Anda di halaman 1dari 117

SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS PADA LANSIA DI DUSUN KETEGAN DESA GONDANG
KABUPATEN MOJOKERTO

Oleh :

Ellsa Aviana

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022
SKRIPSI

HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS PADA LANSIA DI DUSUN KETEGAN DESA GONDANG
KABUPATEN MOJOKERTO

Di Ajukan Untuk Dipertanggung jawabkan Di Hadapan Dewan Penguji Guna


Untuk Memperoleh Gelar S1 Keperawatan Pada
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto

OLEH :
ELLSA AVIANA
NIM : 01.18.014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2022

i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulilah penulis ucapkan, dengan rahmat dan hidayahnya maka


Skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Kesejahteraan
Psikologis Pada Lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto”
telah tersusun untuk memperoleh gelar SarjanaKeperawatan pada Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan sebesar – besarnya kepada :

1. H. Nasrul Hadi Purwanto,S.Kep.,Ns.,M.Kes., selaku Ketua Sekolah Tinggi


Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto yang telah membentu pengajuan izin
di lahan penelitian.
2. Nur Chasanah,S.Kp.,M.Kesselaku Kaprodi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Dian Husada Mojokerto yang telah memberikan bimbingan, serta saran dalam
pembuatan Tugas Akhir
3. Yufi Aris Lestari, S.Kep., Ns.,M.Kes. selaku pembimbing I Skripsi yang telah
bersedia meluangkan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan,
memberikan motivasi dan semangat demi terselesaikannya skripsi ini.
4. Dr. H. Yulianto, S.Kep., Ns., M.MKes selaku pembimbing II Skripsi yang
dengan sabar membimbing, memotivasi dan mengarahkan serta banyak
meluangkan waktunya, membimbing penulis baik dalam perkuliahan maupun
dalam menyusun skripsi ini sampai selesai pada waktunya.
5. Hartin suaidah, S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku Pembimbing Akademik yang
senantiasa memberikan semangat, motivasi serta do’a kepada peneliti
sehingga tersusunlah skipsi ini.
6. Ayah dan mama serta keluarga yang telah dengan sabar dan penuh kasih
sayang dalam mendidik. Mengarahkan dan memberikan dukungan moral
maupun materil, sehingga penulis dapat menuntut ilmu dan menempuh
pendidikan ini dengan baik.
7. Rekan mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan angkatan 2018 Dian
Husada Mojokerto.

v
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian
Skripsi.

Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan proposal Skripsi ini, dengan


sebaik- baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran semua pihak, untuk menyempurnakannya.

Mojokerto, 18 April 2022

Ellsa Aviana

NIM: 01.18.014

vi
MOTTO

“Satu-satunya sumber dari pengetahuan adalah pengalaman”. – Albert


Einstein

vii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Karya ini aku persembahkan untuk :


1. Ayah dan mama tercinta, saya ucapkan terimakasih atas segala doa dan
kesabaran serta ketulusannya untuk membimbing saya menuju keberhasilan
saya.
2. Untuk keluarga besar yang membuat saya menjadi semangat untuk maju.
3. Untuk pembimbing skripsi ibu Yufi Aris Lestari,S.Kep.,Ns.,M.Kes dan bapak
Dr.Yulianto,S.Kep.,Ns.,M.Mkes terimakasih atas bimbingan Skripsi sehingga
saya bias menyelesaikan proposal skripsi dengan baik.
4. Semua dosen dan staf Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada
Mojokerto terimakasih atas bimbingannya, semoga ilmu yang beliau berikan
dapat bermanfaat di kemudian hari.
5. Teman-temanku di kampus selama 4 tahun yang selalu memberi motivasi dan
dukungan khusus dalam proses mengerjakan proposal skripsi hingga selesai.
6. Terimakasih teman sejawat dan se-almamater STIKES Dian Husada
Mojokerto yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.

viii
ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT SPIRITUALITAS DENGAN KESEJAHTERAAN


PSIKOLOGIS PADA LANSIA DI DUSUN KETEGAN DESA GONDANG
KABUPATEN MOJOKERTO

Ellsa Aviana1, Yufi Aris Lestari2, Yulianto3

Kesejahteraan psikologis merupakan keberhasilan individu dalam


mengatasi konflik di dalam dirinya yang berdampak pada bagaimana individu
tersebut bersikap dalam menghadapi lingkungan sosialnya. Spiritualitas adalah
tingkat kesadaran tentang transenden yang memacu manusia untuk lebih baik
dalam menghadapi dunia luar dengan memperhalus kepribadian diri sendiri.
Jenis penelitian yaitu penelitian kuantitatif dengan metode korelasi. Data
dikumpulkan melalui kuesioner, sampel dalam penelitian ini yaitu lansia
sebanyak 35 lansia. Teknik pengambilan sampel penelitian ini menggunakan
random sampling. variabel bebas dalam penelitian ini yaitu tingkat spiritualitas
dan variabel terikat yaitu kesejahteraan psikologis. Dengan menggunakan uji
spearman’s rho.
Dari hasil penelitian, diketahui bahwa: 1) tingkat spiritualitas di Dusun
Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto adalah sedang sebanyak 57%
yakni 16 orang; 2) tingkat kesejahteraan psikologis di Dusun Ketegan Desa
Gondang Kabupaten Mojokerto adalah sedang sebanyak 82% yakni 23 orang;
3) terdapat hubungan negatif antara spiritualitas dan kesejahteraan psikologis
lansia di Desa Gondang Kabupaten Mojokerto.
Analisa menggunakan uji spearman’s rho nilai ρ value 0,02 nilai lebih
kecil dari α= 0,05 atau (ρ<α). Berdasarkan peneitian diatas dapat disimpulkan
H1 diterima yang artinya ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan
kesejahteraan psikologis di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten
Mojokerto. Diharapkan kepada lansia dapat meningkatkan kebiasaan bersyukur
untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis pada lansia dan melakukan
evaluasi positif terhadap banyak hal yang telah dilalui dalam hidupnya.

Kata kunci : Tingkat Spiritualitas, Kesejahteraan Psikologis

ix
ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF SPIRITUALITY LEVEL WITH PSYCHOLOGICAL


WELFARE IN THE ELDERLY IN KETEGAN GONDANG VILLAGE
MOJOKERTO REGENCY

Ellsa Aviana1, Yufi Aris Lestari2, Yulianto3

Psychological well-being is an individual's success in overcoming


conflicts within himself that have an impact on how the individual behaves in
dealing with his social environment. Spirituality is a level of awareness about
transcendence that spurs humans to be better in dealing with the outside world by
refining one's own personality.

The type of research is quantitative research with correlation method.


Data were collected through questionnaires, the sample in this study were 35
elderly people. The sampling technique of this study used random sampling. The
independent variable in this study is the level of spirituality and the dependent
variable is psychological well-being. By using the spearman's rho test.

From the research results, it is known that: 1) the spirituality level of the
elderly is moderate as much as 57%, namely 16 people; 2) the level of
psychological well-being of the elderly is moderate as much as 82%, namely 23
people; 3) there is a negative relationship between spirituality and psychological
well-being of the elderly in Gondang Village, Mojokerto Regency.

The analysis uses the Spearman's rho test, the value of value is 0.02, the
value is smaller than = 0.05 or (ρ<α). Based on the research above, it can be
concluded that H1 is accepted, which means that there is a relationship between
the level of spirituality and psychological well-being in Ketegan Hamlet,
Gondang Village, Mojokerto Regency. It is hoped that the elderly can improve the
habit of being grateful to improve psychological well-being in the elderly and
conduct a positive evaluation of the many things that have been passed in their
lives.

Keywords: Spirituality Level, Psychological Well-Being

x
DAFTAR ISI

SKRIPSI...................................................................................................................i

SKRIPSI...................................................................................................................i

PERSETUJUAN SKRIPSI......................................Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN SKRIPSI.....................................................................................ii

SURAT PERNYATAAN.........................................Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR...........................................................................................iv

MOTTO................................................................................................................vii

LEMBAR PERSEMBAHAN.............................................................................viii

DAFTAR ISI..........................................................................................................xi

DAFTAR TABEL...............................................................................................xiv

DAFTAR GAMBAR...........................................................................................xvi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................xvii

DAFTAR SINGKATAN, ARTI LAMBANG, DAN ISTILAH....................xviii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.2.1 Pernyataan Masalah............................................................................4
1.2.2 Pertanyaan Masalah............................................................................5
1.2.3 Batasan Ruang Lingkup Masalah.....................................................5
1.3.1 Tujuan Umum......................................................................................5
1.3.2 Tujuan Khusus.....................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................6
1.4.1 Teoritis..................................................................................................6
1.4.2 Praktis...................................................................................................6

BAB 2......................................................................................................................8

xi
TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................................8
2.1 Spiritualitas................................................................................................8
2.1.1 Definisi Spiritualitas..............................................................................8
2.1.2 Perkembangan Spiritual.........................................................................9
2.1.3 Aspek spiritual.....................................................................................12
2.1.4 Dimensi Spiritual.................................................................................13
2.1.5 Tingkat Spiritualitas.............................................................................14
2.1.7 Indikator tingkat spiritualitas...............................................................18
2.1.8 Pengukuran Tingkat Spiritualitas........................................................20
2.2 Kesejahteraan Psikologis atau Psychological Well Being(PWB)............21
2.2.1 Definisi Kesejahteraan Psikologis.......................................................21
2.2.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis......................................................22
2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis............26
2.2.4 Pengukuran Kesejahteraan Psikologis.................................................28
2.3 Hubungan Spiritualitas dan Kesejahteraan Psikologis atau Psychological
Well Being (PWB)..............................................................................................30
2.4 Lansia......................................................................................................33
2.4.1 Definisi Lansia.....................................................................................33
2.4.2 Proses Menua.......................................................................................33
2.4.3 Karakteristik dan Klarifikasi Lansia....................................................35
2.5 Kerangka Konsep....................................................................................37
2.6 Hipotesis Penelitian.................................................................................38

BAB 3....................................................................................................................38

METODE PENELITIAN....................................................................................38
3.1 Desain penelitian.....................................................................................38
3.2 Kerangka kerja........................................................................................39
3.3 Sampling Desain......................................................................................40
3.3.1 Populasi................................................................................................40
3.3.2 Sampel.................................................................................................40
3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel...............................................................41
3.4 Identifikasi Variabel................................................................................41
3.4.1 Variabel Independent...........................................................................41
3.4.2 Variabel Dependent.............................................................................41
3.5 Definisi Operasional................................................................................42
3.6 Pengumpulan Data..................................................................................43
3.6.1 Proses pengumpulan data....................................................................43
3.6.2 Analisa Data.........................................................................................44
3.7 Etika Penelitian........................................................................................47

xii
BAB 4....................................................................................................................49

HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................49


4.1 Hasil Penelitian........................................................................................49
4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian....................................................49
4.1.2 Data Umum..........................................................................................50
4.1.3 Data Khusus.........................................................................................52
4.2 Pembahasan.............................................................................................54

BAB 5....................................................................................................................58

KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................58


5.1 Kesimpulan..............................................................................................58
5.2 Saran...................................................................................................58
5.2.1 Secara Teoritis.....................................................................................58
5.2.2 Secara Praktis.......................................................................................59

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................62

LAMPIRAN..........................................................................................................65

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi operasional Hubungan Tingkat Spiritualitas

dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun

Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto..............................42

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin

di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto..............50

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pendidikan di

Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto..................50

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan usia di Dusun

Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto..............................51

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan pekerjaan di

Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto..................51

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan agama di

Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto..................52

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan tingkat

spiritualitas lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kabupaten Mojokerto.....................................................................52

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi responden berdasarkan kesejahteraan

psikologis di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten

Mojokerto.......................................................................................53

xiv
Tabel 4.8 Hubungan tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan

psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kabupaten Mojokerto.....................................................................53

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual....................................................................37


Gambar 3.1 Skema Penelitian ..........................................................................38
Gambar 3.2 Kerangka Kerja ............................................................................39

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengantar Izin Penelitian…......................................................65


Lampiran 2 Surat Balasan Izin Lokasi Penelitian .................................................66
Lampiran 3 Lembar Permintaan Menjadi Responden...........................................67
Lampiran 4 Kesediaan Menjadi Responden...……...............................................68
Lampiran 5 Kisi-Kisi Kuesioner...…….................................................................69
Lampiran 6 Lembar Kuesioner Penelitian......................………………..……….71
Lampiran 7 hasil item kuesioner tingkat spiritualitas......................………….….75
Lampiran 8 hasil item kuesioner kesejahteraan psikologis......................…….….76
Lampiran 9 Frequency table............................................................………….….78

xvii
DAFTAR SINGKATAN, ARTI LAMBANG, DAN ISTILAH

Daftar Singkatan
DEPKES : Departemen Kesehatan
M.Kes : Master Kesehatan
NIM : Nomor Induk Mahasiswa
Ns. : Ners
S.Kep : Sarjana Keperawatan
S1 : Sarjana
STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
WHO : World Health Organisation
Variabel : Objek penelitian, atau apa yang menjadi focus dalam
penelitian
Variabel Independent : Variabel Bebas
Variabel Dependent : Variabel Terikat
Populasi : Seluruh subjek atau objek tertentu yang akan diteliti
Sampel : Bagian dari populasi yang dianggap mewakili
populasi
Kuesioner : Lembar daftar petanyaan sebagai alat untuk menilai
keadaan variable penelitian
Responden : yang menjadi sampel dalam penelitian

Daftar Arti Lambang


% : Tanda Persen
() : Tanda Kurung
, : Tanda Koma
. : Tanda Titik
/ : Tanda Garis Miring
: Tanda Hubung
: : Tanda Titik Dua
; : Tanda Titik Koma

xviii
? : Tanda Tanya
“ : Tanda Petik
< : Tanda Kurang Dari
> : Tanda Lebih Dari

xix
xx
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia dikenal sebagai makhluk holistik yaitu makhluk yang utuh

atau menyeluruh yang terdiri atas unsur biologis, psikologis, sosial dan

spiritual. Pada lansia, terdapat beberapa unsur terabaikan dan tidak terpenuhi

sehingga lansia sering merasa cemas dengan perubahan yang dialaminya.

Lanjut usia (lansia) merupakan seorang yang telah mencapai usia 60 tahun

(Kemenkes RI, 2016). Pendekatan yang harus terpenuhi pada lansia diantara

unsur diatas adalah pada aspek spiritual dan sosial. Kebutuhan spiritual

merupakan kebutuhan untuk mencari arti dan tujuan hidup, kebutuhan untuk

mencintai dan dicintai serta rasa keterikatan dan kebutuhan untuk

memberikan dan mendapatkan maaf. Berdasarkan penelitian dari (W Cristina,

2017) didapatkan hasil yang mempengaruhi spiritualitas lansia terdapat 6

faktor konsep sehat sakit, agama, harapan dalam hidup, keterikatan antara diri

sendiri, orang lain dan lingkungannya, kepercayaan kepada Tuhan dan makna

hidup dalam dunia. Kesejahteraan psikologis adalah sesuatu yang bersifat

multidimensi dan didefinisikan dalam berbagai bentuk . Meskipun secara

umum tidak ada definisi tunggal, ada konsensus umum di kalangan ulama

bahwa sejahtera secara psikologis individu harus memiliki suasana hati dan

emosi yang positif (misalnya senang, senang, antusias); emosi negatif yang

rendah (misalnya ketakutan, kecemasan); puas dengan kualitas hidupnya

(umum; khusus seperti pekerjaan; keluarga); dan berfungsi secara positif

(memiliki otonomi; makna dan tujuan hidup).

1
2

Berdasarkan data dari detik news (dalam Fitriyadewi & Suarya,

2016) Indonesia mrupakan urutan ke empat negara yang memiliki jumlah

lanjut usia terbanyak di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat.

Tingginya jumlah lanjut usia tersebut sebagai keberhasilan pemerintah pusat

maupun masyarakat untuk meningkatkan angka harapan hidup. Namun, pada

umumnya lanjut usia memiliki problem diantaranya kesehatan, ekonomi, dan

kebahagiaan serta kepuasan hidup lanjut usia menjadi rendah yang

mengakibatkan mereka menyesali hari tua yang dimiliki dan tidak dapat

menikmati hari tua (Fitriyadewi & Suarya, 2016). Fenomena ini tidak hanya

terjadi di Indonesia tetapi juga di beberapa negara di dunia. Secara global,

sebanyak 12% penduduk dunia adalah lansia. Jumlah tersebut diprediksi akan

meningkat menjadi dua kali lipat pada tahun 2050 (pakulsi 2016 dalam

Rijanta dkk, 2022) meskipun faktanya fenomena population again disetiap

negara berbeda-beda karakteristiknya. Populasi lansia semakin meningkat

dari tahun ke tahun menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia

sebesar 8 persen atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2000 jumlah lansia

sekitar 5,300,000 7,45% dari total polulasi, sedangkan pada tahun 2010

jumlah lansia meningkat 9,77% dari total populasi, dan tahun 2020

diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,800,00011,34 % dari total populasi

(Kemenkes RI, 2013). lansia perempuan lebih banyak sekitar satu persen

yakni 9,47%, pada pola serupa juga terjadi jika kita melihat distribusi

penduduk lansia menurut karakteristik demografi yang mereka miliki, baik

jenis kelamin, tipe daerah maupun kelompok umur dimana lansia Indonesia

didominasi oleh lansia perempuan, umur 60-69 tahun (BPS, 2017). Persentase
3

lansia di Jawa Timur telah mencapai 11,80% dari keseluruhan penduduk. Hal

ini menunjukkan bahwa Jawa Timur termasuk daerah dengan struktur

penduduk menuju tua (ageing population). Struktur penduduk yang menuju

tua tersebut merupakan salah satu indikator keberhasilan pencapaian

pembangunan manusia. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan usia

harapan hidup yang merupakan salah satu indikator pencapaian (Soeweno,

2016). Saat ini jumlah lansia di Kabupaten Mojokerto mencapai 11,83 lansia,

dan meningkat dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar 11,43 lansia. (BPS,

2020). Di Dusun Ketegan Desa Gondang jumlah lansia (usia 60-74 tahun)

yaitu terdapat 38 lansia. Terdapat beberapa masyarakat Di Dusun Ketegan

Desa Gondang yang mengalami kesejahteraan psikolog terganggu, beliau

tidak merasa puas dengan hari tuanya.

Setiap individu dalam menjalani kehidupan senantiasa mendambakan

ketenangan, kedamaian dan keharmonisan dalam menjalani masa hidupnya.

Kesejahteraan psikologis dalam hidup yang dirasakan seseorang akan

berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Kesejahteraan psikologis seseorang

dapat dilihat dari bagaimana seseorang dapat menerima keadaan diri dan

masa lalunya dengan apa adanya, memiliki kemampuan dalam membina

hubungan yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri,

mampu menguasai lingkunganya dengan baik, ada rasa kepuasan hidup dalam

dirinya, menyadari potensi yang ada dalam dirinya untuk berusaha menjadi

pribadi yang terus tumbuh dan berkembang dengan baik, serta memiliki

tujuan dan makna hidup. Melakukan banyak interaksi sosial dan mengikuti

kegiatan sosial dapat membantu lansia mengenal dan mengingat sesuatu.


4

Pemenuhan kebutuhan spiritual dengan baik menjadi solusi kedua dari

permasalahan, karena dengan keyakinan spiritual yang tinggi dapat

mempertahankan keharmonisan dan kepuasan batin (Basri, 2016). Berjuang

untuk menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi stres

emosional, keterasingan sosial, bahkan ketakutan menghadapi ancaman

kematian. Sehingga kebutuhan spiritual pada lansia menjadi faktor

pendukung yang dominan. Ketika spiritualitas pada lansia muncul, maka para

lansia akan merasakan efek yang sangat positif seperti dapat menerima

keadaan dirinya dan masa lalunya yang dilewati dengan apa adanya tanpa ada

rasa penyesalan, dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar, mampu

menjadi pribadi yang mandiri, dan memiliki tujuan serta makna hidup.

Sehingga terlihat jelas bahwa ketika seseorang memiliki tingkat spiritual yang

tinggi, maka ia akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik dan

mendapatkan kesejahteraan psikologis (Darajat Jalaludin, 2008 dalam Indra

Rajawane, 2018). Berdasarkan fenomena dan permasalahan tersebut perlu

dilakukan penelitian tentang Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan

Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kabupaten Mojokerto.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Pernyataan Masalah

Tingkat spiritualitas yang rendah bisa memperburuk kesejahteraan

psikologis pada lansia. Mengasah jiwa spiritual dapat meningkatkan

kesejahteraan psikologis dan menghidupkan peran sebagai makhluk

yang memiliki kewajiban mengenal Tuhannya.


5

1.2.2 Pertanyaan Masalah

1. Bagaimana tingkat spiritualitas pada lansia di Dusun Ketegan

Desa Gondang Kabupaten Mojokerto ?

2. Bagaimana Tingkat Kesejahteraan psikologis pada lansia di

Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto ?

3. Bagaimana hubungan antara tingkat spiritualitas dengan

kesejahteraan psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto ?

1.2.3 Batasan Ruang Lingkup Masalah

Pada penelitian ini ruang lingkup masalah ditujukan pada seluruh

lansia yang berada di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten

Mojokerto.

1.3 TujuanPenelitian
1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara tingkat spiritualitas dengan

kesejahteraan psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat spiritualitas pada lansia di Dusun

Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto.

2. Untuk mengetahui tingkat kesejahteraan psikologis pada lansia di

Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto.


6

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat spiritualitas dengan

kesejahteraan psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Teoritis

1. Penelitian ini dapat dijadikan landasan pengembangan ilmu

keperawatan khususnya bidang ilmu keperawatan gerontik dalam

mengetahui hubungan tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan

psikologis.

2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi penelitian lanjutan yang

dilakukan oleh pihak lain yang tertarik untuk meneliti fenomena

dengan topik tingkat spiritualitas dan kesejahteraan psikologis.

1.4.2 Praktis

1. Bagi Mahasiswa

Hasil studi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mahasiswa tentang Hubungan Tingkat Spiritualitas

Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia.

2. Bagi masyarakat lansia

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

dan pengetahuan pada lansia bahwa tingkat spiritualitas dapat

mempengaruhi kesejahteraan psikologis pada lansia

3. Bagi Institusi pendidikan

Studi kasus ini di harapkan dapat menambah kepustakaan

insitusi sehingga menambah kelengkapan kepustakaan dan dapat


7

sebagai wacana bagi instusi dalam pengembangan serta

peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang


8

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Spiritualitas
2.1.1 Definisi Spiritualitas

Spiritual merupakan sesuatu yang dipercayai oleh seseorang dalam

hubungannya dengan kekuatan yang lebih tinggi (Tuhan), yang

menimbulkan suatu kebutuhan serta kecintaan terhadap adanya Tuhan, dan

permohonan maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat (Nurul

Karomah, 2015)

Spiritual merupakan konsep dua dimensi, yaitu dimensi vertikal

dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal adalah hubungan dengan Tuhan

atau Yang Maha Tinggi yang menuntun kehidupan seseorang. Dimensi

horizontal adalah hubungan seseorang dengan diri sendiri, orang lain dan

dengan lingkungan. Dengan demikian, spiritual merupakan bagian esensial

dari keseluruhan kesehatan dan kesejahteraan seseorang (Nurul Karomah,

2015)

Spiritual adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang

Maha Kuasa dan Maha Pencipta, sebagai contoh seseorang yang percaya

kepada Allah sebagai Pencipta atau sebagai Maha Kuasa (Sholiha, 2017)
9

2.1.2 Perkembangan Spiritual

Menurut Hamid (2009) dalam (Syafrahmawati, 2017)

mengemukakan bahwa perkembangan spiritual terdiri beberapa tahap

yakni:

1. Bayi dan batita (1-3 tahun)

Tahap awal perkembangan spiritual adalah rasa percaya dengan

mengasuh dan sejalan dengan perkembangan rasa aman, dan dalam

hubungan interpersonal, karena sejak awal kehidupan mengenal dunia

melalui hubungan dengan lingkungan khususnya orang tua, bayi belum

memiliki rasa salah dan benar, serta keyakinan spiritual. Mereka mulai

meniru kegiatan ritual tanpa mengerti arti kegiatan tersebut

2. Prasekolah

prasekolah menyadari beberapa praktek keagamaan, tetapi

mereka lebih banyak terlibat dalam upaya belajar pengetahuan dan reaksi

emosi dibandingkan dengan membangun keyakinan spiritual. Pada usia

ini yang dilakukan berupa mengulangi doa-doa pendek sebelum tidur,

dan menjadikannya suatu ritual, sebab hasil tindakan tersebut adalah

pujian dan kasih sayang. Respon orang tua atau pemberi asuhan

menambah rasa aman pada anak.

Fowler menambahkan, iman atau keyakinan yang dimiliki anak

yang berusia 4-6 tahun merupakan hasil didikan orang-orang terdekat,

seperti orang tua atau guru. Anak belajar untuk meniru perilaku religius,

contohnya menundukkan kepada saat berdoa, meskipun mereka tidak


10

memahami makna perilaku tersebut. Anak prasekolah memerlukan

penjelasan sederhana mengenai masalah spiritual seperti yang terdapat

dalam buku bergambar. Anak seusia ini menggunakan imajinasi mereka

untuk mewujudkan berbagai gagasan, seperti malaikat atau setan

3. Usia sekolah.

Dimasa ini, anak usia sekolah dapat mengajukan banyak

pertanyaan tentang tuhan dan agama, dan secara umum meyakini bahwa

Tuhan itu baik dan selalu ada untuk membantu. Sebelum pubertas, anak-

anak mulai menyadari bahwa doa mereka tidak selalu dikabulkan dan

mereka merasa kecewa karenanya. Diusia ini, beberapa anak menolak

agama, yang lain terus menerimanya. Keputusan ini sangat dipengaruhi

oleh orang tua. Jika seorang anak terus melanjutkan praktik keagamaan,

anak tersebut melakukan dengan alasan dan bukan keyakinan yang buta

disebagian besar keadaan peran orang tua pada anak usia sekolah yaitu

mengevaluasi pemikiran sang anak terhadap dimensi spiritual mereka,

karena pada masa ini anak sudah mulai mengembangkan tata krama

sosial. Anak dapat membandingkan norma dan nilai yang diajarkan orang

tua dengan teman atau keluarga lainnya.

4. Remaja

Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi lebih

dewasa yang berumur (12-18 tahun), karena itu pada tahap ini

penanaman fondasi spiritualitas yang baik sebelumnya harus terus

diberikan keluarga dan tetap memberikan pendampingan karena biasanya

pada masa remaja individu akan mudah dipengaruhi oleh orang lain,
11

remaja atau individu dewasa muda mencapai tahap sintetik- konvensional

perkembangan spiritual. Remaja sering kali percaya bahwa berbagai

keyakinan dan praktik keagamaan lebih memiliki kesamaan dari pada

perbedaan. Pada tahap ini, remaja berfokus pada persoalan interpersonal,

bukan pada konseptual.

5. Dewasa

Individu berfokus pada realitas. Individu dewasa yang berusia 25-

38 tahun dapat mengemukakan pertanyaan yang bersifat filosofi

mengenai spiritual dan menyadari akan hal spiritual tersebut. Ajaran-

ajaran yang diperoleh oleh dewasa semasa kecil sekarang dapat diterima

atau didefinisikan kembali spiritual bukan merupakan perhatian utama

pada usia dewasa, mereka lebih banyak memudahkan hidup. Pada masa

dewasa, mereka difokuskan pada kemandirian ekonomi, memperoleh

pekerjaan, membuat keputusan. Sehingga peran serta orang tua disini

masih dibutuhkan untuk menentukan keberhasilan anaknya, termasuk

pemantapan norma, nilai keagamaan, dan dukungan semangat.

6. Lansia

Lansia mempunyai lebih banyak waktu untuk kegiatan agama dan

berusaha untuk mengerti nilai agama yang diyakini oleh generasi muda

bahwa agama memberi makna baru bagi lansia, yang dapat memberikan

kenyamanan, penghiburan dan penguatan dalam kegiatan keagamaan.

Pengetahuan yang dimiliki lansia berubah menjadi kebijaksanaan, yakni

sesuatu sumber dalam diri yang berfungsi untuk menghadapi pengalaman

hidup yang baik maupun yang tidak baik. Banyak lansia yang memiliki
12

spiritualitas kuat dan menghadiri banyak acara keagamaan. Hal ini dapat

membantu mereka dalam mengatasi berbagai masalah yang berkaitan

dengan makna hidup, kesengsaraan, atau nasib baik.

sebagian lansia memasuki tahap keenam perkembangan spiritual,

yakni undersalizing. Orang yang mencapai tingkat perkembangan

spiritual tersebut berpikir dan bertindak dalam cara yang menunjukkan

cinta dan keadilan. Lansia merasa berharga dengan membagikan

pengalaman dan pandangannya, namun pada lansia yang belum matang

dalam segi spiritual dapat merasa tidak berdaya dan putus asa saat

upayanya untuk mencapai sukses ekonomi dan profesional menurun.

2.1.3 Aspek spiritual

Ungureanu dan Sandberg (2010) dalam Syamsuddin & Azman

(2017:117) menemukan beberapa aspek spiritualitas dan religiusitas

sebagai copingstrategy pada pasangan dalam menghadapi kehidupan

perkawinan. Bahwa spiritualitas dan agama memberikan efek positif

pada pasangan dengan keyakinan agama yang kuat, seperti

kelanggengan kehidupan perkawinan, membantu dalam pengambilan

dengan dukungan spiritual memiliki kemampuan yang lebih baik dalam

mengatasi peristiwa-peristiwa kehidupan yang penuh dengan stress.

Agama juga dapat mencegah efek-efek buruk dari konflik rumah tangga

serta memediasi terjadinya rekonsiliasi atau rujuk kembali.

Spilika dalam Dale dan Daniel (2018) membagi konsep

spiritualitas kedalam 3 bentuk yakni :


13

a. Bentuk spiritualitas yang berorientasi pada Tuhan (God-oriented),

artinya pemikiran, pandangan maupun praktek spiritualitasnya

bersandar pada teologis atau atas wahyu dari Tuhan. Ini dapat

ditemukan pada hampir semua bentuk praktek agama-agama yang

dilembagakan, seperti Islam, Kristen, Yahudi, Hindu, Budhadll.

b. Bentuk spritualitas yang berorientasi pada dunia/alam (world

oriented), yakni bentuk spiritualitas yang didasarkan pada harmoni

manusia dengan ekologi dan alam. Mungkin The Secret, yang

banyak sekali menyinggung perihal harmoni alam dengan pikiran.

manusia, bahwa alam adalah medan magnet yang akan merespon

segala pikiran manusia, karena itulah manusia diwajibkan untuk

senantiasa mengembangkan pemikiran positif agar alam semesta

memberikan umpan-balik yang positif juga menuju kehidupan yang

maslahat secara batiniah.

c. Spiritualistik humanistik yang mendasarkan bentuk spiritualnya

pada optimalisasi potensi kebaikan dan kreativitas manusia pada

puncak pencapain termasuk dalam hal ini pencapaian prestasi.

2.1.4 Dimensi Spiritual

Menurut Pasiak dalam (Yusuf et al., 2017). ada 4 dimensi

spsiritualitas manusia, yaitu:

a. Makna hidup

Spiritualitas merupakan penghayatan intrapersonal yang bersifat

unik, ditunjukkan dalam hubungan sosial (interpersonal) yang


14

bermanfaat, menginspirasi dan mewariskan sesuatu yang bernilai

bagi kehidupan manusia.

b. Emosi Positif

Manifestasi spiritual berupa kemampuan mengelola pikiran dan

perasaan dalam hubungan interpersonal sehingga seseorang memiliki

nilai kehidupan yang mendasari kemampuan bersikap dengantepat.

c. Pengalaman spiritual

Manifestasi spiritual di dalam diri seseorang berupa pengalaman

spesifik dan unik terkait hubungan dirinya dengan Allah SWT dalam

pelbagai tingkatannya.

d. Ritual

Manifestasi spiritual berupa tindakan terstruktur, sistematis,

berulang, melibatkan aspek motorik, kognisi dan afeksi yang

dilakukan menurut suatu tata cara tertentu baik individual maupun

komunal.

Dari empat dimensi spiritual diatas dapat digolongkan bahwa

makna hidup dan dan ritual adalah dimensi yang berorientasi ke luar,

hal ini dapat berdampak pada kehidupan seseorang dalam beraktifitas

dilingkungannya. Sedangkan emosi positif dan pengalaman spiritual

berorientasi kedalam dapat mempengaruhi sifat dan kepribadian

seseorang.

2.1.5 Tingkat Spiritualitas

Menurut Hasan, (2006) dalam Rani, (2011), tingkat spiritualitas

manusia ada tujuh tingkatan dari yang bersifat egoistik maupun yang
15

suci secara spiritual, yang dinilai bukan oleh manusia, namun langsung

oleh Allah SWT,yaitu:

1. Nafs Ammarah

Pada tahap ini, orang yang nafsunya didominasi godaan yang

mengarah pada kejahatan. Pada tahap ini orang yang tidak dapat

mengontrol dirinya dan tidak memiliki moralitas atau rasa kasih.

Dendam, kemarahan, ketamakan, gairah seksual, dan iri hati adalah

sifat seseorang yang muncul pada tahap ini. Pada tahap ini

kesadaran dan akal manusia dikalahkan oleh hawanafsu.

2. Nafs Lawwamah

Orang yang berada pada tahap ini mulai memiliki kesadaran

terhadap perilaku- perilakunya dan dapat membedakan yang baik

maupun benar,dan menyesali kesalahan- kesalahannya. Akan tetapi

masih belum ada kemampuan untuk mengubah gaya hidupnya.

Sebagai langkah awal, mencoba untuk mengikuti kewajiban

agamanya,seperti sholat, berpuasa, membayar zakat dan mencoba

berperilaku baik. Nafsu manusia selalu mengajak hal-hal dalam

kejahatan maupun perilaku keji. Padatahap ini,ada tiga hal yang dapat

menjadi bahaya, yaitu kemunafikan, kesombongan dan kemarahan.

Merekatidak akan bisa bebas dari godaan setiap kali beraktifitas.

3. Nafs Mulhiman ( The inspiredaself )

Pada tahap ini, seseorang akan merasakan ketulusan dalam

beribadah yangbenar- benar termotivasi dari cinta dan kasih sayang,

serta adanya pengabdian dan nilai-nilai moral. Tahap ini merupakan


16

dari awal praktik sufisme seseorang, meskipunseseorang belum tentu

terbebas dari keinginan maupun ego pada tahap ini, namun pada tahap

ini motivasi dan pengalaman spiritual terdahulu dapat mengurangi

untuk pertama kalinya. Pada tahap ini adalah kelembutan, kasih

sayang, kreativitas dan perilaku tindakan moral merupakan perilaku

yang umum. Secara keseluruhan orang yang berada pada tahap ini,

memiliki emosi yang matang dan menghargai serta dihargai orang.

4. Nafs Muthma’innah

Pada tahap ini, seseorang merasakan kedamaian dalam hidupnya

serta pergolakan pada tahap awal telah lewat. Kebutuhan dan ikatan

lama sudah tidak dibutuhkan oleh seseorang. Pada tahap ini

kepentingan seseorang mulai lenyap membuat lebih dekat dengan

TuhanNya. Pada tingkat ini seseorang akan membuat pikirannya

terbuka, bersyukur, dapat dipercaya, dan penuh kasih sayang. Ketika

seseorang menerima segala kesulitan maupun cobaan dihadapi dengan

kesabaran dan ketakwaan, maupun ketika seseorang mendapatkan

sebuah kenikmatan dapat dikatakan seseorang telahmencapai tingkat

jiwa yang tenang. Dari segi perkembangan tahap ini memasuki dalam

periode transisi. Seseorang sudah mulai dapat melepaskan semua

belenggu dalam dirinya sebelumnya dan telah mulai melakukan

integrasi kembali pada semua aspek universal kehidupan.

Seseorang telah merasakan kedamaian, kebahagiaan,

kegembiraan dalam beragama seperti diberisurga diatas dunia. Setiap

kata-kata yang diucapkan bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist


17

maupun kata-kata suci lainnya. Ibadah dan pengabdiannya

menghasilkan pada perkembangan spiritualnya.

5. Nafs Radhiyah

Pada tahap ini seseorang tidak hanya tenang dengan dirinya

sendiri, namun juga tetap bahagia dan tegar melewati keadaan sulit,

musibah atau cobaan dalam kehidupannya. Menyadari kesulitan yang

datang dari Allah untuk memperkuat dan memperkokoh imannya.

Keadaan bahagia itu sendiri tidak bersifat hedonistik atau

materalistik, dan berbeda dengan hal yang biasa dialami seseorang

yang berorientasi pada hal yang sifatnya duniawi, pemenuhan kesenangan

(pleasure principle) dan penghindaran rasa sakit (paint principle). Ketika

seseorang sampai pada tingkat mencintai dan bersyukur kepada Allah

berarti seseorang tersebut telah mencapai tahap perkembangan

spiritual ini. Namun hanya sedikit orang yang dapat mencapai tahap

spiritual ini.

6. Nafs Mardhiyah

Pada tahap ini, ketika seseorang mengalami kesulitan akan

merasakan kebahagiaan, musibah atau cobaan dalam kehidupannya.

Menyadari akan segala kesulitan yang diberikan dari Allah untuk

memperkuat imannya. Keadaan bahagia itu sendiri tidak bersifat

hedonistik atau materalistik, dan berbeda dengan hal yang biasa

dialami oleh seseorang yang berbeda dengan hal yang biasa dialami

seseorang yang berorientasi pada hal yang sifatnya duniawi,

pemenuhan kesenangan (pleasure principle) dan penghindaran rasa


18

sakit(paint principle). Ketika seseorang sampai pada tingkat mencintai

dan bersyukur kepada Allah berarti seseorang tersebut telah mencapai

tahap perkembangan spiritual ini.

Namun sedikit orang yang dapat mencapai tahap ini. dalam

segala kejadian maupun cobaan adalah atas tindakan Allah yang

mencintai mereka dalam setiap situasi. Ketakwaan, kepasrahan,

kesabaran, kesyukuran, dan cinta kepada Allah SWT adalah cobaan

dari Allah untuk menanggapinya dengan cepat ketika hamba-Nya

kembali kepada-Nya.

7. Nafs Safiyah

Seseorang yang telah mencapai tahap akhir ini telah mengalami

transedensi diri yang utuh. Tidak ada nafas yang tersisa, hanya

penyatuan dengan Allah.Pada tahap ini seseorang telah menyadari

Kebenaran, “Tidak Ada Tuhan Selain Allah”, dan hanya keilahian

yang ada,dan setiap indera manusia atau keterpisahan adalah ilusi

semata.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa, dalam

mengembangkan spiritual seseorang untuk menempuh tahap-tahap

perkembangan yaitu dengan suatu cara,sarana atau siasat yang

berdasarkan ajaran Islam.

2.1.7 Indikator tingkat spiritualitas

Indikator spiritual menurut Burkhandt, (1993) dalam Nilamastuti,

(2016) meliputi:

1. Hubungan dengan diri sendiri


19

Hubungan diri sendiri merupakan kekuatan yang timbul dari diri

seseorang untuk membantu menyadari makna dan tujuan hidup,

seperti meninjau pengalaman hidup sebagai pengalaman positif,

kepuasan hidup, optimis terhadap masa depan, dan tujuan hidup

yang jelas.

2. Hubungan dengan orang lain

Hubungan dengan orang lain terdapat hubungan harmonis dan

tidak harmonis. Keadaan harmonis sendiri meliputi pembagian

waktu, pengetahuan dan sumber, mengasuh anak, mengasuh orang

tua dan mengasuh orang-orang yang sakit, serta meyakini

kehidupan dan kematian. Sedangkan kondisi yang tidak harmonis

yaitu konflik dengan orang lain. Hubungan dengan orang lain lahir

dari kebutuhan akan keadilan dan kebaikan, menghargai kelemahan

dan kepekaan orang lain, rasa takut akan kesepian, keinginan

dihargai dan diperhatikan, dan lain sebagainya. Dengan demikian

apabila seseorang mengalami kekurangan ataupun mengalami stres,

maka orang lain dapat memberi bantuan psikologis dansosial.

3. Hubungan dengan alam

Harmoni merupakan gambaran hubungan seseorang dengan

alam yang meliputi pengetahuan tentang tanaman, pohon,

margasatwa, iklim dan berkomunikasi dengan alam serta

melindungi alam tersebut.


20

4. Hubungan dengan Tuhan

Hubungan dengan Tuhan meliputi agama dan luar agama.

Keadaan ini menyangkut sembahyang dan berdoa, keikutsertaan

dalam kegiatan ibadah, perlengkapan keagamaan, serta bersatu

dengan alam. Disimpulkan bahwa ketika seseorang telah

terpenuhikebutuhan spiritualnya, apabila sudah mampu

merumuskan arti personal yang positif tentang tujuan

keberadaannya di dunia atau pada kehidupan, mengembangkan arti

suatu penderitaan serta meyakini hikmah dari satu kejadian atau

penderitaan, menjalin hubungan yang positif maupun dinamis,

membina integritas personal dan merasa diri sendiri berharga,

merasakan kehidupan yang terarah dan melakukan hubungan antar

manusia yang positif.

2.1.8 Pengukuran Tingkat Spiritualitas

Alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat spiritual

pada individu adalah Daily Spiritual Experience Scale (DSES), untuk

mengukur pengalaman spiritual yang biasa dilakukan setiap hari. DSES

terdiri dari 15 item, termasuk konstruksi seperti rasa takut, rasa syukur,

pengampunan, rasa persatuan dengan transenden, cinta kasih, dan

keinginan untuk kedekatan dengan Allah. Prosedur ini adalah untuk

menghasilkan model dua faktor: Faktor 1 ditetapkan sebagai hubungan

vertikal (Tuhan atau Transenden), yang terdiri dari 12 item (misalnya,

Pertemuan pada agama atau spiritualitas). Faktor 2 dicirikan sebagai

hubungan horizontal (manusia atau orang lain), yang terdiri dari tiga
21

item (misalnya, Saya merasa peduli tanpa pamrih pada orang lain).

Skala diukur pada 6 jenis skala Likert: 6 = berkali-kali sehari, 5 = setiap

hari, 4 = hampir setiap hari, 3 = beberapa hari, 2 = sekali-sekali, dan 1 =

tidak pernah atau hampir tidak pernah, dengan skor: Rendah = 15-39,

Sedang = 40-64, Tinggi = 65-90 (Underwood, 2002 dalam Nilamastuti,

2016).

Kriteria tersebut menjelaskan apabila seseorang merasakan

pengalaman spiritual dengan skala seringkali (>1 kali/hari) dalam

kehidupan sehari-harinya maka tingkat spiritualitasnya tinggi dan juga

begitu sebaliknya. Pengalaman spiritualitas yang dirasakan seseorang

setiap hari (1kali/hari) dan hampir setiap hari (5-6kali/minggu)

makasudah jelas tingkat spiritualitasnya akan tinggi, jika pengalaman

spiritualitas yang dirasaka seseorang kadang-kadang (3-4 kali/minggu )

dan jarang (1 – 2 kali/minggu) maka tingkat spiritualitas dari seseorang

tersebut sedang. Apabila seseorang mengalami pengalaman spiritualitas

hampir tidak pernah (< 1 kali/minggu) makan tingkat spiritualitasnya

rendah (Permatasari,2017).

2.2 Kesejahteraan Psikologis atau Psychological Well Being(PWB)


2.2.1 Definisi Kesejahteraan Psikologis

Ryff (1995) dalam Yeni (2017) Kesejahteraan psikologis

merupakan presepsi yang berkaitan terhadap apa yang diharapkan

seseorang perihal kegiatan yang dialami di kehidupan sehari-hari.

Pengalaman-pengalaman individu baik yang negatif maupun posistif

menjadikan individu tersebut mampu mengaktualisasikan dirinya.


22

Kebahagiaan dalam arti ini diukur berdasarkan keseimbangan antara

afek positif dan negatif. Menurut Ryff (1995) kesejahteraan psikologis

seseorang dalam dimensi keterarahan hidup tercermin dari sejauh mana

ia memiliki pemahaman yang jelas mengenai tujuan hidup dan memiliki

makna terhadap hidup yang sekarang dijalaninya dan masa lalu.

Menurut Aspinwall (dalam Tia, 2016) kesejahteraan psikologis

menjelasakan bahwa psikologis berperan menginisiasikan dan aktual.

Menurut Schultz (Dalam Tia, 2016) memberikan pengertian

kesejahteraan psikologis seperti mana berperan aktual terhadap orang,

dimana peran aktual adalah haluan serta objek yang dikerjakan.

2.2.2 Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Ryff (1995 dalam Tia, 2016) mengemukakan enam dimensi dari

kesejahteraan psikologis yaitu :

1. Penerimaan diri(self-acceptance)

Penerimaan diri merupakan salah satu karakter dari individu

yang mengaktualisasikan dirinya dimana mereka dapat menerima

dirinya apa adanya, memberikan penilaian yang tinggi pada

individualitas dan keunikan diri sendiri. Seorang individu dikatakan

memiliki nilai yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri apabila ia

memiliki sikap yang positif terhadap dirinya sendiri, menghargai dan

menerima berbagai aspek yang ada pada dirinya, baik kualitas diri

yang baik maupun yang buruk.

Selain itu, orang yang memiliki nilai penerimaan diri yang

tinggi juga dapat merasakan hal yang positif dari kehidupannya di


23

masa lalu (Ryff, 1995) Sebaliknya, seorang dikatakan memiliki nilai

yang rendah dalam dimensi penerimaan diri apabila ia merasa

kurang puas terhadap dirinya sendiri, merasa kecewa dengan apa

yang telah terjadi pada kehidupannya di masa lalu, memiliki masalah

dengan kualitas tertentu dari dirinya, dan berharap untuk menjadi

orang yang berbeda dari dirinya sendiri (Ryff, 1995).

2. Hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others)

Dimensi penting lain dari kesejahteraan psikologis adalah

kemampuan individu untuk membina hubungan yang positif dengan

orang lain. Sehingga mampu untuk membina hubungan yang hangat

dan penuh kepercayaan dengan orang lain. Selain itu, individu

tersebut memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan orang lain,

dapat menunjukkan empati, afeksi, dan intimitas, serta memahami

prinsip memberi dan menerima dalam hubungan antar pribadi (Ryff,

1995). Sebaliknya, Ryff (1995) mengemukakan bahwa seseorang

yang kurang baik dalam dimensi hubungan positif dengan orang

lain ditandai dengan tingkah laku yang tertutup dalam berhubungan

dengan orang lain, sulit untuk bersikap hangat, peduli, dan terbuka

dengan orang lain, terisolasi dan merasa frustasi dalam membina

hubungan interpersonal, tidak berkeinginan untuk berkompromi

dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain.

3. Otonomi ( autonomy )

Dimensi otonomi menyangkut kemampuan untuk menentukan

nasib sendiri (self-determination), bebas dan memiliki kemampuan


24

untuk mengatur perilaku sendiri. Ciri utama dari seorang

individuyang memiliki otonomi yang baik antara lain dapat

menentukan segalasesuatu seorang diri (self determining) dan

mandiri. Ia mampu untuk mengambil keputusan tanpa tekanan dan

campur tangan orang lain. Selain itu, orang tersebut memiliki

ketahanan dalam mengahadapi tekanan sosial, dapat mengatur

tingkah laku dari dalam diri, serta dapat mengevaluasi diri dengan

standar personal (Ryff, 1995). Sebaliknya, seseorang yang kurang

memiliki otonomi akan sangat memperhatikan dan

mempertimbangkan harapan dan evaluasi dari orang lain,

berpegangan pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan

penting, serta bersikap konformis terhadap tekanan sosial

(Ryff,1995).

4. Penguasaan lingkungan (enviromental mastery)

Kemampuan individu untuk memilih, menciptakan dan

mengelola lingkungan agar sesuai dengan kondisi psikologisnya

dalam rangka mengembangkan diri. Seseorang yang baik dalam

dimensi penguasaan lingkungan memiliki keyakinan kompetensi

dalam mengatur lingkungan. Ia dapat mengendalikan berbagai

aktifitas eksternal yang berada di lingkungannya termasuk mengatur

dan mengendalikan situasi kehidupan sehari-hari, memanfaatkan

kesempatan yang ada di lingkungannya, serta mampu memilih dan

menciptkan lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai-

nilai pribadi. Sebaliknya, seseorang yang memiliki penguasaan


25

lingkungan yang kurang baik akan mengalami kesulitan dalam

mengatur situasi sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah

atau meningkatkan kualitas lingkungan sekitarnya, kurang peka

terhadap kesempatan yang ada di lingkungannya, dan kurang

memiliki kontrol terhadap lingkungan (Ryff, 1995).

5. Tujuan hidup (Purpose in life)

Adanya tujuan hidup yang jelas merupakan bagian penting dari

karakteristik individu yang memiliki kesejahteraan psikologis.

Kondisi mental yang sehat memungkinkan individu untuk

menyadari bahwa ia memiliki tujuan tertentu dalam hidup yang

dijalaninya serta mampu untuk memberikan makna pada

kehidupannya.

Seseorang yang memiliki nilai tinggi dalam dimensi tujuan

hidup memiliki rasa keterarahan (directedness) dalam hidup,

mampu merasakan arti dari masa lalu dan masa kini, memiliki

keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta memiliki tujuan

dan target yang ingin dicapai dalam hidup. Sebaliknya, seseorang

yang kurang memiliki tujuan hidup akan kehilangan makna hidup,

memiliki sedikit tujuan hidup, kehilangan rasa keterarahan dalam

hidup, kehilangan keyakinan yang memberikan tujuan hidup, serta

tidak melihat makna yang terkandung untuk hidupnya di masa lalu

(Ryff, 1995)
26

6. Pertumbuhan pribadi (personal growth)

Bagaimana individu memandang dirinya berkaitan dengan

harkat manusia untuk selalu tumbuh dan berkembang. Seseorang

yang memiliki pertumbuhan pribadi yang baik ditandai dengan

adanya perasaan mengenai pertumbuhan yang berkesinambungan

dalam dirinya, memandang diri sendiri sebagai individu yang

selalu tumbuh dan berkembang, terbuka terhadap pengalaman-

pengalaman baru,memiliki kemampuan dalam menyadari potensi

diri yang dimiliki, dapat merasakan peningkatan yang terjadi pada

diri dan tingkah lakunya setiap waktu, serta dapat berubah menjadi

pribadi yang lebih efektif dan memiliki pengetahuan yang

bertambah (Ryff, 1995). Sebaliknya, seseorang yang memiliki

pertumbuhan pribadi yang kurang baik akan merasa dirinya

mengalami stagnasi, tidak melihat peningkatan dan pengembangan

diri, merasa bosan dan kehilangan minat terhadap kehidupannya,

serta merasa tidak mampu dalam mengembangkan sikap dan

tingkah laku yang baik (Ryff, 1995).

2.2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis

Menurut Ryff (1995 dalam Tia, 2016) ada faktor-faktor yang

mempengaruhi kesejahteraan psikologis seseorang, yaitu :

1. Usia

Dimensi hubungan positif dengan orang lain mengalami

peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Sebaliknya dimensi


27

tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi memperlihatkan penurunan

seiring bertambahnya usia.

2. Jenis Kelamin

Penelitian Ryff (Ryff&Keyes,1995) menemukan bahwa

dibandingkan pria, wanita memiliki skor yang lebih tinggi pada

dimensi hubungan yang positif dengan orang lain dan dimensi

pertumbuhan

3. Status Sosial Ekonomi

Perbedaan kelas sosial mempengaruhi kondisi kesejahteraan

psikologis seorang individu. Mereka yang menempati kelas sosial

yang tinggi memiliki perasaan yang lebih positif terhadap diri

sendiri dan masa lalunya, memiliki rasa keterarahan dalam hidup

dibandingkan dengan mereka yang berada di kelas sosial yang lebih

rendah.

4. Budaya

Dari hasil penelitian tentang kesejahteraan psikologis yang

dilakukan di Korea selatan menunjukkan bahwa responden di korea

selatan memiliki skor yang lebih tinggi pada dimensi hubungan

positif dengan orang lain dan skor yang rendah pada dimensi

penerimaan diri. Hal itu disebabkan oleh orientasi budaya yang

lebih bersifat kolektif dan saling ketergantungan. Menurut

Ryff&Keyes (2002) kebahatmgiaan adalah outcomevariabledari

kesejahteraan psikologis.

5. Dukungan Sosial
28

Dukungan sosial merupakan gambaran ungkapan prilaku

suportif (mendukung) yang diberikan seseorang individu kepada

individu lain yang memiliki keterikatan dan cukup bermakna dalam

hidupnya. Dukungan sosial dari orang-orang yang bermakna dalam

kehidupan seseorang dapat memberikan peramalan akan well-being

seseorang (Robinson 1983; Lazarus 1993). Dukungan sosial yang

diberikan bertujuan untuk mendukung penerima dalam mencapai

tujuan dan kesejahteraan hidup. Adanya interaksi yang baik

danmemperoleh dukungan dari rekan kerja akan mengurangi

munculnya konflik dan perselihanditempat kerja (Chaiprasit,2011).

orang-orang yang memperoleh dukungan sosial memiliki

kesejahteraan psikologis yang lebiih tinggi. Bahwa dukungan sosial

dari lingkungan sekitar individu akan sangat mempengaruhi

kesejahteraan psikologis yang dirasakan oleh individu tersebut.

Dukungan sosial dapat membantu perkembangan pribadi yang lebih

positif maupun memberikan dukungan pada individu dalam

berhadapan dengan masalah-masalah di kehidupannya. Jaringan

sosial yang baik dan menjaga kualitas hubungan sosial dengan

lingkungan akan mengurangi munculnya konflik dan meningkatkan

kesejahteraan psikologis dalam hidup.

2.2.4 Pengukuran Kesejahteraan Psikologis

Ryff(1989) dalam Sofa Amalia (2016). Ryff’s Psychological Well-

Being Scale (RPWB) merupakan alat ukur yang dikembangkan oleh

Carol Ryff pada tahun 1989. Alat ukur ini didasarkan pada 6 dimensi
29

yang menerangkan aspek-aspek dari positive functioning psychology

(Ryff, 1989), dimana keadaan positive functioning psychology

seseorang dapat pula menjelaskan kesejahteraan psikologisnya

(psychologicalwell-being). Versi asli dari alat ukur ini berjumlah 20

aitem dari setiap dimensi yang ada, sehingga total aitem dari versi asli

alat ukur ini berjumlah 120 aitem. Seiring bertambahnya waktu Ryff

membuat beberapa versi berbeda dari alat ukur ini, dimanaaitem dari

tiap-tiap dimensinya berjumlah 14,9, dan 3 aitem. Dalam pengujian

psikometrik kali ini peneliti menggunakan versi alat ukur dengan 9

aitem tiap dimensinya ( total berjumlah 54 aitem). Alat ukur ini

berbahasa asli yaitu Bahasa Inggris, sebelum pengujian psikometrik,

alat ukur ditranslasi terlebih dahulu kedalam Bahasa Indonesia. Proses

translasi dibantu oleh 2orang ahli dalam bidang Bahasa Inggris,

dimanatranslator memberikan penilaian pada hasil terjemahan dan

memberikan saran perbaikan, selanjutnya hasil terjemahan alat ukur

diberikan pada 2 orang calon partisipan sebagai pengujian apakah

bahasa yang digunakan, telah dipahami maksudnya oleh partisipan

nantinya (facevalidity). Prosedure pengisian dilakukan dengan memilih

salah satu dari 6 pilihan jawaban (Skala Likert), yaitu : (1) Sangat Tidak

Setuju, (2) Tidak Setuju, (3) Cukup Tidak Setuju, (4) Cukup Setuju, (5)

Setuju, (6) Sangat Setuju.

The Oxford HappinesQuestionairre (OHQ) merupakan alat ukur

yang digunakan untuk mengukur kebahagiaan personal (personal

happiness). Alat ukur ini merupakan pengembangkan dari The Oxford


30

HappinessInventory (OHI). Dikembangkan oleh Peter Hills dan

Michael Argyle (1998). Tidak hanya mengukur dalam kebahagiaan

personal namun alat ukur ini juga menggambarkan tingkat kepuasan

hidup seseorang. Total aitem berjumlah 29 dan termasuk dalam skala

Likert. Terdapat 6 pilihan jawaban, yaitu : (1) Sangat Tidak Setuju, (2)

Tidak Setuju, (3) Cukup Tidak Setuju, (4) Cukup Setuju, (5) Setuju, (6)

Sangat setuju. Tingkat relibilitas alat ukur ini yakni 0.92 dan tingkat

validasi 0.26 s/d 0.69 dengan ρ< 0.001. OHQ digunakan sebagai alat

ukur pembandingan dikarenakan kesamaan pengujian dengan RPWB,

yakni sama-sama digunakan untuk well-being

2.3 Hubungan Spiritualitas dan Kesejahteraan Psikologis atau

Psychological Well Being (PWB)

Kesejahteraan psikologis adalah suatu kondisi seseorang yang

bukan hanya bebas dari tekanan atau masalah-masalah mental saja, tetapi

lebih dari itu yaitu kondisi seseorang yang mempunyai kemampuan

menerima diri sendiri maupun kehidupannya di masa lalu (self-

acceptance), pengembangan atau pertumbuhan diri (personal growth),

keyakinan bahwa hidupnya bermakna dan memiliki tujuan (purpose in

life), memiliki kualitas hubungan positif dengan orang lain

(positiverelationshipwithothers), kapasitas untuk mengatur kehidupannya

dan lingkungannya secara efektif (environmentalmastery), dan

kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri (autonomy) (Ryff 1995).

Spiritualitas merupakan refleksi keilahian dalam konsep sufi yang

meyakini bahwa dalam diri manusia ada natur ketuhanan yang disebut
31

lahut. Untuk mencapai dimensi transenden manusia perlu mengaktifkan

bakat spiritualnya. Menjadi spiritual tidak hanya membutuhkan diri

sendiri, menjadi spiritual juga membutuhkan keberadaan orang lain, alam

sekitar dan pendekatan yang tekun kepada Ilahi. Individu yang bisa

menjalin hubungan positif dengan orang lain biasanya cukup baik dalam

mengelola emosi.

Lingkungan berisi alam dan kehidupan manusia. Hubungan

interpersonal yang akan berperan sebagai output dari spiritual seperti

memperhalus rasa jiwa spiritual dengan tindakan saling menghargai,

saling mencintai, saling memaafkan, saling memahami perbedaan, dan lain

sebagainya. Apabila seluruh dimensi kesejahteraan psikologis terpenuhi,

seseorang tidak hanya sekedar dikatakan sejahtera namun juga dikatakan

memiliki spiritual yang tinggi. Pada dimensi kesejahteraan psikologis

terdapat kesadaran tentang autonomy, pertumbuhan pribadi, penerimaan

diri (self acceptance), sedangkan dengan spiritual orang menggunakan

kesadarannya untuk dapat mengenal diri dan hidup harmoni dalam

kehidupan.

Saat seseorang mampu hidup harmoni dengan kehidupan, yang ada

di dalam dirinya adalah penerimaan tentang realitas termasuk penerimaan

diri (self acceptance) sendiri. Diri yang rela akan menjadi subyek dan

obyek bagi divine. Dimana penerimaan tersebut tumbuh karena diri

mendapatkan kekuatan (strength) dan kenyamanan (comfort) yang timbul

dari aspek spiritual connection. of divine love. Dengan spiritual diri

menyadari adanya intervensi dan transenden yang mengendalikan seluruh


32

kinerja semesta beserta isinya ini termasuk dalam aspek divine guidance.

Spiritual menjadikan seorang bisa menerima kehendak realitas.

Pertumbuhan pribadi (Personal growth) saling berhubungan

dengan aspek connection. Ada tiga alat ukur dari aspek tersebut yaitu:

strenghtand comfort, perception of divine love, divine help, dan divine

guidance merupakan aspek- aspek yang mewakili keterhubungan manusia

dengan Ilahi.

Menjadi spiritual sama halnya dengan mengimplementasikan

dimensi- dimensi kesejahteraan psikologis. Seperti yang dikatakan Sholiha

(2017) spiritualitas yang sehat dapat menjadikan hidup seseorang begitu

bermakna, punya tujuan mulia, berintegrasi tinggi dan penuh tanggung

jawab atau membuat hidup berkah, bahagia, dan sentosa. Orang yang telah

menempuh perjalanan spiritual memiliki kepribadian tidak bergantung

pada selain Allah. Seorang spiritual memelihara berhubungan baik dengan

Allah, memelihara hubungan baik dengan sesama manusia, dan

memelihara berhubungan baik dengan alam. Spiritual mendorong manusia

untuk menata diri maupun mengenal diri.Mengenal diri menjadikan

seseorang lebih autonomy yang berarti tidak mudah dipengaruhi oleh hal-

hal lain di luar diri. Mengetahui apa-apa yang perlu untuk ada atau di cari

dan membatasi keinginan-keinginan yang semu. Menjadi pendorong

pertumbuhan pribadi seseorang. Proses mengenal diri inilah yang menjadi

outuput dari aspek connection menuju pribadi autonomy.


33

2.4 Lansia
2.4.1 Definisi Lansia

World Health Organization (WHO), orang lanjut usia menurut

tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-74

tahun), usia lanjut tua (74-84 tahun), usia sangat tua (>84 tahun)

(Chasanah, 2017). Lansia dapat juga di diartikan sebagai menurunnya

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan

struktur serta fungsi normalnya (Rizqiyah, 2017).

2.1

2.2

2.3

2.4

2.4.1

2.4.2 Proses Menua

Proses menua merupakan proses fisiologis tubuh pada setiap

manusia (Sunaryo, et al. 2016 dalam Widanarti Setyaningsih 2020)

1. Teori biologis berfokus pada proses fisiologi dalam kehidupan seorang

dari lahir hingga wafat dunia, pergantian yang terjadi pada badan bisa

dipengaruhi oleh aspek luar yang bertabiat patologi, Proses menua ialah

terbentuknya pergantian struktur serta fungsi badan sepanjang fase

kehidupan. Teori biologis lebih memencet pada pergantian struktural

sel ataupun organ badan tercantum pengaruh agen patologis.


34

2. Teori Psikologi (Psycologic Theories Aging) Teori psikologi

menarangkan bagaimana seseorang merespon perkembangannya

Pertumbuhan seorang hendak terus berjalan meski seorang tersebut

sudah menua. Teori psikologi terdiri dari teori hierarki kebutuhan

manusia maslow(maslow’shierarchyof human needs), ialah tentang

kebutuhan dasar manusia dari tingkat yang sangat rendah( kebutuhan

biologis/fisiologis/sex, rasa nyaman, kasih sayang serta harga diri)

hingga tingkatan sangat besar (aktualisasi diri) Teori individualisme

jung (jung’stheoryof individualisme), ialah watak manusia dibagi jadi

2, ialah ekstrovert serta introvert. Pada lanjut usia hendak cenderung

introvert, lebih suka menyendiri. Teori 8 tingkatan pertumbuhan

(erikson’seightstagesof life), ialah tugas pertumbuhan terakhir yang

wajib dicapai seorang merupakan ego integrity vs disappear, Apabila

seseorang sanggup menggapai tugas ini hingga ia hendak tumbuh

menjadi orang yang bijaksana (menerima dirinya apa terdapatnya,

merasa hidup penuh makna, jadi lanjut usia yang bertanggung jawab

dan kehidupannya sukses).

3. Teori kultural menerangkan kalau tempat kelahiran seseorang

mempengaruhi pada budaya yang dianutnya, Budaya ialah perilaku,

perasaan, nilai serta keyakinan yang ada pada sesuatu wilayah, dianut

oleh kalangan orang tua Budaya yang dipunyai semenjak dia lahir akan

senantiasa dipertahankan hingga tua.

4. Teori social meliputi teori kegiatan (lanjut usia yang aktif serta

memiliki banyak aktivitas sosial), teori pembebasan (pergantian usia


35

seorang menyebabkan seorangmenarik diri dari kehidupan sosialnya)

serta teori kesinambungan (terdapatnya kesinambungan pada siklus

kehidupan lanjut usia, lanjut usia tidak diperbolehkan meninggalkan

kedudukan dalam proses penuaan).

5. Teori genetika mengatakan kalau proses penuaan memiliki komponen

genetik, Dilihat dari pengamatan kalau anggota keluarga yang

cenderung hidup pada usia yang sama serta mereka memiliki usia yang

rata- rata sama, tanpa mengikut sertakan wafat akibat musibah ataupun

penyakit.

6. Teori Rusaknya Sistem Imun Tubuh Mutasi yang berulang- ulang

menyebabkan sistem imun untuk mengidentifikasi dirinya menurun

sehingga terbentuknya kelainan pada sel, pergantian ini diucap

kejadian autoimun, gram. Teori Menua Akibat Metabolisme Pada era

dulu diucap lanjut usia merupakan seorang yang botak, kebimbangan,

rungu yang menyusut ataupun diucap dengan“budeg” bungkuk,

ataupun inkontinensia kemih.

7. Teori kejiwaan sosial meliputi activity theory yang menyatakan kalau

lanjut usia merupakan orang yang aktif serta mempunyai banyak

kegiatan sosial.

2.4.3 Karakteristik dan Klarifikasi Lansia

1. Karakteristik Lansia

Menurut (Maryam, 2013) karakteristik lansia disebutkan

menjadi 3 diantaranya adalah:


36

1) Seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal

1 ayat (2) UU No.13 tentang kesehatan)

2) Variasi lingkungan tempat tinggalnya

3) Masalah dan kebutuhan lansia yang beragam

2. Klasifikasi Lansia

Menurut Word Health Organization (WHO), klasifikasi lansia

dibedakan menjadi 4 kelompok usia diantaranya adalah :

1) Usia Pertengahan (Middle Age): Usia 45-59 Tahun

2) Usia Lansia (Elderly): Usia 60-74 Tahun

3) Usia Lansia Tua (Old): Usia 75-90 Tahun

4) Usia Sangat Tua (Very Old): Usia Diatas 90 Tahun


37

2.5 Kerangka Konsep

Faktor spiritualitas
Lansia
Faktor 1. Tahap
kesejahteraan perkembangan
psikologis 2. Keluarga
3. Latar belakang
1. Usia etnik dan budaya
2. Jenis 4. Krisis dan
kelamin perubahan
3. Status Kesejahteraan Tingkat
5. Perpisahan
Psikologis Spiritualitas
sosial 6. Isu moral
ekonomi
4. Budaya Indikator Tingkat
5. Dukungan spiritualitas
sosial
1. Hubungan
(Ryff (1995) dengan diri
dalam Tia sendiri
(2016) 2. Hubungan
dengan orang
lain
3. Hubungan
dengan alam
keterangan :
4. Hubungan
1. = Berhubungan dengan Tuhan
2. = Diteliti (Burkhandt (1993)
3. = Berpengaruh dalam Nilamastuti
(2016)
4. = Tidak diteliti
Dimensi Spiritualitas
1. Makna hidup
2. Emosi positif
3. Pengalaman
spiritual
38

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan


Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang
Kabupaten Mojokerto.

2.6 Hipotesis Penelitian


Ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan psikologis

pada lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang kabupaten Mojokerto.


39
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode

analisis regresi linier sederhana dengan mode korelasi. Metode analisis regresi

linier sederhana merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

menggambarkan masalah yang sedang terjadi pada masa sekarang atau yang

sedang berlangsung, bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang sedang

terjadi sebagaimana mestinya pada saat penelitian dilakukan.

Rancangan Penelitian

Tingkat Spiritualitas Kesejahteraan psikologis

Gambar 3.1 Skema penelitian

38
39

3.2 Kerangka kerja

Populasi
Semua lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten
Mojokerto yang berjumlah 38

Sampel
Sebagian lansia di Dusun. Ketegan Desa. Gondang Kabupaten
Mojokerto yang berjumlah 35

Sampling
Probability Sampling dengan jenis Random Sampling

Pengumpulan Data
Kuesioner untuk tingkat spiritualitas (DSES) dan kuesioner tingkat
kesejahteraan psikologis ( RPWB)

Analisa Data
Setelah data terkumpul dilakukan Editing, Coding, Scoring,
danTabulatingmenggunakan Uji Korelasi Spearman.

Hasil dari pembahasan

Kesimpulan Saran

Gambar 3.2 Kerangka kerja penelitian Hubungan Tingkat SpiritualitasDengan


Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun Ketegan Desa
Gondang Kabupaten Mojokerto.
40

3.3 Sampling Desain


3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian dengan judul Hubungan Tingkat

Spiritualitas Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun

Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto adalah semua lansia

yang ada di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto

dengan jumlah 38 orang.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagain dari keseluruhan obyek yang diteliti, yang

dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini

adalah lansia yang berada di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten

Mojokerto. Kriteria dalam penelitian ini adalah :

Kriteria inklusi responden dalam penelitian ini:

1. Semua lansia yang bersedia menjadi responden

2. Semua lansia yang hadir pada saat penelitian

3. Lansia (Elderly) umur 60-74 Tahun

Kriteria eksklusi responden dalam penelitian ini:

1. Lansia dengan kondisi sakit parah yang tidak memungkinkan

menjadi responden.

2. Lansia yang memiliki gangguan kejiwaan

3. Lansia yang tidak kooperatif atau menolak menjadi responden

Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus :

N
n= 2
N . d +1

Keterangan :
41

n = jumlah sampel

N = jumlah seluruhlansia

d2 = tingkat signifikan (0,05)

Berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh jumlah sampel sebagai

berikut :

N 38
n= = 2
=35 responden
N . d +1 ( 38 ) . 0,05 +1
2

Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini ( n = 35)

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Probability

Sampling dengan jenis Random Sampling.

Probability sampling adalah setiap subjek dalam populasi

mempunyai kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai

sampel. Simple random sampling adalah pemilihan sampel dengan cara

menyeleksi sampel secara acak, cara ini merupakan jenis probabilitas

yang paling sederhana (Nursalam, 2015)

3.4 Identifikasi Variabel


3.4.1 Variabel Independent

Variabel X (Bebas) dalam penelitian ini adalah Tingkat Spiritualitas

pada lansia

3.4.2 Variabel Dependent

Variabel Y (Terikat) dalam penelitian ini adalah Kesejahteraan

Psikologis pada lansia


42

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Tingkat Spiritualitas
DenganKesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun
Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto.

Variabel Definisi Indikator Instrumen/ Skala Skor


Operasional Alat Ukur
Independen : Keyakinan 1.Vertikal Kuesioner Ordin 1.Nilai 15-
Tingkat seseorang (hubungan DSES al 40 =
Spriritualitas dengan dengan tuhan) (Daily Tingkat
Tuhan, 2.Horizontal Spiritual spiritualitas
lingkungan, (hubungan Experienc rendah
diri sendiri dengan eScale) 2.Nilai 41-
dan orang manusia) 65 Tingkat
lain. spiritualitas
sedang
3.Nilai 66-
88 = tingkat
spiritualitas
tinggi

Dependent : Kesejahtera 1. Penerimaan Kuesioner Ordin Skor untuk


Kesejahteraa an diri RPWB al pertanyaan
n Psikologis psikologis 2. Hubungan (Ryff’sPsy kesejahteraa
adalah positif dengan chological n Psikologis
kematangan orang lain Well- Lansia
psikologis, 3. Otonomi BeingScal
dan sosial 4. Penguasaan e) 1.Sangat
yang proses lingkunan Setuju = 5
terbentukny 5. Tujuan 2.Setuju = 4
a melalui hidup 3.Netral = 3
lingkungan, 6. 4.Tidak
kondisi Pertumbuhan Setuju = 2
ekonomi, pribadi 5.Sangat
dalam suatu Tidak
kurun waktu Setuju = 1
tertentu. Tinggi :
Jika nilai
skor 56-65
sedang :
Jika nilai
skor 36-55
43

Kurang :
Jika nilai
skor 15-35

3.6 Pengumpulan Data


3.6.1 Proses pengumpulan data

1. Proses pengumpulan data

Setelah mendapatakan surat rekomendasi dari Ketua STIKES

Dian Husada Mojokerto selanjutnya peneliti ke Bakesbangpol

untuk meminta surat ijin penelitian di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto dan permohonan ijin kepada Kepala

Desa Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto dengan

bukti bentuk surat pemberian ijin untuk diperbolehkan melakukan

penelitian ditempat di Dusun ketegan Desa Gondang Kabupaten

Mojokerto. Setelah peneliti mendapatkan ijin, maka peneliti mulai

dengan memperhatikan etika penelitian.

Setelah didapatkan jumlah sampel yang sesuai, kemudian

peneliti melakukan Informed Concent pada lansia. Peneliti

melalukan penelitian dengan cara menumpulkan lansia di satu

tempat. Sebelum peneliti memberikan kuesioner terkait tingkat

spiritualitas dan kuesioner tingkat kesejahteraan Psikologis, peneliti

lebih dahulu memperkenalkan identitas dan menjelaskan tujuan

peneliti, peneliti dibantu oleh teman-teman peneliti untuk

melakukan pengecekan tekanan darah pada responden. Setelah itu

peneliti menjelaskan cara pengisian kuesioner. Sebagian lansia


44

pengisian kuesioner dibantu oleh peneliti dan teman-teman peneliti

karena lansia ada yang tidak bisa membaca atau menulis. Setelah

data terkumpul peneliti mengolah data tersebut.

2. Instrumen

Instrumen penelitian merupakan salah satu alat yang digunakan

dalam proses pengumpulan data. (Nursalam, 2017) menyebut

bahwa instrumen penelitian diklasifikasikan menjadi lima bagian

yaitu : biofisiologis, observasi, wawancara, kuesioner, dan skala.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (variabel

independent) tingkat spiritualitas lansia menggunakan kuesioner

sebanyak 15 pertanyaan dan (variabel dependent) kesejahteraan

psikologis menggunakan kuesioner sebanyak 16 pertanyaan.

3. Waktu dan tempat

Dilaksanakan pada bulan April 2022 sampai dengan Agustus

2022. Lokasi penelitian di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

3.6.2 Analisa Data

Data yang sudah terkumpul dari responden akan dilakukan

pengolahan data melalui tahapan editing, coding, scoring, dan

tabulating.

1. Editing

Jawaban responden melalui kuesioner diperiksa kembali apakah

terdapat kekeliruan dalam pengisian.

2. Coding
45

Setelah proses editing selesai, selanjutnya dilakukan coding dengan

member kode terhadap kuesioner yang sudah terkumpul dengan

menggunakan angka. Hal ini dimaksudkan agar lebih mudah

melakukan tabulasi dan analisa data. Setiap kategori yang berbeda

di beri kode yang berbeda.

a. Usia (Menurut WHO)

Usia pertengahan (middleage) 45 -59 tahun = Kode 1

Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun = Kode 2

Lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun = Kode 3

Usia sangat tua (veryold) diatas 90 tahun = Kode 4

b. Jenis Kelamin

Laki – laki = Kode 1

Perempuan = Kode 2

c. Pendidikan

Tidak Sekolah = Kode 1

SD = Kode 2

SMP = Kode 3

SMA = Kode 4

Perguruan Tinggi = Kode 5

d. Pekerjaan

PNS = Kode 1

Wiraswasta = Kode 2

Petani/Buruh = Kode 3

Tidak Bekerja = Kode 4


46

Lain-lain = Kode 5

e. Agama

Islam= Kode 1

Protestan = Kode 2

Katolik = Kode 3

Hindu = Kode 4

Budha =Kode 5

Konghucu =Kode 6

3. Scoring

Scoring dilakukan setelah kuesioner terkumpul dari responden dan

peneliti. Kuesioner ini terdiri dari 21 pertanyaan, mencakup 16

pertanyaan Kesejahteraan Psikologis dan 15 pertanyaan tentang

Tingkat Spiritualitas. Untuk variabel tingkat spiritualitas kuesioner

ini menggunakan skala ordinal dengan skor nilai 15-40 = tingkat

spiritualitas rendah, nilai 41-65 = tingkat spiritualitas sedang, nilai

66-88 = tingkat spiritualitas tinggi (Underwood 2002 dalam

Nilamastuti 2016). Dan variabel Kesejahteraan Psikologis

menggunakan skala ordinal dengan skor nilai 56-65 = tinggi, skor

36-55 = Sedang, skor 15-35 = Rendah. (Ryff 1989 dalam Sofa

Amalia 2016)

4. Tabulating

Pada tabulasi ini, data disajikan dalam bentuk tabel yang terdiri

dari beberapa baris dan kolom yang digunakan untuk memaparkan

sehingga mudah dibaca dan di mengerti. Untuk menganalisis


47

Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Kesejahteraan Psikologis

Pada Lansia di Dusun. Ketegan Desa Gondang Kabupaten

Mojokerto menggunakan uji korelasi spearman yang bertujuan

untuk melihat hubungan antar variabel. Taraf signifikansi yang

digunakan pada uji korelasi spearman 0,05. Yang artinya jika hasil

analisis penelitian didapatkan nilai ρ < 0,05 maka hipotesa

diterima yang berarti ada hubungan antara tingkat spiritualitas

dengan kesejahteraan pada lansia di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto. dan jika ρ> 0,05 hipotesa ditolak

artinya tidak ada hubungan tingkat spiritualitas dengan

kesejahteraan psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto.

3.7 Etika Penelitian


1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan diberikan pada subjek yang akan diteliti. Kemudian

peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan,

serta dampak yang mungkin terjadi selama maupun sesudah pengumpulan

data. Jika responden bersedia diteliti, maka memperbolehkan responden

untuk menandatangani persetujuan, jika responden menolak untuk diteliti,

tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-haknya.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subjek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subjek pada lembar pengumpulan data (kuisioner)

yang diisi oleh subjek. Lembar tersebut hanya diberi nomor dengan kode

tertentu.
48

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti.

Hanya kelompok data tertentu saja yang akan disajikan sebagai hasil riset.
49

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitia ini berada di Desa Gondang Dusun ketegan Kecamatan Gondang
Kabupaten Mojokerto. Adapun perbatasan wilayah yang terdapat di Desa
Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto sebagai berikut :

1. Utara : Desa Kedung Gede Kecamatan Dlanggu

2. Selatan : Desa Kemasan Tani Kecamatan Gondang

3. Barat : Desa Pugeran Kecamatan Gondang

4. Timur : Desa Bakalan Kecamatan Dlanggu

Di Desa ketegan rata – rata penduduk nya bekerja sebagai buruh . Masyarakat di

Dusun Ketegan Desa Gondang mayoritas beragama Islam. Sedangkan sarana

kesehatan yang terdapat di Desa Gondang adalah polindes 1, posyandu , bidan

desa . Untuk sarana beribadah terdiri dari 4 masjid dan 25 mushollah. Untuk

sarana pendidikan di Desa Gondang terdapat taman kanak – kanak, 1 Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Sedangkan

tempat pembelanjaan masyarakat Desa gondang adalah pasar, mini market, dan

warung yang ada di sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di Desa gondang jika

sakit rata – rata berobat ke Puskesmas.


50

4.1.2 Data Umum

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada bulan April 2022 sampai

dengan Agustus 2022. Lokasi penelitian di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto diperoleh data sebagai berikut:

1. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di


Dusun Ketegan Desa Gondang Kecamatan Gondang
Kabupaten Mojokerto.
  Jenis Kelamin Frequency Percent
laki-lakii 8 29,1
Perempuan 27 71,1
Jumlah 35 100,0

Berdasarkan tabel 4.1, dari 35 responden, 8 (29,1%) responden

jenis kelamin laki-laki, dan terdapat 27 (71,1%) jenis kelamin perempuan.

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di


Dusun Ketegan Desa Gondang Kecamatan Gondang
Kabupaten Mojokerto.
  Pendidikan Frequency Percent
tidak sekolah 2 5,3
Sd 20 52,6
Smp 10 26,3
Sma 3 7,9
Jumlah 35 100,0

Berdasarkan tabel diatas dari 35 responden terdapat 2 (5,3%) tidak

sekolah, terdapat 20 (52,6%) SD, terdapat 10 (26,3%) SMP, terdapat 3

(7,9%) SMA
51

3. Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di


Dusun Ketegan Desa Gondang Kecamatan Gondang
Kabupaten Mojokerto.
  Usia Frequency Percent
Middle age 19 58,0
Elderly 16 42,1
Jumlah 35 100,0

Berdasarkan data diatas terdapat 21(58,0%) usia middle age, dan

terdapat 16 (42,1%) usia elderly.

4. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan di


Dusun Ketegan Desa Gondang Kecamatan Gondang
Kabupaten Mojokerto.
  Pekerjaan Frequency Percent
Wiraswasta 2 5,3
petani/buruh 7 18,4
tidak kerja 25 65,8
lain-lain 1 2,6

Jumlah 35 100,0

Berdasarkan data diatas terdapat 2(5,3%) wiraswasta, terdapat 7

(18,4) petani/buruh, terdapat 25 (65,8%) tidak kerja, dan terdapat 1 (2,6%)

lain-lain
52

5. Karakteristik responden berdasarkan agama

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan agama di Dusun


Ketegan Desa Gondang Kecamatan Gondang Kabupaten
Mojokerto.
Agama Frequency Percent
Islam 33 94,3
Protestan 2 5,7
Jumlah 35 100,0

Berdasarkan data diatas terdapat 33 (94.3%) Islam, dan terdapat 2

(5,7%) Protestan

4.1.3 Data Khusus

1. Tingkat spiritualitas lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan tingkat


spiritualitas di Dusun Ketegan Desa Gondang Kecamatan
Gondang Kabupaten Mojokerto
Tingkat Frek Prosentase
Spiritualitas uens
i
Rendah 9 13%
Sedang 16 57%
Tinggi 10 20%
Jum 35 100%
lah

Berdasarkan tabel 4.5 diatas dari 35 responden terdapat 9 (13%)

responden memiliki tingkat spiritual rendah, terdapat 16 (57%)

memiliki tingkat spiritual sedang, dan terdapat 10 (20%) memiliki

tingkat spiritual tinggi.


53

2. Kesejahteraan psikologis lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi Responden berdasarkan kesejahteraan


psikologis di Dusun Ketegan Desa Gondang Kecamatan
Gondang Kabupaten Mojokerto.
Kategori Frekuensi Prosentase
Rendah 7 14%
Sedang 23 82%
Tinggi 5 4%
Jumlah 35 100%

Berdasarkan hasil analisis gambar diatas bahwa tingkat

kesejahteraan psikologis kategori rendah 14% yakni 7 orang, pada

kategori sedang sebesar 82% yakni 23 orang dan pada kategori tinggi

4% yakni 5 orang.

3. Hubungan tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan psikologis pada

lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto.

Tabel 4.8 Hubungan tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan


psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang
Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto.

TINGKAT KESEJ
SPRITUALITA AHTER
S AAN
PSIKO
LOGIS
Spearman' TINGKAT Correlation 1,000 -,276
s rho SPRITUALITAS Coefficient
Sig. (2- ,002
tailed)
N 35 35
KESEJAHTERAAN Correlation -,276 1,000
PSIKOLOGIS Coefficient
Sig. (2- ,002
54

tailed)
N 35 35
Hasil uji Spearman’s rho menunjukan angka 002 yang berarti 0,02

(berkorelasi) karena nilainya < 0,05. Dari output spss, diperoleh angka

koefisien sebesar -0,276 artinya tingkat kekuatan korelasi/hubunganya

adalah hubungan yang cukup atau cukup kuat.

4.2 Pembahasan
1. Tingkat spiritualitas lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

kabupaten mojokerto

Hasil analisa penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa

tingkat spiritual di Dusun Ketegan Desa Gondang Kabupaten

Mojokerto tergolong sedang. Hasil itu diketahui dari sampel yang

berjumlah 35 responden terdapat 9 (13%) responden memiliki tingkat

spiritual rendah, terdapat 16 (57%) memiliki tingkat spiritual sedang,

dan terdapat 10 (20%) memiliki tingkat spiritual tinggi.

spiritualitas dapat membantu seseorang dalam menemukan

makna hidupnya, mendorong untuk senantiasa berpikir dan berbuat

baik, mendorong untuk menjalin keharmonisan dengan Tuhan, alam,

masyarakat termasuk menemukan kedamaian pikiran dan hati (kalbu),

spiritulitas dapat memberikan semangat (spirit), kebebasan dari

belenggu keterpurukan dan spiritulitas turut memberikan jalan kearah

transformasi diri yang lebih bermakna.

Menurut penelitian yang dilakukan Rahmawati et al (2014)

menjelaskan bahwa kebutuhan spiritual yang tinggi pada lansia dapat


55

dikarenakan lansia yang sudah tua memiliki pemikiran yang matang

untuk berfikir sehingga dalam menghadapi kematian seringkali

banyak lansia yang mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Selain dari

penyebab yang telah dijelaskan, ada juga beberapa faktor yang

mempengaruhi tingkat spiritual lansia berbeda. usia 60-74 tahun

adalah usia dimana spiritual lansia mulai meningkat, karena pada usia

itu lansia mulai merasa lemah dan dekat akan kematian sehingga

lansia mulai memperbaiki atau menambah aspek spiritual mereka, hal

itu juga di dukung oleh kondisi fisiknya yang mulai menurun tidak

dapat bekerja lagi dan aktivitas dalam kesehariannya juga berkurang,

karenanya kegiatan seperti ibadah dan mengikuti beberapa pengajian

akan menambah kualitas hidup lansia tersebut.

Lansia mengatakan di usianya yang semakin bertambah, tidak

ada hal lagi yang ingin dicapainya selain kesehatan dan mendekatkan

diri kepada Tuhan. Maka dari itu sebisa mungkin ketika ada waktu

luang dan dalam kondisi sehat, mereka selalu pergi ke mushola atau

shalat dikasur ketika ibadah dan yang beragama kristen melakukan doa

malam. Hasil wawancara dengan kuesioner, lansia mengatakan selalu

mengucap rasa syukur atas apa yang Tuhan berikan selama hidup dan

berserah diri ketika ada masalah yang dihadapi. Spiritualitas dalam

hubungan vertikal. Perbuatan tersebut membuat lansia memiliki harga

diri tinggi bahwa dirinya masih berguna dan dapat bermanfaat

diusianya yang sudah tua


56

2. Kesejahteraan Psikologis lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang

kabupaten mojokerto

Hasil analisis tingkat kesejahteraan psikologis anggota

PKK menunjukkan kategori sedang, yaitu dengan tingkat

kesejahteraan psikologis kategori rendah 14% yakni 7 orang, pada

kategori sedang sebesar 82% yakni 23 orang dan pada kategori

tinggi 4% yakni 5 orang.

Ryan dan Deci (2001) dalam putri (2018), menegaskan status

sosial ekonomi berhubungan dengan dimensi penerimaan diri,

tujuan hidup, penguasaan lingkungan dan pertumbuhan pribadi.

Status sosial ekonomi mempengaruhi kesejahteraaan psikologis

seseorang seperti besarnya income keluarga, tingkat pendidikan,

keberhasilan pekerjaan, kepemilikan materi dan status sosial di

masyarakat. An dan Cooney (2006) dalam putri (2018),

menyatakan bahwa bimbingan dan arahan dari orang lain

(generativity) memiliki peran yang penting pada kesejahteraan

psikologis. Dimana individu yang pada masa kecilnya memiliki

hubungan yang baik dengan orang tua, mendapatkan dukungan dan

kepercayaan dari orang tua memiliki kesejahteraan psikologis yang

baik pada masa dewasa.

3. Hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan

psikologis pada lansia di Dusun Ketegan Desa Gondang kabupaten

Mojokerto
57

Hasil uji Spearman’s rho menunjukan angka 002 yang

berarti 0,02 (berkorelasi) karena nilainya < 0,05. Dari output spss,

diperoleh angka koefisien sebesar -0,276 artinya tingkat kekuatan

korelasi/hubunganya adalah hubungan yang cukup atau cukup kuat.

Spiritualitas juga berpegaruh pada kesejahteraan psikologis,

Wink dan Dillon (2008) dalam Liwarti, (2013:18), menyatakan

bahwa spiritualitas berkaitan dengan kesejahteraan psikologis

terutama pada aspek pertumbuhan pribadi dan hubungan positif

dengan orang lain. Menurut Kirby, Coleman, dan Daley (2004)

dalam Liwarti (2013:81), spiritualitas merupakan sumber daya dalam

mempertahankan kesejahteraan psikologis terutama ketika kondisi

kesehatan memburuk. Spiritualitas sebagai faktor yang efektif untuk

meningkatkan kesejahteraan psikologis, dimana individu yang

merasa mendapatkan dukungan spiritual cenderung mempunyai

kesejahteraan psikologis yang dan dapat mengurangi angka

mempercepat kematian.

Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Munthe

(2014) variabel spiritualitas memiliki hubungan positif yang cukup

dan signifikan dengan variabel kesejahteraan psikologis. Variabel

spiritualitas memberikan kontribusi terhadap variabel kesejahteraan

psikologis, namun tidak hanya variabel spiritualitas yang

memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan psikologis namun

terdapat variabel-variabel lain diluar variabel spiritualitas.


58
59

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian data yang ada dalam upaya menjawab rumusan

masalah, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tingkat spiritualitas lansia di Dusun Ketgan Desa Gondang

Kabupaten Mojokerto berada dalam kategori sedang dengan jumlah

16 (57%) Artinya, sebagian besar lansia cukup mampu untuk

memaknai hidup dan mencapai tujuan hidup.

2. Tingkat kesejahteraan psikologis lansia di Dusun Ketegan Desa

Gondang Kabupaten Mojokerto berada dalam kategori sedang dengan

prosentase sebesar 82% yakni 23 orang. Artinya, sebagian besar lansia

cukup mampu untuk membawa dirinya ke dalam lingkungannya yang

positif serta mampu memberikan pengaruh intelektual dalam

kehidupan bermasyarakat.

3. Ada hubungan antara tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan

psikologis pada lansia di dusun ketegan desa gondang kabupaten

mojokerto. diperoleh angka koefisien sebesar -0,276 artinya tingkat

kekuatan korelasi/hubunganya adalah hubungan yang cukup atau

cukup kuat.

5.2 Saran

5.2.1 Secara Teoritis

Diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan terutama tentang


60

Hubungan tingkat spiritualitas dengan kesejahteraan psikologis pada lansia

dengan menggunakan media informasi seperti penyuluhan.

5.2.2 Secara Praktis

1. bagi tempat penelitian

Diharapkan dari penelitian ini bisa menambah pengetahuan

masyarakat terutama pada lansia tentang tingkat spiritualitas dan

kesejahteraan psikologis

2. Bagi peneliti lain

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan untuk

menambah pengalaman dan wawasan dalam penelitian

selanjutnya untuk menambah sampel dan metode yang lebih

baik.dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambah temuan

baru tentang tingkat spiritualitas dan kesejahteraan psikologis

3.Bagi Institusi keperawatan

Diharapkan kepada institusi pendidikan dapat menjadikan

bahan pembelajaran dan referensi bagi kalangan yang akan

melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan

dengan judul penelitian diatas.

4. Bagi responden

Bagi lansia dalam spiritualitas disarankan untuk

mempertahankan kebiasaan bersyukur baik sebagai upaya untuk

mendekatkan diri kepada Tuhan atau pun dengan mendalami ilmu

agama, seperti mengikuti kajian-kajian keagamaan. Selain itu

untuk meningkatkan kesejahteraan psikologis lansia disarankan


61

untuk tetap meningkatkan motivasi dalam mengembangkan

potensi diri. Lalu, dalam upaya meningkatkan penerimaan diri

disarankan untuk melakukan evaluasi positif terhadap banyak hal

yang telah dilalui dalam hidup.


DAFTAR PUSTAKA

Basuki (2017) ‘Hubungan Pelaksanaan Keperawatan Spiritual terhadap


Kepuasan Spiritual pasien di Rumah Sakit Ibnu Sina, Makasar’,
pp. 0–10.

Basri, Z. (2016) Hubungan Kebutuhan Spiritual dengan Kualitas Hidup


pada Lansia, Z. Basri. Semarang.

BPS, (2017) ‘Data Lanjut usia tahun 2017’.

BPS, (2020). Presentase Penduduk Lansia 2018-2020.

Fitriyadewi & Suarya, 2016. Hubungan kesejahteraan Psikologis dengan


kualitas hidup lansia.

Indra Rajawane, (2018) Hubungan Religiusitas Dengan Kesejahteraan


Psikologis Pada Lanjut usia. Riau

Kemenkes RI (2013) ‘Populasi lansia diperkirakan terus meningkat hingga


tahun 2020’, Artikel, (021), pp. 1–2.

Kemenkes RI (2016) Elderly Condition in Indonesia. Available at:


https://doi.org/ISSN 2442-7659

Lilik Marifatul Azizah, (2011). Keperawatan Geriatrik (merawat lansia


dengan cinta dan kasih sayang). 1st edn. yogyakarta: Pustaka
Belajar.

Maryam, (2013). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi


Offset.

Mongisidi R, Tumewah R, K. M. (2013) ‘Profil Penurunan Fungsi Kognitif


Pada Lansia Di Yayasan-Yayasan Manula Di Kecamatan
Kawangkoan’, E- clinic ; Jurnal Ilmiah Kedokteran Klinik, 1(1),
pp. 3–6.

62
63

Nilamastuti, (2016) ‘‘Tingkat Spiritualitas Lansia di Panti Wredha “‘Wiloso


Wredho’”’. purworejo.

Nursalam, (2017) Metode penelitian. Cetakan Pertama. Tangerang:


Ruhama.

Nursalam. (2015). Metode Penelitian Ilmu Keperawatan Pendekatan Praktis


(Edisi 4).Jakarta:Salemba Medi

Nurul Karomah, N. (2015) Hubungan Tingkat Spiritual dengan Kecemasan


Terhadap Kematian pada Lansia yang Memiliki Penyakit Kronis.
Universitas Diponegoro Semarang.

Permatasari. (2017). Memahami Dimensi Spiritualitas dalam Praktek


Pekerjaan Sosial (Understanding the Dimension of Spirituality in
Social Work Practice). 17(2), 114.

Rijanta dkk, (2022) Faktor Sosial dan Demografi Yang Berhubungan


Dengan Pekerja Lansia di Indonesia. Vol 5(2) 1-11

Rizqiyah, (2017).Keperawatan Gerontik. jakarta: Gramedia.

Ryff. C dan Corey Lee M. Keyes. (1995). The structure of psychological


well- being revisited. Journal of Personaity & Social Psychology,
69(4), 719-727.

Sholiha, M., Sunaryo, H. H. and Priyono, A. A. (2017) ‘Pengaruh


Kecerdasan Emosional dan Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja
Guru’, Warta Ekonomi, 07(17), pp. 78–92.

Sofa Amalia, (2016) Analisa Psikometrik Alat Ukur Ryff,s Psychological


Well-Being (RPWB) Versi Bahasa Indonesia: Studi Pada Lansia
guna Mengukur Kesejahteraan Dan Kebahagiaan.

Syafrahmawati (2017) Hubungan antara Tingkat Spiritual dengan Fungsi


Kognitif Lansia di Wilayah Panti Werdha Pengesti Lawang.
Universitas Muhammadiyah Malang. Available at:
64

http://eprints.umm.ac.id/42135/1/jiptummpp-gdl-syafrahmaw-
51713-1- 1pendah-n.pdf.

Tia, Ramadhani (2016). ‘Kesejahteraan Psikologis (Psychological Well-


Being) Siswa Yang Orangtuanya Bercerai’. Jurnal Bimbingan
Konseling. Vol 5(1)

Underwood, L. G., & Teresi, J. A., (2002). The Daily Spiritual


ExperienceScale: Development, Theoretical Description,
Reliability, Explanatory Factor Analysis, and Preliminary
Construct Validity Using Health-Related Data. 24(1), 22-23.

W Cristina, (2017) ‘Hubungan Tingkat Spiritualitas dengan Kesejahteraan


Psikologis di Desa Kalimati Sumatra Utara’

Widanarti Setyaningsih (2020). Keperawatan Lanjut Usia. yogyakarta:


Graha Ilmu.

Yusuf, et al. (2017) Kebutuhan Spiritual Konsep dan Aplikasi dalam Asuhan
Keperawatan. 1st edn. Mitra Wacana Media.
65

LAMPIRAN

Lampiran 1
SURAT PENGANTAR IZIN PENELITIAN
66

Lampiran 1
SURAT BALASAN IZIN LOKASI PENELITIAN
67

Lampiran 3
LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth :
Bapak/Ibu/Sdr/i Calon Responden
Di Tempat

Dengan hormat,

Saya mahasiswa S1 Keperawatan Stikes Dian Husada Mojokerto.

Nama : Ellsa Aviana

NIM : 0118014

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Tingkat


Spiritualitas Dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Lansia di Dusun
Ketegan Desa Gondang Kabupaten Mojokerto’’
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

dan tidak akan menimbulkan akibat buruk bagi Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai

responden. Kerahasiaan informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya

digunakan untuk tujuan penelitian.

Apabila Bapak/Ibu/Sdr/i menyetujui maka dengan ini saya mohon

kesediaan responden untuk menandatangani lembaran persetujuan dan

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dalam lembaran

kuesioner.

Atas perhatian Bapak/Ibu/Sdr/i sebagai responden, saya ucapkan terima

kasih.

Mojokerto, 2022
Responden
68

Lampiran 4
KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
AlamatRumah :
Setelah mendapat keterangan dari peneliti dan mengetahui manfaat
dan resiko penelitian yang berjudul “Hubungan Tingkat Spiritualitas
Dengan Kesejahteraan PsikologisPada Lansia di Dusun Ketegan Desa
Gondang Kabupaten Mojokerto”. Saya menyatakan SETUJU / TIDAK
SETUJU *) diikutsertakan menjadi responden dalam penelitian, dengan
catatan apabila sewaktu-waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun
berhak membatalkan persetujuan ini.

Saya percaya informasi yang saya berikan terjamin kerahasiaanya.

Mojokerto, Februari 2022


Responden

Keterangan

*) Coret yang tidak perlu


69

Lampiran 5
Kisi-kisi Kuesioner

No Variabel Indikator No Jumlah


Pertanyaan Soal
1. Tingkat 1. Hubungan 6,15 2
Spiritualitas
dengan diri sendiri

2. Hubungan

dengan orang lain

3. Hubungan
13 1
dengan alam

4. Hubungan

dengan Tuhan

2 1

1,3,4,7,8,9,10 10
,
11,12,14
2 Kesejahteraan 1.Penerimaan diri 1,4,6,10 4
Psikologis
2. Hubungan

positif dengan

orang lain 3,5,12,15 4


70

3. Otonomi

4.Penguasaan

lingkungan

5. Tujuan hidup
7,8,9,13 4
6.Pertumbuhan

pribadi 11 1

14 1

2,16
2
71

Lampiran 6

Kuesioner Penelitian

Nama :……………………….
Usia :……………………….
Jenis kelamin :……………………….
Pendidikan :……………………….
Pekerjaan :……………………….
Alamat rumah :……………………….

Kuesioner ini menggunakan alat ukur RPWB

(Ryff’sPsychologicalWell-BeingScale). Kami mohon kerjasama Anda

untuk mengisi sejumlah pernyataan dengan jujur dan apa adanya. Setiap

orang dapat memiliki jawaban yang berbeda. Tidak ada jawaban yang di

anggap salah, oleh karena itu Anda tidak perlu khawatir pada jawaban

yang Anda berikan. Pilih salah satu jawaban yang sesuai dengan

keadaan Anda dan berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai dengan

pilihan Anda. Pilihan jawaban tersedia sebanyak lima buah,yaitu:

STS : Sangat tidak setuju

TS : Tidak setuju

N :Netral

S :Setuju

SS : Sangat Setuju
72

Kuesioner kesejahteraan Psikologis

No. Pernyataan STS TS N S SS

Tuntutan sehari-hari sering kali membuat saya patah


1.
semangat.
Menurut saya pengalaman baru sangatlah penting,
2.
karena akan berdampak positif bagi diri saya.
Sangat sulit bagi saya menjaga hubungan dekat dengan
3. seseorang sampai-sampai membuat saya kecewa dan
Putus asa.
Secara umum saya adalah orang yang percaya diri dan
4.
cukup baik.
Saya merasa tidak terlalu cocok dengan orang-orang
5.
yang berada di lingkungan sekitar saya.
Aktifitas sehari-hari saya sering kali terasa
6.
remeh/biasa- biasa saja dan tidak penting untuk saya
lakukan.
Tanggung jawab saya sehari-hari sudah saya atur
7.
dengan cukup baik.
Sebagai seorang manusia saya mengalami banyak
8. Perubahan dalam diri saya seiring dengan berjalannya
waktu.
Saya tidak meyakini apa yang sudah saya kerjakan
9.
dalam hidup ini telah saya selesaikan dengan baik
Walaupun ada kebaikan dan keburukan dalam diri
10
saya, saya tetap mencintai diri saya.
Saya merasa tidak nyaman bila berada pada situasi
11 yang tidak seperti biasanya yang mengharuskan saya
Mengubah kebiasaan lama saya.
Orang-orang menilai saya ini orangnya loman, dan
12 senang bersilaturahmi kepada sanak keluarga maupun
tetangga.
Saya kurang mampu mengatur hidup saya, dan ini
13
membuat saya tidak puas
Bagi saya hidup adalah proses belajar yang terus
14
berkelanjutan.
Saya tidak mempunyai banyak pengalaman dalam
15 hubungan yang baik dan saling percaya dengan orang
lain.
73

Apa yang menurut orang lain penting belum tentu


16
penting untuk saya

Kuesioner Tingkat Spiritualitas

Kuesioner ini menggunakan alat ukur DSES (Daily Spiritual ExperienceScale).


Pernyataan memiliki pilihan jawaban yang berbeda mohon di baca dengan
seksama.
No Pertanyaan Sangat Sering Kadang- Hampir Tidak
. Sering kadang Tidak Sama
Pernah Sekali
1 Saya percaya Tuhan itu ada, dan
saya merasakan keberadaan Tuhan.
2 Saya merasa bahwa segala sesuatu
yang ada dan terjadi di dunia ini
saling berkaitan
3 Saat saya beribadah atau sekedar
menyebut Asma Allah di waktu
lain, kesusahan dan beban pikiran
saya sehari-hari menjadi
hilang/berkurang.
4 Hanya Tuhan yang membuat
saya lebih kuat dalam menjalani
hidup, maka dari itu saya selalu
taat beribadah kepadaNya
5 Menjalankan ibadah seperti
yang diperintahkan dalam
agama saya membuat hati saya
senantiasa nyaman.
6 Sesungguhnya di dalam batin saya,
saya merasakan ketenangan dan
ketentraman.
7 Saya selalu berdoa kepada Tuhan
sebelum memulai aktifitas sehari-
hari saya
8 Saya merasa di bimbing/di tuntun
oleh Tuhan dalam kegiatansehari-
hari.
9 Saya merasa segala kenikmatan
yang saya peroleh adalah bentuk
kasih sayang Tuhan secara
langsung.
74

10 Saya merasakan kasih sayang Tuhan


melalui banyak hal lain
11 Segala sesuatu yang ada di dunia ini
indah, dan itu semua ciptaan Tuhan.
12 Saya merasa bersyukur atas karunia
Tuhan.
13 Saya menerima dan dapat
memaklumi orang lain ketika
mereka melakukan sesuatu yang
menurut saya salah
14 Saya mempunyai keinginan untuk
lebih dekat kepada Tuhan.

Tidak
Bisa di Sangat dekat
dekat Sangat
katakan sekali
sama dekat
dekat
sekali
Secara umum sedekat apakah
15.
anda dengan Tuhan?
75

Lampiran 7

Hasil item kuesioner tingkat spiritualitas

X
no X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 total
1 5 3 5 4 4 3 3 4 5 5 3 4 4 4 4 60
2 5 4 4 4 4 3 5 4 5 5 4 5 5 4 4 65
3 5 5 5 4 3 4 3 3 2 3 4 5 3 4 3 88
4 5 5 5 5 4 4 4 3 5 5 5 5 5 5 4 69
5 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 3 5 4 5 4 64
6 4 4 4 4 4 5 5 5 4 3 4 5 5 5 3 64
7 2 3 4 5 3 4 3 5 3 4 5 2 5 4 4 56
8 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 71
9 3 4 4 5 4 3 4 5 4 4 4 4 4 4 3 59
10 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 3 2 3 4 4 59
11 4 4 4 5 5 5 3 3 4 5 4 4 5 5 3 63
12 5 4 5 4 3 4 5 2 3 4 5 4 4 4 4 60
13 4 5 3 4 5 3 5 4 5 4 5 4 3 4 4 62
14 4 4 4 4 5 5 5 3 4 5 3 4 5 5 4 64
15 5 5 4 5 4 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 70
16 4 5 4 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 5 4 70
17 5 2 3 4 5 4 5 5 3 5 4 3 5 4 4 61
18 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 3 50
19 5 2 3 4 5 4 5 3 4 5 4 5 5 5 4 63
20 4 5 4 3 4 5 4 3 4 3 4 5 4 3 4 59
21 3 4 5 4 3 2 3 4 5 4 3 4 5 4 4 57
22 4 5 4 3 4 5 4 2 3 4 4 3 2 4 4 55
23 4 3 2 4 5 4 3 2 3 4 5 4 4 4 4 55
24 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 60
25 4 5 4 4 4 5 5 5 5 3 3 3 5 5 4 64
26 4 4 4 4 5 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 66
27 5 5 4 5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 4 3 67
28 4 3 4 5 4 5 4 3 4 5 4 3 4 5 3 60
29 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 5 4 4 66
30 5 5 4 3 3 4 5 4 3 4 5 4 5 5 3 62
31 4 5 5 4 3 3 2 3 4 5 4 5 4 5 4 60
32 3 4 5 2 2 3 4 5 4 3 4 5 4 5 3 56
33 4 3 3 4 3 4 5 4 5 3 4 5 4 4 4 99
34 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 3 5 3 5 4 60
35 4 4 4 4 5 5 4 5 5 4 5 4 3 4 4 64
76

Lampiran 8

Hasil item kuesioner kesejahteraan psikologis

Y Y Y1
Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 7 Y8 9 Y10 Y11 2 Y13 Y14 Y15 Y16 total
1 2 3 3 2 1 2 3 2 3 3 3 3 3 2 1 37
2 3 2 1 4 3 2 1 3 4 3 2 3 4 3 5 45
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 44
3 3 2 3 2 1 2 3 2 1 2 3 2 1 3 3 36
1 1 2 2 2 3 4 4 3 2 3 4 1 2 3 3 40
2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 39
2 2 2 2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 2 1 2 43
2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 2 1 2 3 4 3 42
2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 1 3 3 40
2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 40
1 1 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 3 3 2 26
1 1 2 2 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 2 2 40
2 2 2 3 3 3 2 1 2 1 2 3 3 3 3 2 37
2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 3 3 29
2 2 2 3 3 4 4 4 3 2 2 1 2 3 2 1 40
2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 1 2 3 3 35
1 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 31
3 3 3 2 2 2 2 5 3 2 1 2 3 3 3 3 42
3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 1 1 38
3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 5 3 2 2 41
2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 37
2 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 40
3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 5 3 2 3 2 3 45
2 2 2 2 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 2 3 47
2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 2 1 2 3 2 2 37
2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 40
3 3 3 2 2 2 1 2 3 5 1 2 3 2 1 3 38
2 2 2 2 2 3 3 3 2 1 3 2 2 2 2 2 35
2 2 2 3 5 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 43
2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2 3 40
3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 41
1 1 1 2 2 3 3 3 3 3 5 3 2 3 3 3 61
2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 33
3 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 5 3 39
2 2 2 3 1 1 1 3 2 1 2 3 2 1 4 3 33

Lampiran 9
77

Frequency table

Jenis kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
laki-lakii 8 21,1 21,1 28,9
Perempuan 27 71,1 71,1 100,0
Total 35 100,0 100,0

Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak
2 5,3 5,7 5,7
sekolah
sd 20 52,6 57,1 62,9
smp 10 26,3 28,6 91,4
sma 3 7,9 8,6 100,0
Total 35 100,0 100,0

Usia

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid middle
19 50,0 54,3 54,3
age
Elderly 16 42,1 45,7 100,0
Total 35 100,0 100,0

Pekerjaan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Wiraswasta 2 5,3 5,7 5,7
petani/
7 18,4 20,0 25,7
buruh
tidak kerja 25 65,8 71,4 97,1
lain-lain 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Tingkat Spiritualitas


78

x1

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
kadang-kadang 3 7,9 8,6 11,4
Sering 20 52,6 57,1 68,6
sangat sering 11 28,9 31,4 100,0
Total 35 100,0 100,0

x2

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 2 5,3 5,7 5,7
kadang-kadang 5 13,2 14,3 20,0
Sering 17 44,7 48,6 68,6
sangat sering 11 28,9 31,4 100,0
Total 35 100,0 100,0

x3

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
kadang-kadang 5 13,2 14,3 17,1
Sering 21 55,3 60,0 77,1
sangat sering 8 21,1 22,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

x4

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
79

kadang-kadang 4 10,5 11,4 14,3


Sering 21 55,3 60,0 74,3
sangat sering 9 23,7 25,7 100,0
Total 35 100,0 100,0

x5

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 2 5,3 5,7 5,7
kadang-kadang 7 18,4 20,0 25,7
Sering 16 42,1 45,7 71,4
sangat sering 10 26,3 28,6 100,0
Total 35 100,0 100,0

x6

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
kadang-kadang 7 18,4 20,0 22,9
Sering 12 31,6 34,3 57,1
sangat sering 15 39,5 42,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

x7

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
kadang-kadang 6 15,8 17,1 20,0
Sering 11 28,9 31,4 51,4
sangat sering 16 42,1 45,7 97,1
35 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

x8

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 3 7,9 8,6 8,6
kadang-kadang 8 21,1 22,9 31,4
80

Sering 12 31,6 34,3 65,7


sangat sering 12 31,6 34,3 100,0
Total 35 100,0 100,0

x9

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
kadang-kadang 6 15,8 17,1 20,0
Sering 13 34,2 37,1 57,1
sangat sering 15 39,5 42,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

x10

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang 6 15,8 17,1 17,1
sering 16 42,1 45,7 62,9
sangat sering 12 31,6 34,3 97,1
43 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

x11

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang 8 21,1 22,9 22,9
Sering 14 36,8 40,0 62,9
sangat sering 13 34,2 37,1 100,0
Total 35 100,0 100,0

x12

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 2 5,3 5,7 5,7
kadang-kadang 5 13,2 14,3 20,0
Sering 14 36,8 40,0 60,0
sangat sering 14 36,8 40,0 100,0
Total 35 100,0 100,0
81

x13

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid hampir tidak pernah 1 2,6 2,9 2,9
kadang-kadang 5 13,2 14,3 17,1
Sering 13 34,2 37,1 54,3
sangat sering 16 42,1 45,7 100,0
Total 35 100,0 100,0

x14

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang 2 5,3 5,7 5,7
Sering 19 50,0 54,3 60,0
sangat sering 14 36,8 40,0 100,0
Total 35 100,0 100,0

x15

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid kadang-kadang 9 23,7 25,7 25,7
Sering 26 68,4 74,3 100,0
Total 35 100,0 100,0

y1

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 6 15,8 17,1 17,1
tidak setuju 20 52,6 57,1 74,3
Netral 9 23,7 25,7 100,0
Total 35 100,0 100,0
82

y2

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 4 10,5 11,4 11,4
tidak setuju 22 57,9 62,9 74,3
Netral 8 21,1 22,9 97,1
Setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y3

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 3 7,9 8,6 8,6
tidak setuju 20 52,6 57,1 65,7
Netral 12 31,6 34,3 100,0
Total
35 100,0
100,0

y4

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 3 7,9 8,6 8,6
tidak setuju 19 50,0 54,3 62,9
Netral 13 34,2 37,1 100,0
Total 35 100,0 100,0

y5

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 3 7,9 8,6 8,6
tidak setuju 10 26,3 28,6 37,1
Netral 20 52,6 57,1 94,3
Setuju 1 2,6 2,9 97,1
sangat setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y6
83

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 4 10,5 11,4 11,4
tidak setuju 9 23,7 25,7 37,1
Netral 20 52,6 57,1 94,3
Setuju 1 2,6 2,9 97,1
23 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y7

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 3 7,9 8,6 8,6
tidak setuju 14 36,8 40,0 48,6
Netral 16 42,1 45,7 94,3
Setuju 2 5,3 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0

y8

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 3 7,9 8,6 8,6
tidak setuju 9 23,7 25,7 34,3
Netral 18 47,4 51,4 85,7
Setuju 4 10,5 11,4 97,1
sangat setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y9

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 1 2,6 2,9 2,9
tidak setuju 17 44,7 48,6 51,4
Netral 13 34,2 37,1 88,6
Setuju 4 10,5 11,4 100,0
Total 35 100,0 100,0

y10
84

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 5 13,2 14,3 14,3
tidak setuju 16 42,1 45,7 60,0
Netral 10 26,3 28,6 88,6
Setuju 3 7,9 8,6 97,1
sangat setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y11

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 4 10,5 11,4 11,4
tidak setuju 16 42,1 45,7 57,1
Netral 12 31,6 34,3 91,4
Setuju 1 2,6 2,9 94,3
sangat setuju 2 5,3 5,7 100,0
Total 35 100,0 100,0

y12

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 7 18,4 20,0 20,0
tidak setuju 13 34,2 37,1 57,1
Netral 14 36,8 40,0 97,1
Setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y13

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 4 10,5 11,4 11,4
tidak setuju 16 42,1 45,7 57,1
Netral 13 34,2 37,1 94,3
85

Setuju 1 2,6 2,9 97,1


sangat setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y14

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 5 13,2 14,3 14,3
tidak setuju 12 31,6 34,3 48,6
Netral 17 44,7 48,6 97,1
Setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y15

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 4 10,5 11,4 11,4
tidak setuju 14 36,8 40,0 51,4
Netral 14 36,8 40,0 91,4
Setuju 2 5,3 5,7 97,1
sangat setuju 1 2,6 2,9 100,0
Total 35 100,0 100,0

y16

Frequenc Cumulative
y Percent Valid Percent Percent
Valid sangat tidak setuju 4 10,5 11,4 11,4
tidak setuju 11 28,9 31,4 42,9
Netral 19 50,0 54,3 97,1
sangat setuju 1 2,6 2,9 100,0
86

Total 35 100,0 100,0

Case Processing Summary

Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Tingkat spiritualitas *
35 100,0% 0 0,0% 35 100,0%
Kesejahteraan psikologis

Tingkat Spiritualitas * Kesejahteraan psikologis Crosstabulation


Count
Kesejahteraan psikoogis
RENDAH SEDANG TINGGI Total
Tingkat spiritualitas SEDANG 5 18 6 29
TINGGI 2 3 1 6
Total 7 21 7 35

Correlations

TINGKAT KESEJAHTERAAN
SPRITUALITAS PSIKOLOGIS
Spearman's rho TINGKAT Correlation
1,000 -,276
SPRITUALITAS Coefficient
Sig. (2-
,002
tailed)
N 35 35
KESEJAHTERAAN Correlation
-,276 1,000
PSIKOLOGIS Coefficient
Sig. (2-
,002
tailed)
N 35 35
87
88
89
90
91
92
93

Anda mungkin juga menyukai