan 3 tetes serum pasien dan diteteskan pada sumur S, pada uji ini
dilakukan pada tempat yang datar dan kering, lalu diinkubasi selam 30 menit. Hasil
menunjukkan hasil yang positif. Dari hasil ketiga strip uji ini dicatat lalu
diinterpretasikan hasil, pada sampel yang berkode.. menunjukkan hasil yang
positif dengan ditandai unculnya garis warna merah pada C dan T. Setelah
menginterpretasikan hasil alat dan bahan yang digunakan bias dibersihkan.

Pemeriksaan antibody Human Immunodeficiency Virus (HIV) dalam serum


atau plasma merupakan cara yang umum yang lebih efisien untuk menentukan
apakah seseorang tak terlindungi dari Human Immunodeficiency Virus (HIV)
melindungi darah dan elemen-elemen yang dihasilkan darah untuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV). Perbedaan dalam sifat-sifat biologis, aktifitas
serologis, dan deretan genom, Human Immunodeficiency Virus (HIV) 1 dan 2 positif
serta dapat diidentifikasi dengan menggunakan tes serologis dasar Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Secara umum tes HIV juga berguna untuk mengetahui perkembangan kasus
HIV/AIDS serta untuk meyakinkan bahwa darah untuk transfusi dan organ untuk
transplantasi tidak terinfeksi HIV.
Karena itu cara perpindahan HIV dari seseorang kepada orang lain juga
sangat spesifik, yaitu :
-

Melalui transfusi darah atau produk darah

Transplantasi organ atau jaringan tubuh

Pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV secara bergantian,


misalnya jarum suntik di antara pengguna narkotika

Pemakaian jarum suntik / alat tajam yang memungkinkan terjadinya luka,


secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya jarum tato, jarum tindik,
peralatan pencet jerawat, dll

Hubungan seks tidak aman, yang memungkinkan tercampurnya cairan


sperma dengan cairan vagina (pada seks vaginal) ; atau cairan sperma
dengan darah (pada seks anal)-tanpa penghalang (dalam hal ini kondom)

Dari seorang ibu hamil yang HIV positif, kepada bayi yang dikandungnya,
yaitu melalui jalan lahir dan juga dalam proses menyusui dengan air susu
ibu.

Adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan HIV Rapid ini
antara lain:
-

Petugas harus menggunakan

APD

selengkap

mungkin

karena HIV

merupakan penyakit yang sangat berbahaya.


-

Sampel serum yang digunakan tidak lisis

Pengerjaan test dilakukan sesuai prosedur kerja karena hasil yang akan
dikeluarkan merupakan hasil yang sangat sensitif.

IX.

KESIMPULAN
1. Pada pratikum ini dilakukan pemeriksaan HIV menggunakan rapis test. Hal
ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap antigen Human
Imunodefisiensi Virus (HIV) pada serum pasien.
2. Pemeriksaan HIV menggunakan 3 strip test dengan merek yang berbeda
yaitu Oncoprobe, Intec, dan Vikia Sampel yang digunakan adalah serum
yang berkode..
3. Dari pemeriksaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang positif
pada ketiga strip test uji yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Braunwald E, Hauser SL, Jameson JL, et al, editors. 2008.
Human Immunodeficiency Virus: AIDS and related disorders.In: Fauci AS,
Kasper DL, Longo DL. Harrisons Principle of Internal Medicine 17th Edition.
McGraw-Hill.USA.
Emirza, Wicaksono. 103. HIV dan AIDS. Online.
http://emirzanurwicaksono.blog.unissula.ac.id/2013/03/27/hiv-aids/. Diakses
Tanggal 3 November 2014.
Hardjoeno. 2007. Interpretasi Hasil Tes Laboratorium Diaggnostik. Cet 5. Makassar:
Hasanuddin University Press.
Mandal,dkk. 2008. Penyakit Infeksi. Jakarta: Erlangga Medical Series
Rosisdi, david.2012.Makalah HIV. Online.
http://davidrosidi.blogspot.com/2012/09/makalah-hiv-aids.html. Diakses
tanggal 3 November 2014.
Sutrimo, Wayan 2013. Pemeriksaan HIV. Online. Available on:
http://analiskesehatankendariangkatan5.blogspot.com/2013/01/uji-hiv.html

Diakses pada 24 Oktober 2014.

Widoyono. 2005. Penyakit Tropis: Epidomologi, penularan, pencegahan, dan


pemberantasannya.. Jakarta: Erlangga Medical Series

Anda mungkin juga menyukai