Anda di halaman 1dari 33

SISTEM LIMFATIK DAN

KADIOVASKULER

OLEH KELOMPOK 2:
NILA ROSA JULIANTI
NISYA DIRA TAHIR
MIRANTY FISTA PORA
ASNAWIYAH TAHERUN
SOFIA ROSANTI AMAR
IIN MAGFIRAH AHMAD
SISTEM LIMFATIK DAN KARDIOVASKULER

 SISTEM LIMFATIK
Sistem limfatik adalah suatu sistem sirkulasi sekunder yang berfungsi mengalirkan
limfa atau getah bening di dalam tubuh. Limfa (bukan limpa) berasal dari plasma darah
yang keluar dari sistem kardiovaskular ke dalam jaringan sekitarnya. Cairan ini kemudian
dikumpulkan oleh sistem limfa melalui proses difusi ke dalam kelenjar limfa dan
dikembalikan ke dalam sistem sirkulasi.

 SISTEM KARDIOVASKULER
Kardiovaskuler terdiri dari dua suku kata yaitu; cardiac dan vaskuler. Cardiac yang
berarti jantung dan vaskuler yang berarti pembuluh darah. Dalam hal ini mencakup system
sirkulasi darah yang terdiri dari jantung komponen darah dan pembuluh darah. Pusat
peredaran darah atau sirkulasi darah ini berawal dijantung, yaitu sebuah pompa berotot
yang ebrdenyut secara ritmis dan berulang 60-100x/menit. Setiap denyut menyebabkan
darah mengalir dari jantung, keseluruh tubuh dalam suatu jaringan tertutup yang terdiri
atas arteri, arteriol, dan kapiler. Kemudian kembali kejantung melalui venula dan vena.
VIRUS YANG DAPAT MENGINFEKSI SISTEM LIMFATIK DAN
KARDIOVASKULER

Epstein-Barr Virus
 Pengertian
Mononukleosis atau demam kelenjar merupakan suatu penyakit yang
disebabkan oleh virus Epstein-Barr (EBV) yang biasanya terjadi pada
remaja.Biasanya penyakit ini juga sering disebut dengan penyakit ciuman
(kissing disease) karena penyebarannya dapat melalui air liur seperti
berciuman, bersin, batuk, dan berbagi peralatan makan dengan orang yang
terinfeksi.Penyakit ini juga dapat terjadi komplikasi pada beberapa kasus yaitu
seperti pembengkakan limpa

 Penyebab
Mononukleosis umumnya disebabkan oleh virus Epstein Barr (EBV) yang
berasal dari keluarga virus Herpes dan merupakan salah satu virus yang paling
umum menginfeksi manusia diseluruh dunia.Mononukleosis biasanya
menginfeksi remaja karena sebagian besar orang dewasa yang telah terpapar
virus ini dapat membangun antibodinya sendiri
 Diagnosis

• Riwayat penyakit dengan menanyakan sudah berapa lama gejala terjadi. Jika berusia antara
usia 15–25 tahun, dokter akan menanyakan kontak dengan orang yang menderita
• Pemeriksaan fisik terlebih dahulu seputar gejala yang dialami, mencari tanda-tanda seperti
amandel, pembengkakan limpa, dan pembengkakan kelenjar getah bening
• Monospot test. Pemeriksaan ini adalah salah satu cara yang dapat diandalkan untuk
mendiagnosis mononukleosis. Pemeriksaan darah dilakukan untuk mencari antibodi, yaitu
protein yang dihasilkan oleh sistem imun tubuh untuk merespon benda asing didalam tubuh
• Pemeriksaan antibodi dengan pemeriksaan antibodi terhadap virus Epstein Barr. Jika
hasil monospot test negative, maka pemeriksaan antibodi spesifik terhadap EBV akan
dilakukan. Pemeriksaan ini dapat mendeteksi mono pada minggu pertama gejala dialami.
• Pemeriksaan jumlah sel darah putih dengan melakukan tes darah untuk mencari
peningkatan sel darah putih (limfosit) atau yang tampak tidak normal
Cytomegalovirus

 Pengertian
Cytomegalovirus atau CMV adalah kelompok virus dapat menginfeksi manusia dan
menimbulkan penyakit.Infeksi CMV biasanya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gangguan kesehatan karena sistem kekebalan tubuh bisa mengendalikan infeksi virus
tersebut
Infeksi cytomegalovirus dapat ditularkan melalui cairan tubuh penderita, seperti air
ludah, darah, atau urine.Penularan tersebut terjadi saat virus dalam keadaan aktif, misalnya
ibu hamil yang terinfeksi virus CMV aktif dapat menularkan virus ini pada janinnya.Kondisi
ini disebut CMV bawaan.
 Gejala Cytomegalovirus

Infeksi cytomegalovirus umumnya tidak menimbulkan gejala serius dan tidak


disadari penderitanya. Gejala ringan dapat terlihat pada orang yang terinfeksi virus ini,
seperti demam hingga lebih dari 38 derajat Celsius, tubuh terasa lelah, nyeri otot dan
tenggorokan, serta pembengkakan kelenjar getah bening

 Penyebab Cytomegalovirus
 Kontak langsung dengan cairan tubuh, misalnya memegang mata, hidung, atau mulut
setelah kontak langsung dengan cairan tubuh penderita infeksi CMV
 Kontak seksual. Pasangan dapat tertular infeksi virus CMV setelah melakukan hubungan
seksual
 Melalui organ transplantasi atau transfusi darah
 Pemberian air susu ibu. Seorang ibu yang terinfeksi CMV dapat menularkan virus ini kepada
bayi saat menyusuinya
 Saat persalinan. Ibu yang terinfeksi CMV dapat menularkan virus ini pada bayi saat
persalinan. Risiko penularan pada bayi baru lahir lebih tinggi pada saat aktif pertama kali
dibanding pada saat virus aktif kembali
 Diagnosis Cytomegalovirus

Seringkali diagnosis untuk cytomegalovirus (CMV) tidak dibutuhkan, terutama pada


orang dewasa dan anak-anak dengan sistem kekebalan tubuh yang baik, karena tidak
diperlukan pengobatan terhadap infeksi cytomegalovirus. . Saat pasien diduga mengalami
infeksi CMV, dokter akan melakukan pemeriksaan guna mendeteksi virus ini dari cairan
atau jaringan tubuh. Tes darah di laboratorium juga dapat memastikan infeksi CMV
melalui pemeriksaan kandungan antibodi CMV.Selain itu, tes darah juga menunjukkan
berapa banyak virus yang terdapat dalam tubuh.

 Komplikasi Cytomegalovirus
Komplikasi Cytomegalovirus umumnya bervariasi dan dapat terjadi pada siapa saja,
tergantung kesehatan pasien ketika terinfeksi dan kondisi pasien secara keseluruhan.
Komplikasi biasanya muncul pada penderita infeksi CMV dengan sistem imunitas lemah,
antara lain hilangnya penglihatan, gangguan sistem pencernaan (peradangan usus besar,
esofagits, dan hepatitis), gangguan sistem saraf (ensefalitis), serta pneumonia.
Pada kasus yang jarang terjadi, cytomegalovirus dapat meningkatkan
risiko mononukleosis pada orang dewasa yang sehat. Jenis komplikasi lain yang mungkin
terjadi pada orang sehat, antara lain gangguan pada sistem pencernaan, hati, otak, dan
sistem saraf.
HIV/AIDS

 Pengertian HIV (Human Immunodeficiency Virus)


HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah Virus yang menyerang sistim
kekebalan tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya AIDS. Virus HIV ditemukan dalam
cairan tubuh terutama pada darah, cairan sperma, cairan vagina dan air susu ibu.
HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia,
terutama CD4 positive T-sel dan macrophages (komponen-komponen utama sistem kekebalan
sel) dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan
terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan
defisiensi kekebalan tubuh.
CD 4 adalah sebuah marker atau penanda yang berada di
permukaan sel-sel darah putih manusia, terutama sel-sel limfosit. CD4
pada orang dengan sistem kekebalan yang menurun menjadi sangat
penting, karena berkurangnya nilai CD4 dalam tubuh manusia
menunjukkan berkurangnya sel-sel darah putih atau limfosit yang
seharusnya berperan dalam memerangi infeksi yang masuk ke tubuh
manusia. Pada orang dengan sistem kekebalan yang baik, nilai CD4
berkisar antara 1400-1500. Sedangkan pada orang dengan sistem
kekebalan yang terganggu (misal pada orang yang terinfeksi HIV) nilai
CD 4 semakin lama akan semakin menurun (bahkan pada beberapa kasus
bisa sampai nol).
HIV MELEMAHKAN SISTEM KEKEBALAN MANUSIA

Sasaran penyerangan HIV adalah Sistem Kekebalan Tubuh,


terutama adalah sel-sel Limfosit T4. Selama terinfeksi, limfosit menjadi
wahana pengembangbiakan virus. Bila sel-sel Limfosit T4 -nya mati, virus
akan dengan bebas menyerang sel-sel Limfosit T4 lainnya yang masih
sehat. Akibatnya, daya tahan tubuh menurun.
Akhirnya sistem kekebalan tak mampu melindungi tubuh,
sehingga kuman penyakit infeksi lain (kadang disebut Infeksi Oportunistik
/ Infeksi Mumpung) akan masuk dan menyerang tubuh orang tersebut.
Bahkan kuman-kuman lain yang jinak tiba-tiba menjadi ganas. Kumannya
bisa Virus lain, Bakteri, Mikroba, Jamur, maupun Mikroorganisme patogen
lainnya. Penderita bisa meninggal karena TBC, Diare, Kanker kulit,
Infeksi Jamur, dll.
PENULARAN HIV

1). Penularan lewat senggama


Pemindahan yang paling umum dan paling sering terjadi ialah melalui sengga
ma, dimana HIV dipindahkan melalui cairan sperma atau cairan vagina. Adanya luka
pada pihak penerima akan memperbesar kemungkinan penularan. Itulah sebabnya pelaku
senggama yang tidak wajar (lewat dubur terutama), yang cenderung lebih mudah
menimbulkan luka, memiliki kemungkinan lebih besar untuk tertular HIV.

2). Penularan lewat transfusi darah


Jika darah yang ditranfusikan telah terinfeksi oleh HIV , maka virus HIV akan
ditularkan kepada orang yang menerima darah, sehingga orang itupun akan terinfeksi virus
HIV. Risiko penularan melalui transfusi darah ini hampir 100 %.

3). Penularan lewat jarum suntik


 Model penularan lain secara teoritis dapat terjadi antara lain melalui :
 Penggunaan akupunktur (tusuk jarum), tatoo, tindikan.
 Penggunaan alat suntik atau injeksi yang tidak steril, sering dipakai oleh para pengguna
narkoba suntikan, juga suntikan oleh petugas kesehatan liar.
4). Penularan lewat kehamilan
Jika ibu hamil yang dalam tubuhnya terinfeksi HIV , maka HIV
dapat menular ke janin yang dikandungnya melalui darah dengan melewati
plasenta. Risiko penularan Ibu hamil ke janin yang dikandungnya berkisar 20% -
40%. Risiko ini mungkin lebih besar kalau ibu telah menderita kesakitan AIDS
(full blown).
Virus Ebola

 Pengertian Virus Ebola


Virus ebola merupakan virus penyebab demam berdarah ebola (DBE)
yang menyebabkan pendarahan internal massif dan mematikan. Virus ini
diduga berasan dari Afrika yang ditularkan dari binatang primate ke manusia
Ebola adalah sejenis virus dari genus Ebolavirus, familia Filoviridae,
dan juga nama dari penyakit yang disebabkan oleh virus tersebut. Virus ini
mempengaruhi sel indotelial pada permukaan pembuluh darah. Selain itu virus
ebola juga mempengaruhi proses koagulasi, dimana pembuluh darah
mengalami kerusakan dan platelet tidak bisa terkoagulasi, sehingga penderita
akan mengalami syok hipovolemik. Virus yang ditularkan melauli cairan tubuh
ini pertama kali menyebabkan wabah demam berdarah ebola pada tahun1976
di Zaire.
 Struktur Virus

Morfologi virus ebola berbentuk tubular berfilamen, Namun bisa ditemukan juga
dalam bentuk sirkuler atau bercabang. Virion biasanya berdiameter 80 nm dan memiliki
panjang bervariasi antara 800 – 1000 nm.

Genom virus ebola terdiri dari RNA untai tunggal berpolaritas negatif dengan panjang 18.959
– 18.961 pasang basa. Genom viral mengkode 7 protein struktural dan 1 protein nonstructural
 Patogenesis

Virus ebola mampu bereplikasi dengan cepat di sel-sel tubuh manusia antara lain di
sel endotelial, sel monosit, makrofak dan sel hepar. Setelah virus masuk ke dalam sel hospes,
didalam sekretori glikoprotein (sGP) , glikoprotein viral (GP) disintesis. Replikasi virus ebola
dalam sel mengacaukan sintesis protein hospes dan system imun hospes.
Keberadaan partikel virus dan kerusakan sel akibat proses budding pada saat virion
keluar dari dalam sel yang terinfeksi, mengakibatkan pelepasan sitokin terutama TNF-a, IL-6,
IL-8 dan lainnya, yang merupakan molekul signal untuk aktivitas proses demam dan inflamasi.
Disamping itu efek sitopatogenik virus pada sel indotelial yang melapisi bagian dalam pembulu
darah, dapat menyebabkan kebocoran pada dinding sel pembuluh darah.
 Patofisiologi
Tahapan penularan virus ebola dari penderita satu ke penderita lainnya antara lain :
 Virus Ebola menginfeksi subjek melalui kontak dengan cairan tubuh atau sekret
dari pasien yang terinfeksi dan didistribusikan melalui sirkulasi. melalui lecet di
kulit selama perawatan pasien, ritual penguburan dan mungkin kontak dengan daging
secara terinfeksi, atau di permukaan mukosa.Terkadang jarum suntik merupakan rute
utama dari eksposur kerja.
 Target awal dari replikasi adalah sel-sel retikuloendotelial, dengan replikasi tinggi dalam
beberapa tipe sel di dalam hati, paru-paru dan limpa
 Sel Dendritic, makrofag dan endotelium tampaknya rentan terhadap efek cytopathic produk
gen virus Ebola in vitro dan mungkin in vivo melalui gangguan jalur sinyal seluler
dipengaruhi oleh mengikat, fagositosis serapan virus atau keduanya. Kerusakan tidak
langsung juga dapat ditimbulkan oleh faktor-faktor yang beredar seperti faktor tumor
nekrosis dan oksida nitrat.
 Gejala Klinik
 Masa inkubasi infeksi virus ebola antara 2 – 21 hari. Penyakit ditandai dengan gejalan yang
timbul secara memdadak dan cepat berupa demam, malaise, sakit otot, sakit kepala dan
inflamasi pada faaring. Setelah 6 hari dilanjutkan dengan muntah dan diare berdarah,
pendarahan dan ruam maculopapular.
 Gejala klinik yang umum terjadi adalah sakit pada lambung, demam, sakit kepala, muntah
darah, ruam pada kulit, malaise, sakit oto dan persendian, inflamasi pada faring, darah
tidak dapat membeku, sakit pada dada, gangguan syaraf pusat, dehidrasi, gangguan
tenggorokan, pendarahan, diareh dan muntah. Adanya purpura, petekia, sklerotika arteriol
dan penurunan tekanan darah adalah tanda bahwa perjalanan penyakit semaikin parah.
Virus Demam Kuning

 Pengertian

Demam kuning atau yellow fever adalah jenis penyakit yang disebabkan
oleh virus dan ditularkan melalui perantara nyamuk. Penyakit ini ditandai dengan
demam tinggi, serta mata dan kulit yang menguning akibat penurunan fungsi hati.
Umumnya, demam kuning ditemukan di wilayah Afrika, Amerika Selatan,
Amerika Tengah, dan Karibia. Demam kuning dapat menyerang penduduk yang
tinggal di daerah endemik dan para turis yang sedang mengunjungi daerah
tersebut.

 Penyebab Demam Kuning


Nyamuk Aedes aegypti membawa virus demam kuning setelah menggigit
manusia atau monyet yang sedang terinfeksi. Virus kemudian memasuki aliran
darah nyamuk dan menetap di kelenjar air liur (saliva) nyamuk. Ketika nyamuk
itu kembali menggigit orang lain, virus akan memasuki tubuh orang tersebut
melalui aliran darah dan menyebar di dalam tubuh.
 Gejala Demam Kuning

Gejala demam kuning dapat dilihat berdasarkan tiga fase, yaitu:


 Fase inkubasi. Pada masa ini, virus yang masuk ke dalam tubuh belum
menimbulkan tanda-tanda atau gejala. Masa inkubasi berlangsung selama
1-3 hari setelah terinfeksi
 Fase akut. Fase ini terjadi pada hari ke-3 atau ke-4 setelah terinfeksi, dan
dapat berlangsung selama 3-4 hari. Pada fase ini, penderita demam kuning
mulai merasakan gejala-gejala yang meliputi:
 Demam.
 Pusing.
 Mata, wajah, atau lidah kemerahan.
 Sakit kepala.
 Silau terhadap cahaya.
 Nafsu makan menurun.
 Nyeri otot.
 Mual dan muntah.
 Fase toksik. Pada fase ini, gejala demam kuning dirasakan kembali oleh
penderita, dengan gejala yang lebih serius. Gejala-gejala tersebut meliputi:

 Kulit dan sklera (bagian putih mata) menguning.


 Denyut jantung melambat.
 Nyeri perut.
 Muntah yang terkadang disertai muntah darah.
 Mimisan, gusi berdarah, dan perdarahan dari mata.
 Penurunan jumlah urine dan gagal ginjal.
 Gagal hati.
 Penurunan fungsi otak, meliputi delirium, kejang, hingga koma.
 Diagnosis Demam Kuning

 Demam kuning terkadang sulit didiagnosis karena gejalanya cukup


umum dan menyerupai gejala penyakit lainnya, seperti malaria, tifus,
dan demam berdarah. Dokter akan melakukan beberapa hal, antara
lain:
 Mengajukan pertanyaan terkait riwayat timbulnya gejala yang dialami
pasien, termasuk riwayat bepergian ke daerah lain dan riwayat
kesehatan terdahulu.
 Melakukan pemeriksaan fisik lengkap dari kepala hingga kaki,
termasuk pemeriksaan suhu tubuh dan tekanan darah.
 Melakukan tes darah untuk mengetahui keberadaan antibodi tubuh
yang muncul saat terinfeksi virus tersebut
Virus Marburg

 Pengertian

 Marburg Disease, disebabkan oleh filovirus (lt.filoviridae), adalah jenis virus yang
jarang diketahui dengan identifikasi berupa demam disertai pendarahan, dan
penyakit ini mirip dengan Ebola. Para ilmuwan mencurigai virus ini disebarkan
melalui kontak langsung dengan cairan dan jaringan tubuh yang terinfeksi, atau
dengan obyek penanganan yang terkontaminasi.
 Penyakit Marburg adalah penyakit yang disebabkan oleh virus yang masih satu
golongan dengan virus Ebola, yaitu filovirus (Filoridae). Selain pada monyet
Afrika, African green monkeys, penyakit Marburg juga dihubungkan dengan
kelelawar jenis Old World Fruit Bat. (Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, 2014)
 Struktur Virus

Virus Marburg memiliki morfologi yang mirip dengan virus Ebola


yaitu berbentuk filamen dan berkelok-kelok sehingga dimasukkan ke dalam
famili Filoviridae (filo = filamen/benang) dan genus Filovirus. Dilihat dari
mikroskop, virus-virus tersebut memperlihatkan partikel-partikel sel
berukuran kecil, halus dan memanjang, serta kadang-kadang melingkar-
lingkar dalam bentuk aneh, diameter virion yaitu berukuran sekitar 80 nm
dengan panjang 800 – 1.000 nm. Kapsomer tertutup nukleokapsid yang
berbentuk helicoid.
 Penularan virus marburg
Virus Marburg ditemukan disegala jenis darah dan hati manusia ketika masuk
tahap percobaan di Laboratorium. Para ahli berpendapat bahwa pembawa virus Marburg
yang paling berbahaya yaitu pada monyet, manusia (menyebar saat memasuki tahap paling
akut), bayi babi, bayi tikus, dan embrio ayam. Tidak ada tanda-tanda bahwa tikus dewasa
membawa virus penyakit, virus ini berduplikasi pada tikus yang baru lahir. Penularan
filovirus dari kelelawar :

 Penularan virus (PCR) 1,6-5,1 %


 Penularan sebelumnya (IgG) 2,3-20,5 %

Berikut ini adalah gambar mengenai penularan virus Marburg/Ebola melalui perantara hewan :
 Epidemiologi Virus Marburg
Pada Agustus 1967, beberapa peneliti di Jerman yang sedang mengambil
sampel darah dari monyet tiba-tiba menderita sakit dengan gejala demam. Kasus ini
berkembang pula di Belgrade, 7 dari 30 orang mengalami demam cukup parah.
Distribusi kasus penyebaran virus ini bermula di Marburg, jumlah monyet
meningkat pada waktu yang bersamaan. Total persebaran penyakit ini mencapai
titik puncak dan menular pada tubuh manusia. Faktanya, berawal dari 25 kasus
dan 5 tambahan kasus penularan penyakit yang lebih parah semakin lama mencapai
persentase tertinggi. 20 dari 29 orang yang terkena virus Marburg ditularkan
melalui kontak darah monyet ke penderita hingga akhirnya menyebar ke dalam
jaringan tubuh manusia.
Penyebaran virus antar manusia membutuhkan kontak
yang sangat dekat dengan pasien. Infeksi terjadi saat terjadi
kontak dengan darah dan cairan tubuh, seperti kotoran manusia,
muntah, urin dan keringat, dengan konsentrasi virus yang tinggi,
khususnya ketika cairan itu mengandung darah. Transmisi
melalui sperma yang terinfeksi juga dapat terjadi hingga 7 minggu
setelah pasien disembuhkan.
Penyebaran melalui peralatan injeksi yang terkontaminasi
atau jarum suntik pada luka-luka tertentu diduga akan semakin
mempercepat penyebaran virus, memperburuk kondisi kesehatan
dan kemungkinan tingginya resiko kematian. Masa inkubasi dari
virus ini adalah 3 hingga 9 hari.
 Gejala
Sakit yang disebabkan virus Marburg mulai datang secara
tiba-tiba dengan gejala sakit kepala dan perasaan tidak sehat.
Otot-otot nyeri dan sakit adalah gejala umum yang dirasakan oleh
pengidap penyakit ini.
Panas tinggi umumnya terlihat pada hari pertama, dan
diikuti kondisi tubuh yang melemah dengan cepat. Dihari ketiga, si
penderita akan mengalami diare, sakit dan nyeri pada perut,
pusing serta muntah-muntah. Pada umumnya pasien akan
menderita diare selama satu minggu.
Virus Chikungunya

Virus chikungunya pertama kali diidentifikasi di Tanzania, Afrika Timur


tahun 1952. Tidak heran bila namanya pun berasal dari bahasa Swahlii, artinya
adalah "yang berubah bentuk atau bungkuk". Postur penderita chikungunya memang
kebanyakan akan membungkuk akibat nyeri hebat pada persendian tangan dan kaki.
Penyakit chikungunya merupakan penyakit yang berjangkit pada suatu
kawasan atau populasi (endemik) yaitu suatu penyakit menular dengan gejala utama
demam mendadak, nyeri pada persendian, terutama pada sendi lutut, pergelangan,
jari kaki dan tangan serta tulang belakang, serta ruam (kumpulan bintik-bintik
kemerahan) pada kulit. Gejala lainnya yang dapat dijumpai adalah nyeri otot, sakit
kepala, mengigil, kemerahan pada konjungtiva, pembesaran kelenjar getah bening di
bagian leher, muntah, kadang-kadang gatal terutama pada ruam.
 Penyebab Chikungunya
Chikungunya disebabkan oleh virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti
atau Aedes albopictus. Nyamuk tersebut mendapatkan virus chikungunya saat menggigit
seseorang yang telah terinfeksi sebelumnya. Penularan virus terjadi bila orang lain digigit oleh
nyamuk pembawa virus tadi. Perlu diketahui bahwa virus chikungunya tidak menyebar secara
langsung dari orang ke orang.
 Gejala Chikungunya

Pada beberapa kasus, chikungunya tidak menimbulkan gejala apa pun.


Akan tetapi, umumnya penderita chikungunya mengalami gejala, seperti:
 Demam hingga 39 derajat Celsius
 Nyeri pada otot dan sendi
 Sendi bengkak
 Nyeri pada tulang
 Sakit kepala
 Muncul ruam di tubuh
 Lemas
 Mual

Gejala di atas biasanya timbul 3-7 hari setelah seseorang digigit nyamuk
pembawa virus. Pada umumnya, penderita akan membaik dalam seminggu
 Diagnosis Chikungunya

Sebelum gejala muncul, Anda bepergian ke daerah endemik


chikungunya. Informasi tersebut akan membantu dokter membuat
diagnosis yang tepat. Kemudian untuk lebih memastikan diagnosis, dokter
akan menjalankan tes ELISA (enzyme-linked immunosorbent assays). Tes
ELISA adalah tes serologi guna mengecek keberadaan antibodi IgM dan
IgG yang terkait dengan chikungunya. Umumnya, kadar antibodi IgM
sangat tinggi pada 3-5 minggu setelah gejala muncul, dan bisa bertahan
hingga 2 bulan
 Komplikasi Chikungunya

Pada kasus yang jarang, chikungunya dapat menimbulkan komplikasi


berbahaya, seperti:
 Uveitis (radang pada bagian mata yang disebut uvea)
 Retinitis (radang pada retina mata)
 Miokarditis (peradangan otot jantung)
 Nefritis (peradangan pada ginjal)
 Hepatitis (radang hati)
 Meningoensefalitis (radang selaput otak)
 Mielitis (radang pada satu segmen saraf tulang belakang)
 Sindrom Guillain- Barré (gangguan sistem saraf yang dapat
menyebabkan kelumpuhan)

Anda mungkin juga menyukai