Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN STRICTUR URETRA

Fasilitator :

Sutomo, S.Kep., Ns., M.Kes

Disusun oleh :

Putri Aulia Soraya (0118031)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2020

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas izin, rahmat
dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Strictur Uretra” ini disusun dengan tujuan untuk
melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah. Melalui makalah ini, saya
berharap agar saya dan pembaca mampu menganalisis dengan baik dan benar. Saya berharap
agar makalah yang telah saya susun ini dapat memberikan pengetahuan yang cukup bagi
pembaca dan penulis yang lain. Saya juga berharap agar makalah ini menjadi acuan yang
baik dan berkualitas.

Mojokerto, 21Februari 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.....................................................................................................................2
Daftar Isi..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Medis..........................................................................................................
1. Definisi striktur uretra.......................................................................................
2. Etiologi..............................................................................................................
3. Pathway.............................................................................................................
4. Manifestasi klinis...............................................................................................
5. Pemeriksaan diagnostik.....................................................................................
6. Penatalaksanaan.................................................................................................
7. Komplikasi.........................................................................................................
B. Konsep Keperawatan...............................................................................................
1. Pengkajian.........................................................................................................
2. Diagnosa keperawatan.......................................................................................
3. Intervensi keperawatan......................................................................................
4. Implementasi keperawatan................................................................................
5. Evaluasi.............................................................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
Daftar pustaka

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat
adanya osbtruksi (long, 1996). Dilihat dari segi aspek promotif perawat berperan
sebagai pendidik dapat memberi pencegahan dan perawatan dalam menangani asuhan
keprawatan striktur uretra dirumah sakit, tidak hanya memberi perawatan, pengobatan
dan penyembuhan, tetapi juga bisa memberi informasi mengenai penyakit yang
bertujuan menghindari klien dari komplikasi yang mungkin timbul. Dari segi aspek
preventif peran perawat memberikan asuhan keperawatan yang baik dengan
memberikan penyuluhan, penatalaksanaan dini kepada klien mengenai striktur uretra.
Dari segi kuratif peran perawat untuk memberikan pertolongan yang sangat cepat
seperti pemberian obat antipiretik dan antibiotik. Dari segi aspek rehabilitatif peran
peran perawat adalah pemberian obat teratur.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisiStrictur Uretra ?
2. Bagaimana etiologi Strictur Uretra ?
3. Bagaimana pathway Stricur Uretra ?
4. Bagaimana manifestasi Klinis Strictur Uretra ?
5. Bagaimana pemeriksaan Diagnostik Strictur Uretra ?
6. Bagaimana penatalaksanaan Strictur Uretra ?
7. Bagaimana komplikasi ?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Strictur Uretra ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisiStrictur Uretra
2. Untuk mengetahui etiologi Strictur Uretra
3. Untuk mengetahui pathway Stricur Uretra
4. Untuk mengetahui manifestasi Klinis Strictur Uretra
5. Untuk mengetahui pemeriksaan Diagnostik Strictur Uretra
6. Untuk mengetahui penata Laksanaan Strictur Uretra

4
7. Untuk mengetahui komplikasi
8. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan Strictur Uretra

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi Strictur Uretra
Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan
wanita, uretra mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari
tubuh. Saluran uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran
reproduksi pria.
Pada strictur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat
terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra. Strictur uretra
menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran berkemih yang
mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar dari tubuh.
Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan komplikasi,
dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal. Biasanya striktur uretra lebih
sering terjadi pada laki-laki dari pada wanita.

2. Etiologi
Berdasarkan penyebab/etiologinya struktur uretra di bagi menjadi 2 jenis :

a. Struktur uretra kongenital


Striktur uretra ini bisa terjadi bersamaan dengan gangguan saluran
kemih yang lain
b. Struktur uretra traumatik
Struktur uretra ini akibat trauma sekunder seperti cedera akibat
kecelakaan, cedera akibat instrumen, tekanan dari luar misalnya
pertumbuhan tumor dan infeksi.

6
3. Pathway

Kongenital Didapat :

Anomali saluran Infeksi


kemih yang lain
Spasmus otot

Tekanan dari luar tumor

Cedera uretral

Cedera peregangan

Jaringan parut Penyempitan lumen uretra

Total tersumbat Pancaran & jumlah urin berkurang

Obtruksi saluran kemih yang bermuara ke vesika urinaria Keluaran urin

Peningkatan tekanan vesika urinaria Refluk urin


Retensi urin

Nyeri Penebalan dinding vu hidroureter

Gg. Penerunan kontraksi otot vu hidronefrosi


Eliminasi
urin
Kesulitan berkemih Distensi saluran kemih

Nyeri
Resiko Retensi urin
infeksi

Sistostomi Luka insisi

7
4. Manifestasi Klinis
 Kekuatan pancaran dan jumlah urin berkurang
 Gejala infeksi
 Retensi urinarius
 Adanya aliran balik dan mencetuskan sistitis, prostatitis dan pielonefritis

Derajat penyempitan uretra:


 Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen.
 Sedang: oklusi 1/3 s.d 1/2 diameter lumen uretra.
 Berat: oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra. Ada derajat berat
kadang kala teraba jaringan keras di corpus spongiosum yang dikenal
dengan spongiofibrosis.

5. Pemeriksaan Diagnostik
a. Tes urine
Mengambil sampel urine pasien untuk memeriksa kandungan bakteri
dan kemungkinan adanya darah pada urine
b. Sistoskopi
Prosedur memasukkan selang kecil yang di lengkapi camera untuk
memeriksa kondisi uretra dan kandung kemih
c. Uretrogram retrograde
Yaitu pencitraan dengan menggunakan foto rontgen untuk melihat
kondisi cedera pada uretra

6. Penatalaksanaan
a. Filiform bougies untuk membuka jalan jika striktur menghambat
pemasangan kateter
b. Medika mentosa
- Analgesik non narkotik untuk mengendalikan nyeri
- Medikasi antimikrobial untuk mencegah infeksi
c. Pembedahan
- Sistostomi suprapubis

8
- Businasi (dilatasi) dengan memasukkan kabel kecil ke dalam uretra
hingga ke kandung kemih untuk memulai prosedur melebarkan saluran
uretra
- Uretroplasti : prosedur ini akan mengangkat jaringan dinding yang
membuat uretra menyempit dan membentuk ulang uretra
- Pengalihan aliran urin

7. Komplikasi
Striktur uretra menyebabkan retensi urin di dalam kandung kemih,
penumpukan urin di dalam kantung kemih beresiko tinggi untuk terjadinya
infeksi, yang dapat menyebab ke kantung kemih, prostat, dan ginjal. Abses
diatas lokasi striktur juga dapat terjadi, sehingga menyebabkan kerusakan
uretra.
Selain itu terjadinya batu kandung kemih juga meningkat, timbul
gejala sulit ejakulasi, fistula uretrokutancus (hubungan abnormal antara uretra
dengan kulit).
Dampak masalah yang akan terjadi :
a. Dampak masalah pre operasi Sachse adalah :
 Pola eleminasi .
Tanda tanda dan gejala yang berhubungan dengan striktura urethra
akibat penyempitan uretra yang berdampak pada penyumbatan parsial
atau sepenuhnya pada saluran kemih bagian bawah. Keluhan klien
antaralain adalah nokturia, frekuensi, hesistency, disuria, inkontinensia
dan rasa tidak lega sehabis kencing. Dapat pula muncul hernia
inguinalis.
 Pola persepsi dan konsepsi diri
Kebanyakan klien yang akan menjalani operasi akan muncul
kecemasan. Ketidak pastian tentang prosedur pembedahan, nyeri
setelah operasi, insisi dan immobilisasi dapat menimbulkan rasa cemas.
Klien juga cemas akan ada perubahan pada dirinya setelah operasi.
 Pola tidur dan istirahat

9
Tanda dan gejala striktur urethra antara lain nokturi dan frekuensi. Bila
keluhan ini muncul,akibatnya klien akan sering terbangun pada malam
hari dan klien akan terganggu sehingga waktu tidur akan berkurang.

b. Dampak masalah post operasi Sachse adalah:


 Pola eliminasi
Klien post operasi Sachse dapat mengalami perubahan eliminasi. Hal
ini terjadi bila terdapat bekuan darah yang menyumbat kateter, edema
dan prosedur pembedahan . Perdarahan dapat terjadi pada klien post
operasi Sachse karena fiksasi yang kurang tepat. Infeksi karena
pemasangan kateter yang kurang tepat atau perawatan kateter kurang
atau tidak aseptik dapat juga terjadi.
 Pola istirahat
Pada klien post Sachse dapat mengalami gangguan tidur karena klien
merasakan nyeri pada luka operasi atau spasme dari kandung kemih.
Karena gangguan ini maka lama atau waktu tidur klien berkurang.
 Pola aktifitas.
Klien post Sachse aktifitasnya akan berkurang dari aktifitas biasa.
Klien cenderung mengurangi aktifitas karena nyeri yang dirasakan
akibat dari Sachse nya. Klien akan banyak memilih di tempat tidur dari
pada beraktifitas pada hari pertama dan hari yang kedua post Sachse
Sedangkan kebutuhan klien dibantu.
 Pola reproduksi dan seksual.
Klien post Sachse dapat mengalami disfungsi seksual. Hal ini di
sebabkan karena situasi krisis ( inkontinensia, kebocoran urine setelah
pengangkatan kateter ). Dengan terjadinya disfungsi seksual maka
dapat terjadi ancaman terhadap konsep diri karena perubahan status
kesehatan.
 Pola persepsi dan tatalaksana hidup sehat.
Perubahan penatalaksanaan dan pemeliharaan kesehatan dirumah dapat
menimbulkan masalah dalam perawatan diri selanjutnya. Sehingga
klien perlu informasi tentang perawatan selanjutnya khususnya saat
dirumah supaya tidak terjadi perdarahan atau tanda tanda infeksi.

10
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan proses keperawatan.
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan
status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan
kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan.

Pengkajian dibagi menjadi 2 tahap, yaitu pengkajian pre operasi Sachse dan
pengkajian post operasi Sachse.
 Pengkajian pre operasi Sachse
Pengkajian ini dilakukan sejak klien MRS sampai saat operasinya, yang
meliputi;
a. Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama / kepercayaan, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, alamat, no. rigester dan diagnosa
medis.
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan pada klien striktur urethra keluhan-keluhan yang ada adalah
frekuensi , nokturia, disuria, rasa tidak puas sehabis kencing,
hesitancy,pancaran melemah dan akirnya menjadi retensi urine.
c. Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan saluran perkemihan,
misalnya ISK (Infeksi Saluran Kencing ) yang berulang.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan adanya riwayat penyakit striktur uretra dalam keluarga
e. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum dan TTV
Kesadaran compos mentis, tekanan darah tinggi, nadi normal, suhu
tubuh normal, frekuensi nafas normal
 Pemeriksaan pola fungsi
- B1 (Breathing)

11
Kaji terjadinya peningkatan frekuensi napas, tidak terdapat
penggunaan otot bantu napas, tidak ada retraksi dinding dada,
cuping hidung normal, tidak ada suara napas tambahan
- B2 (Blood)
Kaji terjadinya peningkatan tekanan darah, nadi yang
disebabkan : nyeri, tegang atau cemas. Daerah ferifer apakah
teraba hangat (kulit) merah atau pucat
- B3 (Brain)
Nyeri kolik (kaji nyeri provokasi : faktor yang mempengaruhi
kualitas seperti apa nyeri yang dirasakan, waktu, lokasi nyeri
dan menggunakan skala nyeri 0-10
- B4 (Bladder)
Kaji apakah pasien tidak bisa mengeluarkan urine. Penurunan
keluaran urine, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat BAK,
oliguria, dan haematuria
- B5 (Bowel)
Tidak ada mual muntah, tidak ada gangguan pada sistem
pencernaan
- B6 (Bone)
Tidak ada gangguan pada sistem, tidak ada kelemahan otot
 Pengkajian fokus
a. Palpasi :
- Abdomen
Bagaimana bentuk abdomen. Pada klien dengan
keluhan retensi umumnya ada penonjolan kandung kemih
pada supra pubik. Apakah ada nyeri tekan, turgornya
bagaimana. Pada klien biasanya terdapat hernia atau
hemoroid. Hepar, lien, ginjal teraba atau tidak. Peristaklit
usus menurun atau meningkat.
- Genitalia dan anus
Pada klien biasanya terdapat hernia. Pembesaran
prostat dapat teraba pada saat rectal touché. Pada klien
yang terjadi retensi urine, apakah trpasang kateter,

12
Bagaimana bentuk scrotum dan testisnya. Pada anus
biasanya ada haemorhoid.
b. Inspeksi :
- Memeriksa uretra dari bagian meatus dan jaringan
sekitarnya
- Observasi adanya penyempitan, perdarahan, mukus atau
cairan purulent (nanah)
- Observasi kulit dan mukosa membran disekitar jaringan
- Perhatikan adanya lesi hiperemi atau keadaan abnormal
lainnya pada penis, scrotom, labia dan orifisium Vagina.
- Iritasi pada uretra ditunjukan pada klien dengan keluhan
ketidak nyamanan pada saat akan mixi.
 Pengkajian post operasi sachse
Pengkajian ini dilakukan setelah klien menjalani operasi, yang meliputi:
Keluhan utama
Keluhan pada klien berbeda – beda antara klien yang satu dengan yang
lain. Kemungkinan keluhan yang bisa timbul pada klien post operasi Sachse
adalah keluhan rasa tidak nyaman, nyeri karena spasme kandung kemih atau
karena adanya bekas insisi pada waktu pembedahan. Hal ini ditunjukkan dari
ekspresi klien dan ungkapan dari klien sendiri.

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


DS : Penurunan kontraksi otot Gangguan eliminasi urin
- Klien mengatakan sering resiko urinaria
buang air kecil
DO :
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas
- Volume residu urine
meningkat
DS : Penyempitan lumen uretra Retensi urine
- Pasien mengatakan adanya
sensasi penuh pada
kandung kemih
DO :
- Disuria /anuria
- Distensi kandung kemih

13
- Inkontinensia berlebih
- Residu urin 150 ml / lebih
DS : Peningkatan tekanan Nyeri
- Pasien mengeluh nyeri vesika urinaria

DO :
- Tampak meringis
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
DS : Distensi saluran kemih Nyeri
- Pasien mengeluh nyeri
DO :
- Tampak meringis
- Gelisah
- Frekuensi nadi meningkat
- Sulit tidur
DS : - Retensi urin Resiko infeksi
DO : -

2. Diagnosa Keperawatan
- Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan penurunan kontraksi
otot vesika urinaria (D.0040)

14
- Retensi urine berhubungan dengan penyempitan lumen uretra (D.0050)
- Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan vesika urinaria
(D.0077)
- Nyeri berhubungan dengan distensi saluran kemih (D.0077)
- Resiko infeksi berhubungan dengan rentensi urine (D.0142)

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan KH Intervensi


1. Gangguan eliminasi Setelah dilakukan Manajemen eliminasi urine
urine berhubungan intervensi keperawatan Observasi
dengan penurunan selama 1 x 24 jam, maka - identifikasi tanda dan gejala
kontraksi otot vesika eliminasi urin membaik retensi / inkontinensia urine
urinaria dengan kriteria hasil : - identifikasi faktor yang
- sensasi berkemih menyebabkan retensi /
meningkat inkontinensia urine
- urine menetes menurun - monitor eliminasi urine
- nokturia menurun
- disuria menurun Terapeutik
- catat waktu-waktu dan
L.04034 keluaran urine
- batasi asupan cairan, jika
perlu

Edukasi
- ajarkan mengukur asupan
cairan dan keluaran urin
- ajarkan mengenali tanda
berkemih dan waktu yg tepat
untuk berkemih

Kolaborasi

15
Kolaborasi pemberian obat
supositoria uretra, jika perlu
1.04152
2. Retensi urine Setelah dilakukan Katerisasi urine
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi
penyempitan lumen selama 1 x 24 jam, maka - periksa kondisi pasien
uretra eliminasi urin membaik
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- sensasi berkemih - siapkan peralatan, bahan-
meningkat bahan dan ruangan tindakan
- urine menetes menurun - pasang sarung tangan
- nokturia menurun - sambungkan kateter urine
- disuria menurun dengan urine bag

L.04034 Edukasi
- jelaskan tujuan dan prosedur
pemasangan kateter urine
I.04148

3. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri


dengan peningkatan intervensi keperawatan Observasi
tekanan vesika selama 1 x 24 jam, maka - identifikasi lokasi,
urinaria tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil : kualitas intensitas nyeri
-Kemampuan - identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas - identifikasi respon nyeri non
meningkat verbal
-Keluhan nyeri menurun
-Meringis menurun Terapeutik
-Gelisah menurun - berikan teknik non
-Kesulitan tidur menurun farmakologis untuk
(L.08066) mengurangi rasa nyeri

16
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

Edukasi
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
(I.08238)
4. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri
dengan distensi intervensi keperawatan Observasi
saluran kemih selama 1 x 24 jam, maka - identifikasi lokasi,
tingkat nyeri menurun karakteristik, durasi, frekuensi,
dengan kriteria hasil : kualitas intensitas nyeri
-Kemampuan - identifikasi skala nyeri
menuntaskan aktivitas - identifikasi respon nyeri non
meningkat verbal
-Keluhan nyeri menurun
-Meringis menurun Terapeutik
-Gelisah menurun - berikan teknik non
-Kesulitan tidur menurun farmakologis untuk
(L.08066) mengurangi rasa nyeri
- kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri

Edukasi
- jelaskan strategi meredakan
nyeri
- anjurkan memonitor nyeri

17
secara mandiri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
(I.08238)
5. Resiko infeksi Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
berhubungan dengan intervensi keperawatan Observasi
rentensi urine selama 1x24 jam, maka - monitor tanda dan gejala
tingkat infeksi menurun infeksi lokal dan sistemik
dengan kriteria hasil : Terapeutik
- Kebersihan badan - batasi jumlah pengunjung
meningkat - cuci tangan sebelum dan
- Nyeri menurun sesudah kontak dengan pasien
- Kultur urine membaik dan lingkungan pasien
Edukasi
- jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar
- anjurkan etika batuk
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
imunisasi, jika perlu
(I.14539)

4. Implementasi keperawatan
Pelaksanaan perencanaan atau intervensi keperawatan yang sesuai
standart operasinal yang ada. Yang mana tindakan ini berkaitan dengan
tanggung jawab dan tanggung gugat.

5. Evaluasi keperawatan

18
Penilaian akhir dari asuhan keperawatan terutama pada intervensi dan
implementasi keperawatan. Hal yg di evaluasi sesuai dengan format SOAP
(subjektif, objektif, assassment dan planing).

No Diagnosa Evaluasi
.
1. Gangguan eliminasi urine S : pasien mengatakan sudah tidak sering
berhubungan dengan buang air kecil
penurunan kontraksi otot O : berkemih tuntas, volume residu urine
vesika urinaria normal
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

2. Retensi urine berhubungan S : pasien mengatakan tidak ada sensasi


dengan penyempitan penuh pada kandung kemih
lumen uretra O : tidak ada tidak ada distensi kandung
kemih
A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
3. Nyeri berhubungan S : pasien sudah tidak mengeluh nyeri
dengan peningkatan O : gelisah hilang, frekuensi nadi normal
tekanan vesika urinaria A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan
4. Nyeri berhubungan S : pasien sudah tidak mengeluh nyeri
dengan distensi saluran O : gelisah hilang, frekuensi nadi normal
kemih A : masalah teratasi
P : intervensi di hentikan

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Striktur uretra adalah penyempitan atau kontraksi dari lumen urethra akibat
adanya osbtruksi (long, 1996). Striktur urethra adalah penyempitan akibat dari adanya
pembentukan jaringan fibrotik (jaringan parut) pada urethra atau daerah urethra. (UPF
Ilmu Bedah, 1994). Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas
uretra yang disebabkan oleh jaringan uretra diganti jaringan ikat yang kemudian
mengerut menyebabkan jaringan lumen uretra mengecil.
Faktor-faktor yang mempengararuhi timbulnya masalah :
1. Infeksi
2. Trauma internal maupun eksternal pada uretrha
3. Kelainan bawaan dari lahir

B. Saran
Sebagai seorang perawat untuk menanggapi masalah tentang struktur uertra, perawat
harus mempunyai skill dan kemampuan untuk mengatasi suatu masalah yang terjadi
pada struktur uretra. Dimana seorang perawat dapat berperan sebagai preventif,
kuratif, rehabilitatif, promotif.

20
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta


PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).Jakarta
PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI).Jakarta
https://www.academia.edu/6449693/Striktur_uretra
https://id.scribd.com/doc/312367871/Askep-Striktur-Uretra
https://www.academia.edu/9431393/STRIKTUR_URETRA

21

Anda mungkin juga menyukai