Anda di halaman 1dari 17

TEKNOLOGI TERAPAN DAN TEPAT GUNA DALAM PELAYANAN

PELAYANAN BAYI BARU LAHIR DAN BALITA

A. OBAT DAN FAKSIN

LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP (LIL)

PENGERTIAN IMUNISASI

Imunisasi merupakan suatu program yang dengan sengaja memasukkan antigen lemah agar merangsang
antibodi keluar sehingga tubuh dapat resisten terhadap penyakit tertentu.Imunisasi
tertentu.Imunis asi merupakan usaha
memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam keda lam tubuh agar tubuh
tubu h
membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.

TUJUAN IMUNISASI

Program imunisasi
i munisasi bertujuan
ber tujuan untuk memberikan kekebalan pada
pad a bayi agar dapat mencegah penyakit
dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. (Proverawati, 2010).
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi.

MANFAAT IMUNISASI

1. Untuk Anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.
2. Untuk Keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit. Mendorong
 pembentukan
 pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya akan menjalani menjalani masa
kanak-kanak yang nyaman.
3. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, mrnciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untukmelanjutkan pembangunan negara.

JENIS IMUNISASI

1.Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian suatu bibit penyakit yang telah dilemahkan


dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem
imun tubuh berespon
ber espon spesifik dan memberikan
memberi kan suatu ingatan terhadap
terh adap antigen ini, sehingga ketika
ket ika
terpapar lagi tubuh dapat mengenali dan meresponnya. Contoh imunisasi aktif adalah imunisasi polio
dan campak. Dalam imunisasi aktif terdapat beberapa unsur-unsur vaksin, yaitu :

1.Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan,dimatikan, eksotoksin yang di
detoksifikasi
detoksifi kasi saja, atau endotoksin yang terikat pada protein pembawa seperti polisakarida, dan
vaksin dapat juga berasal dari ekstrak komponen-komponen organisme dari suatu antigen.
Dasarnya adalah antigen harus merupakan bagian dari organisme yang dijadikan vaksin.

2.Pengawet/stabilisator,
2.Pengawet/stab ilisator, atau antibiotik.
an tibiotik. Merupakan
Mer upakan zat yang digunakan agar
a gar vaksin tetap dalam
keadaan lemah atau menstabilkan antigen an tigen dan mencegah tumbuhnya
t umbuhnya mikroba. Bahan-bahan
Bahan -bahan yang
digunakan seperti
se perti air raksa
r aksa atau antibiotik
antibiot ik yang biasa digunakan.

3.Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yan digunakan sebagai
media tumbuh antigen, misalnya telur, protein serum, bahan kultur sel.
4.Adjuvan, terdiri dari garam aluminium yang berfungsi meningkatkan sistem imun dariantigen. Ketika
antigen terpapar dengan antibodi tubuh, antigen dapat melakukan perlawanan juga, dalam hal ini
semakin tinggi perlawanan maka semakin tinggipeningkatan antibodi tubuh.

2.Imunisasi Pasif

Merupakan suatau proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara memberikan zat
immunoglobulin,
immunoglobul in, yaitu zat yang dihasilkan melalu suatu proses
pr oses infeksi
inf eksi yang dapat berasal
ber asal dari
 plasma manusia (kekebalan
(kekebalan yang didapatkan
didapatkan bayi dari ibu melalui plasenta)
plasenta) atau binatang (bisa
ular) yang digunakan
digun akan untuk
untu k mengatasi mikroba sudah
sud ah masuk dalam
d alam tubuh yang terinfeksi
terinf eksi . Contoh
yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai jenis antibodi dari
ibunya melalui darah plasenta selama masa kandungan,misalnya antibodi terhadap campak.

JENIS VAKSIN LIMA IMUNISASI LENGKAP

1. BCG
Imunisasi BCG merupakan
meru pakan imunisasi yang digunakan untuk un tuk mencegah terjadinya
terjad inya penyakit
TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi
walaupun sudah
suda h dilakukan imunisasi
imun isasi BCG. TBC T BC yang berat contohnya
c ontohnya adalah
a dalah TBC pada
selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. Vaksin BCG
merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian
imunisasi BCG adalah 1 dosis sejak lahir sebelum umur 3 bulan. Vaksin BCG diberikan melalui
intradermal/intracutan.
intradermal/in tracutan. Efek samping pemberian imunisasi BCG adalah terjadinya ulkus pada
daerah suntikan, limfadenitis regionalis, dan reaksi panas.
2. Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
 penyakit hepatitis B. kandungan vaksin ini adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi
 pemberian imunisasi hepatitis B adalah 3 dosis. Imunisasi Imunisasi hepatitis ini diberikan melalui
melalui
intramuscular.
3. Polio
Imunisasi polio
pol io merupakan imunisasi
imuni sasi yang digunakan
digun akan untuk mencegah terjadinya
t erjadinya penyakit
 polio myelitis yang dapat menyebabkan
menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan Kandungan vaksin ini
adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi polio adalah 4 dosis
.Imunisasi polio diberikan melalui oral.
4. DPT
Imunisasi DPT merupakan
mer upakan imunisasi yang digunakan
d igunakan untuk
untu k mencegah terjadinya penyakit
difteri, pertusis
per tusis dan tetanus.
tetanus . Vaksin DPT ini in i merupakan vaksin
vaksi n yang mengandung racun
racu n
kuman difteri
difter i yang telah dihilangkan
di hilangkan sifat
sif at racunnya, namun masih dapat merangsang
 pembentukan
 pembentukan zat anti (toksoid). Frekuensi
Frekuensi pemberian imuisasi DPT adalah 3 dosis.
Pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap
vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pada pemberian kedua dan
ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Imunisasi DPT diberikan melalui intramuscular .Pemberian
DPT dapat berefek samping ringan r ingan ataupun
ataup un berat.
berat . Efek ringan misalnya
mis alnya terjadi
 pembengkakan,
 pembengkakan, nyeri pada tempat penyuntikan,
penyuntikan, dan demam.
demam. Efek berat misalnya terjadi
menangis hebat, kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi
kejang,encephalopathy, dan syok.
5. Campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit
campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang
dilemahkan. Frekuensi
Freku ensi pemberian imunisasi campak adalah 1 dosis. Imunisasi Imuni sasi campak
diberikan melalui subkutan. Imunisasi ini memiliki
memiliki efek samping seperti terjadinya ruam
 pada tempat
tempat suntikan
suntikan dan panas.
panas.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMUNISASI


1. Status imun penjamu
 Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya: (Campak pada
 bayi, Kolostrum
Kolostrum ASI – 
 – Imunoglobulin
Imunoglobulin A polio)
 Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen, aktifasi optonin.
 Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi ditunda
sampai umur 2 tahun.
 Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan,
 bayi di imunisasi.
imunisasi.
 Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan
 pada neonatus.
neonatus.
 Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang

2. genetik

Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup,
rendah. Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.

3 . Kualitas vaksin

1. Cara pemberian.

Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.

2.Dosis vaksin

 Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping


 Jika rendah,maka tidak merangsang sel imuno kompeten

3.Frekuensi pemberian.

Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya,
produksinya, afinitas
lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi. Bila vaksin
 berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, sedangkan
sedangkan antigen
dinetralkan oleh antibodi spesifik maka tidak merangsang sel imuno kompeten.

4.Ajuvan

 Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen


 Mempertahankan antigen agar tidak cepat hilang
 Mengaktifkan sel imuno kompeten

5.Jenis vaksin.

Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.

6.Kandungan vaksin (Antigen virus, Bakteri, Vaksin yang dilemahkan seperti


 polio,campak,
 polio,campak, BCG. Vaksin mati : pertusis. Eksotoksin : toksoid, difteri, tetanus. Ajuvan:
 persenyawaan
 persenyawaan aluminium.
aluminium. Cairan
Cairan pelarut : air, cairan
cairan garam
garam fisiologis, kultur jaringan,telur.
jaringan,telur.
FAKTOR YANG DAPAT MERUSAK VAKSIN DAN KOMPOSISI VAKSIN

1.Panas dapat merusak semua vaksin.

2.Sinar matahari dapat merusak BCG.

3.Pembekuantoxoid.

4.Desinfeksi / antiseptik : sabun.

TATACARA PEMBERIAN IMUNISASI

Sebelum melakukan vaksinasi, dianjurkan dianjurkan mengikuti tata cara seperti berikut:

1.Memberitahukan
1.Memberitahukan secara rinci tentang risiko imunisasi dan risiko apabila tidak di
vaksinasi.

2.Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan secepatnya bila terjadi reaksi
ikutan yang tidak diharapkan.
diharapkan.

3.Baca dengan teliti informasi tentang yang akan diberikan dan jangan lupa mendapat
 persetujuan orang tua. Melakukan
Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya
sebelum melakukan imunisasi.

4.Tinjau kembali apakah ada kontraindikasi terhadap vaksin yang akan diberikan.

5.Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan

.6.Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik.

7.Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan. Periksa
tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya adanya perubahan warna yang
menunjukkan adanya kerusakan.

8.Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain
untuk mengejar imunisasi yang tertinggal (catch up vaccination) bila diperlukan.

9.Berikan vaksin dengan teknik yang benar. Lihat uraian mengenai pemilihan jarum
suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan, dan posisi penerima vaksin.

10.Setelah pemberian vaksin, kerjakan hal-hal seperti berikut:

Berilah petunjuk (sebaiknya tertulis) kepada orang tua atau pengasuh, apa yang harus
dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat .Catat
imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis.Catatan imunisasi secara
rinci harus
har us disampaikan kepada
kep ada Dinas Kesehatan
Kese hatan bidang P2M.Periksa status imunisasi
anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan, bila
diperlukan . Dalam situasi vaksinasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar,
 pelaksanaannya
 pelaksanaannya dapat bervariasi, namun rekomendasi
rekomendasi tetap seperti di atas yang
 berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan
persetujuan yang valid, dan
 pemeriksaan/penilaia
 pemeriksaan/penilaian
n sebelum imunisasi harus
harus dikerjakan.
dikerjakan.

1. Penyimpanan
Vaksin yang disimpan dan diangkut secara tidak benar akan kehilangan
 potensinya.Instruksi
 potensinya.Instruksi pada pada lembar
lembar penyuluhan (brosur) informasi
informasi produk harus disertakan.
disertakan.
Aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin vaks in harus di dinginkan pada
temperatur 2-8oC dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT ( DPT dan hepatitis
hepat itis B)
menjadi tidak aktifakt if bila beku.
beku . Pengguna dinasehatkan
dinas ehatkan untuk melakukan konsultasikonsult asi
guna mendapatkan
mendapat kan informasi khusus vaksin-vaksin individual, individual , karena beberapa
beber apa
vaksin (polio)
(po lio) dapat disimpan
di simpan dalam keadaan beku.
2. Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan
digunakan dalam periode waktu tertentu. Apabila vaksin telah diencerkan, harus
diperiksa terhadap tanda-tanda
t anda-tanda kerusakan (warna
( warna dan kejernihan). Perlu diperhatikan
di perhatikan
 bahwa vaksin campak yang telah diencerkan diencerkan cepat mengalami
mengalami perubahan pada
suhu kamar. Jarum ukuran 21 yang steril dianjurkan untuk mengencerkan dan jarum
ukuran 23 dengan panjang 25 mm digunakan untuk menyuntikkan vaksin.
3. Pembersihan Kulit
Tempat suntikan harus dibersihkan sebelum imunisasi dilakukan namun apabila kulit
telah bersih, antiseptik kulit tidak diperlukan.
4. Pemberian Suntikan
Sebagian besar vaksin diberikan melalui suntikanintramuskular atau subkutan dalam.
Terdapat perkecualian pada dua jenis vaksin yaitu polio diberikan per-oral dan
BCG diberikan dengan suntikan intradermal.
5. Teknik dan Ukuran Jarum
Para petugas yang melaksanakan vaksinasi harus memahami teknik dasar dan
 petunjuk keamanan
keamanan pemberian vaksin, untuk mengurangi risiko penyebaran infeksi
dan trauma akibat suntikan
s untikan yang salah.
s alah. Pada tiap suntikan
su ntikan harus
haru s digunakan tabung
tabun g
suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin
yang multidosis,karena
multidosis ,karena risiko infeksi. Apabila Apabi la memakai botol multidosis
multidosi s (karena
tidak ada laternatif vaksin dalam sediaan lain) maka jarum j arum suntik
sunti k yang telah
tel ah
digunakan menyuntikkan tidak boleh dipakai lagi mengambil vaksin.Tabung vaksin.Tabun g suntik
dan jarum harus h arus dibuang dalam d alam tempat tertutup
tertut up yang diberi
diber i tanda(label)
tanda (label) tidak
mudah robek dan bocor, untuk menghindari luka tusukan atau pemakaian ulang. Tempat
 pembuangan
 pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dijauhkan dari jangkauan anak-anak.
anak-anak. Sebagian
 besar vaksin harus disuntikkan
disuntikkan kedalam otot. Penggunaan
Penggunaan jarum yang pendek
meningkatkan risiko terjadi suntikan subkutan yang kurang dalam. Standar jarum suntik
ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal
seperti berikut :
1.Pada bayi-bayi kurang bulan, umur dua bulan atau yang lebih muda muda dan bayi-bayi
kecil lainnya, dapat pula dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm.
2.Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dapakai jarum ukuran 25 dengan panjang
16mm, untuk bayi-bayi kecil dipakai jarum ukuran 27 dengan panjang 12 mm.
3.Untuk suntikan intradermal pada vaksin BCG dipakai jarum ukuran 25-27
denganpanjang 10 mm.
6. Arah Sudut Jarum pada Suntikan Intramuskular
Jarum suntik harus disuntikkan dengan sudut 45 0  sampai 60 0  ke dalam otot
vastuslateralis atau otot deltoid (lengan atas). Untuk otot vastus lateralis, jarum harus
diarahkan kearah lutut dan untuk deltoid jarum harus diarahkan ke pundak. Kerusakan
saraf dan pembuluh vaskular dapat terjadi apabila suntikan diarahkan pada sudut 90 0.
suntikan dengan sudut jarum 45 0 sampai 60 0 akan mengalami hambatan ringan pada
 pada suntikan
waktu jarum masuk ke dalam otot.
7. Tempat Suntikan yang Dianjurkan
Paha anterolateral adalah bagian tubuh yang dianjurkan untuk vaksinasi pada bayi-
 bayi dan anak-anak
anak-anak umur dibawah 12 bulan. Regio deltoid adalah alternatif alternatif untuk
vaksinasi pada anak-anak yang lebih besar (mereka yang telah dapat berjalan) dan orang
dewasa. Daerah anterolateral
anterolater al paha adalah bagian yang dianjurkan
d ianjurkan u ntuk vaksinasi
 bayi-bayi dan
dan tidak pada pantat(daerah
pantat(daerah gluteus) untuk menghindari
menghindari risiko kerusakan
saraf ischiadica(nervus
ischiadica(ner vus ischiadicus). Risiko kerusakan saraf ischiadica akibat suntikan di
daerah gluteus lebih banyak dijumpai
di jumpai pada bayi karena variasi posisi saraf tersebut,
masa otot lebih tebal, sehingga pada vaksinasi
vaksi nasi dengan suntikan
sun tikan intramuskular
intramus kular di
daerah gluteal dengan tidak sengaja menghasilkan suntikan subkutan dengan reaksi
lokal yang lebih berat. Sedangkan untuk vaksinasi BCG, harus disuntik pada kulit di atas
insersi otot deltoid (lengan atas), sebab suntikan-suntikan
suntikan-su ntikan diatas puncak pundak
memberi risiko terjadinya keloid.
8. Posisi Anak dan Lokasi Suntikan
Vaksin yang disuntikkan harus diberikan pada bagian dengan risiko kerusakan
saraf,pembuluh vaskular serta jaringan lainnya. Penting bahwa bayi dan anak jangan
 bergerak saat disuntik, walaupun demikiandemikian cara memegang
memegang bayi dan anak yang
 berlebihan akan
akan menambah ketakutan
ketakutan sehingga meningkatkan
meningkatkan ketegangan otot. Perlu
di yakinkan kepada
kepad a orang tua atau pengasuh untuk un tuk membantu memegang anak atau at au
 bayi, dan harus diberitahu agar mereka memahami memahami apa yang sedang dikerjakan.
dikerjakan.
Alasan memilih otot vastus lateralis pada bayi dan anak umur dibawah 12 bulan
adalah :
 Menghindari risiko kerusakan saraf ischiadica pada suntikan daerah gluteal.
 Daerah deltoidpada bayi dianggap tidak cukup tebal untuk menyerap
suntikan secara adekuat.
 Sifat imunogenesitas vaksin hepatitis B berkurang bila disuntikkan di daerah
gluteal.
 Menghindari risiko reaksi lokal dan terbentuk pembengkakan di tempat
suntikan yang menahun.
 Menghindari lapisan lemak subkutan yang tebal pada paha bagian anterior.
9. Vastus Lateralis, Posisi Anak dan Lokasi SuntikanSun tikan
Vastus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian
antero lateral paha. Vaksin harus disuntikkan ke dalam batas antara sepertiga otot bagian
atas dan tengah yang merupakan bagian yang paling tebal dan padat. Jarum harus
membuat sudut450-600  terhadap permukaan kulit, dengan jarum kearah lutut, maka
membuat
 jarum tersebut harus menembus
menembus kulit selebar ujung jarijari di atas(ke arah proksimal)
proksimal) batas
hubungan bagian atas dan sepertiga tengah otot. Anak atau bayi diletakkan di atas
meja periksa, dapat dipegang oleh orangtua/pengasuh
orangtua/pengas uh atau posisi setengah tidur
 pada pangkuan orang tua atau pengasuhnya.
pengasuhnya. Celana(popok)
Celana(popok) bayi harus dibuka bila
menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin
akan disuntikkan terlalu bawah di daerah paha. Kedua tangan dipegang menyilang pelvis
 bayi dan paha dipegang dengan tangan antara jempol dan jari-jari. Posisi ini akan
mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar. Lokasi
suntikan pada vastus lateralis :
1.Letakkan bayi di atas tempat tidur atau meja, bayi ditidurkan terlentang.
2.Tungkai bawah sedikit ditekuk dengan fleksi pada lutut.
3.Cari trochanter mayor femur dan condylus lateralis dengan cara palpasi, tarik
garis yang menghubungkan kedua tempat tersebut. t ersebut. Tempat suntikan vaksin vaksi n ialah
 batas sepertiga bagian atas dan tengah pada garis tersebut (bila tungkai bawah
sedikit menekuk, maka lekukan yang dibuat oleh tractus iliotibialis menyebabkan garis
 bagian distal
distal lebih jelas).
4.Supaya vaksin yang disuntikkan masuk ke dalam otot pada batas antara
sepertiga bagian atas dan tengah, jarum ditusukkan satu jari di atas batas tersebut.

10. Deltoid, Posisi Anak dan Lokasi Suntikan


1 .Posisi seorang
seoran g anak yang paling nyaman untuku ntuk suntikan di daerah deltoid
deltoi d ialah
duduk diatas pangkuan ibu atau pengasuhnya
2.Lengan yang akan disuntik dipegang menempel pada tubuh bayi, sementara
lengan lainnya diletakkan di belakang tubuh orang tua atau pengasuh.
3.Lokasi deltoid yang benar adalah penting supaya vaksinasi berlangsung aman
dan berhasil.
4.Posisi yang salah akan menghasilkan suntikan subkutan yang tidak benar
dan meningkatkan risiko penetrasi saraf. Untuk mendapatkan lokasi deltoid yang baik
membuka lengan atas dari pundak kesiku. Lokasi yang paling baik adalah pada
tengah otot, yaitu
yai tu separuh antara
ant ara akromnion dari insersi pada
p ada tengah humerus.
0 0
Jarum suntik ditusukkan membuat sudut 45 -60 mengarah pada akromnion. Bila
 bagian bawah deltoid yang disuntik, ada risiko trauma saraf radialis karena saraf
tersebut melingkar dan muncul dari otot trisep.

11. Pengambilan Vaksin dari Botol (Vial)


Untuk vaksin yang diambil menembus tutup karet atau yang telah dilarutkan,harus
memakai jarum baru. Apabila vaksin telah diambil dari vial yang terbuka, dapat
dipakai jarum yang sama. Jarum atau semprit yang telah digunakan menyuntik seseorang
tidak boleh digunakan untuk mengambil vaksin dari botol vaksin karena risiko
kontaminasi silang, vaksin dalam botol yang berisi dosis ganda (multidosis) jangan
digunakan kecuali tidak ada alternatif lain.

12. Penyuntikan Subkutan


Perhatian untuk suntikan subkutan :
1.Arah jarum 450 terhadap kulit.
2.Cubit tebal untuk suntikan subkutan.
3.Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan.
4.Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.

13. Penyuntikan Intramuscular


Perhatian untuk penyuntikan intramuskular :
1.Pakai jarum yang cukup panjang untuk mencapai otot.
2.Suntik dengan arah jarum 45 0-600, lakukan dengan cepat.
3.Tekan kulit sekitar tempat suntikan dengan ibu jari dan telunjuk saat jarum ditusukkan.
4.Aspirasi semprit sebelum vaksin disuntikkan, untuk meyakinkan tidak masuk ke
dalamvena. Apabila terdapat darah, buang dan ulangi dengan suntikan baru.
5.Untuk suntikan multipel diberikan pada bagian ekstrimitas berbeda.

14. Pemberian Dua atau Lebih Vaksin pada Hari Yang Sama
Pemberian vaksin-vaksin yang berbeda pada umur yang sesuai, boleh diberikan pada
hari yang sama. Vaksinin
Vaksi nin activated dan vaksin virus
vi rus hidup,
hi dup, khususnya
khusu snya vaksin
yang dianjurkan dalam jadwal imunisasi, pada umumnya dapat diberikan pada lokasi
yang berbeda saat hari kunjungan yang sama.
s ama. Misalnya
Mi salnya pada kesempatan yang yan g
sama dapat diberikan vaksin-vaksin DPT, hepatitis B, dan polio. Vaksin-vaksin
Vaksin-vaksi n yang
 berbeda tidak boleh dicampur dalam satu semprit. Vaksin-vaksin yang berbeda yang
diberikan pada seseorang pada hari yang sama harus disuntikkan pada lokasi yang
 berbeda dengan
dengan menggunakan
menggunakan semprit yang
yang berbeda.

JADWAL IMUNISASI
1.BCG
1. Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. namun dianjurkan dianj urkan
 pemberianimunisasi
 pemberianimunisasi BCGBCG pada umur antara
antara 0-12 bulan
2.Dosis 0,05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak (>1 tahun).
3.Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan.
4.Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis, namun dapat
mencegah komplikasinya.
5.Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji
tuberculin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
2.Hepatitis B
1.Imunisasi hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin (dalam waktu 12 jam) setelah lahir.
2.Imunisasi hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan (4 minggu) dari imunisasi hepatitis
B-1yaitu saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapatkan respon imun
optimal,intervalimunisasi hepatitis B-2 dengan hepatitis B-3 minimal 2 bulan,
terbaik 5 bulan. Maka imunisasi hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan.
3.Departemen kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepatitis B-0
monovalen(dalam kemasan uniject) saatlahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi
DTwP/hepatitisB pada umur 2-3-4 bulan. Tujuan vaksin hepatitis B diberikan
dalam kombinasi dengan DTwP untuk memper mudah pemberian dan meningkatkan
cakupan hepatitis B-3 yang masih rendah.
4.Apabila sampai
sa mpai dengan usia 5 tahun anakan ak belum pernah memperoleh imunisasi
imunisa si
hepatitis B, maka secepatnya diberikan imunisasi hepatitis B dengan jadwal 3 kali
 pemberian.
3. DPT
1. Imunisasi DPT primer
pri mer diberikan 3 kali
kal i sejak umur 2 bulan (DPT tidak bolehbol eh
diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-8 minggu. Interval terbaik
diberikan 8 minggu,jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan
dan DPT-3 pada umur 6 bulan.
2. Dosis DPT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.
3.Vaksin DPT dapat diberikan secara kombinasi kombin asi dengan vaksin lainlai n yaitu
DPT/Hepatitis
DPT/Hepatiti s B dan DPT/IPV.
4. Polio
1.Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio-1, 2, dan 3. (1.OPV,
hidup dilemahkan, tetes, oral.; 2.IPV, in-aktif, suntikan.)
2.Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai s ebagai tambahan
untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi.
3.Untuk imunisasi dasar (polio-2, 3, 4) diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan, interval
antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu.
4.OPV diberikan 2 tetes per-oral.
5.IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuscular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri
atau dalam kemasan kombinasi (DPT/IPV).
5. Campak
Vaksin campak rutin dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara
subkutan dalam,pada umurumur 9 bulan.

KONTRAINDIKASI
KONTRAINDIKASI IMUNISASI
1.Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi
mutlak terhadap dosis
do sis vaksin berikutnya.
beri kutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih
0
dari 38  C merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak
2.Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala
AIDS,sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
3.Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit,lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika
 bayi sudah sehat.
sehat.

MITOS-MITOS IMUNISASI
Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pemberian imunisasi akibat
kurangnya pemahaman terhadap imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar
 pendapat yang salah mengenai
mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang
ragu atau bahkan menolak imunisasiimuni sasi dengan berbagai alasan.
al asan. Ketakutan
Ketakut an atau
 penolakan imunisasi mungkin berdasarkan
berdasarkan pandangan
pandangan religi, filosofis tertentu,
anggapan imunisasi
imunis asi sebagai intervensi
in tervensi pemerintah.Keraguan tentang manfaat dan
keamanan imunisasi perlu ditanggapi secara aktif. Apabila orang tua mendapat
 jawaban akurat dan informasi yang benar, maka orang tua dapat membuat keputusan
yang benar tentang imunisasi. (IDAI, 2008) Mitos-mitos imunisasi yang sering dijumpai
: 1. Vaksin MMR (meales, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis.
Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah
dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Biasanya gejala autis pertama kali terlihat
saat bayi berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hampir bersamaaan dengan diberikannya
vaksin MMR.Kebanyakan autis disebabkan oleh faktor genetik, jadi jangan takut untuk
memberikan vaksinMMR pada anak.
2.Terlalu banyak vaksin akan membebani system imun.
Mitos ini tidak benar, karena meskipun jumlah suntikan vaksin meningkat tapi jumlah
antigen telah menurun. Selain itu sistem imun manusia memberikan respon terhadap
ratusan antigen dalam kehidupan setia hari. Berbagai penelitian tidak memperlihatkan
meningkatnya penyakit infeksi setelah adanya imunisasi.
3.Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan vaksinasi.
Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta kecacatan
yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan perlindungan tanpa
efek samping yang berat.
4. Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut.
Tidak ada vaksinasi yang memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit secara
100%. Bayi atau anak yang telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan yang
sangat kecil untuk bisa
bi sa tertular penyakit tersebut,
terseb ut, namun akan jauh
j auh lebih ringan
ri ngan
dibandingkan dengan anak yang tidak di imunisasi. Sehingga kemungkinan untuk
 bisa sembuh jauh lebih besar.
besar.
5. Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya dicegah dengan
vaksin tersebut.
Hal ini tidak benar, mustahil anak memperoleh penyakit dari imunisasi yang
dibuat dari kuman mati atau dilemahkan.
di lemahkan. Imunisasi yang dibuat dari kuman
ku man hidup
dan dilemahkan termasuk imunisasi campak, Gabak (rubella), gondong, cacar air, BCG
dan polio.
6. Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak diberlakukan
imunisasi
Fakta : jarang ada keberhasilan 100% di dunia kesehatan. Namun, kini imunisasi yang
diberikan 85-99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi. Lebih baik bayi
menangis 1menit karena disuntik imunisasi dari pada anak meninggal karena difteri,
tetanus, campak atau penyakit lain dalam kategori imunisasi.
7.Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti.
Reaksi umum terhadap imunisasi ringan saja seperti demam, kemerahan dan rasa sakit
 pada tempat suntikan, ruam ringan. Jarang sekali terjadi kejang-kejang
kejang-kejang atau reaksi
alergi berat.
8. Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan cukup banyak
yang
bergizi.
Imunisasi diberikan untuk
untu k menjaga anak tetap sehat, bukan memberi sehat. Tujuan
imunisasi adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Saat yang paling
tepatmemberikan vaksin adalah saat anak sehat.
9. Pada seri vaksinasi, apabila seri satu kali terlambat, seri harus dimulai
lagi dari semula.
Hal ini tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi pada saat di jadwalkan, memang
dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Akan tetapi seri vaksinasi tidak perlu di
ulang dari semula. Vaksinasi yang terlambat diberi
dib eri saja dan jadwal dimulai
d imulai lagi
dari tahap
tah ap itu, bukan dari semula.Oleh karena itu, jangn langsung
langs ung percaya
per caya terhadap
semua kabar burung yang yan g beredar mengenai imunisasi,
imunisa si, sebaiknya
sebaikn ya cari tahu
t ahu
 penjelasannya
 penjelasannya melalui situs-situs ilmiah di internet atau berkonsultasi
berkonsultasi dengan dokter.
(Proverawati,
(Proverawati, 2010)

VIT K
Vitamin K merupakan vitamin larut dalam lemak yang memiliki peranan penting
dalam mengaktifkan zat-zat yang berperan dalam pembekuan darah, di antaranya
zat yang dikenal sebagai protrombin dan faktor-faktor pembekuan.
pembekuan. Ada tiga bentuk
vitamin K yang diketahui yaitu:
 Vitamin K1 (phytomenadione), terdapat pada sayuran hijau
 Vitamin K2 (menaquinone), dihasilkan oleh bakteri normal usus (Bacteriodes
fragilis)
 Vitamin K3 (menadione), merupakan vitamin K sintetik Dalam keadaan normal,
 bayi baru lahir relatif mengalami
mengalami kekurangan
kekurangan vitamin K. Hal ini disebabkan
disebabkan
karena cadangan vitamin K bayi yang didapat dari ibu sangat terbatas, selain itu
sumber vitamin K yang didapat dari ASI hanya mengandung vitamin K
dalam kadar rendah.Vitamin K dapat diproduksi oleh bakteri normal dalam
saluran cerna, akan tetapi pada bayi baru lahir kondisi saluran cerna masih
dalam keadaan
keadaan steril (tidak ada bakteri normal usus) sehingga vitamin K
tidak dapat diproduksi.
diproduksi . Fungsi organ hati sebagai tempat metabolisme
vitamin K juga belum dapat berfungsi secara matang terutama pada bayi kurang
 bulan

Apa akibatnya?

Kurangnya kadar vitamin K inilah yang dapat menyebabkan bayi baru lahir memiliki
resiko untuk mengalami gangguan perdarahan atau yang lebih dikenal dengan
 perdarahan akibat
akibat defisiensi
defisiensi vitamin
vitamin K (PDVK). AngkaAngka kejadian PDVK pada bayi
 baru lahir berkisar antara 1:200 sampai 1:400 kelahiran bayi yang tidak
mendapat suntikan
sunti kan vitamin K. Gejala
G ejala utamanya adalah perdarahan.
per darahan. Perdarahan
Perdara han
dapat terjadi pada kulit, hidung,
hi dung, mata dand an saluran cerna yang ditandai
dit andai oleh
muntah atau
at au tinja
ti nja yang kehitaman, bayi terlihat
t erlihat pucat,
p ucat, perdarahan
per darahan yang terjadi
terus menerus melalui bekas tusukan jarum suntik. Perdarahan juga dapat terjadi
secara spontan tanpa sebab yang jelas.Yang paling serius adalah perdarahan
dalam otak yang dapat dikenali melalui gejala seperti sakit kepala, muntah tiba-
tiba, menangis terus menerus, ubun-ubun
ubun-ubu n besar membonjol,kejang
membonjol,kejan g sampai dengan
 penurunan kesadaran.
kesadaran. Perdarahan
Perdarahan otak inilah yang dapat berlanjut menjadi
kecacatan otak bahkan kematian. Bayi dengan kondisi tertentu memiliki faktor risiko
lebih besar untuk terjadinya perdarahan, di antaranya bayi kurang bulan, bayi yang
lahir dari ibu yang menggunakan obat yang menghambat metabolisme vitamin K di
antaranya obat antikejang dan obato bat anti tuberkulosis
tuberkulosi s selama
sel ama kehamilan,
kehamila n, bayi
ba yi
yang mendapatkan antibiotic berkepanjangan (karena dapat membunuh bakteri
normal usus yang hasilkan vitamin K), bayi yang mengalami diare terus-menerus
terus- menerus
dan gangguan penyerapan
penyer apan usus. Pada bayi yang mendapat ASI secara secar a eksklusif
 juga memiliki
memiliki risiko terjadinya perdarahan,
perdarahan, akan tetapi manfaat pemberian ASI
 jauh lebih besar sehingga
sehingga ASI tetap pilihan
pilihan yang terbaik
terbaik bagi
bagi bayi.

P D V K dapa
dapatt di
di bagi ber
ber dasa
dasarr kan waktu
waktu ter
ter j adi
adi nya:
nya:
PDVK Dini –   terjadi pada < 24 jam pertama setelah kelahiran, Keadaan ini dapat
dicegah dengan pemberian suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

PDVK Klasik  –  terjadi pada minggu pertama kehidupan, bentuk yang paling
umum,disebabkan oleh asupan vitamin K yang tidak adekuat dan tidak diberikannya
suntikan vitamin K pada bayi baru lahir

PDVK Lambat – terjadi
terjadi pada bayi usia 2 minggu-6 bulan, sangat jarang terjadi akan
tetapi sangat serius menyebabkan kerusakan otak permanen bahkan kematian Untuk
mengetahui adanya PDVK perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
 pemeriksaan
 pemeriksaan faktor-faktor
faktor-faktor pembekuan,
pembekuan, sementara untuk pemeriksaan
pemeriksaan kemungkinan
kemungkinan
 perdarahan otak dapat
dapat dilakukan
dilakukan USG atau
atau CT Scan.
Scan.

Perluka
Perluk ah vitam
vitami n K untuk
untuk bayi
bayi bar u lahi
lahirr ?
Ya! Karena gejala kekurangan vitamin K tidak selalu terlihat dengan jelas, sekitar
1/3kasus terjadi tanpa adanya gejala maupun faktor risiko yang jelas. Oleh karena
itu, pemberian suntikan vitamin K perlu dilakukan pada setiap bayi baru lahir
sebagai tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya perdarahan pada bayi
 baru lahir.

B agaim
agai mana dan
dan kapan pemb
pemberi
eri annya?
Vitamin K yang diberikan adalah vitamin K1, diberikan pada saat bayi baru lahir
sampai usia 2 minggu karena risiko terjadinya perdarahan bertambah terutama pada
usia 1-2minggu dan menurun menjelang usia 6 bulan setelah bayi mulai dapat
memproduksi vitaminK sendiri. Cara pemberian dapat dilakukan baik secara
suntikan di otot (intra muskular)ataupun di minum (oral)

 Suntikan di otot, dengan dosis tunggal 1 mg pada setiap bayi baru lahir
 Diminum, dengan dosis tunggal 2 mg diberikan tiga kali, yaitu pada saat
 bayi baru lahir,
lahir, pada umur 3-7 hari,
hari, dan pada
pada umur 4-8
4-8 minggu.

B agaim
agaimana bila
bila anak
anak saya ter
ter lamba
lambatt di
di ber
ber i vita
vitam
mi n K?
K?
Pada bayi yang terlambat mendapat vitamin K dan mengalami perdarahan akibat
kekurangan vitamin K,
K , dokter akan memberikan pengobatan
pengob atan berupa suntikan
su ntikan
vitamin K dan transfuse
transf use darah. Pemberian vitamin K tidak perlu dilakukan
ulangan, karena semakin bertambah umur bayi, semakin baik kemampuan
tubuhnya untuk menghasilkan vitamin K dan semakin bervariasi asupan makanan
yang didapatkan.

B. ALAT
1. Ingkubator

Kelahiran bayi prematur adalah bayi yang belum cukup bulan untuk lahir tapi
diharuskan lahir karena adanya masalah dalam kandungan.Ketuban yang peceh lebih
cepat bisa membuat air ketuban terinfeksi kuman, jika terlalu lama di biarkan
lebih dari 18 jam, akibatnya bayi bisa sesak nafas. Penyebab pecahnya
ketuban karena stres yang dialami bayi dalam kandungan. Stresnya dapat
disebabkan oleh infeksi. Selain itu lahir prematur bisa jadi karena kontraksi sang
ibu. Jika kontraksi terjadi sebelum waktunya, bukan tak mungkin bayi akan
lahir prematur. Karena bayi stres, katup mulut janin pun jadi terbuka dan air
ketuban bias terminum oleh bayi, sehingga bayi akan mengalami sesak nafas.

Ciri-ciri bayi premature


Kebanyakan orang menilai bahwa semua bayi prematur memiliki ciri badan
yang kecil danberatnya tidak sampai 2500 gram. Memang benar tapi bayi
yang lahir normal pun bisa saja memilikimemiliki badan yang kecil dan beratnya
kurang. Mengapa? karena sang ibu memiliki penyakit jantung, perokok, dan lain
hal. Tapi secara fisik, bayi prematur bisa dibedakan yakni dari kulitnya yang tipis,
daun telinga jika
j ika ditekuk
dit ekuk tidak
tid ak mudah kembali, serta
s erta garis-garis
garis-gar is di telapak
kakinya tidak penuh.

 Menga
 Mengap
pa bayi pre
prem
matur ha
harus dir awat dengan
ngan inkuba
inkubator?
Bayi yang lahir prematur harus dirawat dengan inkubator, sebab pengaturan
suhu tubuhnya belum stabil
st abil dan dia akan gampang kedinginan.
kedingin an. Inkubator dapat
menjaga suhu sebuah ruangan agar suhu tetap konstan dan stabil. Suhu inkubator
diatur dengan disesuaikan dengan berat lahir atau usia kehamilan. Sesak nafas
akibat pengembangan paru-paru yang tidak bagus membuat bayi perlu diberi
oksigen. Namun pemberian oksigen terlalu lama akan menyebabkan retina bayi
rusak. Setelah perawatan inkubator berakhir, mata bayi perlu diperiksa secara
 berkala. Jika sudah stabil, bayi akan dirawat oleh ibu dengan cara perawatan
perawatan
 bayi lekat atau perawatan
perawatan metode ‘kanguru’. Metode ini, bayi membutuh 
membutuh   kan
sentuhan kasih sayang dan akan mendapatkan kehangatan dari tubuh ibu atau
ayahnya seperti saat dalam kandungan. Namun alat inkubator yang cukup mahal
ini, jumlahnya masih kurang di negara-negara berkembang,dan tak terjangkau untuk
 beberapa rumah sakit. Dengan mahalnya
mahalnya inkubator, seorang peneliti muda asal
Inggris tengah membuat inkubator dengan biaya yang rendah. Dia berharap
inkubator buatannya dapat digelembungkan. Roberts mahasiswa Teknik Desain,
mengatakan proyek ini masih dalam fase pengembangan, dan ia akan
mendirikan perusahaan untuk memproduksi inkubator secara massal.

2. Blue Light
I kterus
kterus  adalah warna kuning yang tampak pada putih mata (sklera) dan kulit
 bayi baru lahir. Warna kuning itu pertanda terjadinya
terjadinya penumpukan
penumpukan bilirubin,
yaitu senyawa hasil pemecahan sel darah merah, bisa karena sel darah merah
sudah tua atau ada proses penghancuran yang abnormal. Semasa dalam
kandungan, bilirubin dikeluarkan melalui plasenta ibu. Setelah lahir, bayi harus
mengeluarkannya sendiri. Pengeluaran bilirubin oleh bayi memerlukan fungsi
hati yang sempurna dan makanan dalam usus yang membawanya keluar sebagai
feses.
Kadar bilirubin  yang normal bergantung pada usia bayi. Contohnya, kadar
 bilirubin12 mg/dl pada bayi kurang dari 24 jam adalah abnormal.
abnormal. Tetapi kadar
tersebut pada bayi cukup bulan usia 3 hari adalah normal.Bila bayi tampak
kuning, perlu diperiksa kadar bilirubin untuk menentukan apakah kadarnya
masih normal atau sudah abnormal sehingga perlu terapi. Dianggap di atas
normal bila kadar biliburin lebih dari12 mg/dl. Bila kadar bilirubin di atas
normal, dokter akan melakukan terapi sinar biru pada bayi kuning tersebut.
Terapi ini dilakukan di rumah sakit. Bayi diletakkan di bawah lampu yang
memancarkan spektrum cahaya biru dengan panjang gelombang tertentu
(ukurannya sekitar 450 nanometer).
F ungsi terap
terapii sina
si narr bi r u  ini akan mengubah bilirubin menjadi senyawa yang
larut dalam air sehingga dapat dikeluarkan dari tubuh bayi. Berapa lama bayi
menjalani terapi sinar biru tergantung pada kadar bilirubin, biasanya sekitar 2-4
hari. Bila kadar bilirubin 12-15 mg/dl, terapi dilakukan selama 2-3 hari. Bila
kadarnya mencapai 15-20 mg/dl terapi dilakukan selama 3-4 hari .

Biliblanket . Selain terapi sinar biru, dapat pula dilakukan dengan biliblanket,
yaitu selimut yang mengandung serat optik yang juga terdapat pada sinar biru.
Bedanya, selimut ini dapat langsung menutup tubuh bayi sehingga Anda dapat
langsung menyusui dan memeluknya. Di Indonesia juga tersedia biliblanket,
namun tidak begitu efektif dalam menurunkan kadar bilirubin. Yang paling
efektif adalah terapi sinar biru.

Tr anfusi dar ah.Bila kadar bilirubin bayi baru lahir di atas 20 mg/dl, dokter akan
malakukan transfusi darah untuk menukar darah bayi. Karena, bilirubin yang
sangat tinggi berisiko tinggi masuk ke dalam otak sehingga terjadi gangguan
 pada otak dan kualitaS
kualitaS perkembanga
perkembangann bayi.

G ej ala kuning
kuni ng:
•Kulit, selaput lendir (gusi, mata) berwarna kuning.
•Bayi rewel, mengantuk, lemas
.•Kurang aktif menyusu
.•Urin berwarna kuning tua (pekat).

C ar a te
ter api :
•Bayi dalam boks disinar dari jarak 10– 23,5
10– 23,5 cm.
•Saat diterapi, mata bayi ditutup dengan k ain
k ain kassa, agar retinanya aman.
•Selama menjalani terapi, bayi harus sering disusui karena ASI efektif dalam
melancarkan proses buang air kecil dan buang air besar, dan bayi terhindar dari
dehidrasi akibat efek panas sinar biru tersebut. Belum ditemukan efek negatif
dari terapi sinar biru terhadap kesehatan bayi bila dilaksanakan dengan tepat.
Terapi sinar biru masih dianggap aman dan tidak mahal.
C .PROCEDURE

 Ma
 M anfaa
nfaat I nisiasi
nisiasi Meny
Menyus
usui
ui Dini
Di ni (I MD )
P entingnya kont
konta
ak kulit
k ulit da
dan I M D
Inisiasi Menyusui Dini sangatlah
sangat lah penting
pen ting karena mendatangkan
mendat angkan manfaat
manf aat yang sangat banyak bagi si
 bayi khususnya.
khususnya. Beberapa
Beberapa hal penting yang
yang didapatkan
didapatkan dari IMD antara lain :

a.Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan
menurunkan kematian karena kedinginan (hypotermia).

 b.Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan


Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan
lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energy.

c.Saat merangkak mencari payudara,payudar a, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan
menjilat-jilat
menjilat-jil at kulit ibu,
ibu , menelan bakteri baikbai k di kulit ibu.
ibu . Bakteri baik ini akan berkembang biak
membentuk koloni di d i kulit dan usus bayi,
b ayi, menyaingi bakter i jahat dari lingkungan.

d.“Bonding” (ikatan kasih sayang) antara ibu -bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jampertama, bayi
dalam keadaan siaga.
sia ga. Setelah itu, biasanya
bi asanya bayi tidur
tidu r dalam waktu yang
yan g lama.

e.Makanan awal non-ASI


no n-ASI mengandung
mengand ung zat putih telur yang bukan
b ukan berasal dari
dar i susu manusia,
misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi
lebih awal.

f.Bayi yang diberi kesempatan


kes empatan menyusu lebih dini lebih berhasil
berhasi l menyusui
menyusu i ekslusif danakan lebih
lama disusui.

g.Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya,emutan,
 jilatan bayi
bayi pada puting
puting ibu merangsang
merangsang pengeluaran hormon oksitosin.
oksitosin.

h.Bayi mendapatkan ASI kolostrum


kolostru m yaitu ASI yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga
dinamakan ‘the gift of life’.Bayi yang diberi
diber i kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu
mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang
kaya akan daya tahan tubuh,
tubuh , penting untuk ketahanan
keta hanan terhadap infeksi,
infeksi , penting untuk pertumbuhan
pert umbuhan
usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding
usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

i.Ibu dan ayah akan merasa


meras a sangat bahagia bertemu dengan bayinya
b ayinya untuk pertama kal dalam
kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan mengazankan anaknya di dada ibunya. Suatu
 pengalaman
 pengalaman batin bagi
bagi ketiganya
ketiganya yang amat indah.

METODE KANGURU

1.Pengertian

Metode Kanguru
Kangur u adalah metode perawatan dini
d ini dan terus menerus dengan sentuhan
sentu han kulit ke kulit
(Skin to skin contact) antara ibu
ib u dan bayi prematur
pre matur dan BBLR dalam posisi seperti kanguru (Hadi,
2005).

2.PrinsipMetode Kanguru
Menggantikan
Menggantikan perawatan bayi
bayi baru lahir dalam incubator dengan
dengan ibu bertindak seperti
seperti ibu kanguru yang
mendekap bayinya
bayin ya dengan tujuan
t ujuan mempertahankan
memperta hankan suhu bayi stabil dan optimal (36.5 –  37.50C).
(36.5 – 37.5

3.Tujuan metode kanguru

Ibu bertindak seperti ibu kanguru yang mendekap bayinya dengan tujuan mempertahankan
suhu bayi stabil dan optimal. Suhu optimal ini diperoleh dengan kontak langsung secara terus
menerus.

4.Keuntungan metode kanguru

a.Meningkatkan hubungan emosi ibu dan anak

 b.Menstabilkan suhu tubuh (36,50 C-37,5 0C), denyut jantung (120-160x/menit),


 b.Menstabilkan (120-160 x/menit), dan pernafasan
 bayi (40-60x/menit).
(40-60x/menit).

c.Meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik

d.Mengurangi
d.Mengurangi stress pada ibu dan bayi

e.Memperbaiki keadaan emosi ibu dan bayi

f.Meningkatkan produksi ASI

g.Menurunkan resiko terinfeksi selama perawatan di rumah sakit

h.Mempersingkat masa rawat di rumah sakit.

5.Kriteria bayi untuk metode kanguru

Adapun kriteria bayi untuk metode kanguru menurut Suriviana adalah

a.Bayi dengan berat badan>2000 gram.

 b.Tidak ada kelainan


kelainan atau penyakit
penyakit yang
yang menyertai.
menyertai.

c.Refleks dan koordinasi isap dan menelan yang baik.

d.Perkembangan selama di inkubator (rumah sakit) baik.

e.Kesiapan dan keikutsertaan orang tua, sangat mendukung dalam keberhasilan

6.Langkah-langkah metode kanguru.

Persiapan pelaksanaan metode kanguru

1) Persiapan ibu

a)Membersihkan daerah dada dan perut dengan cara mandi dengan sabun 2-3 kali sehari.

 b)Membesihkan
 b)Membesihkan kuku dan tangan

c)Baju yang dipakai harus bersih dan hangat sebelum dipakai

d)Selama pelaksanaan metode kanguru ibu tidak memakai BH


e)Bagian bawah baju diikat dengan pengikat baju atau kain

f)Memakai kain baju yang dapat diregangkan

2) Persiapan bayi

a)Bayi jangan dimandikan, tetapi cukup dibersihkan dengan kain bersih dan hangat

 b)Bayi perlu memakai


memakai tutup kepala
kepala atau
atau topi dan
dan popok selama
selama penggunaan
penggunaan metode ini.
ini.

Bila metode kanguru dilakukan dengan baju kanguru :

1)Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH

2)Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi

3)Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu.

4)Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah

5)Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk, seperti katak.

6)Memakaikan baju model kanguru, dengan batas kain atas berada dibawah telinga bayi

7)Mengikat dengan kencang


ken cang agar ibu dapat beraktivitas
beraktivit as dengan bebas seperti
seper ti berdiri ,duduk
,dudu k ,jalan,
makan dan mengobrol.

8)Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.

Bila metode kanguru dilakukan dengan selendang

1)Badan ibu sudah dalam keadaan bersih, dan dada tidak terhalang BH

2)Memakaikan topi , popok dan kaos kaki pada bayi

3)Meletakkan bayi diantara payudara, dada bayi menempel pada dada ibu.

4)Memalingkan kepala ke sisi kanan/kiri dengan sedikit menengadah

5)Memposisikan bayi dengan siku dan tungkai tertekuk , seperti katak.

6)Menggunakan selendang, handuk atau kain lebar yang dibuat sedemikian untuk

tubuh bayi.

7)Mengikat dengan kencang agar ibu dapat beraktivitas dengan bebas seperti berdiri ,duduk , jalan,
makan dan mengobrol.

8)Mengenakan pakaian luar sebagai penutup.

H al-hal yang per


per lu di per
per hati
hati kan dalam
dalam pelaksanaa
pelaksanaan
n meto
metode
de kangur
kang uru
u
1)Posisi ibu saat tidur yaitu dengan setengah duduk dengan meletakkan bantal dibelakang
 punggung ibu

2)Bila ibu perlu istirahat , dapat digantikan oleh ayah atau anggota keluarga yang lain
3)Dalam pelaksanaan
pelaksanaan perlu diperhatikan persiapan ibu, bayi, posisi bayi, pemantauan bayi, cara
 pemberian ASI
ASI dan kebersihan
kebersihan ibu dan bayi
bayi

P elaksanaan
laksanaan Met
M etod
ode
e Kangur
K anguru
u dapa
dapat dilakuk
dil akukan
an pada
pada wak
waktu:
a.Segera setelah lahir

 b.Sangat awal,
awal, setelah
setelah 10-15
10-15 menit

c.Awal, setelah umur 24 jam

d.Menengah, setelah 7 hari perawatan

e.Lambat, setelah bayi bernafas sendiri tanpa O2

f.Setelah keluar dari perawatan incubator

K r i ter
ter i a kebe
keber hasi
hasi lan Perawat
Perawatan
an Me
M etod
tode Kangur
K anguru
u adala
adalah:
h:
a.Suhu tubuh bayi stabil dan optimal (36,5 0C-37,5 0C)

 b.Kenaikan berat badan


badan stabil

c.Produksi ASI adekuat

d.Bayi tumbuh dan berkembang optimal

e.Bayi dapat menetek kuat

Anda mungkin juga menyukai