Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Microsporum Gypseum”

Disusun Oleh :

Disusun Oleh :
Nor Asrina Elva

NIM :

P07134121050

Kelompok :

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
BANJARMASIN JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2021

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
MICROSPORUM GYPSEUM ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari
kakak HIMA Jurusan Teknik Laboratorium Medik pada kegiatan LDKM
2021. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
MICROSPORUM GYPSEUM bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada kakak-kakak, yang telah memberikan


tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu
diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaannya.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat membawa manfaat untuk kita semua.

Banjarbaru, 9 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

c). Terapi Lokal....................................................................................................5

BAB III PENUTUP.................................................................................................8

Kesimpulan..........................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................9

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang memiliki kelembaban tinggi,


dimana kelembaban relatif rata-rata 80% dan merupakan tempat yang cocok bagi
mikroorganisme seperti jamur untuk berkembangbiak dan memungkinkan akan
merugikan sebagian manusia. Jamur Microsporum gypseum dapat berkembang
pada bagian kulit manusia yang menyebabkan penyakit kulit yang tidak
membahayakan namun cukup mengganggu. Perlu diketahui bahwa jamur M.
gypseum merupakan jamur penyebab penyakit kulit, pengurai zat tanduk atau
keratin, serta perusak kuku dan rambut. Golongan jamur ini dapat mencerna
keratin kulit oleh karena mempunyai daya tarik kepada keratin (keratinofilik)
sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang lapisan- lapisan kulit mulai dari
stratum korneurm sampai dengan stratum basalis. Jamur M. gypseum merupakan
salah satu jenis dermatofita geofilik yang hidup di tanah dan dapat menimbulkan
radang yang moderat pada manusia (Jawetz et al., 2001).

Microsporum Scientific classification, Kingdom: Fungi Division: Ascomycota


Class: Eurotiomycetes Order: Onygenales Family: Arthrodermataceae Genus:
Microsporum Spesies: Microsporum gypseum DERMATOFITOSIS Penyakit
yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofit disebut " Dermatofitosis ".
Golongan jamur ini dapat mencerna keratin kulit oleh karena mempunyai daya
tarik kepada keratin (keratinofilik) sehingga infeksi jamur ini dapat menyerang
lapisan- lapisan kulit mulai dari stratum korneurm sampai dengan stratum basalis.
ETIOLOGI Dermatofitosis disebabkan jamur golongan dermatofita yang terdiri
dari tiga genus yaitu genus: Mikrosporon, Trikofiton dan Epidermofiton. Dari 41
spesies dermafito yang sudah dikenal hanya 23 spesies yang dapat menyebabkan
penyakit pada manusia dan binatang yang terdiri dari 15 spesies Trikofiton, 7
spesies Mikrosporon dan 1 spesies Epidermafiton. Selain sifat keratinofilik ini,
setiap spesies dermatofita m empunyai afinitas terhadap hospes tertentu.
Dermatofita yang zoofilik terutama menyerang binatang, dan kadang-kadang
menyerang manusia. Misalnya : Mirosporon canis dan Trikofiton verukosum.
Dermatofita yang geofilik adalah jamur yang hidup di tanah dan dapat
menimbulkan radang yang moderat pada manusia, misalnya Mikrosporon
gipsium.moderat pada manusia, misalnya Mikrosporom gypseum.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :


1. Apa pengertian dari Microsporum Gypseum ?

2. Bagaimana cara penularan Microsporum gypseum ?


3. Apa gejala yang ditimbulkan Microsporum Gypseum ?
4. Bagaimana cara pencegahan bagi yang terkena Microsporum gypseum ?
5. Apa klasifikasi dari Microsporum gypseum ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk menjelaskan pengertian dari Microsporum Gypseum

2. Untuk mengetahui cara penularan Microsporum gypseum


3. Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan Microsporum Gypseum
4. Untuk mengetahui pencegahan bagi yang terkena Microsporum gypseum
5. Dapat mengklasifikasikan Microsporum gypseum

2
BAB II
PEMBAHASAN

Microsporum gypseum merupakan cendawan yang umum menginfeksi kulit


manusia, cendawan ini merupakan penyebab utama penyakit Tinea kapitis. Infeksi
cendawan pada kulit kepala yang muda seperti kulit kepala balita, Microsporum
gypseum juga merupakan cendawan imperfecti (tidak sempurna) atau
Deutromycotina karena perkembangbiakannya hanya secara aseksual. Cendawan
ini sering menginfeksi kulit kepala dan leher (Jawetz dkk, 1991). Microsporum
gypseum memiliki dinding sel yang mengandung kitin, bersifat heterotrof,
menyerap nutrient melalui dinding selnya dan mengeksresikan enzim-enzim
ekstraseluler ke lingkungannya. Cendawan ini dapat ditularkan secara langsung
melalui epitel kulit dan rambut yang mengandung spora cendawan baik dari
manusia, binatang maupun dari tanah. Disamping cara penularannya, untuk
menimbulkan kelainan dikulit tergantung faktor trauma (kulit yang utuh tanpa
lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang cendawan) serta faktor suhu dan
kelembaban. Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi
cendawan, tampak pada lokalisasi atau lokal, dimana banyak keringat seperti
lipatan paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit cendawan kulit
(Indrawati dkk, 2006)

Gambar 1.1 Microsporum Gypseum

3
4
Cara Penularan Microsporum Gypseum
Microsporum gypseum merupakan penyebab penyakit kulit, pemakan zat tanduk
atau keratin, serta merusak kuku dan rambut. Jamur microsporum gypseum dapat
ditularkan secara langsung. Penularan langsung dapat secara fomitis, epitel,
rambutrambut yang mengandung jamur baik dari manusia, binatang atau dari
tanah. Disamping cara penularan tersebut diatas, untuk timbulnya kelainan-
kelainan di kulit tergantung dari beberapa faktor : 1. Faktor virulensi dari
dermatofita Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur
Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing jenis jamur
ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun
bagian-bagian dari tubuh Misalnya : Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut,
Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam. 2.
Faktor trauma Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang
jamur. 3. Faktor-suhu dan kelembaban Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh
terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak
keringat seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur
ini. 4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan Faktor ini memegang peranan
penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan
sosial dan ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan
dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik. 5. Faktor umur dan jenis
kelamin Penyakit ini lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang
dewasa, dan pada wanita lebih sering ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari
dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping
faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh
(topi, sepatu dan sebagainya), faktor transpirasi serta pemakaian pakaian yang
serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

a). Gejala

5
Gejala yang ditunjukkan infeksi jamur kulit terlihat serupa, yaitu; kulit
kemerahan, bersisik, terjadi penebalan (pembengkakan), dan disertai rasa gatal.
Namun, Infeksi jamur kulit, tidak hanya disebabkan oleh satu jenis jamur saja.
Jika diteliti, maka setiap jenis jamur menimbulkan gejala yang berbeda, serta
menyerang kulit pada area tubuh yang berbeda. Jamur Microsporum gypseum ini
menyerang kulit tubuh, dan lebih sering dialami oleh anak-anak. Infeksi kulit
yang disebabkan terlihat membengkak seperti sarang lebah. Jenis jamur ini
diketahui cepat menular, karena berpindah secara mudah melalui sentuhan.
Microsporum gypseum biasanya ditularkan dengan gejala bercakbercak meradang
yang tidak berambut yang lama kelamaan dapat menjadi alopesia (kebotakan)
permanen.

b). Pengobatan Pencegahan

1. Perkembangan infeksi jamur diperberat oleh panas, basah dan maserasi. Jika
faktorfaktor lingkungan ini tidak diobati, kemungkinan penyembuhan akan
lambat. Daerah intertrigo atau daerah antara jari-jari sesudah mandi harus
dikeringkan betul dan diberi bedak pengering atau bedak anti jamur

2. Alas kaki harus pas betul dan tidak terlalu ketat.

3. Pasien dengan hiperhidrosis dianjurkan agar memakai kaos dari bahan katun
yang menyerap keringat, jangan memakai bahan yang terbuat dari wool atau
bahan sintetis.

4. Pakaian dan handuk agar sering diganti dan dicuci bersih-bersih dengan air
panas.

c). Terapi Lokal

6
Infeksi pada badan dan lipat paha dan lesi-lesi superfisialis, di daerah jenggot,
telapak tangan dan kaki, biasanya dapat diobati dengan pengobatan topikal saja.

Lesi-lesi yang meradang akut yang acta vesikula dan acta eksudat harus
dirawat dengan kompres basah secara terbuka, dengan berselang-selang atau terus
menerus. Vesikel harus dikempeskan tetapi kulitnya harus tetap utuh.
2. Toksilat, haloprogin, tolnaftate dan derivat imidazol seperti mikonasol,
ekonasol, bifonasol, kotrimasol dalam bentuk larutan atau krem dengan
konsentrasi 1-2% dioleskan 2 x sehari akan menghasilkan penyembuhan dalam
waktu 1-3 minggu.
3. Lesi hiperkeratosis yang tebal, seperti pada telapak tangan atau kaki
memerlukan terapi lokal dengan obat-obatan yang mengandung bahan keratolitik
seperti asam salisilat 3-6%. Obat ini akan menyebabkan kulit menjadi lunak dan
mengelupas. Obat-obat keratolotik dapat mengadakan sensitasi kulit sehingga
perlu hati-hati kalau menggunakannya.
4. Pengobatan infeksi jamur pada kuku, jarang atau sukar untuk mencapai
kesembuhan total. Kuku yang menebal dapat ditipiskan secara mekanis misalnya
dengan kertas amplas, untuk mengurangi keluhan-keluhan kosmetika. Pemakaian
haloprogin lokal atau larutan derivat asol bisa menolong. Pencabutan kuku jari
kaki dengan operasi, bersamaan dengan terapi griseofulvin sistemik, merupakan
satu-satunya pengobatan yang bisa diandalkan terhadap onikomikosis jari kaki.

d). Terapi Sistemik


Pengobatan sistemik pada umumnya mempergunakan griseofulvin. Griseofulvin
adalah suatu antibiotika fungisidal yang dibuat dari biakan spesies penisillium.
Obat ini sangat manjur terhadap segala jamur dermatofitosis. Griseofulvin diserap
lebih cepat oleh saluran pencernaan apabila diberi bersama-sama dengan makanan
yang banyak mengandung lemak, tetapi absorpsi total setelah 24 jam tetap dan
tidak dipengaruhi apakah griseofulvin diminum bersamaan waktu makan atau
diantara waktu makan. Dosis rata-rata orang dewasa 500 mg per hari. Pemberian
pengobatan dilakukan 4 x sehari, 2 x sehari atau sekali sehari. Untuk anak-anak

7
dianjurkan 5 mg per kg berat badan dan lamanya pemberian adalah 10 hari. Salep
ketokonasol dapat diberikan 2 x sehari dalam waktu 14 hari.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Microsporum gypseum adalah dermatofita yang berasosiasi dengan tanah yang


kadang-kadang diketahui berkoloni dan menginfeksi lapisan mati atas kulit
mamalia. [1]
Nama tersebut mengacu pada "takson bentuk" aseksual yang telah
dikaitkan dengan empat spesies biologis terkait jamur: taksa patogen Arthroderma
incurvatum , A. gypsea , A. fulva dan saprotrof non-patogen A. corniculata . [2] [3]
Studi yang lebih baru telah membatasi M. gypseum menjadi dua spesies
teleomorfik A. gypseum dan A. incurvatum . [1][4] The konidia negara A. fulva dan
A. corniculata telah ditugaskan untuk M. fulvum dan M. boullardii . [5]
Karena
keadaan anamorfik jamur ini sangat mirip, mereka dapat diidentifikasi hanya
dengan kawin. [1]
Dua strain kawin telah ditemukan, "+" dan "–". [6]
Klasifikasi
spesies ini didasarkan pada makrokonidia multisel berdinding kasar, tumpul,
berbentuk gada . [4]
Sinonim termasuk Achorion gypseum , Microsporum
flavescens ,M. scorteum , dan M. xanthodes . [1] [5]
Ada kebingungan tata nama
masa lalu dalam penggunaan nama generik Microsporum dan Microsporom

B. Saran
Saran yang ingin disampaikan diharapkan untuk menjaga kebersihan kuku jari
tangan untuk mencegah flora normal kuku berubah menjadi patogen yang bisa
menyebabkan infeksi pada kuku jari tangan. Diharapkan untuk meningkatkan
pengetahuan terhadap hiegenitas kuku jari dengan membiasakan untuk sering
memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan.

9
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993, Dasar-Dasar Pemeriksaan Mikrobiologi, 100-103, Fakultas
Kedokteran UGM bagian Mikorbiologi, Yogyakarta
Anonim,2004,Infeksi Jamur pada
Kulit,http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2004/12/19/ink1.html
Anonim,2008, Infeksi Jamur Kulit,
http://www.conectique.com/tips_solution/health/disease/article.php?
article_id =3172
Anonim,2008, OBAT JAMUR KULIT,
http://www.medicastore.com/apotik_online/obat_kulit/obat_jamur_kulit.ht
m, diakses tanggal 30 april 2008
Anonim,2008, Ringworm : jamur penyebab bulu rontok,
http://www.kucingkita.com/modules.php?
name=Sections&op=viewarticle&ar tid=30
Trelia Boel,DRG.,M.KES,2003, MIKOSIS SUPERFISIAL,
http://library.usu.ac.id/modules.Downloads&file4

10

Anda mungkin juga menyukai