PENDAHULUAN
1
Elephantiasis/filariasis merupakan suatu infeksi parasit yang
menyerang pembuluh limfe, sehingga terjadi pembesaran satu atau
lebih anggota gerak yang diserangnya. (Christine Brooker, 2001).
2
jaringan. Cairan jaringan ini selanjutnya akan masuk ke dalam
kapiler limfa. Kemudian kapiler limfa akan bergabung dengan
kapiler limfa yang membentuk pembuluh limfa yang lebih besar
dan akhirnya bergabung menjadi pembuluh limfa besar yaitu
pembuluh limfa kanan dan kiri. Kurang lebih 100 mil cairan limfa
akan dialirkan oleh pembuluh limfa menuju vena dan
dikembalikan ke dalam darah.
3
Dalam mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulais
darah digunakan sebagai system transport oksigen, karbon dioksida,
makanan, dan hormone serta obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai
dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap sel dalam tubuh. Dalam hal
ini, factor perubahan volume cairan tubuh hormone dapat
berpengaruh pada system kardiovaskuler baik secara langsung
maupun tidak langsung.
4
yolk sac membentuk system kardiovaskuler purba. Pada janin
proses peredaran darah melalui plasenta.
a. Jantung
b. Ruang jantung
5
c. Katup jantung
Jantung memiliki dua tife katup yaitu katup antrioventrikuler
dan katup semilunar. Katup jantung tersusun oleh endothelium
yang dilapisi oleh jaringan fibrosa, sehingga katup dapat
menutup dan membuka karena sifatnya yang fleksibel. Fungsi
katup jantung adalah mengalirkan darah pada saat terbuka dan
menahan aliran darah, mencegah refluk aliran darah pada saat
menutup.
6
4.Bagaimana penanganan Infeksi virus pada system limfatik dan
kardiovaskuler?
1.3 Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
8
sering terjadi pada anak–anak yang lebih tua dan orang
dewasa.Mononukleosis sulit untuk dibedakan dengan infeksi virus
umum lainnya seperti flu. Jika gejala tidak membaik dalam 1 atau 2
minggu setelah perawatan di rumah seperti beristirahat,
mendapatkan asupan cairan yang cukup dan makan makanan
sehat, maka segera konsultasi ke dokter.
c. Penyebab
Mononukleosis umumnya disebabkan oleh virus Epstein Barr
(EBV) yang berasal dari keluarga virus Herpes dan merupakan
salah satu virus yang paling umum menginfeksi manusia diseluruh
dunia.Mononukleosis biasanya menginfeksi remaja karena
sebagian besar orang dewasa yang telah terpapar virus ini dapat
membangun antibodinya sendiri.
Penyakit ini dapat ditularkan melalui cairan tubuh seperti
darah, air mani atau air liur orang yang terinfeksi, sehingga virus
dapat disebar dengan beberapa kegiatan seperti hubungan
seksual, transplantasi organ, transfusi darah dan berciuman,
berbagi peralatan makan dengan seseorang yang terkena infeksi,
batuk, dan bersin. Pada remaja dan dewasa, infeksi mononucleosis
dapat menyebabkan gejala pada sekitar 35–50% orang.Pada
anak–anak, infeksi seringkali tidak menyebabkan gejala.
d. Faktor Risiko
Faktor yang dapat meningkatkan risiko, seperti:
Orang muda berusia antara 15-30 tahun.
Pelajar.
Mahasiswa kedokteran yang sedang magang.
Perawat.
Pengasuh.
Orang–orang yang mengonsumsi obat–obatan penekan
sistem imun.
9
Orang–orang yang secara teratur kontak langsung dengan
kumpulan orang yang banyak mempunyai risiko yang meningkat
untuk terkena mononukleosis.Oleh karena itu, pelajar sekolah dan
mahasiswa seringkali terkena infeksi ini.
e. Diagnosis
Pada saat konsultasi, dokter biasa akan melakukan
beberapa hal, seperti:
Riwayat penyakit dengan menanyakan sudah berapa lama
gejala terjadi. Jika berusia antara usia 15–25 tahun, dokter
akan menanyakan kontak dengan orang yang menderita. Usia
adalah salah satu faktor utama untuk mendiagnosis
mononukleosis bersama dengan gejala yang paling umum
seperti demam, sakit tenggorokan, dan pembengkakan
kelenjar getah bening.
Pemeriksaan fisik terlebih dahulu seputar gejala yang dialami,
mencari tanda-tanda seperti amandel, pembengkakan limpa,
dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Monospot test. Pemeriksaan ini adalah salah satu cara yang
dapat diandalkan untuk mendiagnosis mononukleosis.
Pemeriksaan darah dilakukan untuk mencari antibodi, yaitu
protein yang dihasilkan oleh sistem imun tubuh untuk
merespon benda asing didalam tubuh. Pemeriksaan ini tidak
mencari antibodi terhadap EBV, tetapi menentukan kadar dari
grup antibodi lain yang akan dihasilkan jika terinfeksi oleh EBV.
Pemeriksaan ini akan menghasilkan hasil yang konsisten jika
dilakukan antara 2–4 minggu setelah gejala timbul.
Pemeriksaan antibodi dengan pemeriksaan antibodi terhadap
virus Epstein Barr. Jika hasil monospot test negative, maka
pemeriksaan antibodi spesifik terhadap EBV akan dilakukan.
10
Pemeriksaan ini dapat mendeteksi mono pada minggu
pertama gejala dialami.
Pemeriksaan jumlah sel darah putih dengan melakukan tes
darah untuk mencari peningkatan sel darah putih (limfosit) atau
yang tampak tidak normal.
f. Pengobatan
Tidak ada perawatan khusus untuk mengobati
mononukleosis, gejala biasanya akan hilang 1-2 bulan, namun
terdapat beberapa cara untuk mengobati dan merawat
mononukleosis, seperti:
Obat-obatan yang dijual secara bebas untuk mengurangi
demam dan meredakan sakit tenggorokan
Obat kortikosteroid untuk mengurangi amandel dan
pembengkakan pada tenggorokan
Mengonsumsi sup ayam hangat
Menggunakan obat penghilang rasa sakit seperti obat yang
mengandung acetaminophen
Banyak istirahat
Banyak minum air
Kumur air garam
g. Pencegahan
Mononucleosis hampir tidak mungkin dicegah, karena orang
sehat yang pernah terinfeksi EBV dapat membawa dan menularkan
infeksi secara berkala seumur hidup.Karena penyakit ini dapat
disebar melalui air liur.Maka jika Anda terinfeksi mononukleosis,
hindari mencium, tidak berbagi makanan ataupun alat makan
sampai beberapa hari atau lebih lama setelah demam mereda.
11
2.2 Cytomegalovirus
a. Pengertian Cytomegalovirus
12
obatan, seperti obat antivirus, dapat meredakan gejala yang terjadi
pada penderita.
b. Gejala Cytomegalovirus
Pembesaran limpa.
13
mata (retinitis), paru-paru (pneumonia) hati, kerongkongan (esofagus),
lambung, usus, serta otak (ensefalitis).
c. Penyebab Cytomegalovirus
d. Diagnosis Cytomegalovirus
14
lainnya. Saat pasien diduga mengalami infeksi CMV, dokter akan
melakukan pemeriksaan guna mendeteksi virus ini dari cairan atau
jaringan tubuh. Tes darah di laboratorium juga dapat memastikan
infeksi CMV melalui pemeriksaan kandungan antibodi CMV.Selain
itu, tes darah juga menunjukkan berapa banyak virus yang terdapat
dalam tubuh.
e. Pengobatan Cytomegalovirus
15
kesehatan lebih serius, karena belum ada obat yang dapat
menyembuhkan infeksi CMV.
Contoh obat anti virus untuk infeksi CMV pada mata adalah
valganciclovir atau ganciclovir. Obatantivirus juga diberikan kepada
pasien pasca transplantasi organ guna mencegah infeksi CMV.
f. Komplikasi Cytomegalovirus
16
g. Pencegahan Cytomegalovirus
17
2.3 HIV/AIDS
18
patogen di sekitar kita tadi akan dengan mudah masuk ke tubuh
kita dan menimbulkan penyakit pada tubuh manusia.
19
ada kemungkinan orang lain tersebut tertular AIDS. Cara penularan
yang paling umum ialah: senggama, transfusi darah, jarum suntik
dan kehamilan. Penularan lewat produk darah lain, seperti ludah,
kotoran, keringat, dll. secara teoritis mungkin bisa terjadi, namun
resikonya sangat kecil.
c. Penularan HIV
20
virus HIV. Risiko penularan melalui transfusi darah ini hampir
100 %.
21
2) Jangan berganti-ganti pasangan seksual
3) Abstrinensi (tidak melakukan hubungan seks)
4) Gunakan kondom, terutama untuk kelompok perilaku resiko
tinggi, jangan donor darah
5) Penggunaan jarum suntik hanya sekali pakai
6) Jauhi narkoba
22
Morfologi virus ebola berbentuk tubular berfilamen, amun
bisa ditemukan juga dalam bentuk sirkuler atau bercabang. Virion
biasanya berdiameter 80 nm dan memiliki panjang bervariasi antara
800 – 1000 nm.
c. Patogenesis
23
Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel tubuh
manusia antara lain di sel endotelial, sel monosit, makrofak dan sel
hepar. Setelah virus masuk ke dalam sel hospes, didalam sekretori
glikoprotein (sGP) , glikoprotein viral (GP) disintesis. Replikasi virus
ebola dalam sel mengacaukan sintesis protein hospes dan system
imun hospes.
Glikoprotein viral membentuk klompleks trimerik yang
merupakan komponen untuk virus mengikatkan dirinya pada
lapisan sel endotelial yang melapisi dinding bagian dalam,
pembuluh darah. Komponen dimerik dari sGP protein,
yangmerupakan komponen kompleks trimeric glikoprotein viral
telah mengalabui kerja neutrophil sehingga virus dapat berlindug
dari system imundengan menghambat langka awal aktivitas
neutrophil.
Keberadaan partikel virus dan kerusakan sel akibat proses
budding pada saat virion keluar dari dalam sel yang terinfeksi,
mengakibatkan pelepasan sitokin terutama TNF-a, IL-6, IL-8 dan
lainnya, yang merupakan molekul signal untuk aktivitas proses
demam dan inflamasi. Disamping itu efek sitopatogenik virus pada
sel indotelial yang melapisi bagian dalam pembulu darah, dapat
menyebabkan kebocoran pada dinding sel pembuluh darah.
Kebocoran pada dinding sel pembuluh darah ini diperparah
oleh efek sintesis glikoprotein viralyang mengambil glikoprotein sel
yang terinfeksi, sehingga mempengaruhi fungsi protein integrin
yang bertanggung jawab pada intergritas struktur ikatan
intraseluler. Hal ini dapat menimbulkan permeabilitas dinding
pembuluh darah. Disamping itu infeksi virus ebola pada sel
hepatosis menyebabkan kerusakan pada sel hati, sehingga
mengakibatkan koagulopati atau kelainan pada system pembuluh
darah. Dengan demikian dapat dipahami bahwa ketika dinding
pembuluh darah mengalami kebocoran dan mekanisme koagulasi
24
tidak bekerja secara efektif, maka darah akan keluar dari pembuluh
darah sehingga menyebabkan hipovolemik dan syok.
d. Patofisiologi
Penyakit ebola menyebar dan masuk ke dalam tubuh host
melalui berbagai macam cara antara lain melalui jarum suntik ,
donor darah , dan melalui kontak langsung tangan.
Tahapan penularan virus ebola dari penderita satu ke
penderita lainnya antara lain :
1) Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan
tubuh atau sekret dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan
melalui sirkulasi. melalui lecet di kulit selama perawatan pasien,
ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging secara
terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik
merupakan rute utama dari eksposur kerja.
2) Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial,
dengan replikasi tinggi dalam beberapa tipe sel di dalam hati,
paru-paru dan limpa.
3) Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan
terhadap efek cytopathic produk gen virus Ebola in vitro dan
mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler
dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau
keduanya. Kerusakan tidak langsung juga dapat ditimbulkan
oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor nekrosis dan
oksida nitrat.
25
e. Gejala Klinik
Masa inkubasi infeksi virus ebola antara 2 – 21 hari.
Penyakit ditandai dengan gejalan yang timbul secara memdadak
dan cepat berupa demam, malaise, sakit otot, sakit kepala dan
inflamasi pada faaring. Setelah 6 hari dilanjutkan dengan muntah
dan diare berdarah, pendarahan dan ruam maculopapular.
Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung,
demam, sakit kepala, muntah darah, ruam pada kulit, malaise, sakit
oto dan persendian, inflamasi pada faring, darah tidak dapat
membeku, sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi,
gangguan tenggorokan, pendarahan, diareh dan muntah. Adanya
purpura, petekia, sklerotika arteriol dan penurunan tekanan darah
adalah tanda bahwa perjalanan penyakit semaikin parah.
26
Pemeriksaan virus ebola dapat dilakukan dengan berbagai
cara antara lain dengan cara mengisolasi virus, mendeteksi genom
atau protein virus, ataudenga cara mendeteksi keberadaan antibodi
spesifik dalam darah penderita. Isolasi virus dapat dilakukan
dengan cara kultur sel, dan cara mendeteksi RNA viral dapat
dilakukan dengan teknik polymerase chain reaction (PCR).
Sedangkan unutuk mendeteksi protein vial dapat dilakukan dengan
metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA) pada tahap
awal terjadi infeksi. Teknik ELISA, juga digunakan untuk
mendeteksi keberadaan antibodi terhadap virus ebola dalam darah
penderita pada tahap infeksi lanjut dan tahap pemulihan.
Selama wabah ebola, cara diagnosis virus ebola dengan
cara isolasi sangat sulit untuk dilakukan. Dalam keadaan wabah,
umumnya dilakukan dengan metode real-time PCR dan teknik
ELISA yang cukup sensitive dan cukup cepat hasilnya.
g. Pencegahan
Menjelaskan ada 6 langakah pencegahan terahadap
penyakit ebola :
i. Hindari daerah yang diketahui sebagai pusat awal wabah
terjadi. Atau ketahui di negara mana saja virus ebola sudah
menyebar. Sebagai contoh, sebelum bepergian ke Afrika, cari
tahu tentang epidemi yang sedang berkembang saat ini. Cara
yang dapat dilakukan dengan memeriksa ke situs Pusat
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit.
ii. Cuci tangan sesering mungkin. Tindakan pencegahan yang
satu ini merupakan salah satu langkah penting yang perlu
dilakukan. Sama halnya terhadap pencegahan yang
ditimbulkan dari jenis penyakit menular lainnya. Cucilah
tangan menggunakan sabun atau gunakan antiseptik yang
mengandung setidaknya 60 persen alkohol ketika sabun dan
air tidak tersedia.
27
iii. Hindari daging hewan liar di dan dari negara berkembang.
Hindari membeli atau memakan binatang liar, termasuk
primata yang dijual di pasar lokal.
iv. Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Perlu
diperhatikan juga untuk menghindari kontak dengan cairan
dan jaringan tubuh seseorang, termasuk darah, air mani,
cairan vagina, dan air liur. Orang yang terjangkit virus ebola
paling cepat menular pada tahap akhir, biasanya ketika
korban dalam keadaan parah atau bahkan sudah meninggal.
v. Ikuti prosedur pengendalian infeksi. Jika Anda seorang
petugas kesehatan, kenakan pakaian pelindung, seperti
sarung tangan, masker, dan perisai mata. Jauhkan orang
yang terinfeksi dari orang lain. Buang jarum dan sterilkan
instrumen kesehatan lainnya.
vi. Jangan sembarangan menangani mayat korban ebola. Mayat
orang yang meninggal karena ebola masih dapat menular.
Tim khusus dan terlatih harus mengubur mayat
menggunakan peralatan yang tepat
28
yang menguning akibat penurunan fungsi hati. Umumnya, demam
kuning ditemukan di wilayah Afrika, Amerika Selatan, Amerika
Tengah, dan Karibia. Demam kuning dapat menyerang penduduk
yang tinggal di daerah endemik dan para turis yang sedang
mengunjungi daerah tersebut.
29
Waktu senja hingga fajar merupakan waktu ketika nyamuk
Aedes aegypti sedang aktif, sehingga di waktu tersebut penyebaran
virus demam kuning paling banyak terjadi
o Demam.
o Pusing.
o Mata, wajah, atau lidah kemerahan.
o Sakit kepala.
o Silau terhadap cahaya.
o Nafsu makan menurun.
o Nyeri otot.
o Mual dan muntah.
30
Fase toksik. Pada fase ini, gejala demam kuning dirasakan
kembali oleh penderita, dengan gejala yang lebih serius.
Gejala-gejala tersebut meliputi:
o Kulit dan sklera (bagian putih mata) menguning.
o Denyut jantung melambat.
o Nyeri perut.
o Muntah yang terkadang disertai muntah darah.
o Mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan dari mata.
o Penurunan jumlah urine dan gagal ginjal.
o Gagal hati.
o Penurunan fungsi otak, meliputi delirium, kejang,
hingga koma.
d. Diagnosis Demam Kuning
Demam kuning terkadang sulit didiagnosis karena gejalanya
cukup umum dan menyerupai gejala penyakit lainnya, seperti
malaria, tifus, dan demam berdarah. Dokter akan melakukan
beberapa hal, antara lain:
Mengajukan pertanyaan terkait riwayat timbulnya gejala yang
dialami pasien, termasuk riwayat bepergian ke daerah lain
dan riwayat kesehatan terdahulu.
Melakukan pemeriksaan fisik lengkap dari kepala hingga kaki,
termasuk pemeriksaan suhu tubuh dan tekanan darah.
Melakukan tes darah untuk mengetahui keberadaan antibodi
tubuh yang muncul saat terinfeksi virus tersebut.
31
mendukung sistem kekebalan tubuh dalam menangani gejala
yang muncul, antara lain:
Perdarahan.
Miokarditis, yaitu peradangan otot jantung.
Edema paru, yaitu penumpukan cairan di dalam kantung
paru-paru (alveoli).
32
Sindrom hepatorenal. Timbulnya gagal ginjal pada pasien
yang mengalami kerusakan hati.
Radang otak (ensefalitis).
Infeksi bakteri sekunder, yaitu infeksi bakteri yang muncul
selama atau setelah pengobatan terhadap infeksi lain.
33
Perlindungan dari gigitan nyamuk. Selain vaksinasi, risiko
demam kuning juga dapat dikurangi dengan melindungi diri
dari gigitan nyamuk. Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk menurunkan risiko gigitan nyamuk, antara
lain:
o Gunakan baju lengan panjang dan celana panjang.
o Hindari banyak beraktivitas di luar ruangan, terutama
sore hari hingga subuh.
o Pilih tempat tinggal yang dilengkapi dengan jendela
yang diberi kawat nyamuk dan pendingin ruangan.
o Jika tidak memiliki pendingin ruangan dan jendela kawat
nyamuk, maka gunakan kelambu.
o Gunakan losion pengusir nyamuk. Namun, tetaplah
berhati-hati karena losion pengusir nyamuk dapat
bersifat racun. Gunakan sesuai kebutuhan dan jangan
terlalu berlebihan. Bila ingin menggunakan losion anti
nyamuk terhadap bayi dan anak-anak, gunakan produk
yang memang diperuntukkan untuk bayi dan anak-anak.
o Beberapa bahan alami, seperti minyak kayu putih, juga
mampu memberikan perlindungan terhadap gigitan
nyamuk.
34
2) Penyakit Marburg adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
yang masih satu golongan dengan virus Ebola, yaitu filovirus
(Filoridae). Selain pada monyet Afrika, African green monkeys,
penyakit Marburg juga dihubungkan dengan kelelawar jenis Old
World Fruit Bat. (Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, 2014)
b. Struktur Virus
35
aneh, diameter virion yaitu berukuran sekitar 80 nm dengan
panjang 800 – 1.000 nm. Kapsomer tertutup nukleokapsid yang
berbentuk helicoid.
Virus Marburg ditemukan disegala jenis darah dan hati
manusia ketika masuk tahap percobaan di Laboratorium. Para ahli
berpendapat bahwa pembawa virus Marburg yang paling
berbahaya yaitu pada monyet, manusia (menyebar saat memasuki
tahap paling akut), bayi babi, bayi tikus, dan embrio ayam. Tidak
ada tanda-tanda bahwa tikus dewasa membawa virus penyakit,
virus ini berduplikasi pada tikus yang baru lahir. Penularan filovirus
dari kelelawar :
1) Penularan virus (PCR) 1,6-5,1 %
2) Penularan sebelumnya (IgG) 2,3-20,5 %
Berikut ini adalah gambar mengenai penularan virus
Marburg/Ebola melalui perantara hewan :
36
Pada Agustus 1967, beberapa peneliti di Jerman yang
sedang mengambil sampel darah dari monyet tiba-tiba menderita
sakit dengan gejala demam. Kasus ini berkembang pula di
Belgrade, 7 dari 30 orang mengalami demam cukup parah.
Distribusi kasus penyebaran virus ini bermula di Marburg, jumlah
monyet meningkat pada waktu yang bersamaan. Total persebaran
penyakit ini mencapai titik puncak dan menular pada tubuh
manusia. Faktanya, berawal dari 25 kasus dan 5 tambahan kasus
penularan penyakit yang lebih parah semakin lama mencapai
persentase tertinggi. 20 dari 29 orang yang terkena virus Marburg
ditularkan melalui kontak darah monyet ke penderita hingga
akhirnya menyebar ke dalam jaringan tubuh manusia.
Meskipun Ebola dan Marburg disebabkan oleh virus-virus
yang berbeda, dua penyakit ini berdasarkan ilmu pengobatan
hampir tidak bisa dibedakan satu sama lainnya. Kedua penyakit ini
jarang ditemukan, namun memiliki kemampuan untuk menciptakan
wabah yang menyebar secara dramatis dengan tingkat kematian
sangat tinggi. Berdasarkan pengalaman, wabah sebuah penyakit
cenderung menarik perhatian pihak otoritas kesehatan hanya
setelah penyebarannya tidak mampu lagi disaring melalui
pengawasan infeksi dalam pelayanan kesehatan yang telah
diciptakan sebelumnya.
Sejauh ini, penyakit Marburg masih belum ditemukan vaksin
atau perawatan khusus. Walaupun dalam beberapa tahun terakhir
ini penyelidikan dilakukan secara intensif, termasuk melibatkan
hasil test terhadap ratusan binatang, serangga dan tanaman-
tanaman, belum ada hewan atau sumber-sumber lingkungan alam
lainnya dari kedua virus itu yang berhasil diidentifikasi.
Monyet-monyet sangat sensitif untuk menginfeksi, namun
tidak dipertimbangkan sebagai tempat berkumpulnya virus ini
karena secara kasat mata semua hewan yang terinfeksi terlalu
37
cepat mati untuk menjadi pusat penyebaran virus ini. Manusia juga
dinilai tidak merupakan bagian dari siklus transmisi penyakit ini.
Wabah penyakit ini dilaporkan telah terjadi di negara Angola,
Republik Demokratik Kongo dan Afrika Selatan. Wabah penyakit ini
pertama kali diidentifikasi di Jerman dan mantan negara Yugoslavia
pada tahun 1967. Saat itu virus tersebut terdeteksi pada sejumlah
pekerja di laboratorium yang tertular dari seekor monyet hijau
(Cercopithecus aethiops) asal Uganda yang terinfeksi virus
mematikan tersebut.
Penyebaran virus antar manusia membutuhkan kontak yang
sangat dekat dengan pasien. Infeksi terjadi saat terjadi kontak
dengan darah dan cairan tubuh, seperti kotoran manusia, muntah,
urin dan keringat, dengan konsentrasi virus yang tinggi, khususnya
ketika cairan itu mengandung darah. Transmisi melalui sperma
yang terinfeksi juga dapat terjadi hingga 7 minggu setelah pasien
disembuhkan.
Infeksi melalui kontak tubuh secara langsung dinilai sangat
jarang terjadi. Rendahnya tingkat transmisi antar manusia melalui
kontak tubuh dikarenakan bahwa transmisi aerosol melalui
pernafasan tidak efisien. Transmisi juga tidak akan terjadi selama
masa inkubasi.
Seseorang diduga sangat berpotensi menginfeksi
sesamanya saat menderita gejala-gejala terjangkit virus Marburg.
Kontak dekat dengan pasien yang sakit keras selama dirawat di
rumah atau rumah sakit dan proses pembakaran jenazah
merupakan cara paling umum penyebaran virus tersebut.
Penyebaran melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi
atau jarum suntik pada luka-luka tertentu diduga akan semakin
mempercepat penyebaran virus, memperburuk kondisi kesehatan
dan kemungkinan tingginya resiko kematian. Masa inkubasi dari
virus ini adalah 3 hingga 9 hari.
38
Semua kelompok umur sangat rentan terinfeksi dengan virus
Marburg, tetapi kebanyakan kasus ini menimpa orang-orang
dewasa. Sampai dengan penyebaran virus Marburg di Angola,
kasus-kasus anak kecil yang terinfeksi virus ini sangat jarang.
Dalam wabah penyakit terbesar yang pernah tercatat sebelumnya
di Republik Demokratik Kongo dari tahun 1998 - 2000, hanya
ditemukan 12 orang atau 18 % dimana korbannya berusia dibawah
5 tahun.
d. Gejala
Sakit yang disebabkan virus Marburg mulai datang secara
tiba-tiba dengan gejala sakit kepala dan perasaan tidak sehat. Otot-
otot nyeri dan sakit adalah gejala umum yang dirasakan oleh
pengidap penyakit ini.
Panas tinggi umumnya terlihat pada hari pertama, dan diikuti
kondisi tubuh yang melemah dengan cepat. Dihari ketiga, si
penderita akan mengalami diare, sakit dan nyeri pada perut, pusing
serta muntah-muntah. Pada umumnya pasien akan menderita diare
selama satu minggu.
Ciri-ciri pasien yang telah mencapai tahap ini digambarkan
seperti orang yang telah kehilangan jiwanya atau mati, seperti mata
cekung, wajah yang tidak memiliki ekspresi lagi dan kelihatan
sangat letih.
Banyak pasien mengalami gejala-gejala penyakit
haemorrhagic ini antara hari kelima dan ketujuh, dan untuk kasus
yang sangat fatal pada umumnya pasien mengalami pendarahan
disejumlah bagian titik tubuhnya. Darah-darah segar biasanya
ditemukan dari hasil muntahan dan kotorannya, disertai dengan
pendarahan dari hidung, gusi dan vagina. Selama mengidap gejala-
gejala penyakit ini, pasien biasanya menderita panas yang tinggi.
Akibatnya, sistem saraf pusat bisa terganggu sehingga
menyebabkan kebingungan, mudah marah dan agresif. Dalam
39
kasus yang fatal, kematian pada umumnya terjadi antara hari
kedelapan dan kesembilan setelah mengidap gejala-gejala penyakit
tersebut, dan biasanya diawali dengan kehilangan banyak darah
dan shock.
Demam hemoragik Bolivia & Argentina dan Demam Lassa
menyebabkan terjadinya demam, rasa tidak enak badan (malaise),
nyeri dada, nyeri diseluruh tubuh, dan muntah. Pada demam
hemoragik Bolivia & Argentina sering terjadi pendarahan pada
mulut, hidung, lambung, dan saluran pencernaan. Pendarahan
hebat lebih jarang terjadi pada demam Lassa. Kematian dapat
terjadi akibat syok yang disebabkan oleh kebocoran cairan dari
dalam pembuluh darah. Infeksi ini seringkali berakibat fatal. Sekitar
2-20% orang yang terkena demam Lassa meninggal. Angka
kematian tinggi (mencapai 92%) pada wanita hamil atau baru
melahirkan.
Masa inkubasi penyakit Marburg bervariasi antara 4-10 hari.
Gejala yang mula-mula dirasakan penderita adalah nyeri otot dan
nyeri kepala. Pada esok harinya, penderita merasa demam tinggi,
sampai 400 C. Pada hari ketiga, dapat ditemukan nyeri rongga
dada, batuk-batuk, dan pernafasan tertekan. Esok harinya dapat
ditemukan diare, muntah, nyeri sendi, dan tidak mau makan
Pada hari kelima, terlihat gejala yang parah berupa darah
keluar dari mulut, diare berdarah, muntah darah, berkeringat terus,
kemudian tidak sadarkan diri. Kematian umumnya terjadi pada hari
ke-6 sampai hari ke-9 setelah gejala penyakit muncul.
e. Diagnosa
Dugaan infeksi virus Marburg didasarkan dari gejala-gejala
yang ada dan hasil pemeriksaan. Penderita juga memiliki riwayat
bepergian ke daerah-daerah dimana sering terjadi infeksi.
Pemeriksaan darah untuk mengidentifikasi virus dapat membantu
40
untuk mengonfirmasi diagnosis. Contoh darah atau jaringan yang
terinfeksi, terutama jaringan hati, juga dapat diperiksa.
Diagnosis yang hanya didasarkan pada pemeriksaan klinik
saja sangat sulit ditentukan, terutama apabila hanya kasus tunggal.
Sejumlah diagnosis banding perlu mencantumkan, antara lain :
Crimean-Congo Haemorrhagic Fever, Korean haemorrhagic Fever,
Rift Valley Fever, demam virus Chikungunya, Yellow fever.
Untuk peneguhan diagnosis laboratorik, spesimen (darah,
cairan tubuh, dan jaringan hati) hanya dikirimkan ke laboratorium
referensi yang mempunyai tingkat keamanan tinggi dan fasilitas
pendukung yang memadai. Laboratorium tersebut antara lain :
1) Special Pathogens Branch, Division of Viral Diseases,
Centers for Infectious Diseases, Center for Disease Control
and Prevention, Atlanta, Georgia, Amerika Serikat.
2) Central Public Health Laboratory, Colindale, London,
Inggris.
3) National Institute for Virology, Sandringham, Republik
Afrika Selatan.
f. Pencegahan Dan Pengobatan
Tidak ada pengobatan yang spesifik untuk penyakit Marburg.
Penanganan pasien disarankan untuk memperhatikan “Mobile
Clinical Laboratory Manual. Clinical Laboratory Support and the
Management of Patients Suspected of Infection with Class IV
Agent”.
g. Pengobatan
Satu-satunya terapi untuk infeksi virus Marburg adalah
perawatan suportif sacara umum, yang meliputi pemberian cairan
melalui pembuluh darah dan terapi lain untuk menjaga fungsi
tubuh. Pemulihan dapat memakan waktu yang lama.
h. Pencegahan
41
Belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah infeksi
virus Marburg. Isolasi ketat sangat penting untuk mencegah
penyebaran penyakit lebih lanjut.
42
b. Penyebab Chikungunya
43
Virus chikungunya dapat menyerang siapa saja. Namun,
risiko terserang penyakit ini lebih tinggi pada bayi yang baru lahir,
lansia 65 tahun ke atas, dan individu dengan kondisi medis lain,
seperti hipertensi, diabetes, dan penyakit jantung.
c. Gejala Chikungunya
Sendi bengkak
Sakit kepala
Lemas
Mual
d. Diagnosis Chikungunya
44
mengalami gejala di atas disarankan untuk segera memeriksakan
diri ke dokter, agar dapat diberikan penanganan yang tepat.
e. Pengobatan Chikungunya
45
Perlu diketahui, jangan menggunakan aspirin atau obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) sebelum dokter memastikan
gejala yang dialami bukan gejala demam berdarah. Hal tersebut
untuk mencegah terjadinya perdarahan. Bila Anda sedang
menjalani pengobatan untuk kondisi lain, sebaiknya berkonsultasi
dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat lain.
f. Pencegahan Chikungunya
46
Menggunakan losion anti-nyamuk dengan kandungan N,N-
diethylmetatolumide (DEET) secara rutin. Bila Anda
mengenakan tabir surya, oleskan losion setelah tabir surya.
g. Komplikasi Chikungunya
47
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang
berfungsi mengalirkan limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa
(bukan limpa) berasal dari plasma darah yang keluar dari sistem
kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar
limfa dan dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu; cardiac dan
vaskuler. Cardiac yang berarti jantung dan vaskuler yang berarti
pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup system sirkulasi darah yang
terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat
peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu
sebuah pompa berotot yang ebrdenyut secara ritmis dan berulang 60-
100x/menit. Setiap denyut menyebabkan darah mengalir dari jantung,
keseluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri atas arteri,
arteriol, dan kapiler. Kemudian kembali kejantung melalui venula dan
vena.
makalah Infeksi Virus pada system limfatik dan kardiovaskuler ini
terdapat beberapa virus yang menginfeksi system limfatik dan
kardiovaskuler, yaitu:
a. Epstein-Barr Virus
b. Cytomegalovirus
c. HIV/AIDS
d. Virus E-bola
e. Virus Demam Kuning
f. Virus Marburg
g. Virus Chikungunya
48
3.2 Saran
Saran dari kelompok kami adalah apabila ketika pembaca
menemukan kekeliruan atau hal-hal yang tidak jelas atau tidak di
pahami pada saat membaca makalah ini kami sangat mengharapkan
kritikan serta saran dari pembaca, agar kami dapat memperbaiki
makalah ini di kemudian hari.
49
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai
PenerbitFKUI
50