Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

IMUNISASI DASAR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Stase Keperawatan Anak Program
Profesi Ners

Oleh :

SILVIA A SAISELAR
1490122072

PROGRAM PROFESI NERS XXIX

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2023
I. DEFINISI

Imun adalah suatu keadaan dimana tubuh mempunyai daya

kemampuan mengadakan pencegahan penyakit dalam rangka serangan

kuman tertentu. Jadi imunisasi adalah suatu tindakan untuk memberikan

kekebalan dengan cara memasukkan vaksin kedalam tubuh. (Depkes RI,

2000).

Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja

memberikan kekebalan (imunitas) pada bayi atau anak sehingga terhindar

dari penyakit. (YupiS, 2004).

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak terpajan

pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit. (Ranuh dkk, 2001). Jadi

dapat disimpulkan bahwa Imunisasi merupakan usaha memberikan

kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan antigen yang berupa

virus atau bakteri ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud vaksin

adalah bahan yang di pakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang

dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT,

Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio.

Pemberian imunisasi pada anak yang mempunyai tujuan agar tubuh

kebal terhadap penyakit tertentu, kekebalan tubuh juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor di antaranya terdapat tingginya kadar antibodi pada saat

dilakukan imunisasi, potensi antigen yang disuntikan, waktu antara

pemberian imunisasi, mengingat efektif dan tidaknya imunisasi tersebut


akan tergantung dari faktor yang mempengaruhinya sehingga kekebalan

tubuh dapat diharapkan pada diri anak.

II. JENIS IMUNISASI

Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada

bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap

tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki

pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah,

pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan

spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah

pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana

complemen dan makrofag ini yang pertama kali akan memberikan peran

ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman

harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh

spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan

tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya.

System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut

imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler

terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik

selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini

akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah

masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip

imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi

menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif.


1. Imunisasi Aktif

Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan

terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi

imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta

sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh

secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat

macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain :

a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau

mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli

sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan.

b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan.

c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari

tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk

meningkatkan imonogenitas antigen.

2. Imunisasi Pasif

Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang

dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma

manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang

diduga sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian

imunisasi pada anak DepKes (2000) menetapkan bahwa ada tujuh

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi:

a. Imunisasi BCG
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit TBC yang berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer

atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi

BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti TBC

pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC

tulang. Imunisasi BCG ini merupakan vaksin yang mengandung

kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi

BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0

– 11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3

bulan, kemudian cara pemberian imunisasi BCG melalui intradermal.

Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus pada daerah suntikan dan

dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas. Untuk pemberian

kekebalan aktif terhadap tuberculosis.

Cara pemberian dan dosis imunisasi BCG :

1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu.

Melarutkan dengan menggunakan alat-alat suntik steril dan

menggunakan cairan pelarut (NacL 0,9 %) sebanyak 4 cc

2. Dosis pemberian 0,05 ml sebanyak 1 kali

3. Disuntikkan secara intracutan di daerah lengan kanan atas pada

insersio musculus deltoideus

4. Vaksin harus digunakan sebelum lewat 3 jam dan Vaksin akan

rusak bila terkena sinar matahari langsung. Botol kemasan,

biasanya terbuat dari bahan yang berwarna gelap untuk

menghindari cahaya karena cahaya atau panas dapat merusak


vaksin BCG sedangkan pembekuan tidak merusak vaksin BCG.

Vaksin BCG di buat dalam vial, di mana kemasannya ada 1 cc dan

2 cc.

5. Kontra indikasi

a. Uji Tuberculin > 5 mm

b. Sedang menderita HIV

c. Gizi buruk

d. Demam tinggi

e. Infeksi kulit luas

f. Pernah menderita TBC

6. Efek samping

Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi umum seperti

demam. Setelah 1-2 minggu penyuntikan biasanya akan timbul

indurasi dan kemerahan di tempat suntikan yang akan berubah

menjadi pustula dan akan pecah menjadi luka dan hal ini tidak

perlu pengobatan dan akan sembuh spontan dalam 8-12 minggu

dengan jaringan parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar

limfe di ketiak atau pada leher yang terasa padat dan tidak sakit

serta tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal dan tidak

memerlukan pengobatan dan akan hilang dengan sendirinya.

b. Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit diphteri, pertusis dan tetanus. Imunisasi DPT ini merupakan

vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan


sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat

anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali

dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat

sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ –

organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti

yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 – 11

bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT

melalui intramuscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek

ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri

pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat

menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun,

terjadi kejang, enchefalopati, dan syok.

c. Imunisasi Polio

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada

anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi

pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi

Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara

pemberian imunisasi Polio melalui oral.

Cara pemberian dan dosis imunisasi polio :

1. Diberikan secara oral sebanyak 2 tetes di bawah lidah langsung

dari botol tanpa menyentuh mulut bayi. Diberikan 4 x dengan

interval waktu minimal 4 minggu


2. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes (dropper)

yang baru.

3. Kontraindikasi

a. Pada individu yang menderita imunedeficiency tidak ada efek

yang berbahaya yang timbul akibat pemberian Polio pada anak

yang sedang sakit. Namun, jika ada keraguan misalnya sedang

menderita diare atau muntah, demam tinggi >38,5˚C, maka

dosis ulangan dapat di berikan setelah sembuh.

b. Pasien yang mendapat imunosupresan

4. Efek samping

Pada umumnya tidak ada efek samping. Tetapi ada hal yang perlu

diperhatikan setelah imunisasi polio yaitu setelah anak mendapatkan

imunisasi polio maka pada tinja si anak akan terdapat virus polio

selama 6 minggu sejak pemberian imunisasi. Karena itu, untuk mereka

yang berhubungan dengan bayi yang baru saja diimunisasi polio

supaya menjaga kebersihan dengan mencuci tangan setelah mengganti

popok bayi.

d. Imunisasi Campak

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit campak pada anak karena penyakit ini sangat menular.

Penyakit infeksi ini disebabkan oleh virus morbilli yang menular

melalui droplet. Gejala awal ditunjukkan dengan adanya kemerahan

yang mulai timbul pada bagian telinga, dahi dan menjalar kewajah dan

anggota badan. Selain itu, timbul gejala seperti flu disertai mata berair
dan kemerahan (konjungtivitis). Setelah 3-4 hari, kemerahan mulai

hilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak bertambah

dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh , kulit akan tampak seperti

bersisik. Imunisasi campak diberikan pada anak usia 9 bulan sebanyak

satu kali dengan rasional kekebalan dari ibu terhadap penyakit campak

berangsur akan hilang sampai usia 9 bulan. Kandungan vaksin ini

adalah virus yang dilemahkan. Waktu pemberian imunisasi campak

pada umur 9 – 11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui

subkutan kemudian efek sampingnya adalah dapat terjadi ruam pada

tempat suntikan dan panas.

e. Imunisasi Hepatitis B

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair.

Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian

imunisasi hepatitis B pada umur 0 – 11 bulan. Cara pemberian

imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular.

Cara Pemberian dan Dosis imunisasi hepatitis B :

1. Sebelum digunakan vaksin dikocok terlebih dahulu agar suspense

menjadi homogeny

2. Vaksin disuntikan dengan dosis 0,5 ml secara IM sebaiknya pada

anterolateral paha.

3. Pemberian imunisasi Hepatitis B sebanyak 3 x

4. Dosis pertama diberikan pada usia 0-7 hari dan selanjutnya dengan

interval waktu minimal 4 minggu.


5. Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap komponen vaksin dan penderita infeksi

berat disertai kejang, masih diizinkan untuk pasien batuk/pilek.

6. Efek Samping

a. Reaksi local seperti rasa sakit, kemerahan dan pembengkakkan

disekitar tempat bekas penyuntikan.

b. Reaksi sistemik seperti demam ringan, lesu dan perasaan tidak

enak pada saluran cerna

c. Reaksi yang terjadi akan hilang dengan sendirinya setelah 2

hari.

Selain imunisasi di atas, imunisasi tambahan yang dapat diberikan ada

anak yaitu sebagai berikut:

f. Imunisasi MMR

Merupakan imunisasi yang digunakan dalam memberikan atau

mencegah terjadinya penyakit campak (measles), gondong, parotis

epidemika (mumps), dan rubella (campak Jerman). Dalam imunisasi

MMR ini antigen yang dipakai adalah virus campak strain Edmonson

yang dilemahkan, virus Rubella strain RA 27 / 3, dan virus gondong.

Vaksin ini tidak dianjurkan pada bayi usia dibawah 1 tahun karena

dikhawatirkan terjadi interferensi dengan antibody maternal yang

masih ada. Khusus pada daerah endemic sebaiknya diberikan

imunisasi campak yang monovalen dahulu pada usia 4 – 6 bulan atau 9

– 11 bulan dan booster dapat dilakukan MMR pada usia 15 – 18 bulan.

g. Imunisasi Typus Abdominalis


Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit thypus abdominalis, dalam persediaannya, khususnya di

Indonesia terdapat 3 jenis vaksin thypus abdominalis diantaranya

kuman yang dimatikan, kuman yang dilemahkan (vivotif, berna), dan

antigen kapsular Vi Polysaccharide (Typhimvi, Pasteur meriux). Pada

vaksin kuman yang dimatikan, dapat diberikan untuk bayi 6 – 12 bulan

adalah 0,1 mL, 1 – 2 tahun 0,2 mL, dan 2 – 12 tahun adalah 0,5 mL,

pada imunisasi awal dapat diberikan sebanyak 2 kali dengan interval 4

minggu kemudian penguat setelah 1 tahun kemudian. Pada vaksin

kuman yang dilemahkan dapat diberikan dalam bentuk capsul enteric

coated sebelum makan pada hari 1, 2, 5, pada anak diatas usia 6 tahun

dan pada antigen kapsular diberikan pada usia diatas 2 tahun dan dapat

diulang tiap 3 tahun.

h. Imunisasi Varicella

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit varicella (cacar air). Vaksin varicella merupakan virus hidup

varicella zoster strain OK yang dilemahkan. Pemberian vaksin

varicella dapat diberikan suntikan tunggal pada usia 12 tahun di daerah

tropic dan bila diatas usia 13 tahun dapat diberikan 2 kali suntikan

dengan interval 4 – 8 minggu.

i. Imunisasi Hepatitis A

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

hepatitis A. Pemberian imunisasi ini dapat diberikan pada usia diatas 2

tahun. Untuk imunisasi awal dengan menggunakan vaksin Havrix


(isinya virus hepatitis A strain HM 175 yang inactivated) dengan 2

suntikan dengan interval 4 minggu dan booster pada 6 bulan kemudian

dan apabila menggunakan vaksin MSD dapat dilakukan 3 kali suntikan

pada usia 0, 6, dan 12 bulan.

j. Imunisasi HiB (Haemobhilus influenza tipe B)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya

penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi

(PRP: Purified Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B

antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein –

protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP – T), Toxoid diphteri (PRP –

D atau PRP – CR 50), atau dengan kuman monongokokus. Pada

pemberian imunisasi awal dengan PRP – T dilakukan dengan 3

suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP – OMPC

dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian

boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan.

III. CARA DAN WAKTU PEMBERIAN IMUNISASI

Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk

pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk

Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

Vaksin Dosis Cara Pemberiaan

BCG 0,05 cc Intrakutan tepat di insersio muskulus

deltoideus kanan/ lengan kanan atas


DPT 0,5 cc Intramuskular (dibagian paha)

Polio 2 tetes Di teteskan ke mulut.

Campak 0,5 cc Subkutan, biasanya di lengan kiri

atas atau paha

Hepatitis B 0,5 cc Intrmuskular pada paha bagian luar

(anterolateral paha).

TT 0,5 cc Intramuscular dalam biasa di

muskulus deltoideus.

Waktu Yang Tepat Untuk Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan

Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000, hlm. 40)

Pemberian Selang Waktu Umur

Vaksin Keterangan
Imunisasi Pemberiaan Pemberiaan

BCG 1 kali 0-11 bulan

DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan

Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan

Campak 1 kali 4 minggu 9-11 bulan

Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan Untuk bayi

yang lahir

di

RS/puskes

mas, hep.
B, BCG,

IV. RANTAI DINGIN

Merupakan cara menjaga agar vaksin dapat digunakan dalam keadaan

baik, atau tidak rusak sehingga mempunyai kemampuan atau efek

kekebalan pada penerimanya, akan tetapi apabila vaksin diluar temperature

yang dianjurkan maka akan mengurangi potensi kekebalannya.

Dibawah ini potensi vaksin dalam temperature :

Vaksin 2 – 8oC 35 – 37o C

DT 3 – 7 tahun 6 minggu

Pertusis 18 – 24 bulan Dibawah 50% dalam 1 minggu

BCG

1 tahun
- Kristal Dibawah 20% dalam 3 – 14 hari
Dipakai dalam 1 kali
Dipakai dalam 1 kali kerja
kerja
- Cair

Campak

2 tahun
- Kristal 1 minggu
Dipakai dalam 1 kali

kerja
- Cair Dipakai dalam 1 kali kerja

Polio 6 – 12 bulan 1 – 3 hari

V. PEMBERIAN IMUNISASI

Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus

diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut :

1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut.

a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau

sakit,

b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah

didapat sebelumnya,

c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang.

2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan

penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu

sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian

mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan

efek sampingnya.

3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi

sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan

imunisasi.

4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak

harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua
tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Perawat harus

memberikan pendidikan kesehatan ini sebelum imunisasi diberikan

pada anak. Gali pemahaman orang tua tentang imunisasi anak.

Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendapatkan informasi seluas

luasnya tentang pemahaman orang tua berkaitan dengan pemeliharaan

kesehatan anak melalui pencegahan penyakit dengan imunisasi supaya

dapat memberikan pemahaman yang tepat. Pada akhirnya diharapkan

adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai

upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak.

5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang

menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak,

yaitu:

a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius

b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat memberi vaksin

virus hidup.

c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun,

seperti sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin

d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin

sebelumnya seperti pertusis.


RESUME KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Identitas Anak dan/atau Orang Tua

a. Nama

b. Tempat dan tanggal lahir

c. Agama

d. Jenis kelamin

e. Agama

f. Tanggal dikaji

g. Nama ayah/umur

h. Nama ibu/umur

i. Pendidikan ayah/ibu

j. Diagnosa medis

2. Keluhan Utama

Apakah terdapat masalah kesehatan anak baik secara fisik maupun

psikis yang memerlukan perawatan karena akan berpengaruh

terhadap kelangsungan imunisasi yang akan dilakukan.

3. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Apakah anak pernah mengalami sakit sebelumnya. Apakah ada

keluarga yang menderita penyakit yang bersifat menular dan menurun.


4. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum

b. Tingkah Laku

c. BB dan TB

d. Pengkajian Head to toe.

5. Data Fokus

a. Subjektif :

1) Orang tua mengungkapkan keinginan untuk meningkatkan

perilaku mencegah penyakit infeksi.

2) Orang tua mengekspresikan keinginan untuk

meningkatkan pengetahuan mengenai standar imunisasi.

3) Mengungkapkan kebigungan dan kekhawatiran ketika anak

tiba-tiba mengalami hipertermi, demam, rewel.

b. Objektif :

1) Anak gelisah.

2) Pernafasan cepat dan nadi meningkat.

3) Orang tua memperlihatkan perubahan psikologi (tampak

bingung, cemas)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnosa keperawatan yang dapat timbul dari tindakan

imunisasi pada anak meliputi:

1. Defisit pengetahuan b/d terpapar informasi

2. Kesiapan peningkatan pengetahuan d/d perilaku sesuai dengan

pengetahuan
3. Hipertermia b/d peningkatan laju metabolisme

C. INTERVENSI

1) Defisit Pengetahuan b/d kurang terpapar informasi

- Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x2

jam, maka tingkat pengetahuan meningkat

- Kriteria Hasil (SLKI):

 Perilaku sesuai anjuran (meningkat)

 Verbalisasi minat dalam belajar (meningkat)

 Perilaku sesuai dengan pengetauan (meningkat)

 Persepsi yang keliru terhadap masalah (meningkat)

 Perilaku (membaik)

- Rencana intervensi :

Observasi:

1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

2. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup

bersih dan sehat

Terapeutik:

1. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi:
1. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

2) Kesiapan peningkatan pengetahuan d/d perilaku sesuai dengan

pengetahuan

- Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x2

jam, maka tingkat pengetahuan membaik

- Kriteria Hasil (SLKI):

 Perilaku sesuai anjuran (meningkat)

 Verbalisasi minat dalam belajar (meningkat)

 Perilaku sesuai dengan pengetauan (meningkat)

 Persepsi yang keliru terhadap masalah (meningkat)

 Perilaku (membaik)

- Rencana intervensi :

Observasi:

3. Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi

4. Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan

meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup

bersih dan sehat

Terapeutik:

4. Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan


5. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

6. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi:

4. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

5. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

6. Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan

perilaku hidup bersih dan sehat

3) Hipertermia b/d peningkatan laju metabolisme

- Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x4

jam, maka termoregulasi membaik

- Kriteria Hasil (SLKI)

 Kulit merah (menurun)

 Suhu tubuh (membaik)

 Suhu kulit (membaik)

- Rencana intervensi (SIKI):

Observasi:

1. Identifikasi pengetahuan tentang pengobatan yang

direkomendasikan

Terapeutik:

1. Fasilitasi informasi tertulis atau gambar untuk meningkatkan

pemahaman
2. Berikan dukungan untyk menjalani program pengobatan

dengan baik dan benar

Edukasi:

1. Jelaskan manfaat dan efek samping pengobatan

2. Informasikan fasilitas kesehatan yang dapat digunakan

selama pengobatan

3. Anjurkan memonitor perkembangan keefektifan pengobatan

Anda mungkin juga menyukai