Anda di halaman 1dari 22

IMUNISASI PROFILAKTIF

Dr. Zuhrinah Ridwan, MKes, SpPK


PENDAHULUAN

 Pencegahan penyakit infeksi dengan imunoprofilaksis merupakan


kemajuan yang besar dalam dunia kedokteran.
 Imunisasi atau vaksinasi adalah prosedur untuk
meningkatkan derajat imunitas protektif.
 Antibodi yang diproduksi oleh imunisasi harus efektif terutama
terhadap mikroba ekstraseluler dan produknya (toksin).
Mengingat respons yang timbul beberapa minggu.
 Imunisasi aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan
patogen.
 Imunoprofilaksis terjadi melalui imunisasi aktif atau
pasif. Pada imunisasi aktif, respons imun terjadi
setelah seseorang terpapar dengan antigen.
 Imunisasi pasif terjadi bila seseorang menerima
antibodi atau produk sel lainnya dari orang lain
yang mendapatkan imunisasi aktif.
IMUNISASI AKTIF

 Imunisasi aktif dikenal dengan vaksinasi dan istilah “vaksin”


diperkenalkan oleh Pasteur.
 Vaksin diberikan sedini mungkin, karena sistem imun belum
berkembang di bulan-bulan pertama kehidupan, dan antibodi
secara pasif yang didapat dari ibu melalui plasenta dan atau air
susu akan mencegah bayi secara spesifik membentuk responnya
secara sendiri.
 Imunisasi Aktif yang dianjurkan pada berbagai tingkat usia.
IMUNISASI AKTIF YANG
DIANJURKAN SESUAI USIA
IMUNISASI PASIF

 Imunisasi pasif dilakukan melalui transfer patogen atau sel imun.


Hal ini dapat terjadi secara alamiah dan buatan. Dahulu
antiserum dibentuk di kuda, tetapi bahaya serum sickness
membuat patogen monoclonal „manusia” lebih diutamakan.
1.Imunitas pasif alamiah :
(maternal melalui plasenta) Adanya antibodi dalam darah
ibu merupakan proteksi pasif terhadap fetus. IgG dapat
berfungsi sebagai antitoksik, antivirus, dan antibacterial
terhadap H. influenza Batau S. agalactica B. Ibu yang
mendapat vaksinasi aktif akan memberikan proteksi pasif
2. Imunitas pasif alamiah :
(maternal melalui kolustrum) Air Susu Ibu ( ASI) mengandung
berbagai patogen imun. Beberapa diantaranya diperlukan dalam usus
atau factor yang justru dapat menghambat tumbuhnya bakteri tertentu
(lisozim, laktoferin, interferon, makrofag, sel T, sel B, granulosit).
Antibodi ditemukan dalam ASI dan kadarnya yang lebih tinggi pada
kolustrum ( ASI pertama yang keluar segera setelah partus).
3. Imunitas pasif buatan
Pada umumnya digunakan globulin manusia yang
spesifik.
PREPARAT PATOGEN GLOBULIN SPESIFIK YANG DAPAT
DIPEROLEH ADALAH SEBAGAI BERIKUT

 Antibodi (Rhogam) terhadap antigen RhD, diberikan kepada ibu 72


jam perinatal dalam usaha mencegah imunisasi oleh eritrosit fetal yang
Rh +.
 Tetanus immune globulin (TIG)adalah antitoksin yang diberikan
sebagai proteksi pasif setelah menderita luka.
 Rabies immune globulin( RIG)dapat diberikan bersamaan dengan
imunisasi aktif.
 Hepatitis B immune globulin (HBIG)diberikan pada masa perinatal
kepada anak yang dilahirkan oleh ibu dengan infeksi Hepatitis B,
para tenaga medis yang tertusuk jarum terinfeksi atau pada mereka
setelah kontak dengan seseorang hepatitis B yang HbsAg positif
KLASIFIKASI VAKSIN

1. Vaksin hidup heterolog


Misalnya vaksin BCG (tuberkulosis bovine yang
dilemahkan), yang memberikan perlindungan parsial
terhadap tuberculosis khususnya jika diberikan pada
bayi. Namun demikian, dengan peningkatan cepat
tuberculosis di seluruh dunia, dibutuhkan vaksin yang
lebih baik
2. Vaksin hidup yang dilemahkan
(campak, measless), gondongan (mumps), polio (sabin),
rubella) menghasilkan penyakit subklinis dan
pada umumnya perlindungannya sangat baik. Vaksin
measles, mumps dan rubella biasanya diberikan
bersama-sama (MMR).
3. Vaksin subunit
meliputi vaksin pertama „generasi kedua‟ yaitu antigen
yang dimurnikan dihasilkan dari teknologi rekombinan
DNA. Vaksin sub unit pertama yang dikembangkan
adalah antigen permukaan hepatitis A dan B, dan
vaksin ini memberikan kadar perlindungan tinggi
(>90%).
HAL-HAL YANG PERLU
DIPERHATIKAN PADA VAKSINASI1.

1. Tempat pemberian vaksin


Rute parenteral (ID,SC,IM) biasa dilakukan pada lengan daerah
deltoid. Vaksin Hepatitis yang diberikan pada lengan terbukti
memberikan respons imun yang lebih baik. Pemberian vaksin
polio parenteral (virus dimatikan) akan memberikan respons
antibody serum yang lebih tinggi dibanding dengan vaksin hidup
oral. Vaksin oral menimbulkan produksi IgA sekretori yang
dapat memberikan proteksi local.
2. Imunitas mukosa
Merupakan proteksi terhadap infeksi epitel mukosa yang sebagian
besar tergantung dari produksi dan sekresi IgA. Imunitas mukosa
akan timbul apabila tubuh terpajan dengan imunitas mukosa.
Oleh karena itu, vasin yang diberikan oral atau intranasal, biasanya
lebih efektif dalam memacu imunitas setempat dan relevan
dibandingkan dengan pemebrian parenteral.
3.Imunitas humoral
Imunitas ini ditentukan oleh adanya antibody dalam
darah dan cairan jaringan., terutama IgG.
4. Sistem efektor
Sistem efektor adalah respons imun yang dapat
membatasi penyebaran infeksi atau mengeliminasi
patogen, intraseluler atau ekstraseluler. Vaksin yang
dibutuhkan harus dapat merangsang imunitas seluler,
Antibodi IgG, IgA dan lainnya.
5.Lama proteksi
Lama proteksi sesudah vaksinasi, bervariasi tergantung pada
pathogen dan jenis vaksin. Imunitas terhadap toksin tetanus yang
terutama tergantung dari IgG dan sel B yang memproduksinya,
dapat berlangsung 10 tahun lebih. Imunitas juga tergantung tempat
infeksi dan jenis respons imun yang efektif terhadapnya

Anda mungkin juga menyukai