Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN

PROLAPS UTERI

Di ajukan untuk memenuhi salah satu stase Keperawatan Maternitas program profesi ners

Institut kesehatan Immanuel Bandung

Di susun oleh :

Nama : Nova.A.Fatruan

Nim : 1490122064

PROGRAM STUDI PROFESI NERS XXIX

INSTITUT KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG

2023
Laporan Pendahuluan Prolaps Uteri

I. Definisi
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau hiatus genitalis. (Wiknjosastro, 2018).

Prinsip terjadinya prolaps uteri adalah terjadinya defek pada dasar pelvik yang
disebabkan oleh proses melahirkan akibat regangan dan robekan fasia endopelvik,
muskulus levator serta perineal body. Neuropati perineal dan parsial pudenda juga
terlibat dalam proses persalinan. Sehingga, wanita multipara sangat rentan terhadap
faktor resiko terjadi nya prolaps uteri (Prawirohardjo, 2016).

II. Anatomi dan Fisiologi


Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengah –
tengah rongga pangguldi antara kandung kemihdan rectum. Uterus pada wanita
nulipara dewasa bebentuk seperti advokatatau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 5 x
2,5cm.

 Fisiologi
Uterus berbentuk seperti buah avokad atau buah pir yang sedikit gepeng ke arah
depan belakang. Ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai rongga.Dindingnya terdiri
atas otot-otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7- 7,5 cm, lebar di atas 5,25 cm, tebal 2,5
cm, dan tebal dinding 1,25 cm. Letak uterus dalam keadaan fisiologis adalah
anteversiofleksio (serviks ke depan dan membentuk sudut dengan vagina, sedangkan korpus
uteri ke depan dan membentuk sudut dengan serviks uteri). Uterus rnempunyai tiga fungsi
yaitu dalam siklus menstruasi sebagai peremajaan endometrium, dalam kehamilan sebagai
tempat tumbuh dan berkembang janin, dan dalam persalinan berkontraksi sewaktu
melahirkan dan sesudah melahirkan (Hacker, 2016).

Uterus terdiri atas (1) fundus uteri; (2) korpus uteri; dan (3) serviks uteri.Fundus uteri
adalah bagian uterus proksimal; di situ kedua tuba Falloppii masuk ke uterus. Korpus uteri
adalah bagian uterus yang terbesar.Pada kehamilan bagian ini mempunyai fungsi utama
sebagai tempat janin berkembang, Rongga yang terdapat di korpus uteri disebut kavum uteri
(rongga rahim).

Serviks uteri terdiri atas (1) pars vaginalis servisis uteri yang dinamakan porsio; (2)
pars supravaginalis servisis uteri yaitu bagian serviks yang berada di atas vagina. Saluran
yang terdapat dalam serviks disebut kanalis servikalis, berbentuk seperti saluran lonjong
dengan panjang 2,5 cm. Saluran ini dilapisi oleh kelenjar- kelenjar serviks, berbentuk sel- sel
torak bersilia dan berfungsi sebagai reseptakulum seminis. Pintu saluran serviks sebelah
dalam disebut ostium uteri internum dan pintu di vagina disebut ostium uteri eksternum.

Serviks merupakan bagian uterus dengan fungsi khusus yang terletak di bawah ismus.
Di anterior, batas atas serviks yaitu osintema, terletak kurang lebih setinggi pantulan
peritoneum pada kandung kemih. Berdasarkan perlekatannya pada vagina, serviks terbagi
atas segmen vaginal dan supravaginal. Permukaan posterior segmen supravaginal tertutup
peritoneum. Di bagian lateral, serviks menempel pada ligamentum kardinal; dan di bagian
anterior, dipisahkan dan kandung kemih yang menutupinya oleh jaringan ikat longgar. Os
ekstema terletak pada ujung bawah segmen vaginal serviks, yaitu porsio vagina (Rasjdi
2018).

Secara histologik dari dalam ke luar, uterus terdiri atas (1) endometrium di korpus
uteri dan endoserviks di serviks uteri; (2) otot-otot polos; dan (3) lapisan serosa, yakni
peritoneum viserale. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar dan jaringan
dengan banyak pembuluh darah yang berkeluk- keluk, Endometrium melapisi seluruh kavum
uteri dan mempunyai arti penting dalam siklus haid perempuan dalam masa
reproduksi.Uterus diberi darah oleh arteria Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus
asendens dan ramus desendens.Pembuluh darah ini berasal dari arteria Iliaka pInterna
(disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui dasar ligamentum latum masuk ke dalam
uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas forniks.
III. Etiologi
Terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan prolapsus antara lain (Hanifa, 2017):

1. Faktor Bawaan
Setengah wanita akan mengalami masalah ini jika dalam keluarga mereka khususnya
ibu, saudara dari ibu, atau nenek mereka mengalami masalah yang sama. Bagaimana penyakit
ini diturunkan tidak diketahui, mungkin bawaan menentukan kelemahan otot dan ligamen
pada peranakan. Kekenduran atau kelemahan otot ini juga dapat dipengaruhi oleh pola makan
dan kesehatan yang agak rendah dibandingkan dengan mereka yang sehat dan makanannya
seimbang dan tercukupi dari segi semua zat seperti protein dan vitamin.

2. Proses kehamilan dan persalinan


Proses kehamilan dan persalinan memang melemahkan dan melonggarkan otot dalam
badan khususnya ligamen dan otot yang memegang kemaluan dan rahim. Ini satu hal yang
tidak dapat dihindari tetapi dapat dipulihkan walaupun tidak seratus persen jika seorang
wanita yang melakukan gerak tubuh atau exercise untuk menguatkan otot-otot disekitar
kemaluan dan lantai punggung. Kegiatan exercise waktu hamil dan setelah persalinan sangat
penting untuk mencegah prolapsus. Oleh karena itu tidak melakukan exercise ini merupakan
salah satu yang menyebabkan kekenduran atau prolapsus uteri

3. Usia/Menopause
Keadaan menopause atau kekurangan hormon berlaku secara natural yaitu ketika
berumur 50 tahun keatas, ataupun akibat pembedahan oleh karena penyakit seperti
pengangkatan ovari dapat menyebabkan hormon atau seterusnya dapat menyebabkan
kelemahan otot dan ligamen peranakan. Proses atrofi ligamen dan otot dalam jangka panjang
dapat menyebabkan prolaps.

4. Riwayat persalinan multiparitas ( banyak anak)


Partus yang berulangkali dan terlampau sering dapat menyebabkan kerusakan otot-
otot maupun saraf-saraf panggul sehingga otot besar panggul mengalami kelemahan, bila ini
terjadi maka organ dalam panggul bisa mengalami penurunan.

- Faktor lain yang dapat menyebabkan rahim turun adalah peningkatan tekanan di perut
menahun. Misalnya disebabkan obesitas,batuk berbulan- bulan, adanya tumor di
rongga perut, tumor pelvis, serta konstipasi atau susah buang air besar
berkepanjangan.
IV. Patofisiologi
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat ,dari yang paling ringan sampai
prolapsus uteri totalis.Terutama akibat persalinan,khususnya persalinan pervagina yang susah
dan terdapatnya kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks dan
otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul.Juga dalam keadaan tekanan intraabdominal yang
meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan uterus,terutama apabila tonus otot-otot
mengurang seperti pada penderita dalam menopause (Mitayani,2016).

Serviks uteri terletak diluar vagina,akan tergeser oleh pakaian wanita tersebut.dan
lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus dekubitus.Jika fasia di bagian depan
dinding vagina kendor biasanya trauma obstetric, akan terdorong oleh kandung kencing
sehingga menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang dinamakan
sistokel.Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,dapat menjadi besar karena
persalinan berikutnya yang kurang lancar,atau yang diselesaikan dalam penurunan dan
menyebabkan urethrokel.Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra.Pada
divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra ada
lubang yang membuat kantong antara urethra dan vagina.kekendoran fasia dibagian belakang
dinding vagina oleh trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya
rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen vagina yang
dinamakan retrokel.Enterokel adalah hernia dari kavum Douglasi. Dinding vagina bagian
belakang turun dan menonjol ke depan.Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum
(Mitayani,2016).
V. Tanda Dan Gejala
Menurut Mitayani (2016) Gejala sangat berbeda-beda dan bersifat individual. Kadang
kala penderita yang satu dengan prolaps yang cukup berat tidak mempunyai keluhan apapun,
sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan
keluhan yang hampir selalu dijumpai:

a) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di genitalia eksterna
b) Rasa sakit di panggul dan pinggang (backache). Biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c) Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-
mula pada siang hari, kemudian bila lebih berat juga pada malam hari
d) Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi :
- Obstipasi karena faeses berkumpul dalam rongga rektokel
- Baru dapat defeksi, setelah diadakan tekanan pada rektokel dari vagina.
e). Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:

- Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita wakt berjalan dan bekerja.
Gesekan porio uteri oleh celana menimbulkan lecet sampai luka dan dekubitus pada
porsiouteri
- Leukorea karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks, dan karena infeksi serta
luka pada porsio uteri

VI. Pemeriksaan Penunjang


a) Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina atau
apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b) Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri.
Serviks uteri
c) Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri
tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukkan
kedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan kedalam sitokel, dapat
diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya lebih
kebawah dari sistokel.
d) Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum kelume vagina
1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari proksimal
kedistal, kistik dan tidak nyeri.
e) Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya dapat
diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol kelumen
vagina lebih keatas dari retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum lurus, ada
benjolan ke vagina terdapat di atas rectum.
f) Pemeriksaan Laboratorium
g) Pemeriksaan laboratorium tidak begitu banyak membantu. Tes Papanicolaou (Pap
smear sitologi) atau biopsi dapat diindikasikan pada kasus yang jarang terjadi yang
dicurigai karsinoma, meskipun ini harus ditangguhkan ke dokter perawatan primer
atau dokter kandungan.
h) Pemeriksaan USG
i) Pemeriksaan USG bisa digunakan untuk membendakan prolaps dari kelainan-kelainan
lain.

VII. Penatalaksanaan
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur, masih bersuami
atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan, keinginan memiliki anak lagi dan ingin
mempertahankan haid.

 Penanganan dibagi atas :


a) Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran:

- Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
- Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum waktunya,
Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan, episiotomi agar dijahit
dengan baik, Episiotomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE atau VE
 Pengobatan
a. Pengobatan Tanpa Operasi
- Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat
listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin
plastik.
- Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga
uterus tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada
keadaan: Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas,
Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin
dioperasi: keadaan umum yang jelek
b. Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani juga. ada kemungkinan
terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan,padahal tidak ada prolapsus
uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu dioperasi.Indikasi untuk melakukan
operasi pada prolapsus vagina adalah adanya keluhan. Indikasi untuk melakukan operasi pada
prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk
mendapat anak atau untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
Beberapa pembedahan yang dilakukan antara lain:

- Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
- Histeraktomi vaginal
- Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
- Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi

VIII. Asuhan Keperawatan


a. Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan alamat, serta data
penanggung jawab
b. Riwayat penyakit sekarang
Mulai kapan klien merasakan adanya keluhan, dan usaha apa saja yang telah
dilakukan untuk mengatasi keluhan ini. Perasaan adanya suatu benda yang
mengganjal di vagina atau menonjol di genitalia eksterna

c. Riwayat kesehatan klien


Menarche pada usia berapa, haid teratur atau tidak, siklus haid berapa hari, warna
darah haid, HPHT kapan, terdapat rasa sakit waktu haid atau tidak.
d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Hamil dan persalinan berapa kali, anak hidup atau mati, usia, sehat atau tidak,
penolong siapa, nipas normal atau tidak.
e. Riwayat pemakaian alat kontrasepsi
Untuk mengetahui jenis KB yang digunakan oleh pasien.
f. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah dan komunitas,
pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan hubungan antar anggota
keluarga, kultur dan kepercayaan, prilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan,
perepsi keluarga terhadap penyakit pasien dan lain-lain.
g. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : baik,
 Kepala : Bentuk, lesi, bersih
 Mata : Simetris, konjungtiva, anemis, secret, pupil, fungsi penglihatan
 Hidung : Bentuk, lesi, fungsi penciuman
 Telinga : bentuk, serumen, fungsi pendengaran
 Perkemihan : kencing sering dan sedikit, perasaan seperti kandung kemih
tidak dikosongkan seluruhnya, retensio urine, inkontinensia urin
 Sistem pencernaan : obstipasi
 Sistem Reproduksi : perasaan berat di rongga panggul dan rasa penuh di
vagina
 Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan, yaitu
- Urin residu pasca berkemih
- Kemampuan pengosongan kandung kemih perlu dinilai dengan
mengukur volume berkemih pada saat pasien merasakan kandung kemih
yang penuh, kemudian diikuti dengan pengukuran volume residu urin
pasca berkemih dengan kateterisasi atau ultrasonografi.
- Skrining infeksi saluran kemih.
 Pemeriksaan Ultrasonografi
h. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. DS: Kelemahan ligmen Nyeri akut
- Pasien endopelvic dan otot-otot
mengatakan dasar panggul
nyeri
- Pasien Dinding superior posterior
mengeluh vagina menurun
pusing enterokele
DO :
- Pasien tampak
meringis inkarsereta usus halus

nyeri akut
2. DS : Kelemahan ligmen Gangguan eliminasi
- Klien endopelvic dan otot-otot urine
mengatakan dasar panggul
kurang minum
- Klien Dinding enterior vagina
mengatakan menurun
sakit saat
kencing
DO : Penonjolan dinding

Berkemih tidak enterior vagina

tuntas keposterior

sistokel

BAK sedikit,sering

Gangguan Eliminasi urine


3. DS: - Prolaps uteri Gangguan integritas
DO : kulit
- Kerusakan Grade II
jaringan dan
atau lapisan gesekan fisik

kulit
- Nyeri Kerusakan integritas kulit

- Hematoma

4. DS : Kelemahan ligmen Gangguan


- BAK sedikit endopelvic dan otot-otot keseimbangan cairan
- Minumnya dasar panggul
sedkit
DO : Dinding enterior vagina
- Keadaan menurun
umum sedang
- Kesadaran vesika urinaria penuh

composmetis
Penonjolan dinding
- BAK sedikit
enterior vagina
keposterior

sistokel

BAK sedikit dan sering


Stress inkontinen
Perasaan kandung kemih
tidak kosong

gangguan keseimbangan
cairan
5. DS : Prolaps uteri Risiko infeksi
- Pasien
mengatakan Grade III
adanya luka
pada abdomen
bawah Seluruh uterus keluar dari

DO : vagina

- Pasien
terpasang
Histerektomi
infus
- Lukanya
tampak
Risiko infeksi
bersih,tertutup
dengan
kasa,kring
6. DS: Adanya penyakit kronis Ansietas
- Pasien
mengatakan Merupakan stressor
cemas psikologis bagi klien
- Klien
bertanya Kurangnya terpapar

tentang informasi tentang penyakit

penyakitnya dan proses pengobatannya

DO :
- Klien tampak
gelisah
- Klien selalu
bertanya

i. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut
2. Gangguan eliminasi urine
3. kerusakan integritas kulit
4. Risiko keseimbangan cairan
5. Resiko infeksi
6. Ansietas
j. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1 Nyeri akut Tupan Setelah: dilakukan Manajemen nyeri (I.08238)
tindakan keperawatan 1x24 Observasi :
jam ,maka tingkat nyeri menuru. 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
Tupen Setelah : dilakukan frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
tindakan keperawatan 1x4 2. Identifikasi skala nyeri
jam ,maka tingkat nyeri menurun 3. Identifikasi nyeri non-verbal
dengan Kriteria Hasil: Terapeutik :
- Keluhan nyeri menurun 4. Berikan teknik nonfarmakologis untuk
- Meringis menurun Gelisah mengurangi rasa nyeri
menurun 5. Fasilitasi istirahat dan tidur
- Frekuensi nadi membaik Edukasi :
- Pola nafas membaik 6. Anjurkan memonitor nyeri secara
- Tekanan darah membaik 7. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Gangguan eliminasi urine Tupan Setelah dilakukan tindakan Manajemen eliminasi urine
keperawatan 1x24 jam maka Observasi
Eliminasi Urine membaik 1. Identifikasi tanda dan gejala retensi
Tupen Setelah dilakukan tindakan /inkontinesia urine
keperawatan 1x4 jam maka 2. Identifikasi faktor yang menyebabkan
Eliminasi Urine membaik dengan retensi /inkontinesia urine
kriteria hasil : 3. Monitor eliminasi urine
- Desakan berkemih menurun Terapeutik :
- Distensi kandung kemih 4. Catat waktu-waktu haluan berkemih
menurun 5. Batasi asupan cairan
- Berkemih tidak tuntas menurun 6. Ambil sempel urine tengah
Edukasi :
7. Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran
kemih
8. Ajarkan mengukur asupan cairan dan
haluan berkemih urine
9. Ajarkan mengambil specimen urine
midstream
Kolaborasi :
10. Kolaborasi pemberian obat supositoria
uretra,jika perlu
3 Gangguan integritas kulit Tupan setelah dilakukan tindakan Perawatan luka
keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
diharapakan penyembuhan luka 1. Monitor karakteristik luka
meningkat. 2. Monitor tanda-tanda infeksi
Tupen setelah dilakukan tindakan Teraupetik :
keperawatan selama 1x4 jam 3. Lepaskan balutan dan plester
diharapakan penyembuhan luka pertahankan
meningkat dengan kriteria hasil : 4. Bersihkan dengan cairan NaCl atau
- Penyatuan kulit mningkat pembersih nonseptik sesuai kebutuhan
- Penyatuan tepi luka meningkat 5. Pasang balutan sesuai jenis luka
- Jaringan granulasi meningkat 6. Pertahankan teknik steril saat melakukan
- Nyeri menurun perawatan luka
- Eritema pada kulit meningkat Edukasi :
- Infeksi menurun 7. Anjurkan mengkomsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
Kolaborasi :
8. Kolaborasi pemberian antibiotik. Jika
perlu.
4 Risiko keseimbangan cairan Tupan setelah dilakukan tindakan Menejemen cairan I.03098
keperawatan selama 1x24 jam Observasi :
1. Monitor status hidrasi (mis, frekuensi
keseimbangan cairan meningkat kekiatan nadi ,kelembapan mukosa
Tupen setelah dilakukan tindakan bibir,tekanan darah)
keperawatan selama 1x4 jam 2. Monitor berat badan
keseimbangan cairan meningkat Teraupetik :
dengan kriteria hasil : 3. Catat intake-output dan hitung belans
- Asupan cairan cairan
- Output urine 4. Berikan asupan cairan,sesuai kebutuhan
- Membrane mukosa lembab 5. Berikan cairan inttravena.jika perlu
- Asupan makanan meningkat Kolaborasi :
- Tekanan darah membaik 6. Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
- Frekuensi nadi
5. Risiko infeksi Risiko Infeksi Pencegahan infeksi I. 14539
Tupan Setelah dilakukan tindakan Observasi :
keperawatan selama 1x24 jam 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
Tupen Setelah dilakukan tindakan Teraupetik :
keperawatan selama 1x4 jam 2. lakukan perawatan luka
diharapakan tingkat infeksi meurun 3. pertahankan teknik aseptik
Kriteria Hasil : 4. Batasi jumlah pengunjung
- Nyeri menurun 5. Berikan perawatan kulit pada daerah
- Tidak ada pembekakan atau edema
oedema 6. Cuci tngan sebelum dan sesudah kontak
- Tidak ada kemerahan dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi :
7. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
8. Ajarkan cara mencuci tngan dengan
benar
Kolaborasi :
9. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu
6. Ansietas Tupan Setelah dilakukan tindakan Reduksi ansietas
keperawatan 1x24 jam , maka Observasi :
tinggkat ansietas menurun
Tupen Setelah dilakukan tindakan 1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
keperawatan 1x4 jam , maka 2. Identifikasi kemampuan mengambil
tinggkat ansietas menurun dengan keputusan
kriteria hasil : 3. Monitor tanda-tanda ansietas
- Verbalisasi kebingungan Teraupetik :
menurun 4. Ciptakan suasana teurapeutik untuk
- Verbalisasi khawatir menurun menumbuhkan kepercayaan
- Perilaku gelisah menurun 5. Temani pasien untuk mengurangi
- Perilaku tegang menurun kecemasan
- Keluhan pusing menurun 6. Pahami situasi yang membuat ansietas
- Sulit tidur membaik Edukasi
7. Latihan teknik relaksasi napas dalam
8. Latih kegiatan pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
DAFTAR PUSTAKA

Lywelly,jones D. (2016) Dasar-dasar obstetric dan Ginekologi, edisi 6. Jakarta ; Hipokrates.

Prawirohardjo,S. (2016) Ilmu Kebidanan, Yogyakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Winkjosastro,H (2016) Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBPSP

PPNI (2017) Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta : DPP

PPNI (2018) Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Jakarta : DPP

PPNI (2019) Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Edisi 1, Jakarta : DPP

Anda mungkin juga menyukai