“PROLAPS UTERI”
OLEH
FITRI ROHMAYANI
(P07120317008)
JURUSAN KEPERAWATAN
2018/2019
0
LAPORAN PENDAHULUAN
“ PROLAPS UTERI ”
1. KONSEP PENYAKIT
A. DEFINISI
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh
karena kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal
menyokongnya. Atau turunnya uterus melalui dasar panggul atau
genitalis (Wiknjosastro, 2007).
Prolapsus uteri adalah suatu keadaan yang terjadi akibat otot
penyangga uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau
bergeser ke bawah dan dapat menonjol keluar dari vagina. Pada kasus
ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus yang
sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vagina dan berada
di luar vagina. (Marmi, 2011)
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal
yang mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah
melahirkan (Bobak, 2002) Prolapsus uteri adalah keadaan dimana
turunnya uterus melalui hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan
ligamen-ligamen (penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul
yang menyokong uterus.
B. KLASIFIKASI
Turunnya uterus dari tempat yang biasa disebut desensus uteri dan
ini dibagi dalam 3 tingkat yaitu :
C. ETIOLOGI
1
1. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada
persalinan yang terlampau sering dengan penyulit seperti ruptura
perineum atau karena usia lanjut.
D. PATOFISIOLOGI
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling
ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,
2
khususnya persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya
kelemahan-kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia
endopelviks dan otot-otot serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam
keadaan tekanan intra abdominal yang meningkat dan kronik akan
memudahkan penurunan uterus, terutama apabila tonus otot-otot
mengurang seperti pada penderita dalam menopause.
Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian
wanita dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya
trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja,
dapat menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar,
atau yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel.
Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada
divertikulum keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya
dibelakang urethra ada lubang yang membuat kantong antara urethra
dan vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh
trauma obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya
rectum kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol
kelumen vagina yang dinamakan retrokel. Enterokel adalah hernia dari
kavum Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol
ke depan. Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum.
E. PATHWAY
3
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan.
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
4
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
di genetalia eksterna.
5
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Friedman dan Little(1961) menganjurkan cara pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Penderita pada posisi jongkok disuruh mengejan dan
ditemukan dengan pemeriksaan jari,apakah portio pada
normal atau portio sampai introitus vagina atau apakah
serviks uteri sudah keluar dari vagina.
2. Penderita berbaring pada posisi litotomi,ditentukan pula
panjangnya serviks uteri.Serviks uteri yang lebih panjang
dari biasanya dinamakan Elongasio kolli.
3. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan
kistik lembek dan tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah
besar jika penderita mengejan.Jika dimasukkan kedalam
kandung kencing kateter logam,kateter itu diarahkan
kedalam sitokel,dapat diraba kateter tersebut dekat sekali
pada dinding vagina.Uretrokel letaknya lebih kebawah dari
sistokel,dekat pada oue.Menegakkan diagnosis retrokel
mudah,yaitu menonjolnya rectum kelumen vagina 1/3
bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong,memanjang
dari proksimal kedistal,kistik dan tidak nyeri.Untuk
memastikan diagnosis,jari dimasukkan kedalam rectum,dan
selanjutnya dapat diraba dinding retrokel yang menonjol
kelumen vagina.Enterokel menonjol kelumen vagina lebih
keatas dari retrokel.Pada pemeriksaan rectal,dinding rectum
lurus,ada benjolan ke vagina terdapat di atas rectum.
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya
rectum kelumen vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk
lonjong, memanjang dari proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri. Untuk
memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya
dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel
menonjol kelumen vagina lebih keatas dari retrokel. Pada pemeriksaan
rectal, dinding rectum lurus, ada benjolan ke vagina terdapat di atas
rectum.
6
H. PENATALAKSANAAN
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum
pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat prolapsus,
beratnya keluhan, keinginan memiliki anak lagi dan ingin
mempertahankan haid. Penanganan dibagi atas :
a. Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan
dengan anjuran:
7
penderita jangan terlalu banyak punya
anak/sering melahirkan.
b. Pengobatan
1) Pengobatan Tanpa Operasi
Caranya : Latihan otot dasar panggul,
Stimulasi otot dasar panggul dengan alat listrik,
Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif,
Pesarium dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan
pada dinding atas vagina sehingga uterus tak dapat
turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya
dipakai pada keadaan: Prolapsus uteri dengan
kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas,
Prolapsus uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus
uteri yang tak mungkin dioperasi: keadaan umum
yang jelek
2) Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan
prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina
perlu ditangani juga. ada kemungkinan terjadi
prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan,padahal tidak ada prolapsus uteri,atau
prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu
dioperasi.
Indikasi untuk melakukan operasi pada
prolapsus vagina adalah adanya keluhan. Indikasi
untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri
tergantung dari beberapa factor,seperi umur
penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau
untuk mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan
adanya keluhan. Beberapa pembedahan yang
dilakukan antara lain:
8
Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
Histeraktomi vaginal
I. KOMPLIKASI
2. Dekubitus
9
Pada sistokel berat- miksi kadang-kadang terhalang,
sehingga kandung kencing tidak dapat dikosongkan sepenuhnya.
Turunnya uterus bisa juga menyempitkan ureter, sehingga bisa
menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya sistokel dapat
pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan uretra
yang dapat menimbulkan stress incontinence
6. Infertilitas
7. Gangguan partus
8. Hemoroid
9. Inkarserasi usus
10
perlu dilakukan laparotomi untuk membebaskan usus yang terjepit
itu.
Konstipasi.
b) Sesudah Operasi
11
Nyeri di daerah operasi.
Lemas.
Pusing.
Mual
2) Data Obyektif
a) Sebelum Operasi
Pucat, gelisah.
Spasme otot.
Demam.
Dehidrasi
b) Sesudah Operasi
Puasa.
3) Identitas
i. Biasanya terjadi pada wanita yang mengalami
partus yang berulang kali dan terjadi terlampau
sering.
4) Keluhan Utama
12
Kaji apakah klien pernah mengalami persalinan lama, sulit
meneran sebelum pembukaan lengkap dan terlalu sering partus.
9) Vagina
10) Rectum
11) Integument
13
13) Eliminasi uri
B. DIAGNOSA
C. INTERVENSI
1. Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 1 x 24 jam. Hasil yang diharapkan :
Rencana tindakan :
14
2. Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat pergeseran massa uterus .
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi. Hasil yang diharapkan :
Rencana tindakan :
Rencana tindakan :
15
1) Monitor keadaan bladder setiap 2 jam
16
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam
diharapkan gangguan eliminasi alvi teratasi. Hasil yang
diharapkan :
Rencana tindakan :
1) Catat dan kaji warna, konsitensi, jumlah dan waktu buang air
besar
17
DAFTAR PUSTAKA
Wikinjosastro Hanifa, Prof. dr. 2006. Ilmu Kebidanan. edisi ke enam. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
18