Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah : Mikologi (T)

Dosen Pengampu : Widarti, S.Si., Apt., M.Kes

Jenis Tugas : Kelompok

Blastomyces dermatitidis

Oleh :

KELOMPOK 5

1. ANDI KHADIJAH (PO714203191.004)


2. DINDA WAHYU SURIADI (PO714203191.012)
3. TAFIKA YAHSIFANY MARSAL (PO714203191.034)

KELAS A

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT., atas segala kebesaran dan
limpahan rahmat serta hidayah yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Blastimyces dermatitidis” sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan sebelumnya. Tak lupa salawat serta salam penulis haturkan kepada Nabi
Muhammad SAW. beserta keluarga dan sahabat, semoga selalu dapat menuntun penulis
pada ruang dan waktu yang lain.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis mengalami berbagai kesulitan. Akan tetapi,
berkat dukungan, bimbingan, dan masukan dari berbagai pihak maka kesulitan-kesulitan
tersebut dapat teratasi. Maka dari itu, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak
terimah kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Terutama kepada search engine
google yang ikut berperan besar dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari, itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun selalu penulis harapkan dari berbagai pihak agar dapat
menyempurnakan makalah ini.

Makassar, 02 Desember 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................ iii
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................... 2
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah................................................................................................. 2
BAB 2 PEMBAHASAN ...................................................................................................... 3
A. Blastomyces dermatitidis.................................................................................. 3
B. Morfologi dan Identifikasi ................................................................................ 5
C. Pathogenesis .................................................................... ............................... 7
D. Manifestasi Klinis dan Epidemiologi................................................................. 8
E. Cara Pengobatan ................................................................................................ 8
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................... 10
A. Kesimpulan........................................................................................................ 10
B. Saran................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Jamur adalah organisme eukariotik bisa bersifat mikroskopik, berfilamen,


bercabang, berspora, tidak berklorofil, dan memiliki dinding sel yang mengandung
kitin, selulosa atau keduanya. Jamur dapat tumbuh dimana saja bahkan di dalam
bebatuan Antartika. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan
jamur adalah tingkat kelembaban.
Jamur dapat menyebabkan penyakit infeksi. Penyakit ini menimbulkan
penyakit yang bervariasi luas, mulai dari penyakit yang lesi primer di lapisan kulit
superfisial yang berhubungan dengan masalah kosmetik hingga penyakit pada
mikosis sistemik yang bersifat fatal.
Jamur yang dapat menyebabkan infeksi disebut dengan mikosis. Angka
kejadian mikosis paling tinggi disebabkan oleh mikroorganisme normal yang ada
pada tubuh manusia. manusia. Berdasarkan Berdasarkan lokasi infeksi infeksi mikosis
mikosis diklasifikasikan diklasifikasikan menjadi menjadi  beberapa  beberapa jenis:
mikosis mikosis superficial, superficial, mikosis mikosis cutaneus, cutaneus, mikosis
mikosis subkutan, subkutan, mikosis mikosis sistemik (menyerang organ dalam)
(Jawetz et al, 2013, h. 671).
Mikosis endemik adalah infeksi jamur sistemik yang disebabkan oleh patogen
yang endemik di daerah  beriklim  beriklim sedang. sedang. Infeksi Infeksi ini
diklasifikasikan diklasifikasikan menjadi menjadi dua jenis yaitu mikosis mikosis
primer dan mikosis opurtunistik. Jamur yang termasuk mikosis primer antara lain;
Histoplasma sp, Coccidioides sp, Paracoccidioides sp, Blactomyces dermatidis, dll
(Morant et al, 2018). Infeksi mikosis primer biasanya tidak menunjukan gejala yang
signifikan dan dapat sembuh tanpa pengobatan. Namun beberapa pasien dapat
mengalami penyakit paru yang mungkin dapat menyebar ke organ lain (Jawetz et al,
2013, h. 672).
Blastomikosis dapat bermanifestasi sebagai granulomatosis akut atau kronik,
atau sebagai infeksi  piogenik  piogenik yang disebabkan disebabkan oleh jamur
dimorfik, dimorfik, Blastomyces  Blastomyces dermatitidis dermatitidis. Blaslomikosis
dapat mengenai semua organ tubuh, tetapi terutama menyerang kulit dan paru.
lnfeksi pada manusia diperkirakan terjadi karena penderita menghisap blastomises
bentuk spora secara tak sengaja, karena hubungan seksual, atau karena pencemaran
di laboratorium.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Blastomyces dermatitidis?


2. Bagaimana morfologi dan identifikasi Blastomyces dermatitidis?
3. Bagaimana pathogenesis dari Blastomikosis?
4. Bagaimana manifestasi klinis dan epidemiologi dari Blastomikosis?
5. Bagaimana cara pengobatan Blastomikosis?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu Blasomyces dermatitidis.


2. Untuk mengetahui morfologi dan identifikasi Blastomyces dermatitidis.
3. Untuk mengetahui pathogenesis dari Blastomikosis.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dan epidemiologi dari Blastomikosis.
5. Untuk mengetahui pengobatan dari Blatomikosis.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Blastomyces dermatitidis

Blastomyces dermatidis dermatidis adalah jamur yang dimorfik yang tumbuh


sebagai mold di lingkungan dan yeast pada jaringan (Smith jaringan (Smith dan Kau
dan Kauffman, 2010). ffman, 2010). Pada suhu Pada suhu 37ºC atau suhu tubuh
manusia, jamur ini akan berubah menjadi yeast yang besar dan  baru saja tumbuh
(Jawetz (Jawetz et al, 2013, h. 692). Blastomyces dermatidis ermatidis adalah jamur
yang dapat menyebabkan penyakit blastomikosis. Blastomikosis infeksi utamanya
terjadi pada paru-paru, tetapi sering juga terjadi pada kulit, struktur osteoarticular,
saluran genitourinary, dan organ lainnya (Zhu et al, 2017). Blastomikosis sangat
jarang  jarang terjadi terjadi dan biasanya biasanya terjadi terjadi pada orang-orang
orang-orang yang memiliki memiliki banyak aktivitas aktivitas di luar ruangan
(American Thoracic Society, 2013).

https://www.sciencedirect.com/topics/agricultural-and-biological-
sciences/blastomyces-dermatitidis

3
Mekanisme utama terjadinya blastomikosis adalah terhirupnya conidia pada
fase mold di lingkungan (Kauffman dan Miceli, 2015). Dengan adanya conidia pada
daerah yang yang terkontaminasi  Blastomyces  Blastomyces dermatidis dermatidis
maka udara yang ada di daerah tersebut akan ikut terganggu. Blastomyces
dermatidis akan terhirup dan masuk kedalam paru-paru, kemudian akan mengalami
fase transisi menjadi fase  yeast infasiv. Infeksi akan berkembang di paru-paru, dan
karena adanya keterbatasan tempat maka infeksi tersebut dapat menyebar dan
mengakibatkan infeksi ekstrapulmoner yang mempengaruhi sistem organ lain (Khuu
et al, 2014). Respon dari inang berupa sistem kekebalan sel T dan neutrofil. Sampai
saat ini belum ada laporan yang menyatakan  Blastomyces  Blastomyces dermatidis
dermatidis dapat ditularkan melalui tranplantasi tranplantasi organ (Kauffman
(Kauffman dan Miceli, Miceli, 2015). Namun apabila apabila  Blastomyces dermatidis
menginfeksi sistem saraf pusat hal tersebut dapat menyebabkan meningitis
yebabkan meningitis dan dengan dilakukannya tranplantasi organ lebih memicu
terjadinya meningitis (American Thoracic Society, 2013)

Klasifikasi

Sumber : Jawetz, Melnick dan Adelberg, 2013

Kingdom : Fungi

Phylum : Ascomycota

Class : Euascomycetes

Ordo : Onygenales

4
Family : Onygenaceae

Genus : Blastomyces 

Species : Blastomyces dermatitidis

B. Morfologi dan Identifikasi

Blastomyces dermatitidis  dikatakan bersifat dimorfik karena fungi ini


memiliki dua bentuk yaitu bentuk hifa dan ragi yang berkembang pada kondisi
pertumbuhan yang berbeda dalam artian pada temperatur yang berbeda yakni pada
suhu 25° C dan 37° C.

Sumber : Castillo et al, 2015

Isolasi yang disajikan di sini menunjukkan pertumbuhan sedang, matang


dalam waktu sekitar 7 hari pada agar Sabouraud Dextrose pada 30ᵒC. Perluasan
koloni agak dibatasi. Koloni mengembangkan warna putih pudar, putih keabu-
abuan hingga cokelat muda atau merah muda dengan tekstur permukaan yang
halus dan kering. Lurik permukaan radial yang halus terlihat jelas. Reverse tampak
kekuningan sampai coklat muda.

5
http://thunderhouse4-yuri.blogspot.com/

Sedangkan pada suhu 37° C Blastomyces berbentuk berbentuk ragi, lembut,


lembut, berkerut, berkerut, bergranular bergranular dan berwarna cokelat.
Pertumbuhannya cenderung sedang. Bentuk ragi dari Blastomyces dermatitidis
dihambat oleh sikloheksimida.

1. Pada suhu 25° C mold phase/ mycelial form/ bentuk hifa

Sumber : Smith and Kauffman, 2010


Ketika ditanam pada agar Sabaraud terbentuk koloni putih atau
kecokelatan dengan hifa bercabang yang menghasilkan konidia bulat,
ovoid atau pilliform (berdiameter 3-5 µm) pada konidia lateral/ ujung
yang langsing. Chlamydospora yang lebih besar(7-18 µm)bisa juga
dihasilkan. Membutuhkan 2-3 minggu untuk ditumbuhkan pada suhu
25○C atau pada suhu kamar.
2. Pada suhu 37° C yeast form/ bentuk ragi

6
Sumber : Smith and Kauffman, 2010
Dalam jaringan atau biakan pada suhu 37○C, Blastomyces
dermatitidis   tumbuh sebagai ragi bulat, multinuklear berdinding tebal(8-
15 µm) yang biasanya menghasilkan tunas tunggal. Tunas dan sel yeast
induk menempel pada suatu dasar yang luas, dan tunas ini bisa
membesar hingga berukuran sama dengan sel yeast induk sebelum
mereka terlepas. Sel yeast ibu dengan anak yang masih melekat disebut
blasoconidia. Koloni berkerut seperti lilin dan lembut. Membutuhkan 7-10
hari untuk tumbuh menjadi bentuk ragi.
Fase seksual dari Blastomyces dermatitidis dikenal dengan nama
TELEOMORPH sehingga fungi disebut juga Ajellomyces dermatitidis, yang
menghasilakn gymnothecium. Gymnothecium adalah sejenis
cleistothecium (closed ascocarp) yang juga dijumpai pada Aspergillus .
Walaupun gymnothecium adalah tipe dari closed ascocarp tapi penutup
luarnya mudah lepas sehingga askospora dapat jatuh tanpa penutupnya
di degradasi oleh mikroba lain.

Sumber : Yildiz et al, 2016

7
C. Patogenesis Blastomikosis

Infeksi pada manusia akan terjadi pada paru-paru (Jawetz et al, 2013, h. 692).
Blastomyces dermatidis akan menginfeksi saat sedang berada dalam fase konidia
atau dalam keadaan materi yang sudah membusuk kemudian terhirup dan masuk ke
dalam  paru-paru  paru-paru (Castillo et al, 2015).Saat masuk kedalam kedalam
tubuh maka akan terjadi terjadi  peningkatan  peningkatan suhu, karena suhu tubuh
relatif relatif lebih tinggi dari suhu lingkungan lingkungan maka akan terjadi konversi
dari fase spora ke fase  yeast (Yildiz et al, 2016).
Beberapa faktor host lokal akan terpicu dengan terhirupnya Blastomyces
dermatidis dermatidis ke dalam paru-paru.  paru-paru. Makrofag Makrofag akan
teraktivasi untuk teraktivasi untuk membunuh memfagosit mikroorganisme tersebut
sehinga dapat menghambat perubahan ke fase yeast. Neutrofil dan makrofag akan
memfagosit organisme pada fase yeast. Limfosit T akan mengendalikan infeksi yang
disebabkan oleh  Blastomyces  Blastomyces dermatidis dermatidis sehingga akan
peka dengan antigen  Blastomyces  Blastomyces dermatidis dermatidis dan akan
mendorong makrofag untuk melakukan fagosit melakukan fagosit pada fase  yeast  
(Smith dan Kauffman, 2010). Imunitas humoral hanya memiliki sedikit pengaruh
untuk mengatasi infeksi (Castillo et al, 2015).

D. Manifestasi Klinis dan Epidemiologi

 Manifestasi Klinis
Masa inkubasi untuk blastomikosis adalah 3-15 minggu. Sekitar 30%-
50% infeksi blastomikosis tidak menunjukan gelaja apapun (Khuu et al, 2014).
Blastomikosis akan menunjukan gejala berupa batuk, demam, produksi
dahak, dada nyeri, penurunan berat badan, sesak nafas, nyeri sendi dan nyeri
pada beberapa  bagian  bagian tubuh (Zhu et al, 2017). Gejala yang muncul
memiliki memiliki kemiripan kemiripan dengan penyakit  penyakit lain seperti
seperti bakteri bakteri pneumonia, pneumonia, influenza, influenza,
tuberkulosis, tuberkulosis, infeksi infeksi jamur lainnya, dan beberapa
keganasan (Khuu et al, 2014).

8
 Epidemiologi
Pada umumnya dalam relung ekologi, kebanyakan fungi yang
menyebabkan infeksi sistemik memiliki jalur penyebaran geografik yang
terbatas atau bersifat endemik dimana pada tempat tersebut fungi ini sering
menyerang. Blastomikosis bersifat endemik di Amerika Utara. Mississippi,
Ohio dan lembah Missouri adalah lokasi geografik dengan tingginya kasus
infeksi akibat Blastomyces dermatitidis. Blastomikosis relatif sering
ditemukan pada anjing dan beberapa hewan lainnya di daerah –daerah
endemik. Peningkatan bentuk anjing ini menandai terjadinya wabah manusia.
Blastomikosis tidak dapat di tularkan oleh hewan ataupun manusia.

E. Pengobatan Blastomikosis

 Amphotericin B tetaplah merupakan drug of choice walaupun bersifat sangat


toksik dan harus dipakai melalui pembuluh darah (intravena) yaitu 0,4 mg/kg
selama 10 hari.
 Itrakonazol 200-400mg per hari, cara pemakaian obat ini yaitu yang berupa
oral solution maka diminum ketika perut kosong sedangkan kapsul
dikonsumsi setelah makan.
 Ketokonazol 400-800 mg per hari selama 6-12 bulan dan dipakai secara oral.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Blastomyces dermatidis dermatidis adalah jamur yang dimorfik yang tumbuh


sebagai mold di lingkungan dan yeast pada jaringan ,Mekanisme utama terjadinya
blastomikosis adalah terhirupnya conidia pada fase mold di lingkungan .Dengan
adanya conidia pada daerah yang yang terkontaminasi  Blastomyces  Blastomyces
dermatidis dermatidis maka udara yang ada di daerah tersebut akan ikut
terganggu. Beberapa faktor host lokal akan terpicu dengan terhirupnya Blastomyces
dermatidis dermatidis ke dalam paru-paru.  paru-paru. Makrofag Makrofag akan
teraktivasi untuk teraktivasi untuk membunuh memfagosit mikroorganisme tersebut
sehinga dapat menghambat perubahan ke fase yeast.

B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya

10
pengetahuan penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembacanya. Aamiin.

DAFTAR PUSTAKA

American thoraric society. 2013,blastomycosis.available from:


https://www.thoraric.org/patiens/patien
Castillo,L.S.,Roxax,D.B,.Chaves,M.A.,Momongan,V.G,.And Ranjhan,s.k.1998
Jawetz, Melnick, 1995, Mikrobiologi untuk Profesi Kesehatan, edisi 16, 608-611, 624-
626, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Jawetz, Melnick, 1996, Mikrobiologi Kedokteran, edisi 20, 608-611, 624-626,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

11
Dinda Wahyu Suryadi (PO714203191.012)
1. Seorang pasien datang ke rumah sakit dengan gejala berupa batuk,demam,sesak nafas
dan nyeri pada beberapa bagian tubuhnya. Dokter menyarankan untuk dilakukan
pemeriksaan kultur dan didapatkan hasil koloni mengembang warna putih pudar dengan
tekstur permukaan yang halus dan kering. Berdasarkan hasil pemeriksaan pasien tersebut
didiagnosis.....
a. Blastomyces
b. Blastomikosis
c. Histoplasmosis
d. Cryptococcosis
e. Sporotrikosis

2. Seorang anak diberi antibiotik jenis Itrakonazol 200-400mg per hari oleh dokter.
Antibiotik yang diberikan ke anak tersebut berasal dari jamur dengan ciri-ciri:
• tumbuh sebagai ragi bulat
•multinuklear berdinding tebal(8-15 µm) yang biasanya menghasilkan tunas tunggal
•tunas dan sel yeast induk menempel pada suatu dasar yang luas, dan tunas ini bisa
membesar hingga berukuran sama dengan sel yeast induk sebelum mereka terlepas
•sel yeast ibu dengan anak yang masih melekat disebut blasoconidia. Koloni berkerut
seperti lilin dan lembut
•membutuhkan 7-10 hari untuk tumbuh menjadi bentuk ragi.

Jamur spesies apakah yang sesuai dengan ciri-ciri diatas?


a. Blastomyces
b. Blastomyces mycelial form
c. Blastomyces mold phase
d. Blastomyces bentuk hifa
e. Blastomyces dermatitidis bentuk yeast form/ bentuk ragi

Andi Khadijah (PO714203191.004)


3. Dilaboratorium meneliti sebuah sampel yang berasal dari roti. Kemudian menemukan

12
sifat dan morfologi sebagi berikut :
•diameter 10-20 µm
•benang-benang memanjang
•termasuk protista eukariotik
•Kemoheterotof dan kemoorganotrof
•saprofit atau parasit
•struktur vegetatif berupa seluler (yeast atau khamir) atau multiseluler dan berfilamen
(mold atau kapang dan endapan)
•reproduksi seksual atau aseksual
Dari pernyataan diatas merupakan sifat dan morfologi dari ....
a. Jamur
b. Bakteri
c. Parasit
d. Bakteri dan parasit
e. Salah semua

4. Blastomyces dermatidis menyebabkan pentakit Blastomikosis. Berapa lama masa inkubasi


untuk Blastomikosis .....
a. 3-15 minggu
b. 1-10 minggu
c. 12 minggu
d. 13 minggu
e. 14 minggu

Tafika yahsifany (PO714203191.034)


5. Blastomyces dermatidis dikatakan bersifat dimorfik karena fungi ini memiliki dua bentuk
yaitu .....
a. Hifa dan misselium
b. Ragi dan spora
c. Hifa dan ragi

13
d. Misselium dan ragu
e. Spora dan hifa

14

Anda mungkin juga menyukai