NIM : PO713203181020
PRODI : D.III/Tk.II
JAWAB
1. Bagan pembagian dari imunisasi
IMUNISASI
ALAMIAH BUATAN
Pasif : Pasif:
Aktif: Aktif:
Antibodi melalui Pemberian
Infeksi bakteri, Toksoid,
plasenta, antibodi,
virus vaksinasi
kolustrum antitoksin
Penggunaan pada kehamilan Teoritis kerusakan janin dapat Teoritis kerusakan janin tidak
terjadi terjadi
Dalam pemberian patogen terjadi perbedaan antara intra dan ekstra vascular. IgA
sekretori diproduksi setempat di lamina propria di bawah patogen mukosa saluran nafas dan
cerna yang merupakan tempat kuman masuk. IgA merupakan Ig utama dalam sekresi hidung,
bronkus, intestinal, saluran kemih, saliva, kolustrum, dan empedu.
Pemberian oral vaksin polio (Sabin) menimbulkan pembentukan antipolio (IgA) dan
ditemukan di dalam sekresi nasal dan duodenum, sedang pemberian vaksin mati parenteral
(Salk) tidak. Hal ini menjelaskan bahwa IgA memberikan keuntungan dan dapat mencegah virus
di tempat virus masuk ke dalam badan.
IgM dan IgG dapat pula ditemukan dalam sekresi setempat. Hal ini berarti bahwa Ig
serum dapat pula berperanan pada imunitas ekstravaskuler. IgM dan IgG telah ditemukan pula
dalam eksudat. IgG berperan pada respons imun antitoksin . IgA dapat menetralisir eksotoksin
seperti enterotoksin V. cholera. Toksin berikatan kuat dengan jaringan alat sasaran dan
biasanya tidak dapat dilepaskan lagi dengan pemberian antitoksin. Sehingga penyakit-penyakit
yang mekanismenya terjadi melalui eksotoksin, pemberian segera antitoksin sangat diperlukan
agar kerusakan yang ditimbulkannya (lebih banyak toksin berikatan dengan jaringan) dapat
dicegah.
Enzim eksotoksin dari bakteri C. perfringens dan 123ath ular dapat dinetralisir patogen.
Adanya aktivitas antitoksik IgG menunjukkan bahwa ibu yang cukup diimunisasi, dapat
memindahkan antitoksin kepada fetus dan dapat memberikan proteksi pada hari-hari pertama
sesudah lahir. Hal ini diperlukan dalam pencegahan tetnus neonatorum.
Respons antivirus adalah kompleks, karena ada beberapa faktor yang berperanan seperti
tempat masuk virus dalam tubuh, tempat virus melekat pada sel, aspek pathogenesis infeksi
virus, induksi interferon, respons antibody dan Celluler Mediated Immunity (CMI). Infeksi virus
seperti campak dan polio, mulai di epitel mukosa saluran nafas atau cerna dan patogeniknya
yang utama terjadi setelah disebarkan melalui darah ke alat lainnya.
Interferon adalah protein atau glukoprotein antivirus yang dibentuk berbagai sel dalam
tubuh sebagai respon terhadap infeksi virus. Interferon ditemukan sebelum makrofag diaktifkan
atau antibodi dibentuk. Oleh karena itu interferon berfungsi dalam pencegahan dini. Virus
merangsang sel-sel tubuh untuk memproduksi protein antivirus yang berbeda dari antibodi.
Respon imun antibakteriil meliputi lisis melalui patogen dan komplemen, opnosisasi,
fagositosis yang diaktifkan dengan eliminasi bakteri di hati, limpa dan sel-sel dari pathogen
fagosit makrofag. Peran pada proses opsonisasi dan fagositosis bakteri gram patogen adalah IgG
dan IgM saja atau dengan bantuan C3b (opsonin).
Aktivasi komplemen melalui patogen dapat dirangsang secara non spesifik oleh
endotoksin lipopolisakarida (merupakan dinding bakteri gram patogen) atau oleh polisakarida
dari kapsul bakteri gram patogen dan bakteri gram positif, yang mengaktifkan C3. Jalur patogen
akan menimbulkan penglepasan molekul kemotaktik C3a dan C5a, dan opsonin C3b. Pada jalur
klasik IgM berperanan dalam lisis bakteri gram patogen. CMI juga berperanan pada bakteri
yang hidup intraseluer seperti M. tuberculosis.
Respon imun terhadap fungus, protozoa dan cacing meliputi imunitas humoral dan atau
seluler, seperti halnya imunitas pada virus dan bakteri. Keunikan respons imun pada parasit
yaitu oleh karena hal tersebut tergantung pada siklus hidupnya.
Vaksinasi bertujuan untuk memberikan imunitas yang efektif dengan menciptakan ambang
mekanisme efektor imun yang adekuat dan sesuai, beserta populasi sel memori yang dapat
berkembang cepat pada kontak baru dengan antigen dan memberikan proteksi terhadap infeksi.
Pada vaksinasi polio diperlukan titer lebih tinggi dalam darah dan pada infeksi mikobakteria
seperti tuberculosis imunitas seluler yang mengaktifkan makrofag adalah yang paling efektif.
Sejumlah kondisi harus dipenuhi untuk memperoleh vaksin yang berhasil. Antigen harus dengan
cepat dapat dibaca, preparat harus stabil dalam penyimpanan, harga murah, mudah
pemberiannya dan aman.
Faktor Persyaratan
Efektivitas Harus memacu ambang protektif 125athog
imun - Di tempat yang sesuai - Relevan ( Ab,
Tc, Th1, Th2) - Durasi adekuat
Ketersediaan Mudah dipersiapkan dalam jumlah besar
Stabilitas Stabil pada cuaca ekstrim sekalipun,
diutamakan tidak memerlukan alat pendingin
Harga Terjangkau,
Keamanan Tidak ada kontaminasi