Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI

Di Susun Oleh :
Nurtin Hasan
NIM. PO7120422089

Preceptor Institusi Preceptor Klinik

(……………………………………….) (……………………………………….)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU JURUSAN


KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI

I. KONSEP DASAR IMUNISASI

A. PENGERTIAN

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari
penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006).
Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk
mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2008).
Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan
atau imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002).
Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada
seorang individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang
akan mencegah infeksi (Schwartz,2004)
Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan
pemberian bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau
diinaktifkan (Wahab,2000)
Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang
sehingga memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999).
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem
kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap
serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi
harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak (www.litbang.depkes.go.id).
B. TUJUAN

Secara umum tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010, p5)


1. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap
penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta
dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
2. Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
3. Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
4. Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan Mortalitas
(angka kematian) pada balita

C. MANFAAT IMUNISASI

1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit.


Dengan memberikan imunisasi pada anak sejak dini diharapkan kesehatan anak
akan tetap terjaga hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan juga dewasa.
2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular.
Memberikan imunisasi pada anak sejak dini berarti telah menambah jumlah anak
yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit.
3. Meningkatkan kesehatan nasional.
Manfaat imunisasi bagi anak dan bayi selain dapat menghindarkan dari penyakit
menular juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam taraf nasional. Sehingga
anak-anak akan merasa aman karena terbebas dari penyakit-penyakit berbahaya
yang bisa menular.

D. SASARAN IMUNISASI

Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:


- Semua anak di bawah usia 1 tahun
- Anak-anak lain yang belummendapa timunisasi lengkap
- Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)
- Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.
E. JENIS IMUNISASI

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak
dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat.
Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai
kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan
nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh
pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana
complemen dan makrofag ini yang pertama kali a3kan memberikan peran ketika ada
kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan
pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system
humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang
mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang
disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler
terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan
menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat
dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang
digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka
imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.

1. Imunisasi aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang
menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila
benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam
imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara
lain :

a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau
mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida,
toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.
b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.
c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari
tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk
meningkatkan imonogenitas antigen.

2. Imunisasi pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan


melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang
yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam
tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan
dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan diantaranya:

a. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


diphteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman
diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat
merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi
DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih
sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ –
organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup.
Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4
minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping
pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti
pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek
berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun,
terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.

b. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan
vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio
adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan
dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral.
c. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis


yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0
– 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.

tahun.

d. Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit


influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP: Purified
Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin
tersebut dapat dikonjugasi dengan protein – protein lain seperti Toxoid tetanus
(PRP – T), Toxoid diphteri (PRP – D atau PRP – CR 50), atau dengan kuman
monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP – T dilakukan
dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP – OMPC
dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian boosternya
dapat diberkan pada usia 18 bulan.
F. CARA DAN WAKTU PEMBERIAAN IMUNISASI

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian
imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program
Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

Dosis Selang Cara Pemberian


Pemberian Umur
Vaksin Waktu
Imunisasi Pemberiaan
Pemberiaan

0,05 Intrakutan tepat di


BCG 1 kali cc 0-11 bulan insersio muskulus
deltoideus kanan.

DPT 3 kali 0,5 cc 4 minggu 2-11 bulan Intramuskular.

2tetes Di teteskan ke
Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan
mulut.

0,5 cc Subkutan,
Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan biasanya di lengan
kiri atas.

Hepatitis 0,5 cc Intrmuskular pada


3 kali 4 minggu 0-11 bulan
B paha bagian luar.

TT 3 kali 0,5 cc Intramuskulus

G. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus
diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut.

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.


a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit,
b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya,
c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.
2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima
imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan
diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya.
3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi
sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi.
4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus
didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi
sebagai upaya pencegahan penyakit. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran
orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi
pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu:
a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius
b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup
c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti
sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti
pertusis.

H. SKRINING DAN PENGAWASAN TUMBUH KEMBANG


Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas
kesadaran social, emosional, intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan
landasan perkembangan berikutnya.
Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga di bentuk pada masa
dini sehingga setiap kelainan/penyimpanan sekeci lapapun, apabila tidak ditangani
dengan baik akan mengurangi kualitas perkembangan.
 Untuk pertumbuhan anak dengan pengukuran BB dan TB menggunakan Kartu
Menuju Sehat (KMS).
 Untuk mengetahui ada atau tidak adanya hambatan, gangguan atau masalah
dalam perkembangan anak menggunakan KPSP (Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan )
 Untuk perkembangan anak dengan menggunakan DDST (Denver Development
Screening Test).
Franken bung (1901) melalui DDST (Denver Development Sreening Test),
mengemukakan 4 parameter perkembangan yang dipakai dalam menilai
perkembangan anak balita meliputi:
1. Personal Sosial (kepribadian/tingkahlaku sosial)
Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan
berinteraksi dengan lingkungan .
2. Fine Motor Adaptive (Gerakanmotorikhalus)
Askep yang berhubungan dengan kemampuan anak mengatasi sesuatu ,melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuhnya saja dan dilakukan otak kecil,
terdapat memerlukan koordinasi yang cermat misalnya kemampuannya.
3. Language (Bahasa)
Kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara mengikuti perintah dan
berbicara spontan.
4. Gross Motor (perkembangan motorik kasar)
Aspek yang berhubungan dengan menggerakkan tubuh dan sikap tubuh.
Beberapa milestone pokok yang harus diketahui dalam mengetahui, tanpa
perkembangan seseorang anak (milestone perkembangan anak adalah tingkat
perkembangan yang harus di capai anak pada umur tertentu.

II. ASUHAN KEPERAWATAN IMUNISASI PADA ANAK


A. PENGKAJIAN

1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua

a. Nama
b. Alamat
c. Tempat dan tanggal lahir
d. Ras/kelompok entries
e. Jenis kelamin
f. Agama
g. Tanggal wawancara
h. Informan

2. Keluhan Utama

Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani
dan rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan
memicu fungsi imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap
kontak infeksi dari lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki
jadwal imunisasi ia berada dalam kondisi sakit. Keluhan ini dapat dijadikan
indikator apakah imunisasi harus dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak
diberikan sama sekali.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama.


Jika saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu
menjadi acuan, akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat
dijadikan kajian lebih lanjut untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini,
selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini juga dapat dijadikan panduan apakah
anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai penyakitnya.

4. Riwayat Kesehatan Dahulu

Untuk memperoleh profil penyakit anak, cedera-cedera, atau pembedahan


sebelumnya yang pada kesempatan ini akan digunakan sebagai petunjuk yang
berarti dalam pemberian imunisasi.
a. Riwayat kelahiran (riwayat kehamilan, persalinan, dan perinatal).
b. Penyakit, cedera atau operasi sebelumnya.
c. Alergi.
d. Pengobatan terbaru.
e. Imunisasi yang pernah didapatkan anak serta pengalaman/reaksi terhadap
imunisasi yang pernah didapat sebelumnya.
f. Pertumbuhan dan perkembangan anak (Sebelum melakukan imunisasi
dapat pula dikaji pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga dapat
mengidentifikasikan indikasi imunisasi serta pendidikan kesehatan yang
sesuai dengan usia serta pola perilaku anak baik ditujukan secara langsung
pada anak ataupun keluarganya).
g. Kebiasaan anak yang dapat memengaruhi kesehatannya.

5. Tinjauaan Sistem

Untuk memperoleh informasi yang menyangkut adanya kemungkinan masalah


kesehatan pada anak, walau tampak jarang dilakukan saat akan diimunisasi,
namun tinjauan ini akan menjadi pilihan yang lebih baik selain pengkajian riwayat
kesehatan anak karena dalam pengkajian cenderung hanya berfokus pada
informasi yang diberikan anak/keluarga sedangkan kemungkinan terhadap kondisi
kelainan yang ada pada tubuh anak belum disadari olehnya dan juga keluarga,
sehingga alangkah baik jika sebelum diimunisasi anak mendapatkan tindakan
pemeriksaan fisik untuk peninjauan terhadap sistem tubuhnya.

Tinjauan sistem meliputi:

a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologik
r. Endokrin

6. Riwayat pengobatan keluarga

Untuk mengidentifikasi adanya faktor genetika atau penyakit yang memiliki


kecenderungan terjadi dalam keluarga dan untuk mengkaji pajanan terhadap
penyakit menular pada anggota .

7. Riwayat Psikososial

Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya
menyisakan kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi
berikutnya hal ini diperbaiki untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi.

8. Riwayat Keluarga

Untuk mengembangkan pemahaman tentang anak sebagai individu dan


sebagai anggota keluarga dan komunitas. Pengkajian juga berfokus pada sejauh
mana keluarga memahami tentang imunisasi yang akan diberikan pada anak,
meliputi jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek
sampingnya.

9. Pengkajiaan Nutrisi

Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan


nutrisi anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia
mendapatkan imunisasi dan dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan
pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi meliputi pengkajian terhadap asupan diet
dan pemeriksaan klinis.
10. Pengkajian Pertumbuhan dan Perkembangan

Pengkajiaan pertumbuhan dan perkembangan anak bertujuaan mengumpulkan


data-data yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak, sehingga dengan data
yang ada, dapat diketahui mengenai keadaan anak yang dapat membantu proses
imunisasi dan juga pendidikan kesehatan seputaran imunisasi anak. Prinsip-
prinsip yang perlu di perhatikan dan dapat diterapkan di lapangan adalah:

a. Lingkungan/ruangan pemeriksaan tidak menakutkan, misalnya memberikan


warna dinding netral, cukup ventilasi, menjauhkan peralatan yang menakutkan
bagi anak, dan menyediakan makanan.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak
menjadi kooperatif
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak
menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak
mengenai hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri
kesempatan anak untuk membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di
pangkuaan orang tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak
yang lain agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui
nasehat petugas.

Berikutnya adalah melakukan pengkajiaan pada anak. Hal-hal yang perlu


dikaji adalah

a. Riwayat Pranatal
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat
hamil, seperti terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan
lain-lain, serta apakah ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko
tinggi yamg tidak ditangani dengan benar dapat mengganggu tumbuh
kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka keadaan
anaknya dapat diperkirakan.
b. Riwayat Kelahiran
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah
secara normal, dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang
dalam kandungan terdeteksi sehat, apabila kelahirannya mengalami
gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps, partuss lama,
atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
c. Pertumbuhan Fisik
Untuk menentukan keadaan pertumbuhan fisik anak, perlu diperlakukan
pengukuran antropometri dan pemeriksaan fisik. Sebagaimana dalam
pembahasan sebelumnya, pengukuran antropometri yang sering digunakan
di lapangan untuk memantau tumbuh kembang anak adalah TB, BB, dan
lingkar kepala. Sedangkan lingkar lengan dan lingkar dada baru digunakan
bila dicurigai adanya gangguan pada anak.

11. Interpretasi Hasil Pengukuran dan Tindakan yang Diperlukan

Setelah dilakukan pengkajian terhadap pertumbuhan dan perkembangan pada


bayi dan balita, terdapat interpretasi hasil sebagai berikut:

a. Pertumbuhan dan perkembangan normal


Menurut Moersintowarti (2002), pertumbuhan anak dikatakan normal
apabila grafik berat badan anak berada pada jalur berwarna hijau pada
kalender balita (KMS) atau sedikit di atasnya. Arah grafik harus naik dan
sejajar mengikuti lengkungan jalur (kurva) berwarna hijau. Sementara,
pertumbuhan anak dikatakan ideal jika pertumbuhan yang ditetapkan
dengan pengukuran antropometri adalah BB/U; BB/M, dan lingkar
kepala/U.
Perkembangan anak tergolong normal apabila umur dan
kemampuan/kepandaian anak sesuai dengan patokan yang berlaku.
Berdasarkan Pedoman Deteksi Tumbuh Kembang Balita, skor yang
diperoleh saat pemeriksaan harus berjumlah 9-10. Apabila menggunakan
kalender balita (KMS), maka kemampuan anak sesuai usia yang terdapat
pada gambar. Sementara apabila menggunakan tes DDST maupun KPSP ,
anak dapat melewati tugas-tugas perkembangannya sesuai usia. Demikian
juga untuk pemeriksaan lainnya.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tidak normal


Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan
anak berada jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau,
khususnya pada jalur merah. Ukuran antropometri lain yang mengikuti
biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan dada. Perkembangan
anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak tidak
dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan.
Pada tes DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya,
atau pada gambar kalender balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai
dengan usianya.

o Kartu Menuju Sehat


a. Pengertian
Kartu menuju sehat atau yang sering disingkat KMS adalah suatu
kartu atau alat penting yang digunakan untuk memantau pertumbuhan
dan perkembangan anak (Soetjiningsih, 1996). KMS yang ada untuk saat
ini adalah KMS Balita, yaitu kartu yang memuat grafik pertumbuhan
serta indikator perkembangan yang bermanfaat untuk mencatat dan
memantau tumbuh kembang balita setiap bulannya, dari sejak lahir
sampai berusia 5 tahun (Depkes RI, 1996). Tujuan penggunaan KMS
Tujuan umum penggunaan KMS adalah mewujudkan tingkat tumbuh
kembang dan status kesehatan anak balita secara optimal. Adapun tujuan
khususnya meliputi:
1. Sebagai alat bantu bagi ibu atau orang tua untuk memantau tingkat
perrtumbuhan dan perkembangan yang optimal.
2. Sebagai alat bantu dalam memantau dan menentukan tindakan yang
diperlukan untuk mewujudkan tumbuh kembang yang optimal.
3. Mengatasi malnutrisi di masyarakat secara efektif dengan
peningkatan pertumbuhan yang memadai (promotivea).
b. Fungsi KMS Balita
Ada beberapa fungsi KMS. Secara umum, fungsi-fungsi tersebut
dapat dikelompokkan menjadi:
1. Sebagai media untuk mencatat/memantau riwayat kesehatan balita
secara lengkap.
2. Sebagai media penyuluhan bagi orang tua mengenai kesehatan
balita.
3. Sebagai sarana pemantauan yang dapat digunakan oleh petugas
untuk menentukan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi terbaik
bagi balita.
4. Sebagai kartu analisis tumbuh kembang balita.
c. Dasar Pembuatan Kurva pada KMS

Kurva/grafik pertumbuhan pada KMS dibuat berdasarkan standar


baku WHO-NCHS yang disesuaikan dengan situasi Indonesia. Batas
kurva bagian atas adalah persentil ke-50 dari berat badan rata-rata anak
laki-laki dan garis bawah adalah persentil ke-3 dari berat badan ank
perempuan.

Kurva pertumbuhan tersebut dibagi dalam 5 kelompok (blok) sesuai


dengan skala berat dalam kg dan garis datar yang merupakan skala umur
menurut bulan. Kelompok 1 adalah untuk bayi berusia 0-12 bulan,
kelompok 2 adalah untuk usia 13-24 bulan, kelompok 3 adalah untuk
usia 25-36 bulan, kelompok 4 adalah untuk usia 37-48 bulan, dan
kelompok 5 adalah usia 49-60 bulan,

Dalam setiap kelompok kurva terdapat garis melengkung yang


menggambarkan pola pertumbuhan berat badan, berupa garis berwarna
merah dengan pita kuning, hijau muda, dan hijau tua. Masing-masing
warna tersebut mempunyai dasar dan makna sebagai berikut:

1) Garis merah dibentuk dengan menghubungkan angka yang


dihitung dari 70% median baku WHO-NCHS.
2) Dua pita kuning yang berada di atas pita merah, berturut-turut
merupakan batas atas 75% dan 80% dari median baku WHO-
NCHS.
3) Dua pita warna hijau muda yang berada di atas pita kuning,
berturut-turut merupakan batas atas 85% dan 90% dari median
baku WHO-NCHS.
4) Dua pita warna hijau tua yang berada di atas hijau muda, berturut-
turut merupakan batas atas 95% dan 100% dari median baku
WHO-NCS.
5) Dua pita warna hijau muda dan kuning paling atas, masing-masing
bernilai 5% dari median baku adalah daerah dimana anak-anak
sudah mempunyai kelebihan berat badan.

Dari pengukuran kurva pertumbuhan BB, hasil berikut ini dapat


diinterpretasikan :

1) Apabila ada pengukuran arah garis meningkat (mengikuti arah


kurva), berarti pertumbuhan anak baik.
2) Apabila pada pertumbuhan arah garis mendatar, berarti
pertumbuhan kurang baik sehingga anak memerlukan perhatian
khusus.
3) Apabila pada pengukuran arah garis menurun, berarti anak
memerlukan tindakan segera.

Dari interpretasi berikut dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan anak


baik apabila mengikuti arah lengkungan kurva. Kedudukan anak
padakurva merupakan keadaan persentasi/persentil.

d. “Growth Monitoring Promotion” (GMP)


GMP adalah suatu kegiatan pengukuran pertumbuhan anak yang
dilakukan secara teratur, dicatat, dan kemudian diinterpretasikan dengan
maksud agar dapat memberikan penyuluhan serta melakukan tindakan
lanjut. Terdapat empat elemen kunci dari GMP, yaitu :
4) Merupakan strategi pencegahan sebelum terjadi gangguan
pertumbuhan, yaitu dengan penimbangan secara teratur.
5) Merupakan strategi mengubah lingkungan anak yang kurang sesuai
melalui komunikasi yang efektif dengan ibu.
6) Berhubungan dengan lingkungan secara menyeluruh yang
memengaruhi tumbuh kembang anak.
7) Ibu/masyarakat ikut terlibat dalam usaha mengoptimalkan tumbuh
kembang anak.
Kesalahan yang sering terjadi pada kegiatan GMP adalah kuratif lebih
diutamakan daripada preventif, pemantauan, dimulai terlambat,
penimbangan dan pengisian kartu sering dilaksanakan secara rutin tanpa
umpan balik, pemberian makanan tambahan menjadi satu-satunya
aktivitas, interaksi antara petugas dan orang tua beranggapan apabila
GMP lancar maka anak tidak bermasalah.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan imunisasi pada
anak meliputi:
1. Kurang pengetahuan keluarga (ibu)
2. Kesiapan meningkatkan status imunisasi.
3. Perilaku mencari bantuan kesehatan.
4. Risiko hipertermi berhubungan dengan proses imunisasi.

C. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

D. EVALUASI KEPERAWATAN
Ditentukan dari hasil yang diperoleh pada implementasi keperawatan yang
disesuaikan dengan tujuan dan kriteria hasil dalam perencanaan sehingga dapat
ditentukan diagnose tersebut telah teratasi atau belum.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan
kebidanan. Jakarta : Salemba Medika
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Keperawatan. Jakarta : EGC
Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta : EGC
Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC
Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu ?.Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara
Wahab,samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC
Nanda International. 2010. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2009-
2011. Jakarta: EGC.
www.litbang.depkes.go.id/~djunaedi/documentation/vol.32_No.2/imunisasi.pdf
(diakses pada tanggal 9 Juni 2014 Pk. 20.00 WITA )
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/121/jtptunimus-gdl-rokhaelisy-6023-2-babii.pdf
(diakses Senin,9 Juni 2014 Pk.16.00 WITA)
http://panerenaisans.blogspot.com/2011/05/gambaran-pengetahuan-ibu-tentang.html
(diakses Senin,9 Juni 2014 Pk.16.00 WITA)

Anda mungkin juga menyukai