DISUSUN OLEH :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
( Muttaqin, 2011 ). Pada pasien yang mengalami fraktur (patah tulang) baik
fisik karena terpapar oleh suhu, mekanik , listrik dan pembedahan( Wirawan,
2017 ).
Angka kejadian trauma saat ini masih sangat tinggi, baik di negara
3
motor dan cedera disebabkan kecelakaan lalulintas provinsi Maluku 72,5 %
(Riskesdas, 2018).
2019 angka kejadian trauma atau kecelakaan secara keseluruhan adalah 977
jiwa, rawat jalan sebanyak 176 orang, rawat inap sebanyak 165 orang dan
yang meninggal 21 orang. Setiap kasus trauma yang di curigai dengan fraktur
Berdasarkan rekam medik Instalasi Gawat Darurat RSUD Tiakur tahun 2019
tercatat pasien fraktur yang datang sebanyak 112 kasus baik yang rawat inap
maupun rawat jalan, pasien yang meninggal tercatat sebanyak 6 orang. Pasien
dengan tindakan pembidaian back slab cast dan spalk (Data Sekunder Dinas
4
maccam pembidaian yaitu soft splint (bidai lunak), hard splint (bidai kaku),
air or vacuum splint (bidai udara, traction splint (bidai dengan traksi) dan
Penanganan awal pada pasien fraktur di triage IGD RSUD Tiakur saat
dibalut kapas dan verban atau dengan spon dibungkus plastik ). Pembidaian
menggunakan satu spalk untuk fraktur ekstrimitas atas dan tiga spalk untuk
definitif baik operatif maupun non operatif ( Conservative care ). Selama itu
pasien merasakan nyeri yang sangat hebat pada ekstrimitas yang mengalami
fraktur saat digerakan yang diperberat dengan penekanan pada tonjolan tulang
akibat pembidaian back slab cast dan spalk yang telah dipasang walaupun
penelitian tentang “Pengaruh Pembidaian Back Slab Cast dan Spalk Terhadap
5
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
6
e. Menganalisa pengaruh pembidaian back slab cast dan spalk dalam
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Responden
Bawah.
bidang keperawatan.
c. Bagi Peneliti
7
dan Spalk Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri pada Pasien Fraktur
Ekstrimitas Bawah.
d. Bagi Instansi
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Fraktur
kontinuitas tulang, tulang rawan, baik yang bersifat total maupun sebagian.
Secara ringkas dan umum, fraktur adalah patah tulang yang disebabkan
oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut tenaga fisik, keadaan
tulang itu sendiri, serta jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
2. Penyebab Fraktur
fraktur dapat dibagi menjadi trauma langsung, trauma tidak langsung dan
9
mandi.Sedangkan ringan yaitu keadaan yang dapat menyebabkan fraktur
bila tulang itu sendiri sudah rapuh atau underlying deases atau fraktur
3. Klasifikasi Fraktur
Menurut Noor (2015) klasifikasi fraktur dapat dibagidalam
radiologis.
a. Klasifikasi penyebab
1) Fraktur traumatik
2) Fraktur patologis
10
Gambar 2.1.Radiologis fraktur disebabkan oleh tumor tulang
b. Klasifikasi Jenis
1) Fraktur terbuka.
2) Fraktur tertutup
3) Fraktur kompresi
4) Fraktur stress
5) Fraktur avulasi
7) Fraktur transversal
lainnya).
11
Gambar 2.2.Klasifikasi jenis fraktur yang umum digunakan
dalam konsep fraktur.
c. Klasifikasi klinis
dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak,
dapat berbentuk dari dalam (from within) atau dari luar (from
without).
12
3) Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
d. Klasifikasi radiologis
sebagai berikut :
1) Fraktur tranfersal
13
2) Fraktur kuminutif
fragmen tulang.
3) Fraktur oblik
diperbaiki.
14
4) Fraktur segmental
5) Fraktur impaksi
15
Gambar 2.6.Fraktur impaksi
6) Fraktur spiral
16
4. Manifestasi klinis
Manifastasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi,
diimobilisasi.
dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka dperlukan dua
17
5. Penatalaksanaan Fraktur
tulang
18
2) Pemasangan gibs : Merupakan bahan yang dibungkuskan disekitar
fraktur.
c) Traksi kulit
19
kulit. Traksi pelvis pada umumnya 4,5 – 9 kg tergantung dari
d) Traksi skelet.
e) Traksi manual
pemasangan gibs.
empat minggu dan akan menyatu dalam waktu enam bulan. Namun
20
mengembalikan posisi patahan tulang ke posisi semula (reposisi) dan
6. Komplikasi Fraktur
1) Syok
syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femor karena rasa sakit
2) Kerusakan arteri
21
disebabkan oleh emergensi pembidaian, perubahan posisi pada yang
3) Sindrom kompartemen
persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas
nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT >3 detik pada bagian distal
kaki).
4) Infeksi
ke dalam.
5) Avaskular nekrosis
22
6) Sindrom emboli lemak
b. Komplikasi lama
1) Delayed union
2) Non-union
23
3) Mal-union
raius-ulna.
1. Definisi Pembidaian
harus diimobilisasi dengan bidai. Bidai (Splint atau spalk) adalah alat yang
terbuat dari kayu, logam atau bahan lain yang kuat tetapi ringan untuk
2. Tujuan Pembidaian
24
Noor (2016), menyatakan bahwa ada beberapaalasan dalam
pada bagian distal yang cedera) akibat pecahan ujung fragmen tulang
yang tajam.
25
4. Prinsip Dasar Pembidaian
ketempat semula.
bidai.
f. Bidai harus melewati sendi proksimal dan sendi distal dari tulang yang
patah.
nadi, gerakan dan rasa /sensasi pada bagian distal dari tempat yang
26
5. Tipe-tipe Bidai
Bidai ini juga bisa dibuat dari plastik, aluminium, fiberglass dan gips
back slab. Gips back slab ini dibentuk dan diberi nama sesuai
peruntukannya untuk area trauma yang dipasang bidai. Gips back slab
merupakan alat pembidaian yang lebih baik dan lebih tepat digunakan
27
d. Traction splint (bidai dengan traksi)
digunakan untuk trauma pada daerah femur dan sepertiga bagian tengah
ekstremitas bawah.
6. Syarat-syarat Pembidaian
pembidaian yaitu ;
c. Bidai meliputi dua sendi tulang yang patah, sebelumnya bidai diukur
f. Ikatan harus cukup jumlahnya, dimulai dari sebelah atas dan bawah
dibidai.
bidai akan lebih baik dan stabil, hanya prinsip nya adalah dalam
pasien.
28
7. Mekanisme Pembidaian
Subandono (2019).
a. Pastikan lokasi luka, patah tulang atau cedera sendi dengan memeriksa
c. Memeriksa PMS korban, apakah pada ujung tubuh korban yang cedera
masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan (M, Motorik),
d. Tempatkan bidai di minimal dua sisi anggota badan yang cedera (misal
sisi samping kanan, kiri, atau bagian bawah). Letakkan bidai sesuai
f. Buatlah simpul di daerah pangkal dan ujung area yang patah berada
pada satu sisi yang sama. Lalu, pastikan bidai dapat mencegah
29
daerah tonjolan tulang yang bersentuhan dengan papan bidai dengan
menggunakan kain.
yang cedera masih teraba nadi (P, Pulsasi), masih dapat digerakkan
(M, Motorik), dan masih dapat merasakan sentuhan (S, Sensorik) atau
tidak.
dan / atau tidak dapat merasakan sentuhan dan / atau tidak dapat
2) Sakit bertambah
30
sendiproksimal dan distal fraktur tanpa membahayakan sokongan pada
tubuh agar tidak bergeser atau berubah dari posisi yang dikehendaki,
sehingga menghindari bagian tubuh agar tidak bergeser dari tempatnya dan
Gambar 2.8. Pemasangan bidai pada fraktur cruris, bidai dipasang mulai
kaki.
31
Gambar 2.9 .Pemasangan bidai pada ankle (kiri) dan pada frakur femur
(kanan)
dan menahan bagian tulang yang retak atau patah agar tidak digerakkan,
yang digunakan untuk menyangga dan menahan bagian tulang yang retak
atau patah agar tidak digerakkan, dengan tujuan untuk mencegah pergerakan
32
Ermawan (2019) menyatakan bahwa back slab cast
trauma seperti patah tulang ankle. Back slab cast ini terdiri dari plaster
yang menjaga tendon achiles dan digunakan pada bagian yang terjadi
Back slab cast ini menjaga tulang yang patah pada kesejajaran selama
b. Cara pembuatan
Gunakan tiga lembar dari gips untuk ekstremitas atas dan enam
gips, kemudian angkat, pegang secara vertikal dan gunakan dua jari
33
kemudian lapisi dengan padding. Letakkan dibawah ekstremitas yang
memegang posisi dari back slab cast yang dibuat dari bagian terjauh
dari tubuh ke bagian yang lebih dekat dari pusat tubuh. Gunakan
telapak tangan pada saat pemasangan back slab cast. Setelah kering
34
Menurut Wirawan (2017) back slab cast ini dapat membantu
trauma pada kasus patah tulang. Back slab cast ini terdiri dari
plaster yang menjaga tendon dan digunakan pada bagian yang terjadi
dan jaringan sekitarnya yang lebih berat, selain itu back slab cast
d. Komplikasi Pembidaian
misalnya;
bidai yang bisa memperparah cedera yang sudah ada, bila dipasang
terlalu ketat.
35
2) Bila bidai terlalu longgar bisa menimbulkan kerusakan pada
jaringan.
antara lain:
a) Kerusakan kulit
benar dalam keadaan bersih. Pasir dan kotoran dapat menjadi titik
b) Compartment syndrome
harus diperhatikan.
c) Infeksi
d) Kerusakan saraf
36
C. Konsep Dasar Nyeri pada Fraktur
1. Pengkajian Neurovaskuler
pallor(penurunan suhu).
37
a. Warna
b. Suhu
c. Pergerakan/movement.
persarafan.
jari kuku selama 2-3 detik sampai berwarna pucat kemudian lepas
semula:
38
1) Normal Capillary refill 1 –2 detik
e. Sensasi
merasakan sentuhan.
f. Nadi
39
dari pemeriksa. Numeric pain scale yang memberikan rata- rata dari
tingkat rasa nyeri dengan menggunakan skala dari angka satu sampai
plasma yang keluar dari pembuluh darah di jaringan sekitar pada lokasi
menyebar disepanjang serabut saraf perifer aferen yang terdiri atas serabut
40
neurotransmitter seperti substansi glutamat dan substansi P dilepaskan
fisiologis.
3. Penyebab Nyeri
asetilkolin, asam laktat. Zat-zat ini akan menimbulkan rasa nyeri bila
41
4. Klasifikasi Nyeri
Andarmoyo ( 2013 ) secara kualitatif membagi nyeri menjadi dua
jenis, yakni nyeri fisiologis dan nyeri patologis. Perbedaan utama antara
kedua jenis nyeri ini adalah nyeri fisiologis sensor normal berfungsi
abnormal dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain; trauma dan infeksi
disebut sebagai adaptif pain yang lazim dikenal sebagai nyeri akut. Di
1) Nyeri akut
bulan.
42
Nyeri akut umumnya berhubungan dengan adanya suatu
suatu kerusakan atau cedera yang baru saja terjadi. Sensasi dari
menyeringai.
2) Nyeri kronis
1) Nyeri nosiseptif
43
Nyeri nosiseptif ( nociceptive pain) merupakan nyeri yang
Nyeri ini dapat terjadi karena adanya stimulus yang mengenai kulit,
tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dan lain-lain. Hal ini dapat terjadi
pada nyeri post operatif dan nyeri kanker.Dilihat dari sifat nyerinya
terlokalisasi.
2) Nyeri neuropatik
lebih lama dan merupakan proses input saraf sensorik yang abnormal
oleh sistem perifer, Nyeri ini lebh sulit diobati. Pasien akan
44
Nyeri superficial adalah nyeri yang disebabkan stimulus
2) Viseral Dalam
ulkus lambung.
dapat terasa dibagian tubuh yang terpisah dari sumber nyeri dan
45
rahang, lengan kiri; batu empedu, yang dapat mengaligkan nyeri ke
selangkangan.
4) Radiasi
diskus intravertebral.
5. Jenis-jenis Nyeri
a. Nyeri perifer
1) Superficial pain, nyeri pada kulit, mukosa terasa tajam atau seperti
2) Deep pain (nyeri dalam), nyeri pada daerah viscera, sendi pleura,
peritoneum
daerah yang jauh dari sumber rangsangan, sering terjadi pada deep
pain.
46
c. Nyeri psikogenik, keluhan nyeri tanpa adanya kerusakan di organ
1) Nyeri somiatik, nyeri berasal dari tendon, tulang, saraf dan pembuluh
darah.
6. Fisiologi Nyeri
Fisiologis nyeri dimulai dengan adanya stimulus penghasil nyeri
47
informasi tetntang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosiasi
sebagai bagian dari respons stress nyeri. Nyeri dengan intensitas ringan
jenis serabut yaitu serabut- serabut yang bermielin rapat disebut serabut
48
a. Teori pengendalian gerbang (Gate Control Theory)
dan kecil yang terdapat pada akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada
menimbulkan persepsi.
49
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls
(Andarmoyo, 2013).
8. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri meliputi letak atau lokasi, durasi, irama dan
tidak, maka perlu adanya suatu alat ukur. Menurut AHCPR (Agency for
Health care policy and research, 1992) ada beberapa metode pengukuran
50
dapat merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih karena klien
digunakan sebagai penganti alat pendeskripsi kata. Dalam hal ini, klien
menilai nyeri dengan mengunakan skala 0-10. Skala ini paling efektif
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak nyeri Nyeri sedang Nyeri hebat
yang lebih objektif. Skala ini berupa sebuah garis yang terdiri dari tiga
sampai lima kata pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama di
51
sepanjang garis. Pendeskripsi ini di rangking dari “tidak terasa nyeri”
01 2 3 4 5 6 7 8 910
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : ada nyeri, mulai terasa dan masih dapat ditahan
4-6 : ada nyeri, terasa terganggu dengan usaha yang cukup kuat untuk
menahannya.
7-10: ada nyeri, terasa sangat mengganggu/tidak tertahankan sehingga
harus meringis, menjerit, bahkan berteriak.
gejala fisiknya. Ada dua bentuk respon terhadap nyeri, berupa respon
1) Menangis
2) Merintih
3) Mendesis
52
4) Merengut
7) Mengepalkan tangan
8) Menarik diri
Pada nyeri akut akan terjadi akan terjadi perubahan fisiologis yang
3) Pucat
a. Usia
harus mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang
53
dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit berat atau
b. Makna nyeri
c. Jenis kelamin
d. Kultur
nyeri.
54
a. Farmakologis
diberikan melalui rute parenteral, rute oral, rektal dan transdermal dan
samping medikasi.
b. Non Farmakologis
detik atau menit. Jika nyeri hebat berlangsung selama berjam-jam atau
55
D. Kerangka Konsep
Skema 2.1
Kerangka Teori
Farmakologis
Non Farmakologis
Penurunan intensitas
nyeri.
: Diteliti
: Tidak diteliti
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
yang sudah ada dengan metode pencarian yang ekspilisit dan melibatkan
proses telaah kritis dalam pemilihan studi. Tujuan dari metode ini adalah
untuk membantu peneliti lebih memahami latar belakang dari penelitian yang
menjadi subjek topik yang dicari serta memahami bagaimana hasil dari
57
Pertanyaan penelitian berdasarkan “PICO” adalah Apakah Pasien fraktur
ekstremitas bawah yang diberikan pembidaian Back Slab Cast dan Spalk
C. Menyusun Protokol
mencakup beberapa hal seperti dari studi, prosedur, kriteria untuk menilai
Analyses).
1. Pencarian data
Pencarian data mengacu pada sumber data base seperti PubMed, Proquest,
Google Scholar, Science Direct, dan lain-lain yang sifatnya resmi, yang
2. Skrining data
bertujuan untuk memilih masalah penelitian yang sesuai dengan topic atau
58
3. Penilaian Kualitas (Kelayakan) Data
dengan teks lengkap (full text) dengan memenuhi kriteria yang ditentukan
Screening :
Full text:
Jurnal yang dapat o LIPI
diakses full text o Google scholar
o Researchgate
Kriteria Inklusi:
59
5. Menyusun Strategi Pencarian
Strategi pencarian dilakukan mengacu pada protocol yang telah dibuat dan
menentukan lokasi atau sumber database untuk pencarian data serta dapat
6. Ektraksi Data
Ektraksi data dapat dilakukan setelah proses protocol yang telah dilakukan
manual dengan membuat formulir yang berisi tentang ; tipe artikel, nama
jurnal atau konferensi, tahun, judul, kata kunci, metode penelitian dan lain-
lain.
1. Populasi
ditetapkan oleh peneliti. Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini
pembidaian back slab cast dan spalk terhadap penurunan intensitas nyeri
2. Sampel
yang membahas tentang fraktur ekstremitas bawah, pembidaian back slab cast
60
dan spalk serta penurunan intensitas nyeri dengan jumlah keseluruhan 5 artikel
3. Teknik Sampling
sampel dengan cara memilih sample diantara populasi sesuai dengan yang
diketahui, maka dapat dibuat kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi
adalah semua aspek yang harus ada dalam sebuah penelitian yang akan di
a. Kriteria Inklusi :
61
b. Kriteria Eksklusi
E. Variabel Penelitian
1. Variabel Independen
2. Variabel Dependen
F. Analisis Data
62
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi menggunakan teknik secara deskriptif
63
DAFTAR PUSTAKA
Andarmoyo, S,. 2013. Konsep & proses keperawatan nyeri. [e-book]: Ar-ruzz
media: Ipusnas, [22 september 2020]
Andi dkk, 2020. “ Nyeri pada pasien post op fraktur ektrimitas bawahdengan
pelaksanaan mobilisasi dan ambulasi dini”vol 2, 10 halaman :[online]
https://journal.ipm2kpe.or.id/index.php/JOTING/article/view/1129[29 september
2020]
Pustaka Baru.
Ermawan, R,.2019 Buku pedoman ketrampilan klinis basic life support and
pada pasien fraktur tertutup” Jurnal ilmu kesehatan, vol 3, 11 halaman : [online]
https://docplayer.info/68809518-Pengaruh-pembidaian-terhadap-penurunan-rasa-
nyeri-pada-pasien-fraktur-tertutup-di-ruang-igd-rumah-sakitumum-daerah-a-m-
Mediarti dkk, 2015.“ Pengaruh pemberian kompres dingin terhadap nyeri pada
64
2,,halaman 253-260:[online]http://jurnal.syntax-idea.co.id/index.php/syntax-
Medika.
http://repo.stikesperintis.ac.id/344/1/53%20RAHMA%20WATI.pdf[20 september
2020]
Wirawawan, G.P.A ( 2017 ) “ Efektifitas pembidaian back slab cast dan spalk
lookup=0&q=efektifitas+pembidaian+back+slab+cast+dan+spalk+terhadap+penu
runan+intensitas+nyeri+pada+pasien+fraktur+ekstrimitas+bawah&hl=id&as_sdt=
65