Anda di halaman 1dari 14

STIKES HUTAMA ABDI HUSADA TULUNGAGUNG

PRODI NERS

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN

LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASEIEN
DENGAN KASUS STRIKTUR URETRA
DI RUANG OK RUMAH SAKIT PUTRA WASPADA TULUNGAGUNG

Mahasiswa :

PUSPITA WNDY APRIANTI


NIM: A3R21040

PEMBIMBING AKADEMIK PEMBIMBING RUANGAN

(Anis Muniarti, S.Kep., Ns., M. Biomed) ( )


NIDN. 88-8442-0016
LAPORAN PENDAHULUAN
A. DEFINISI
Striktur uretra adalah kondisi dimana suatu bagian dari uretra menyempit.Berbeda
dengan obstruksi pada uretra yang disebabkan oleh batu, striktur uretramerupakan adanya
oklus dari dari meatus uretralis karena adanya jaringan yangfibrotik dengan hipertrofi.
Jaringan fibrotik yan tumbuh dengan abnormal akanmenutupi/ mempersempit meatus
uretralis, sehingga aliran urine (urine flow) akanmenurun. (Prabowo & Pranata, 2014:
144)
Striktur uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis padadindingnya.
Penyempitan lumen ini disebabkan karena dindingnya mengalamifibrosis dan pada
tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpusspongiosum. (Purnomo, 2011: 153).
Striktur uretra adalah penyempitan lumenuretra akibat adanya jaringan parut dan
kontriksi. (Suharyanto & Madjid, 2013:271)
Dari beberapa definisi tersebut, disimpulkan bahwa Striktur uretra merupakan
penyakit atau kelainan yang berupa penyempitan atau konstriksi dari lumen uretraakibat
adanya obstruksi kemudian terbentuk jaringan fibrotik (jaringan parut) pada daerah
uretra.
B. ETIOLOGI
Berdasarkan penyebab/etiologinya struktur uretra di bagi menjadi 3 jenis :
a. Struktur uretra kongenital
Striktur ini bisanya sering terjadi di fossa navikularis dan pars membranase,sifat
striktur ini adalah stationer dan biasanya timbul terpisah atau bersamaandengan
anomalia sakuran kemih yang lain.
b. Struktur uretra traumatik
Trauma ini akibat trauma sekunder seperti kecelakaan, atau karena instrumen,infeksi,
spasmus otot, atau tekanan dari luar, atau tekanan oleh struktursambungan atau oleh
pertumbuhan tumor dari luar serta biasanya terjadi padadaerah kemaluan dapat
menimbulkan ruftur urethra, Timbul striktur traumatikdalam waktu 1 bulan. Striktur
akibat trauma lebih progresif daripada strikturakibat infeksi. Pada ruftur ini
ditemukan adanya hematuria gross.
c. Struktur akibat infeksi
Struktur ini biasanya sissebabkan oleh infeksi veneral. Timbulnya lebih
lambatdaripada striktur traumatic.Penyebab paling umum dari striktur uretra saat ini
adalah traumatik atauiatrogenik. Penyebab yang lebih jarang ditemui adalah
peradangan atau infeksi,keganasan, dan kongenital. Striktur akibat infeksi biasanya
merupakan gejalasekunder dari urethritis gonococcal, yang masih umum di beberapa
populasi berisiko tinggi. Penyebab yang paling penting adalah idiopati,
reseksitransurethral, kateterisasi uretra, fraktur panggul dan operasi
hipospadia.Penyebab iatrogenik keseluruhan (reseksi transurethral, kateterisasi
uretra,sistoskopi, prostatektomi, operasi brachytherapy dan hipospadia) adalah
45,5%dari kasus striktur. Pada pasien yang lebih muda dari 45 tahun penyebab
utamaadalah idiopati, operasi hipospadia dan fraktur panggul. Pada pasien yang
lebihtua dari 45 tahun penyebab utama adalah reseksi transurethraldan
idiopathy.Penyebab utama penyakit penyempitan multifokal/panurethral adalah
kateterisasiuretra anterior, sedangkan fraktur panggul adalah penyebab utama dari
striktururetra posterior.
Etiologi striktur pada wanita berbeda dengan laki-laki, etiologi striktura uretra
pada wanita radang kronis. Biasanya di derita wanita usia diatas 40 tahun
dengansindroma sistitis berulang yaitu disuria, frekuensi dan urgensi. Diagnosis
striktur uretra dibuat dengan bougie aboul’e, tanda khas dari pemeriksaan bougie
aboul’e adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan. Pengobatan dari striktura
uretra pada wanita dengan dilatasi, kalo gagal dengan otis uretrotomi.
d. Derajat penyempitan Uretra
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi
tigatingkatan:
a) Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
b) Sedang : jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra.
c) Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Pada
penyempitan derajat berat kadangkala teraba jaringan keras di
korpusspongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.
C. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis pada umumnya mirip dengan obstruksi saluran kemih lainnya,
misalnya BPH. Namun ada beberapa yang khas dari klien striktur uretra,yaitu pancaran
urine yang kecil dan bercabang. Hal ini dikarenakan sumbatan/obstruksi pada saluran
meatus uretralis, sehingga akan menurunkan patensi urinelow dan obstruksi yang berada
di medial akan membuat alira urine terpecah,sehingga seolah-olah pancaran urine
terbelah dua. Gejala yang lain dari striktururetra antara lain:

a. Frekuensi
Merupakan banyaknya jumlah berkemih dalam sehari. Peningkatanfrekuensi untuk
berkemih pada klien striktur uretra dikarenakan tidak tuntasnyaklien untuk
mengosongkan vesika, sehingga masih terdapat residu urine dalamvesika. Hal inilah
yang kemudian mendorong m.detrusor untuk beresponmengosongkan vesika.
b. Urgensi
Merupakan perasaan seseorang yang takut mengalami inkontinensia jikatidak
berkemih. Akumulasi yang kronis pada klien striktur uretra adalahmengakibatkan
iritabilitas vesika urinaria meningkat. Hal ini akan merangsang persarafan yang
mengontrol eliminasi uri untuk mengosongkan melalui efekkontraksi pada bladder.
Dengan demikian keinginan untuk miksi akan terjaditerus-menurus pada striktur
uretra.
c. Disuria
Merupakan rasa sakit dan kesulitan untuk melakukan miksi. Klien striktururtra akan
mengalami iritabilitas mukosa, baik pada uretra maupun pada vesikaurinaria. Hal ini
dikarenakan akumulasi urine yang melebihi kapasitas bladder dansifat pH dari urine
yang cenderung asam/ basa akan melukai mukosa salurankemih. Selain itu, relaksasi
vesika yang melebihi dari kemampuan otot vesikaakan menimbulkan inflamasi dan
nyeri.
d. Inkontenensia urine
Merupakan ketidakmampuan untuk mengontrol miksi ( bahasa awam :ngompol )
kejadian ini pada klien striktur uretra dipicu oleh iritabilitas sayaraf perkemihan
sehingga kemampuan untuk mengatur regulasi miksi menurun.
e. Urine menetes
Merupakan dampak dari residu urine dan adanya obsruksi pada meatusuretralis,
sehingga pancara urine melemah dan pengosongan tidak bisa spontan.
f. Penis membengkak
Bendungan urine dan obstruksi pada saluran uretra akan menyebabkanresistensi
kapiler jaringan sekitar meningkat dengan gejala inflamasi yang jelas, sehingga penis
akan membengkak.
g. Infiltrat
Jika obstruksi pada klien striktur uretra tidak tertangani dengan baik danterjadi dalam
jangka waktu yang lama, maka kemungkinan infeksi pada strikturakan terjadi
mengingat urine merupakan media untuk pertumbuhan kuman yang baik. Jika hal ini
terjadi, inflamasi jaringan striktu akan menjadi abses daninfiltrasi akan terjadi pula.
h. Abses
Diakibatkan oleh invasi bakteri melalui urine kepada jaringan obstruksi striktur.
i. Fistel
Urine yang bersifat asam/ basa akan berusaha secara patologis untuk mencari jalan
keluar. Oleh karena itu, iritabilitas jaringan sekitar akan terus terjadi untuk membuat
saluran baru, sehingga kemungkinan akan terbentuk fistel sebagai jalan keluar urine
baru.
j. Retensio urine
Striktur yang total akan menghambat secara total aliran urine, sehingg aurine tidak
akan keluar sedikit pun dan terakumulasi pada vesika urinaria.
k. Kencing bercabang
Pancaran urine yang kecil dan bercabang. Hal ini dikarenakan sumbatan/obstruksi
pada saluran meatus uretralis, sehingga akan menurunkan patensi urine

low dan obstruksi yang berada di medial akan membuat alira urine terpecah,sehingga
seolah-olah pancaran urine terbelah dua. (Prabowo & Pranata, 2014:146)
D. PATHWAY

Kongenital anomali Didapat infeksi, spame otot, tekanan dari luar


saluran kemih yang lain tumor, cedera uretra, cedera peregangan, uretritis
gonorhoe

Jaringan parut

Total tersumbat Penyempitan lumen urethra

Obstruksi saluran kemih yang Kekuatan pancaran dan jumlah


bermuara ke VU urine berkurang

Gangguan eliminasi urine

Refluk urine Peningkatan tekanan VU

Hidrourether Penebalan dinding Nyeri Akut


VU

hidronefrosis Penurunan kontraksi


otot VU

Pyelonefritis
Kesulitan berkemih

Gagal ginjal kronik


Retensi urin

Resiko infeksi sitostomi Kurang pengetahuan

Luka insisi Ansietas

Nyeri akut
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a) Urin dan kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi
b) Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
2. Uroflowmetri
Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaranurin.
Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses
miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada wanita
25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normalmenandakan ada
obstruksi
3. Radiologi
Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitandan
besarnya penyempitan uretra. Teknik pemeriksaan uretrogram adalah pemeriksaan
radiografi ureter dengan bahan kontras uretra. Untuk mengetahuilebih lengkap
mengenai panjang striktur adalah dengan membuat foto bipolarsistouretrografi
dengan cara memasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli- buli dan secara
retrograd dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui
sehingga penting untuk perencanaan terapi atau operasi
4. Nstrumentasi
Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkankateter
Foley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter denganukuran yang
lebih kecil sampai dapat masuk ke buli- buli. Apabila dengan kateterukuran kecil
dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra.
5. Uretroskopi
Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra.Jika diketemukan adanya
striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitumemotong jaringan
fibrotik dengan memakai pisau sachse.
F. KOMPLIKASI
Adapun komplikasi dari Striktur Uretra jika adalah:
1. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel
Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, makaotot kalau
diberi beban akan berkontraksi lebih kuat sampai pada suatu saatkemudian akan
melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akanmenebal terjadi
trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fasedekompensasi timbul sakulasi
dan divertikel. Perbedaan antara sakulasi dandivertikel adalah penonjolan mukosa
buli pada sakulasi masih di dalam otot bulisedangkan divertikel menonjol di luar buli-
buli, jadi divertikel buli-buli adalahtonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding
otot.
2. Residu urine
Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat tidaktimbul
residu. Pada fase dekompensasi maka akan timbul residu. Residu adalahkeadaan
dimana setelah kencing masih ada urine dalam kandung kencing.Dalamkeadaan
normal residu ini tidak ada.
3. Refluks vesiko ureteral
Dalam keadaan normal pada waktu buang air kecil urine dikeluarkan buli- buli
melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intravesika yang
meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urine dari buli-buliakan
masuk kembali ke ureter bahkan sampai ginjal.
4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal
Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu caratubuh
mempertahankan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan setiapsaat
mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan dekompensasimaka
akan timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena infeksi.Adanya kuman
yang berkembang biak di buli-buli dan timbul refluks, maka akantimbul pyelonefritis
akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal ginjaldengan segala akibatnya.
5. Infiltrat urine, abses dan fistulas
Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi maka bisatimbul
inhibisi urine keluar buli-buli atau uretra proksimal dari striktur. Urineyang terinfeksi
keluar dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltraturine, kalau tidak
diobati infiltrat urine akan timbul abses, abses pecah timbul fistula di supra pubis atau
uretra proksimal dari striktur.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk penderita Striktur Uretraadalah dengan
menggunakan penatalaksanaan farmakologis dan nonfarmakologis.
1. Terapi Farmakologis
a) Bougie (Dilatasi)
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan
periksa adanya glukosa dan protein dalam urin. Tersedia beberapa jenis bougie.
Bougie bengkok merupakan satu batang logam yang ditekuk sesuai dengan
kelengkungan uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam, mempunyai
ujung yang tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; bougie filiformis
mempunyai diameter yang lebih kecil danterbuat dari bahan yang lebih lunak.
Berikan sedatif ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah
pengobatan dengan antibiotik, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans
penis dan meatus uretra dengan cermat dan persiapkan kulit dengan antiseptik
yang lembut. Masukkan gel lidokain ke dalam uretra dan dipertahankan selama 5
menit. Tutupi pasien dengan sebuah duk lubanguntuk mengisolasi penis.
Apabila striktur sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah
bougie filiformis; biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan
bougie filiformis lain sampai bougie dapat melewati striktur tersebut.Kemudian
lanjutkan dengan dilatasi menggunakan bougie lurus.
Apabila striktur sedikit tidak teratur, mulailah dengan bougie bengkok
ataulurus ukuran sedang dan secara bertahap dinaikkan ukurannya. Dilatasi
dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang kasar
tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada akhirnya
menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter yang
bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk
memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan
bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil
kemungkinan terjadinya bakteremi, septikemi, dan syokseptic dengan tindakan
asepsis dan dengan penggunaan antibiotik
b) Uretrotomi interna
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat endoskopi yang
memotong jaringan sikatriks uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau Sachse,
laser atauelektrokoter. Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior
terutama bagian distal dari pendulans uretra dan fossa navicularis, otis uretrotomi
jugadilakukan pada wanita dengan striktur uretra.
Indikasi untuk melakukan bedah endoskopi dengan alat Sachse adalah
striktur uretra anterior atau posterior masih ada lumen walaupun kecil dan
panjang tidaklebih dari 2 cm serta tidak ada fistel, kateter dipasang selama 2- 3
hari pascatindakan. Setelah pasien dipulangkan, pasien harus kontrol tiap minggu
selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali
seumur hidup. Pada waktu kontrol dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila
pancaranurinnya < 10 ml/det dilakukan bouginasi.
c) Uretrotomi eksterna
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis
kemudiandilakukan anastomosis end-to-end di antara jaringan uretra yang masih
sehat, caraini tidak dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm. Cara
Johansson;dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotik.
 Stadium I: daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit
jaringan sehat di proksimal dan distalnya, lalu jaringan fibrotik
dieksisi.Mukosa uretra dijahit ke penis pendulans dan dipasang kateter selama
5-7hari.
 Stadium II: beberapa bulan kemudian bila daerah striktur telah
melunak,dilakukan pembuatan uretra baru.
d) Uretroplasty
Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2
cmatau dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasca
UretrotomiSachse. Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya
setelah daerahstriktur di eksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit
penis dan dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari
kulit preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.
2. Penatalaksanaan Non Farmakologis
a) Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis.
b) Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter.
c) Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi penyakitmenular
seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada satu pasangandan memakai
kondom
d) Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti infeksidan
gagal ginjal
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan eliminasi urine: frekuensi, urgensi, hesistancy,inkontinensi, retensi,
nokturia atau perasaan tidak puas setelahmiksi berhubungan dengan obstruksi
mekanik : pembesaran prostat.
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (penyakit struktur uretra)
3. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang tindakan post
operasi
4. Resiko infeksi area pembedahan berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan
primer.

I. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA SLKI SIKI


1 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan Manajemen Eliminasi Urine (I.04152)
urine: frekuensi, keperawatan 3x 24 jam
1. Observasi
urgensi, diharapkan :  Identifkasi tanda dan
hesistancy,inkontinensi,  Sensasi berkemih gejala retensi atau
retensi, nokturia atau inkontinensia urine
meningkat
 Identifikasi faktor yang
perasaan tidak puas  Desakan berkemih menyebabkan retensi atau
setelahmiksi menurun inkontinensia urine
berhubungan dengan  Monitor eliminasi urine
 Distensi kandung
(mis. frekuensi, konsistensi,
obstruksi mekanik : kemih menurun aroma, volume, dan warna)
pembesaran prostat.  Berkemih tidak 2. Terapeutik
 Catat waktu-waktu dan
tuntas nenurun
haluaran berkemih
 Batasi asupan
cairan, jika perlu
 Ambil sampel urine
tengah (midstream) atau
kultur
3. Edukasi
 Ajarkan tanda dan gejala
infeksi saluran kemih
 Ajarkan mengukur
asupan cairan dan haluaran
urine
 Anjurkan mengambil
specimen urine midstream
 Ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yang
tepat untuk berkemih
 Ajarkan terapi modalitas
penguatan otot-otot
pinggul/berkemihan
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur
4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat suposituria uretra jika
perlu

2 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
dengan agen pencedera keperawatan diharapkan 3x
24 jam diharapkan keluhan 1. Observasi
fisiologis (penyakit
nyeri menurun dengan
struktur uretra) kriteria hasil :  lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas
 Keluhan nyeri nyeri
menurun  Identifikasi skala nyeri
 Meringisi menurun  Identifikasi respon nyeri non
 Sulit tidur menurun verbal
 Pola nafas memnaik  Identifikasi faktor yang
 Tekanan darah memperberat dan memperingan
membaik nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya
terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah
diberikan
 Monitor efek samping
penggunaan analgetik

2. Terapeutik

 Berikan teknik nonfarmakologis


untuk mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma
terapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

3. Edukasi

 Jelaskan penyebab, periode, dan


pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri
 Anjurkan memonitor nyri secara
mandiri
 Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri

4. Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
analgetik, jika
3 Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
dengan kurang terpapar keperawatan 3x 24 jam
 Identifikasi saat tingkat anxietas
informasi tentang diharapkan tingkat ansietas berubah (mis. Kondisi, waktu,
tindakan post operasi menurun : stressor)
1. Perilaku gelisah  Identifikasi kemampuan
mengambil keputusan
menurun
 Monitor tanda anxietas (verbal
2. Tegang menurun dan non verbal)
3. Pola tidur membaik
2. Terapeutik
4. Palpitai menurun
5. Pucat menurun  Ciptakan suasana terapeutik
6. Verbalisasi akibat untuk menumbuhkan
kepercayaan
kondisi yang
 Temani pasien untuk
dihadapi menurun mengurangi kecemasan , jika
7. Frekuensi memungkinkan
pernafasan menurun  Pahami situasi yang membuat
anxietas
 Dengarkan dengan penuh
perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang
dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi
situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan
realistis tentang peristiwa yang
akan datang

3. Edukasi

 Jelaskan prosedur, termasuk


sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan
yang tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan
perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat anti


ansietas, jika perlu

4 Resiko infeksi area Setelah dilakukan tindakan Pencegahan infeksi (I.14539)


pembedahan keperawatan 3 x 24jam
1. Observasi
berhubungan dengan glukosa derajat infeksi  Monitor tanda dan gejala
ketidakadekuatan menurun infeksi lokal dan sistemik
pertahanan primer. Kriteria hasil : 2. Terapeutik
 Batasi jumlah
 Demam menurun pengunjung
 Kemerahan menurun  Berikan perawatan kulit
 Nyeri menurun pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan
 Kadar sel darah
sesudah kontak dengan pasien
putih menurun dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik
aseptik pada pasien beresiko
tinggi
3. Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
 Ajarkan cara mencuci
tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa
kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan
asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan
asupan cairan
4. Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian
imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing Diagnoses:


Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.

Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical Nursing.
Mosby: ELSIVER

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),  Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indone sia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),  Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai