Oleh :
M. YUSUP SETYO BUDI
A2R19031
2. ETIOLOGI
Menurut Kimberly (2021) penyebab dari hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1) Hiperplasia Prostat Benigna (BPH)
2) Striktur uretra
3) Batu ginjal
4) Striktur atau stenosis ureter atau saluran keluar kandung kemih
5) Abnormalitas kongenital
6) Tumor kandung kemih, ureter, atau pelvis
7) Bekuan darah
8) Kandung kemih neurogenik
9) Ureterokel
10) Tuberkulosis
11) Infeksi gram negatif
Menurut Parakrama & Clive (2016) penyebab yang bisa
mengakibatkan hidronefrosis adalah sebagai berikut:
1) Hidronefrosis Unilateral
Obstruksi pada salah satu sisi saluran kemih pada umumnya
disebabkan oleh proses patologik yang letaknya proksimal terhadap
kandung kemih. Keadaan ini berakibat hidronefrosis dan dapat
menyebabkan atrofi serta kehilangan fungsi salah satu ginjal tanpa
menyebabkan gagal ginjal. Penyebab obstruksi unilateral adalah:
a. Obstruksi sambungan ureteropelvik (sambungan antara ureterdan
pelvis renalis)
Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam
pelvis renalis terlalu tinggi
Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke
bawah
Batu di dalam pelvis renalis
Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang
letaknya abnormal, dan tumor
b. Obstruksi adanya penyumbatan dibawah sambungan ureteropelvik
Batu di dalam ureter
Tumor di dalam atau di dekat ureter
Penyempitan ureter akibat cacat bawaan, cedera, infeksi, terapi
penyinaran atau pembedahan
Kelainan pada otot atau saraf di kandung kemih atau ureter
Pembentukan jaringan fibrosa di dalam atau di sekeliling ureter
akibat pembedahan, rontgen atau obat-obatan (terutama
metisergid)
Ureterokel (penonjolan ujung bawah ureter ke dalam kandung
kemih)
Kanker kandung kemih, leher rahim, rahim, prostat atau organ
panggul lainnya
Sumbatan yang menghalangi aliran air kemih dari kandung kemih
ke uretra akibat pembesaran prostat, peradangan atau kanker
Arus balik air kemih dari kandung kemih akibat cacat bawaan atau
cedera
Infeksi saluran kemih yang berat yang untuk sementara waktu
menghalangi kontraksi ureter
c. Penyakit ureter kongenital
d. Penyakit ureter yang didapat didapat
2) Hidronefrosis Bilateral
a. Hyperplasia prostat pada usia lanjut
b. Adanya katup uretra posterior congenital
c. Pasien paraplegia dengan kandung kemih neurogenic
d. Fibrosis retroperitoneum dan keganasan
e. Disfungsi otot ureter yang timbul pada masa kehamilan
3. KLASIFIKASI
Dari hasil pemeriksaan radiologis hidronefrosis terdapat 4 grade
hidronfrosis, diantaranya (Beetz dkk, 2021) :
1) Hidronefrosis Derajat 1
Hasil yang ditemukan berupa dilatasi pelvis renalis tanpa dilatasi kaliks
berbentuk Blunting alias tumpul
2) Hidronefrosis Derajat 2
Dilatasi pelvis renalis dan kaliks mayor, kaliks berbentuk flattening, alias
mendatar
3) Hidronefrosis derajat 3
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Tanpa adanya
penipisan korteks. Kaliks berbentuk clubbing, alias menonjol. Adanya
tanda minor atrofi ginjal (papilla datar dan forniks tumpul)
4) Hidronefrosis derajat 4
Dilatasi pelvis renalis, kaliks mayor dan kaliks minor. Serta adanya
penipisan korteks batas antara pelvis ginjal dan kaliks hilang. Tanda
signifikan adanya atrofi ginjal (parenkis tipis). Calices berbentuk
ballooning alias menggembung.
4. MANIFESTASI KLINIS
Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap.
Obstruksi akutdapatmenimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika
terdapat infeksi akan terjadi disuria,menggigil,demam dan nyeri tekan serta
piuria akan terjadi. Hematuri dan piuriamungkin juga ada. Jikakedua ginjal
kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:
1) Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium).
2) Gagal jantung kongestif.
3) Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi).
4) Pruritis (gatal kulit).
5) Butiran uremik (kristal urea pada kulit).
6) Anoreksia, mual, muntah, cegukan.
7) Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang
Manifestasi klinis yang sering muncul pada hidronefrosis unilateral,
diantaranya (smeltzer dan Bare,2022):
1) Aliran urin berkurang
2) Jika infeksi, gejala yang muncul yaitu disuria, menggigil dan nyeri tekan
serta pyuria
3) Nyeri kolik pada sisi ginjal yang terkena
4) Mual, muntah, abdomen terasa penuh
5) Nyeri hebat ginjal atau nyeri samar dibagian dipanggu dan pinggang
6) Nyeri yang hilang timbul terjadi karena pengisian sementara pelvis renalis
7) Air kemih dari 10% penderita mengandung darah
5. PATOFISIOLOGI
Obstruksi total akut ureter pada binatang percobaan menyebabkan
pelebaran mendadak dan peningkatan tekanan lumen bagian proksimal tempat
obstruksi. Filtrasi glomerulus tetap berlangsung dengan peningkatan filtrasi
pada tubulus dan penumpukan cairan diruang interstiaium. Peningkatan
tekanan interstisium menyebabkan disfungsi tubulus. Kerusakan nefron
ireversibel terjadi dalam waktu kira-kira 3 minggu. Pada obstruksi persial,
kerusakan ineversibel terjadi dalam waktu yang lebih lama dan bergantung
pada derajat obstruksi. Sebagian besar penyebab obstruksi saluran kemih yang
diuraikan diatas menyebabkan obstruksi parsial lambat terhadap aliran urine.
Keadaan ini menyebabkan hidronefrosis dan atrofi korteks ginjal progresif
akibat kerusakan nefron yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan
tahunan. Hanya hidronefrosis bilateral yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
Statis urine akibat obstruksi meningkatkan insidensi pielonefritis akut dan
pembentukan batu saluran kemih yang keduanya dapat memperberat
obstruksi.
Obstruksi ureter akut oleh batu, bekuan darah, atau kerak papilla renalis
akan menyebabkan kolik ureter akibat peningkatan peristalsis ureter. Kolik
ureter merupakan nyeri intermitten yang sering kali sangat berat pada sudut
ginjal posterior dan menjalar disekitar pinggang (flank) menuju daerah pubis.
Obstruksi unilateral kronis biasanya asimtomatik bahkan pada obstruksi total
dan umumnya berlanjut dengan kerusakan ginjal permanen sebelum
terdeteksi. Obstuksi parsial bilateral kronis memberikan gambaran gagal
ginjal kronis progresif, meliputi hipertensi, kegagalan fungsi tubulus (poliuria,
asidosis tubulus renalis, dan hiponatremia), dan timbulnya batu saluran kemih
atau pielonefritis akut, penanganan pasien tersebut dapat mengembalikan
fungsi tubulus menjadi normal bila dilakukan secara dini. Obstruksi bilateral
total menyebabkan gagal ginjal akut tipe pasca ginjal dan selanjutnya dengan
cepat menuju kematian bila tidak segera dikoreksi. Oleh karena itu, keadaan
ini termasuk kegawatdaruratan medis. (Kimberly, 2021)
6. PATHWAY
7. PEMERIKSAAN FISIK
1) Kulit : pada Inspeksi didapatkan warna kulit sawo matang,palpasi
turgor cukup
2) Kepala : Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah
dicabut.
3) Mata :Conjungtiva merah muda, sclera putih, pupil bulat, isokor, reflek
cahaya(+/+).
4) Telinga : Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
5) Hidung : simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
6) Mulut : gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
7) Leher : trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
8) Thorax :
a. Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
b. Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
c. Abdomen :
I: Perut datar, tidak ada benjolan
A: Bising usus biasanya dalam batas normal.
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba massa.
d. Pada pasien dengan hidronefrosis berat, palpasi ginjal dapat teraba.
Dengan hidronefrosis bilateral, edema ekstremitas bawah dapat terjadi.
Sudut kostovertebral pada satu sisi yang terekena sering lembut.
Adanya kembung pada kandung kemih yang teraba jelas menambah
bukti bahwa adanya obstruksi saluran kemih.
e. Ekstremitas Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus
otot cukup. Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-),
oedema (-), tonus otot cukup. Kimberly (2021)
8. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis Pyura menunjukkan adanya infeksi. Hematuria mikroskopik
dapat menunjukkan adanya batu atau tumor. Hitung jumlah sel darah
lengkap: leukositosis mungkin menunjukkan infeksi akut. Kimia serum:
hidronefrosis bilateral dan hidroureter dapat mengakibatkan peningkatan
kadar BUN dan kreatinin. Selain itu, hiperkalemia dapat menjadi kondisi
yang mengancam kehidupan.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi adalah metode yang cepat, murah, dan cukup akurat untuk
mendeteksi hidronefrosis dan hidroureter, namun, akurasi dapat
bergantung pada pengguna. Ultrasonografi umumnya berfungsi sebagai
tes skrining pilihan untuk menetapkan diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pyelography intravena berguna untuk mengidentifikasi keberadaan dan
penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Intraluminal merupakan
penyebab paling mudah yang dapat diidentifikasi berdasarkan temuan IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari
ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT
Scan.
9. PENATALAKSANAAN
1) Hidronefrosis akut
a. Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan(biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui
kulit).
b. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,
maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
2) Hidronefrosis kronik
Hidronefrosis kronis diatasi dengan mengobati penyebab dan
mengurangi penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau
abnormal bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali.
a. Kadang perlu dilakukan pembedahan untuk membebaskanureter dari
jaringan fibrosa.
b. Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya
kembali di sisi kandung kemih yang berbeda.
c. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
Terapi hormonal untuk kanker prostat
Pembedahan dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter
dari jaringan fibrosa. Jika sambungan ureter dan kandung kemih
tersumbat, maka dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter
dan menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda. Pembedahan pada hidronefrosis akut biasanya jika infeksi
dapat dikendalikan dan ginjal berfungsi dengan baik.
Pelebaran uretra dengan dilator
Adapun penanganan medis yang diberikan kepada klien
hidronefrosisi, diantaranya :
1) Nefrotomi
Hal ini dilakukan jika hidronefrosisyng disebabkan karena adnya
obstruksi saluran urin bagian atas yang tidak memungkinkan ginjal
mengalirkan urin ke system urinaria bagian bawah dikarenakan
adanya batu, infeksi, tumor, atau kelainan anatomi. Hidronefrosis
yang terjadi pada transplantasi ginjal. Tindakan ini dilakukan
dengan memasukkan sebuah kateter melalui kulit bagian belakang
(panggul) ke dalam ginjal. Tujuan dari tindakan ini untuk
mengatasi penumpukan atau pengumpulan urin pada ginjal yang
terjadi karena obstruksi yang menghalangi keluarnya urin.
2) Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Merupakan suatu tindakan medis yang menangani renal kalkuli
yang menghancurkan batu ginjal menggunakan getaran dari luar
tubuh ke area ginjal. ESWL bekerja melalui gelombang kejut
yang dihantarkan melalui tubuh ke ginjal. Gelombang ini akan
memecahkan batu ginjal menjadi ukuran lebih kecil untuk
selanjutnya dikeluarkan sendiri melalui air kemih. Gelombnag
yang dipakai berupa gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau
sinar laser.
3) Nefrolitotomi
Perkutanaous Nephrolithotomi merupakan salah satu tindakan
minimal invasive dibidang urologi yang bertujuan mengangkat
batu ginjal dengan menggunakan akses perkutan untuk mencapai
system pelviokalises yang memberikan angka bebas batu yang
tinggi.
4) Stent Ureter
Tindakan ini merupakan alat berbentuk pipa yang dirancang agar
dapat ditempatkan di ureter untuk mempertahankan aliran urin
pada penderita obstruksi ureter, memulihakan fungsi ginjal yang
terganggu, dan memperthankan caliber atau patensi ureter sesudah
pembedahan. Stent ini terbuat dari silicon yang bersifat lunak dan
lentur.
10. TERAPI
1) Kotrimoksazol 160/800 mg 2 kali per hari.
2) Levofloxacin 500 mg 1 kali per hari.
3) Norfloxacin 400 mg 2 kali per hari.
4) Ofloxacin 300 mg 2 kali per hari.
11. KOMPLIKASI
Menurut Kimberly (2021) penyakit hidronefrosis dapat menyebabkan
komplikasi sebagai berikut:
1) Batu ginjal
2) Sepsis
3) Hipertensi renovaskuler
4) Nefropati obstruktif
5) Infeksi
6) Pielonefritis
7) Ileus paralitik
12. PENGKAJIAN
Pengkajian dalam keperawatan adalah tahap awal dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi mengenai data
pasien. Pengkajian ini harus dilakukan dengan lengkap, akurat dan tepat
sesuai dengan kenyataan. Dalam proses pengkajian keperawatan salah satunya
ada pengumpulan data. Pengumpulan data ini bisa dilakuikan dengan
mengguakan metode: observasi, wawancara, dan pemeriksaan (Jannah, 2019,
hal. 12).
Adapun pengkajian pada pasien Hidronefrosis (Triyanti & Weningsih,
2018, hal. 47)
1. Pengumpulan Data
a) Identitas Pasien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor
register, tanggal masuk RS, dan diagnosa medis.
b) Identitas Penangung Jawab Meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, hubungan keluarga dengan pasien dan alamat.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama saat masuk rumah sakit Merupakan alasan pasien
masuk rumah sakit). Biasanya keluhan yang paling menonjol adalah
nyeri
b) Keluhan utama saat dikaji Pasien dengan Hidronefrosis mempunyai
keluhan utama nyeri pada saat pertama kali dilakukan pengkajian, hal
ini dikarenakan terputusnya kontinuitas jaringan, maka sangat
dianjurkan menggunakan analisa simptom PQRST, yaitu :
P : ProvokingIncident atau penyebab nyeri bertambah maupun
berkurang. nyeri bertambah saat pasien bergerak dan kurang dalam
istirahat.
Q : Qualitatif adalah seperti apa keluhan yang dirasakan oleh pasien
dan bagaimana nyeri yang dirasakan.
R : Region menunjukan di mana saja gejala nyeri dirasakan timbul.
Nyeri ada biasanya terjadi di daerah luka operasi.
S: Severity of scale adalah skala nyeri yang dirasakan.
T : Time adalah waktu terjadi keluhan nyeri yang dirasakan, apakah
nyeri tesebut hilang timbul ataukah terus-menerus atau pada waktu
tertentu.
c) Riwayat Kesehatan dahulu Biasanya penyakit yang diderita pasien
yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang
mungkin dipengaruhi atau memengaruhi penyakit yang diderita saat
ini.
d) Riwayat kesehataan keluarga Dari genogram keluarga biasanya salah
satu atau lebih dari anggota keluarga biasanya mengalami penyakit
yang sama.
e) Riwayat psikososial Informasi mengenai prilaku pasien, perasaan dan
emosi yang dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya.
f) Pola aktivitas sehari- hari Pada pasien Hidronefrosis mengalami tidak
cukupnya energi fisiologi untuk menyelesaikan aktivitas harian yang
diinginkan, apakah pasien merasa istirahat cukup bila nyeri timbul
(Jitowiyono & Kristiyanasari, 2016, hal. 155).
3. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik pada pasien Hidronefrosis adalah
sebagai berikut:
a) Kesadaran Umum
Kesadaran dapat berupa compos mentis sampai koma tergantung
beratnya penyakit yang dirasakan oleh pasien. Pada penderita
Hidronefrosis biasanya memiliki kesadaran penuh dan jarang terjadi
untuk kehilangan kesadaran tetapi terkadang diiringi dengan kelelahan
yang dirasakan secara terus-menerus disertai lemas.
b) Sistem pernapasan
Terdapat perubahan pola pernapasan yang dialami oleh pasien dengan
penyakit Hidronefrosis selain itu pola napas bisa berubah akibat nyeri
sebelum pembedahan maupun akut setelah dilakukan pembedahan.
c) Sistem kardiovaskuler
Ada pasien ini tekanan darah dan nadi menurun, bisa juga meningkat
pada saat pasien mengeluh nyeri.
d) Sistem pencernaan
Kemungkinan adanya mual dan muntah bisa terjadi akibat kelemahan
dan rasa nyeri yang timbul.
e) Sistem perkemihan
Hidronefrosis mempengaruhi sistem perkemihan dikarenakan ada
kaitan langsung dengan sistem perkemihan.
f) Sistem persarafan
Pada umumnya sistem persarafan tidak terdapat kelainan, keadaan
umum baik dan kesadaran compos mentis.
g) Sistem muskuloskletal
Kaji pergerakan ROM dari pergerakan sendi mulai dari kepala sama
anggota gerak bawah, kaji nyeri pada waktu pasien bergerak. Biasanya
ditemukan keletihan, perasaan nyeri pada ekstremitas atas ketika
digerakan.
h) Sistem penglihatan
Diperiksa kesimetrisaan kedua mata, reflek pupil terhadap cahaya
positif atau tidak, kaji lapang pandang dan ketajaman penglihatan.
i) Sistem pendengaran
Melihata kesimetrisaan telinga, keadaan telinga, ada tidaknya lesi, ada
tidaknya nyeri tekan dan uji pendengaran.
j) Sistem integumen
Kaji warna kulit biasanya pada pasien Hidronefrosis ditemukan warna
kulit kemerahan, keadaan rambut, tekstur rambut, kulit kepala bersih
atau tidak.Kaji kelembapan kulit dan turgor kulit.
k) Sistem reproduksi
Dikaji adakah terdapat benjolan atau tidak
l) Sistem endokrin
Dikaji riwayat dan gejala-gejala yang berhubungan dengan penyakit
endokrin, periksa ada tidaknya pembesaran tiroid dan kelenjar getah
bening.
Observasi
Observasi
Observasi
15. IMPLEMENTASI
Pelaksanaan atau implementasi merupakan bagian aktif dalam asuhan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai dengan rencana tindakan untuk
tindakan medis yang dilakukan oleh perawat atau tugas limpahan (Suprajitno,
2019).
16. EVALUASI
Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang
sistematik pada status kesehatan klien. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat
kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan
ditetapkan).
mencapai tujuan).
cukup
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2019. Buku Ajar Keperawatan Vol 3, Edisi 8,
Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Cetakan II. Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2019). Cetakan II. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta Selatan : Dewan Pengurus Pusat
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Cetakan II. Standar Intervensi Keperawatan