Anda di halaman 1dari 94

SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN


KADER DALAM KEGIATAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LINGKAR BARAT
KOTA BENGKULU

Oleh:

AISYAH
NPM.1626020041.P

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
TRI MANDIRI SAKTI
BENGKULU
2018
ii
iii
iv
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
 Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan apabila kamu
sudah selesai (dari satu urusan) dan kerjakanlah dengan
sesungguh (urusan lain) dan Kepada Tuhanlah hendaknya kamu
berharap.

 Tahta bukanlah segalanya karena sesungguhnya aherat sudah


menunggu di depan mata.

 Optimis adalah kunci kesuksesan dalam hidup yang harus selalu


diiringi dengan keikhlasan dan kesabaran.

 Kesedihanbukan untuk dilupakan, kejayaan bukan untuk


dibanggakan jadikan kesedihan dan kejayaan sebagai cermin diri.

 Setiap manusia adalah merugi, kecuali orang yang berilmu, setiap


orang berilmu merugi, kecuali yang mengamalkan ilmunya, setiap
orang beramal merugi, kecuali yang ikhlas…. (Taimiyah).

 Manfaatkan kesempatan sebaik mungkin, karena kesempatan itu


datang sekali, dan ketika gagal yakinlah itu, hanyalah sebuah
kesuksesan yang tertunda dan sesaat keberhasilan yang kita raih
maka bersyukurlah kepada-Nya atas apa yang kita peroleh.

PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur kehadirat Allah SWT, Skripsi ini saya
persembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku tercinta dan Mertua, terima kasih atas segala
kasih sayang, doa, serta dukungan baik moril maupun materiil.
 Suamiku (Jayak Indra HS), serta anak-anakku (Syara Fitrindah
dan Naufal qushoyyi), yang selalu memberi motivasi.
 Drs. H. S. Effendi, MS selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti
Bengkulu dan selaku Pembimbing I terima kasih banyak bapak

vi
yang telahsabar membimbing, memberikan dukungan, motivasi
dan memberikan petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
 Drs. Dirhan M.Kes selaku Pembimbing II terima kasih banyak
bapak atas bimbinganya, dukungan, motivasi dan memberikan
petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
 Nurul Khairani, STP, MKM Selaku Penguji I terima kasih banyak
ibu atas bimbinganya, dukungan, motivasi dan memberikan
petunjuk dalam penulisan skripsi ini.
 Suryani, SKM, M.Epid Selaku Penguji II terima kasih banyak ibu
atas bimbinganya, dukungan, motivasi dan memberikan petunjuk
dalam penulisan skripsi ini.
 Dan teman-teman seperjuangan STIKES Tri Mandiri Sakti
Bengkulu Khususnya jurusan kesehatan masyarakat, Piter Indra
Luki, Diah Rahmawati, Abe Indriantama, Yogi Radinata, Joni
Pranata, Davit Andreu Tambajong, Pebi Beni Harnando, Ani Dwi
Roha, Herly Wulandika, terima kasih banyak dukungan,dan
motivasi.
 Sahabat-sahabat di UPTD Puskesmas Kandang yang telah
memberi semangat dan memotivasiku.

vii
ABSTRAK

Aisyah. 2018. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader


dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu. Skripsi Bengkulu: Sekolah Tinggi Ilmu KesehatanTri Mandiri
Sakti Bengkulu. Pembimbing I. Drs. H. S. Effendi, MS. Pembimbing II. Drs.
Dirhan M.Kes.

Pos Posbindu merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan


deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini faktor risiko Penyakit Tidak
Menular secara mandiri dan berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam
kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.
Jenis penelitian ini adalah Survei Analitik dengan menggunakan desain
Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader Posbindu di
wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota. Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan Total Sampling dengan sample sebanyak 30 orang
kader Posbindu. Pengumpulan data dalam penelitian menggunakan data primer
yang diperoleh dari wawancara langsung menggunakan kuesioner dengan
responden. Teknik Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat
dengan Uji Chi-Square. Untuk mengetahui keeratan hubungannya digunakan uji
statistik Contingency Coefficient (C).
Hasil penelitian didapatkan: dari 30 orang kader terdapat 18 orang kader
(60,0%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu, 16 orang kader (53,3%)
dengan tingkat pengetahuan kurang, dan 17 orang kader (56,7%) dengan sikap
Unfavourable. Penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah
kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu dengan kategori hubungan erat,
ada hubungan yang signifikan antara sikap kader dengan keaktifan kader dalam
kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu
dengan kategori hubungan sedang. Saran Kepada kader Posbindu di harapkan agar
dapat meningkatkan pengetahuanya dengan cara lebih banyak membaca buku
panduan untuk kader serta lebih aktif lagi dalam kegiatan Posbindu.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Keaktifan Kader

viii
ABSTRACT

Aisyah. 2018. The Factors Associated with Cadre Activity in Posbindu


Activities in the Working Area of the West Rim Puskesmas in the City of
Bengkulu. Bengkulu Thesis: Tri Mandiri Sakti Bengkulu College of Health.
Advisor I. Drs. H. S. Effendi, MS. Advisor II. Drs. Dirhan M.Kes.

Posbindu is a form community participation through promotive-preventive


efforts to detect and control early presence of Non-Communicable Diseases risk
factors in an integrated manner. This study is aimed at determining the factors that
related to cadre activeness in Posbindu activities in the working area of the
Bengkulu City Jembatan Kecil Public Health Center.
This research was Analytical Survey with Cross Sectional study design. The
population in this study were all Posbindu cadres in the working area of the City
Jembatan Kecil Public Health Center. The samples are 30 Posbindu cadres taking
by using Total Sampling technique. The data are analysed using univariate and
bivariate analysis with Chi-Square Test based on direct interviews using
questionnaires with respondents. To determine the closeness of the relationship, a
Contingency Coefficient (C) statistical test was used.
The results obtained: from 30 cadres there were 18 cadres (60.0%) who
were not active in Posbindu activities, 16 cadres (53.3%) with a low level of
knowledge, and 17 cadres (56.7%) with Unfavorable attitude. The conclusion of
this study that there is a correlation between cadre knowledge and cadre activity in
Posbindu activities in the working area of Bengkulu City Jembatan Kecil Public
Health Center with a close relationship category, there is a significant relationship
between cadre attitudes and cadre activity in Posbindu activities in the Bengkulu
City Jembatan Kecil Health Center with medium category. It is Suggested for
Posbindu cadres to improve their knowledge by reading more guidebooks for
cadres and being more active in posbindu activities.

Keywords: Knowledge, Attitude, Cadre Activity

ix
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yangtelah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul“Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan
Kader dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar
Barat Kota Bengkulu”.
Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh
oleh mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat (SKM) di
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu. Dalam penyusunan skripsi ini banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Bapak Drs. H. S. Effendi, MS
selaku dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Dirhan M.Kes selaku dosen
Pembimbing II yang telah penuh dengan keikhlasan dan kesabaran di sela-sela
kesibukan beliau yang padat telah memberikan bimbingan, bantuan dan petunjuk
kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini juga penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-
tulusnya kepada semua pihak yang telah mendukung penyelesaian skripsi ini:
1. Bapak Drs. H. S. Effendi, MS selaku Ketua STIKES Tri Mandiri Sakti
Bengkulu dan selaku Pembimbing I terima kasih banyak bapak yang
telahsabar membimbing, memberikan dukungan, motivasi dan memberikan
petunjuk dalam penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai tepat pada
waktunya.
2. Ibu Rina Aprianti, SKM, M.PH selaku Ketua Jurusan Kesehatan Masyarakat
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang telah
memberikan dukungan dan bimbingan selama mengikuti pendidikan di
STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu.
3. Bapak Drs. Dirhan M.Kes selaku Pembimbing II terima kasih banyak bapak
atas bimbinganya, dukungan, motivasi dan memberikan petunjuk dalam
penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.

x
4. Ibu Suryani, SKM, M.Epid Selaku Penguji I terima kasih banyak ibu atas
bimbinganya, dukungan, motivasi dan memberikan petunjuk dalam penulisan
skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
5. Ibu Nurul Khairani, STP, MKM Selaku Penguji II terima kasih banyak ibu
atas bimbinganya, dukungan, motivasi dan memberikan petunjuk dalam
penulisan skripsi ini, sehingga skripsi ini selesai tepat pada waktunya.
6. Semua dosen dan staff STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu atasdukungan dan
bantuanya selama proses pendidikan.
7. Kedua orang tuaku dan saudara-saudaraku yang telah memberikan nasehat,
motivasi serta do’a sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Untuk keluarga besarku di Belitang dan di Anggut Atas Kota Bengkulu sanak
famili yang saya sayangi, terima kasih atas doa dukunganya.
9. Teman-teman seperjuangan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Khususnya
jurusan kesehatan masyarakat yang telah memberikan banyak masukan,
dorongan, motivasi, serta kritikan yang membangun sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka diri dengan segala kerendahan hati
terhadap semua kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
penulisan skripsi ini.
Dengan segala keterbatasan yang ada, mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua. Amin.

Bengkulu, September 2018

Penulis

xi
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... iii
PERNYATAAN ........................................................................................... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAAN ............................................................ v
ABSTRAK ................................................................................................... vii
ABSTRACT .................................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Pos Pembinaan Terpadu (POSBINDU) ................... 9
1. PengertianPosbindu ......................................................... 9
2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan .......................................... 10
3. Wadah Kegiatan .............................................................. 10
4. Pelaku Kegiatan .............................................................. 10
5. Bentuk Kegiatan .............................................................. 11
6. Proses Kegiatan Posbindu PTM ...................................... 14
7. Pengelompokan Tipe Posbindu ....................................... 14
8. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM ...... 15
9. Tugas Kader .................................................................... 20
10. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan
Kader Posbindu PTM ...................................................... 21
B. Pengetahuan ........................................................................... 21
1. Pengertian Pengetahuan ................................................... 22
2. Cara Memperoleh Pengetahuan ...................................... 22
3. Tahap Pengetahuan .......................................................... 23
4. Tingkat Pengetahuan ....................................................... 24

xii
Halaman
C. Sikap
1. Pengertian Sikap .............................................................. 26
2. Fungsi Sikap ..................................................................... 27
3. Komponen sikap .............................................................. 27
4. Ciri-Ciri Sikap .................................................................. 28
5. Tingkatan Sikap ............................................................... 28
D. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Keaktifan
Kader dalam Kegiatan Posbindu ........................................... 29
E. Kerangka Konseptual ............................................................. 31
F. Definisi Operasional............................................................... 32
G. Hipotesis................................................................................. 33

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ 34
B. Jenis atau Desain Penelitian ................................................... 34
C. Populasi dan Sampel .............................................................. 34
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 35
E. Teknik Pengolahan Data ........................................................ 36
F. Teknik Analisis Data .............................................................. 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian .................................................................... 38
1. Gambaran Umum Tempat Penelitian .............................. 38
2. Analisis Univariat ............................................................ 40
3. Analisis Bivariat .............................................................. 43
B. Pembahasan .......................................................................... 46
1. Analisis Univariat ........................................................... 46
a. Gambaran Faktor Pengetahuan Kader Posbindu
di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu ................................................................. 46
b. Gambaran Faktor Sikap Kader Posbindu di
Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu. ................................................................... 47
c. Gambaran Keaktifan Kader Posbindu di Wilayah
Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu ....... 48
2. Analisis Bivariat .............................................................. 50
a. Hubungan Faktor Pengetahuan Kader Posbindu
dengan Keaktifan Kader Posbindu di Wilayah
Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. ....... 50
b. Hubungan Faktor Sikap Kader Posbindu dengan
Keaktifan Kader Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Bara Kota Bengkulu ................... 51

xiii
Halaman
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................ 54
B. Saran ...................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Definisi Operasional .......................................................................... 32
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan Kader dalam Kegiatan
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu ............................................................................................ 41
Tabel3. Distribusi Frekuensi Faktor Sikap Kader dalam Kegiatan
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu ............................................................................................ 42
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posbindu
di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu ............ 42
Tabel 5. Hubungan Faktor Pengetahuan kader dengan Keaktifan Kader
Posbindu dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja
Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu ........................................ 43
Tabel 6. Sikap kader dengan Keaktifan Kader Posbindu dalam Kegiatan
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu ........................................................................................... 45

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Kerangka Konseptual ..................................................................... 31

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Permohonan Menjadi Responden


Lampiran 2. Lembar Pernyataan Setuju Menjadi Responden
Lampiran 3. Lembar Kuesioner Penelitian
Lampiran 4. Tabulasi Data
Lampiran 5. Hasil Olah Data
Lampiran 6. Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 7. Berita Acara Bimbingan Skripsi
Lampiran 8. Permohonan Pelaksanaan Sidang Skripsi
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian
Lampiran 10. Data Riwayat Hidup Penulis

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) merupakan bentuk peran serta

masyarakat dalam kegiatan deteksi dini, pemantauan dan tindak lanjut dini

faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) secara mandiri dan

berkesinambungan. Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan

dini terhadap PTM karena sebagian besar faktor risiko PTM pada awalnya

tidak memberikan gejala (Kemenkes RI, 2015).

Data organisasi kesehatan dunia World Health Organization (WHO)

menunjukkan bahwa sebanyak 36 juta (63%) angka kematian yang terjadi di

dunia dan 29 juta (80%) terjadi di negara yang sedang berkembang.

Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang di proyeksikan akan

terus terjadi sebesar 15% (44 juta kematian) dengan rentang waktu antara

tahun 2010 dan 2020. Angka kesakitan disebabkan oleh Penyakit Tidak

Menular. Global status report on NCD World Health Organization (WHO)

tahun 2010. Kondisi ini timbul akibat pertumbuhan penduduk dan

peningkatan usia harapan hidup terutama pada negara-negara berkembang

(Kemenkes RI, 2015).

Data profil kesehatan Indonesia pada tahun 2016, menunjukan bahwa

jumlah Puskesmas yang membina Posbindu di Indonesia tercatat sebanyak

4.773 puskesmas (49,31%). Sedangkan jumlah desa yang melaksanakan pos

1
2

pembinaan terpadu (Posbindu) menurut provinsi sampai dengan tahun 2016

adalah sebanyak 21.470 Posbindu (Kemenkes RI, 2017).

Pada tahun 2016 di Provinsi Bengkulu jumlah Puskesmas yang

membina Posbindu tercatat sebanyak 29 Puskesmas (31,52%). Terdapat

jumlah Posbindu sebanyak 267 dengan Jumlah Desa/Kelurahan sebanyak

1.513 (Kemenkes RI, 2017).

Data Dinkes tahun 2017 menunjukan bahwa dari 9 Kecamatan yang

terdiri dari 20 Puskesmas yang ada di Kota Bengkulu dapat diketahui jumlah

Posbindu sebanyak 95 dengan jumlah Desa/Kelurahan sebanyak 67.

Sedangkan jumlah kader sebanyak 225 orang (Dinkes Kota Bengkulu,

2018).

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu adalah Puskesmas yang

terletak dalam wilayah Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu. Jumlah

seluruh penduduk di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

tahun 2017 adalah 16.201 jiwa. Jumlah Posbindu di wilayah kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu tahun 2017 sebanyak 6 Posbindu yang tersebar

di 2 kelurahan. Kelurahan tersebut adalah Kelurahan Lingkar Barat dan

Kelurahan Cempaka Permai dengan jumlah kader sebanyak 30 orang. Jumlah

kunjungan Posbindu PTM pada tahun 2015 sebanyak 201 kunjungan

sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang signifikan yaitu

sebesar 1040 kunjungan dan pada Tahun 2017 mengalami penurunan yaitu

sebanyak 823 kunjungan (Puskesmas Lingkar Barat, 2018).


3

Salah satu bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM)

yang baru dikembangkan oleh Pemerintah sesuai dengan rekomendasi WHO

agar memusatkan penanggulangan PTM melalui tiga komponen utama, yaitu

surveilans faktor risiko, promosi kesehatan, dan pencegahan melalui inovasi

dan reformasi manajemen pelayanan kesehatan adalah pos pembinaan terpadu

penyakit tidak menular (Posbindu PTM) (Kemenkes RI, 2015).

Pemberdayaan perorangan, keluarga, dan masyarakat diselenggarakan

dengan memperhatikan kondisi dan situasi khususnya sosial budaya

masyarakat setempat. Salah satu bentuk kemandirian masyarakat dalam

mendeteksi dini dan memonitor faktor resiko PTM secara rutin adalah

melalui kegiatan Posbindu PTM. Posbindu PTM merupakan program yang

baru. Kader pada awalnya adalah kader kesehatan yang telah ada yaitu kader

posyandu balita atau kader posyandu lansia. Keaktifan para kader ini tidak

lepas dari peranan berupa pembinaan dan perhatian dari unsur pemerintah

daerah dan dinas/instansi lembaga terkait yang selama ini dianggap kurang.

Pekerjaan sebagai kader kesehatan bersifat sukarela, semata-mata didorong

oleh keinginan ikut serta membantu masyarakat sekitar agar lebih sehat

(Kiting, Ilmi, & Arifin, 2015).

Keaktifan kader kesehatan dapat diasumsikan bahwa kader kesehatan

yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai dengan wewenang dan

tanggung jawabnya, maka kader kesehatan tersebut termasuk dalam kategori

yang aktif. Namun, apabila kader kesehatan tidak mampu melaksanakan

tugasnya maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan kader posbindu
4

merupakan suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari

keteraturan dan keterlibatan seseorang kader dalam berbagai kegiatan

Posbindu baik kegiatan dalam posbindu maupun kegiatan diluar Posbindu.

(Rochmawati, 2010).

Menurut Kemenkes RI (2010), keaktifan kader dilihat dari jumlah

kehadiran dalam kegiatan posbidu selama satu tahun. Kelompok yang telah

berkembang dan melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan (paling sedikit 8

kali satu tahun) jumlah kader aktif lebih dari tiga dengan cakupan program

kurang dari 50% serta masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat keaktifan kader adalah

tingkat pengetahuan. Dalam domain kognitif atau pengetahuan, pengertian

dari sebuah pengetahuan merupakan bagian yang pertama dari tingkatan

pengetahuan. Pengertian atau tahu merupakan awal untuk mengetahui segala

sesuatu. Hal ini menyebabkan pengertian atau tahu merupakan bagian yang

utama dalam tingkatan pengetahuan walaupun tingkatan paling rendah dalam

pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

penting dalam membentuk tindakan atau perilaku seseorang (Hasanah,

2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Purdiyani (2016) tentang

Pemanfaatan Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu

PTM), menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan responden

dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Cilongok 1.


5

Selain itu ada hubungan antara sikap responden dengan pemanfaatan

Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas Cilongok 1.

Posbindu dapat lebih dimasyarakatkan dengan cara melakukan

penyuluhan oleh kader dan tenaga kesehatan agar masyarakat dapat

meningkatkan kunjungan ke Posbindu secara rutin. Cara yang lain adalah

kader Posbindu diharapkan lebih aktif melakukan pendekatan kepada

masyarakat agar mau berkunjung ke Posbindu. Apabila Posbindu terlaksana

dengan optimal, faktor resiko PTM dapat dikendalikan dan prevalensi PTM

dimasyarakat dapat ditekan. Apabila peran masyarakat (kader) termasuk

dunia usaha dan lembaga pendidikan makin luas cakupan kegiatan akan

makin besar sehingga hasil yang akan dicapai akan bermakna dan berdampak

besar dalam menekan angka kesakitan dan kematian akibat PTM.Upaya ini

akan berhasil apabila para kader/pelaksana Posbindu PTM mampu melakukan

advokasi dengan efektif, semua pihak responsif dan melakukan aksi konkrit

sesuai peran yang dapat dilakukan (Kiting, Ilmi, & Arifin, 2015).

Berdasarkan survei awal yang penulis lakukan di Pos Pembinaan

Terpadu (Posbindu) Merak pada tanggal 17 Februari 2018, Posbindu Glatik

tanggal 23 April 2018 dan Lingkar Barat 1 pada tanggal 24, April 2018 di

wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. Dari hasil

wawancara terhadap 11 orang kader Posbindu didapatkan data bahwa 5 orang

kader Posbindu belum mengetahui tujuan dari kegiatan Posbindu dan tugas

yang di lakukan oleh kader dalam kegiatan Posbindu. Ada 6 orang kader

merasa tidak percaya diri dalam menangani pasien dan menganggap bahwa
6

kegiatan Posbindu adalah kegiatan milik Puskesmas dan dilakukan oleh

petugas kesehatan. Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Keaktifan Kader Dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan suatu

permasalahan sebagai berikut “Faktor-Faktor Apa Sajakah yang Berhubungan

dengan Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mempelajari faktor-faktor apa yang berhubungan dengan

keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu?

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui gambaran faktor pengetahuan kader dalam kegiatan

Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

b. Untuk mengetahui gambaran faktor sikap kader dalam kegiatan

Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

c. Untuk mengetahui gambaran keaktifan kader dalam kegiatan posbindu

di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.


7

d. Untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan dengan keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar

Barat Kota Bengkulu.

e. Untuk mengetahui hubungan faktor sikap dengan keaktifan kader dalam

kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota

Bengkulu.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat agar lebih

aktif dalam berbagai kegiatan di Posbindu.

2. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan

bagi puskesmas untuk meningkatkan keaktifan kader dalam kegiatan

Posbindu.

3. Bagi STIKES Tri Mandiri Sakti

Dapat menambah informasi ilmiah dan literature bacaan di

perpustakaan STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu yang berhubungan

dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu.

4. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat di Kampus dan

menambah wawasan, pengetahuan, dan pengalaman dalam melakukan

penelitian tentang faktor-faktor apa yang berhubungan dengan keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu.


8

5. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan dasar untuk mengadakan pengembangan penelitian

yang sejenis yaitu penelitian yang menggunakan variabel-variabel lain atau

berbeda yang berhubungan dengan keaktifan kader dalam kegiatan

Posbindu.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu)

1. Pengertian Posbindu

Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) adalah salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumber daya Masyarakat (UKBM) untuk meningkatkan

kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia

dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat (Maulinda,

Hermansyah, & Mudatsir, 2014).

Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam

melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko Posbindu

PTM utama yang dilaksanakan secara terpadu, rutin dan periodik. Faktor

risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi merokok konsumsi

minuman beralkhol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik,

obesitas stres, hipertensi hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak

lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling

kesehatan dan segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar

(Kemenkes RI, 2012).

Kelompok PTM Utama adalah diabetes melitus (DM), kanker,

penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD), Penyakit Paru Obstruktif

Kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan dan tindak kekerasan

(Kemenkes RI, 2012).

9
10

2. Tujuan dan Sasaran Kegiatan

Tujuan Posbindu PTM adalah meningkatkan peran serta masyarakat

dalam pencegahan dan penemuan dini faktor risiko PTM. Sasaran utama

kegiatan adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang

PTM berusia 15 tahun ke atas (Kemenkes RI, 2012).

3. Wadah Kegiatan

Posbindu PTM dapat dilaksanakan terintegrasi dengan upaya

kesehatan bersumber masyarakat yang sudah ada, di tempat kerja atau di

klinik perusahaan, di lembaga pendidikan, tempat lain di mana

masyarakat dalam jumlah tertentu berkumpul/beraktivitas secara rutin,

misalnya di mesjid, gereja, klub olah raga, pertemuan organisasi politik

maupun kemasyarakatan (Kemenkes RI, 2012).

Pengintegrasian yang dimaksud adalah memadukan pelaksanaan

Posbindu PTM dengan kegiatan yang sudah dilakukan meliputi

kesesuaian waktu dan tempat, serta memanfaatkan sarana dan tenaga yang

ada (Kemenkes RI, 2012).

4. Pelaku Kegiatan

Pelaksanaan Posbindu PTM dilakukan oleh kader kesehatan yang

telah ada atau beberapa orang dari masing-masing kelompok/

organisasi/lembaga/tempat kerja yang bersedia menyelenggarakan

posbindu PTM, yang dilatih secara khusus, dibina atau difasilitasi untuk

melakukan pemantauan faktor risiko PTM di masing- masing kelompok

atau organisasinya. Kriteria Kader Posbindu PTM antara lain


11

berpendidikan minimal SLTA, mau dan mampu melakukan kegiatan

berkaitan dengan Posbindu PTM (Kemenkes RI, 2012).

5. Bentuk Kegiatan

Menurut Kemenkes RI (2012) terdapat sebanyak 10 kegiatan pada

Posbindu PTM, yang di lakukan oleh kader yaitu:

a. Kegiatan penggalian informasi faktor risiko dengan wawancara

sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga dan diri peserta,

aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah, potensi

terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga, serta informasi

lainnya yang dibutuhkan untuk identifikasi masalah kesehatan

berkaitan dengan terjadinya PTM. Aktifitas ini dilakukan saat pertama

kali kunjungan dan berkala sebulan sekali yang dilakuakan oleh kader

Posbindu.

b. Kegiatan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh

(IMT), lingkar perut, analisis lemak tubuh, dan tekanan darah

sebaiknya diselenggarakan 1 bulan sekali. Analisa lemak tubuh hanya

dapat dilakukan pada usia 10 tahun ke atas. Untuk anak, pengukuran

tekanan darah disesuaikan ukuran mansetnya dengan ukuran lengan

atas yang di lakukan oleh kader Posbindu.

c. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana diselenggarakan 1 tahun

sekali bagi yang sehat, sementara yang berisiko 3 bulan sekali dan

penderita gangguan paru-paru dianjurkan 1 bulan sekali. Pemeriksaan

Arus Puncak Ekspirasi dengan peakflowmeter pada anak dimulai usia


12

13 tahun. Pemeriksaan fungsi paru sederhana sebaiknya dilakukan

oleh tenaga kesehatan yang telah terlatih dan pencatan kegiatan di

bantu oleh kader Posbindu.

d. Kegiatan pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling sedikit

diselenggarakan 3 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor

risiko PTM atau penyandang diabetes melitus paling sedikit 1 tahun

sekali. Untuk pemeriksaan glukosa darah dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lainnya),

sistem pencatatan hasil pemeriksaan dibantu oleh kader Posbindu.

e. Kegiatan pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida, bagi individu

sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang telah mempunyai faktor

risiko PTM 6 bulan sekali dan penderita dislipidemia/gangguan lemak

dalam darah minimal 3 bulan sekali. Untuk pemeriksaan Gula darah

dan Kolesterol darah dilakukan oleh tenaga kesehatan dan pencatatan

hasil dibantu oleh kader Posbindu yang ada di lingkungan kelompok

masyarakat tersebut.

f. Kegiatan pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dilakukan

sebaiknya minimal 5 tahun sekali bagi individu sehat, setelah hasil

IVA positif, dilakukan tindakan pengobatan krioterapi, diulangi

setelah 6 bulan, jika hasil IVA negatif dilakukan pemeriksaan ulang 5

tahun, namun bila hasil IVA positif dilakukan tindakan pengobatan

krioterapi kembali. Pemeriksaan IVA dilakukan oleh bidan/dokter

yang telah terlatih dan tatalaksana lanjutan dilakukan oleh dokter


13

terlatih di Puskesmas dan sistem pencatatan hasil pemeriksaan

dibantu oleh kader Posbindu.

g. Kegiatan pemeriksaan kadar alkohol, pernafasan dan tes amfemin urin

bagi kelompok pengemudi umum yang dilakukan oleh tenaga

kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis laboratorium dan lain nya).

Tugas kader dalam kegiatan ini adalah melakukan pencatatan hasil

pemeriksaan.

h. Kegiatan konseling dan penyuluhan, harus dilakukan setiap

pelaksanaan Posbindu PTM. Hal ini penting dilakukan karena

pemantauan faktor risiko kurang bermanfaat bila masyarakat tidak

tahu cara mengendalikannya. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh

petugas kesehatan dan kader Posbindu.

i. Kegiatan aktifitas fisik dan atau olah raga bersama, sebaiknya tidak

hanya dilakukan jika ada penyelenggaraan Posbindu PTM namun

perlu dilakukan rutin setiap minggu. Tugas kader dalam kegiatan ini

adalah menyampaikan informasi kepada masyarakat dan menyiapkan

alat yang dibutuhkan.

j. Kegiatan rujukan ke fasilitas layanan kesehatan dasar di wilayahnya

dengan pemanfaatan sumber daya tersedia termasuk upaya respon

cepat sederhana dalam penanganan pra-rujukan. Tugas kader adalah

membatu membuat rujukan ke fasilitas kesehatan.


14

6. Proses Kegiatan Posbindu PTM

Menurut Kemenkes RI (2012) terdapat 5 tahapan pelayanan yang

disebut 5 meja proses kegiatan Posbindu PTM yaitu: Meja 1 Registrasi,

pemberian nomor urut/kode yang sama serta pencatatan hasil pengisian

buku monitoring FR PTM ke buku pencatatan petugas pelaksana

Posbindu PTM. Meja 2 Wawancara oleh petugas pelaksana Posbindu

PTM. Meja 3 Pengukuran TB, BB, IMT, Lingkar Perut, dan Analisa

Lemak Tubuh. Meja 4 Pemeriksaan tekanan darah, gula darah, kolesterol,

dan trigliserida, APE, Alkohol, amfetamin, CBE, dan IVA. Meja 5

Identifikasi faktor risiko PTM, Konseling/Edukasi, serta tindak lanjut

lainya.

7. Pengelompokan Tipe Posbindu

Menurut Kemenkes RI (2012), berdasarkan jenis kegiatan deteksi

dini, pemantauan dan tindak lanjut yang dapat dilakukan oleh Posbindu

PTM, maka dapat dibagi menjadi 2 kelompok Tipe Posbindu PTM, yaitu;

a. Posbindu PTM Dasar

Posbindu PTM Dasar meliputi pelayanan deteksi dini faktor

risiko sederhana, yang dilakukan dengan wawancara terarah melalui

penggunaan instrumen untuk mengidentifikasi riwayat penyakit tidak

menular dalam keluarga dan yang telah diderita sebelumnya, perilaku

berisiko, potensi terjadinya cedera dan kekerasan dalam rumah tangga,

pengukuran berat badan, tinggi badan, lingkar perut, Indeks massa

tubuh (IMT), alat analisa lemak tubuh, pengukuran tekanan dara,


15

pemeriksaan uji fungsi paru sederhana serta penyuluhan mengenai

pemeriksaan payudara sendiri

b. Posbindu PTM Utama

Posbindu PTM Utama yang meliputi pelayanan Posbindu PTM

Dasar ditambah pemeriksaan gula darah, kolesterol total dan

trigliserida, pemeriksaan klinis payudara, pemeriksaan Inspeksi Visual

Asam Asetat (IVA), pemeriksaan kadar alkohol pernafasan dan tes

amfetamin urin bagi kelompok pengemudi umum, dengan pelaksana

tenaga kesehatan terlatih (Dokter, Bidan, perawat kesehatan/tenaga

analis laboratorium/lainnya) di desa/kelurahan, kelompok masyarakat,

lembaga/institusi. Untuk penyelenggaraan Posbindu PTM Utama dapat

dipadukan dengan Pos Kesehatan Desa atau Kelurahan siaga aktif,

maupun di kelompok masyarakat/lembaga/institusi yang tersedia

tenaga kesehatan tersebut sesuai dengan kompetensinya.

8. Langkah-Langkah Penyelenggaraan Posbindu PTM

Menurut Kemenkes RI (2012) langkah-langkah penyelenggaraan

Posbindu PTM adalah sebagai berikut:

a. Persiapan

1) Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan inisiasi dengan

berbagai rangkaian kegiatan.

a) Langkah persiapan diawali dengan pengumpulan data dan

informasi masalah-masalah PTM, sarana prasarana pendukung

sumber daya manusia. Hal ini dapat diambil dari data RS


16

Kabupaten/Kota, Puskesmas, Profil Kesehatan Daerah,

Riskesdas, atau hasil survei lainnya. Informasi tersebut

dipergunakan oleh fasilitator sebagai bahan advokasi untuk

mendapatkan dukungan kebijakan maupun dukungan

pendanaan sebagai dasar perencanaan kegiatan Posbindu PTM.

b) Selanjutnya dilakukan identifikasi kelompok potensial baik

ditingkat kabupaten/kota maupun dilingkup Puskesmas.

Kelompok potensial antara lain kelompok, organisasi

masyarakat, tempatkerja, sekolah, koperasi, klub olahraga,

karang taruna dan kelompok lainnya. Kepada kelompok

masyarakat potensial terpilih dilakukan sosialisasi tentang

besarnya masalah PTM, dampaknya bagi masyarakat dan dunia

usaha, strategi pengendalian serta tujuan dan manfaat Posbindu

PTM. Hal ini dilakukan sebagai advokasi agar diperoleh

dukungan dan komitmen dalam menyelengarakan Posbindu

PTM

c) Tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelola program di

Kabupaten/Kota adalah melakukan pertemuan koordinasi

dengan kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan

Posbindu PTM. Pertemuan ini diharapkan menghasilkan

kesepakatan bersama berupa kegiatan penyelenggaraan

Posbindu PTM, yaitu: kesepakatan menyelenggarakan

Posbindu PTM, menetapkan kader dan pembagian peran,


17

fungsinya sebagai tenaga pelaksana Posbindu PTM,

menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM,

merencanakan besaran dan sumber pembiayaan, melengkapi

sarana dan prasarana, menetapkan tipe Posbindu PTM sesuai

kesepakatan dan kebutuhan, dan Menetapkan mekanisme kerja

antara kelompok potensial dengan petugas kesehatan

pembinanya.

d) Tindak lanjut yang dilakukan oleh pengelola program di

Kabupaten/Kota adalah melakukan pertemuan koordinasi

dengan kelompok potensial yang bersedia menyelenggarakan

Posbindu PTM. Pertemuan ini diharapkan menghasilkan

kesepakatan bersama berupa kegiatan penyelenggaraan

Posbindu PTM, yaitu: kesepakatan menyelenggarakan

Posbindu PTM, menetapkan kader dan pembagian peran,

fungsinya sebagai tenaga pelaksana Posbindu PTM,

menetapkan jadwal pelaksanaan Posbindu PTM,

merencanakan besaran dan sumber pembiayaan, melengkapi

sarana dan prasarana, menetapkan tipe Posbindu PTM sesuai

kesepakatan dan kebutuhan, dan Menetapkan mekanisme kerja

antara kelompok potensial dengan petugas kesehatan

pembinanya.
18

2) Puskesmas berperan untuk;

a) Memberikan informasi dan sosialisasi tentang PTM, upaya

pengendalian serta manfaatnya bagi masyarakat, kepada

pimpinan wilayah misalnya camat, kepala desa/lurah.

b) Mempersiapkan sarana dan tenaga di Puskesmas dalam

menerima rujukan dari Posbindu PTM.

c) Memastikan ketersediaan sarana, buku pencatatan hasil

kegiatan dan lainnya untuk kegiatan posbindu PTM di

kelompok potensial yang telah bersedia menyelenggarakan

Posbindu PTM.

d) Mempersiapkan pelatihan tenaga pelaksana Posbindu PTM.

e) Menyelenggarakan pelatihan bersama pengelola program di

Kabupaten/kota.

f) Mempersiapkan mekanisme pembinaan. Mengidentifikasi

kelompok potensial untuk menyelenggarakan posbindu PTM

serta kelompok yang mendukung terselenggarakannya

Posbindu PTM, misalnya swasta/dunia usaha, PKK, LPM,

Koperasi Desa, Yayasan Kanker, Yayasan Jantung Indonesia,

organisasi profesi seperti PPNI, PPPKMI, PGRI, serta

lembaga pendidikan misalnya Fakultas Kedokteran, Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Fakultas Psikologi, Fakultas

keperawatan dan lainya.


19

b. Pelatihan PTM tenaga pelaksana/Kader Posbindu PTM

1) Tujuan:

a) memberikan pengetahuan tentang PTM, faktor risiko, dampak,

dan pengendalian PTM.

b) Memberikan pengetahuan tentang Posbindu PTM.

c) Memberikan kemampuan dan ketrampilan dalam memantau

faktor risiko PTM.

d) Memberikan ketrampilan dalam melakukan konseling serta

tindak lanjut lainnya.

2) Materi Pelatihan Kader/Pelaksana Posbindu PTM

3) Peserta pelatihan: Jumlah peserta maksimal 30 orang agar pelatihan

berlangsung efektif.

4) Waktu pelaksanaan pelatihan selama 3 hari atau disesuaikan dengan

kondisi setempat dengan modul yang telah dipersiapkan.

5) Standar Sarana Posbindu PTM

Sarana dan peralatan yang diperlukan untuk

menyelenggarakan Posbindu PTM adalah sebagai berikut :

a) Untuk standar minimal lima set meja-kursi, pengukur tinggi

badan, timbangan berat badan, pita pengukur lingkar perut, dan

tensimeter serta buku pintar kader tentang cara pengukuran

tinggi badan dan berat badan, pengukuran lingkar perut, alat ukur

analisa lemak tubuh dan pengukuran tekanan darah dengan


20

ukuran manset dewasa dan anak, alat uji fungsi paru sederhana

(peakflowmeter) dan media bantu edukasi.

b) Sarana standar lengkap diperlukan alat ukur kadar gula darah,

alat ukur kadar kolesterol total dan trigliserida, alat ukur kadar

pernafasan alkohol, tes amfetamin urin kit, dan IVA kit.

c) Untuk kegiatan deteksi dini kanker leher rahim (IVA)

dibutuhkan ruangan khusus dan hanya dapat dilakukan oleh

tenaga kesehatan (Dokter ataupun Bidan di kelompok

masyarakat/lembaga/institusi) yang telah terlatih dan

tersertifikasi.

d) Untuk pelaksanaan pencatatan hasil pelaksanaan Posbindu

PTM diperlukan kartu menuju sehat Faktor Risiko Penyakit

Tidak Menular (KMS FR-PTM) dan buku pencatatan.

e) Untuk mendukung kegiatan edukasi dan konseling diperlukan

media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) yang memadai,

seperti serial buku pintar kader, lembar balik, leaflet, brosur,

model makanan (food model) dan lainnya.

9. Tugas Kader

Tugas yang dilakukan oleh kader Posbindu PTM menurut kemenkes

RI (2012) adalah sebagai berikut:

a. Pada H-1, Tahap Persiapan

1) Mengadapkan pertemuan kelompok untuk menentukan jadwal

kegiatan.
21

2) Menyiapkan tempat dan peralatan yang diperlukan.

3) Membuat dan menyebarkan pengumuman mengenai waktu

pelaksanaan.

b. Pada Hari H, Tahap Pelaksanaan

1) Melakukan pelayanan dengan sistem 5 meja atau modifikasi sesuai

dengan dengan kebutuhan dan kesepakatan bersama

2) Aktifitas bersama seperti berolahraga bersama, demo masak,

penyuluhan, konseling, sarasehan atau peningkatan keterampilan

bagi para anggotanya termasuk rujukan ke Puskesmas/Klinik

Swasta/RS.

c. Pada H+1, Tahap Evaluasi

1) Menilai kehadiran (para anggotanya, kader dan undangan lainya).

2) Mengisi catatan pelaksanaan kegiatan.

3) Mengidentifikasi masalah yang dihadapi.

4) Melakukan tindak lanjut berupa kunjungsn rumah bila diperlukan

5) Melakukan Konsultasi teknis dengan pembinaan Posbindu PTM.

10. Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Keaktifan Kader Posbindu

PTM.

Menurut Kemenkes RI (2010), keaktian kader dilihat dari jumlah

kehadiran dalam kegiatan posbindu selama satu tahun. Kelompok yang

telah berkembang dan melaksanakan kegiatan hampir setiap bulan (paling

sedikit 8x setahun).
22

B. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil dari tahu

dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap objek

tertentu. Pengeindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra

pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dam raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam mebentuk

tindakan seseorang (overt behaviour).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengetahuan

merupakan segala sesuatu yang diketahui seseorang melalui sejumlah

penginderaan manusia, baik indera penglihatan, pendengaran, penciuman

rasa dan raba yang menghasilkan suatu informasi tertentu.

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), cara memperoleh pengetahuan

dikelompokkan menjadi dua yaitu sebagai berikut:

a. Cara tradisional untuk memperoleh pengetahuan

Cara kuno atau tradisional ini dipakai orang untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau

metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara-cara menentukan

pengetahuan pada periode ini antara lain:


23

1) Cara coba-coba (Trial and error)

Coba-coba dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam

memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau

tidak. Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun-

temurun dari generasi ke generasi berikutnya.

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu

merupakan sumber pengetahuan.

4) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalaranya dalam memperoleh pengetahuannya.

b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan

Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini

lebih sistematis, logis, dan ilmiah.Cara ini disebutmetode penelitian

ilmiah” atau lebih populer disebut metodelogi penelitian (research

methodology).
24

3. Tahap Pengetahuan

Menurut Rogers dalam Notoadmodjo (2010) bahwa sebelumnya

orang mengadopsi perilaku baru dalam diri seseorang akan mengalami

proses yaitu:

a. Awereness (kesadaran) dimana orang tersebut dalam arti mengetahui

terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

b. Interest, dimana orang mulai tertarik kepada stimulus (objek).

c. Evaluation (menimbang-menimbang terhadap baik dan tidaknya

stimulus tersebut bagi dirinya).

d. Trial, dimana oang telah mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku harus sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

4. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang tercakup dalam domain mempunyai 6 tingkatan

(Notoatmdjo, 2007).

a. Tahu (know)

Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan tingkatan ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari.

b. Memahami (comprehension)

Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi


25

tersebut secara benar, misalnya dapat menjelaskan mengapa harus

makan-makan bergizi.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum rumus metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks

atau situasi yang lain.

d. Analisis

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Misalnya: Dapat

menggambarkan, (membuat bagan), membedakan, memisahkan, dan

mengelompokkan.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menujukan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Misalnya dapat merencanakan, dapat menyesuaikan

terhadap suatu teori atau rumusan- rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitaan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objekmisalnya:

Dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan

anak yang kekuraga gizi dan sebagainya.


26

Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011),

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan

skala sebagai berikut:

a. Baik jika responden menjawab kuesioner dengan benar 76%-100%.

b. Cukup jika responden menjawab kuesioner dengan benar 56%-75%.

c. Kurang jika responden menjawab kuesioner dengan benar < 56%.

C. Sikap

1. Pengertian Sikap

Merupakan reaksi atau proses seseorang yang masih tertutup

terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat dilihat langsung

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Newcomb dikutip oleh Notoatmodjo (2003), menyatakan

bahwa kesiapan atau bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif

tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi

adalah merupakan pre-disposisi perilaku. Sikap itu masih merupakan

reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Lebih dapat dijelaskan

lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu

sebagai suatu penghayatan terhadap objek.


27

Menurut Walgito dikutip oleh Sunaryo (2010), sikap merupakan

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi

yang relatif tetap, yang disertai dengan adanya perasaan tertentu, dan

memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau

berperilaku dengan cara tertentu yang dipilihnya.

2. Fungsi Sikap

Menurut Sunaryo (2010), fungsi sikap mencakup:

a. Fungsi instrumental. Fungsi sikap ini dikaitakan dengan alasan praktis

atau manfaat, dan mengambarkan keadaan keinginan.

b. Fungsi pertahanan ego. Sikap ini diambil individu dalam rangka

melindungi diri dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

c. Fungsi ekspresi nilai. Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam

individu. Sistem nilai yang terdapat pada diri individu dapat dari sikap

yang diambilnya bersangkutan terhadap nilai tertentu.

d. Fungsi pengetahuan. Sikap ini membantu individu untuk memahami

dunia, yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam

informasi yang perlu diasamilasikan dalam kehidupan sehari-hari.

e. Fungsi penyesuaian sosial. Sikap ini membatu individu merasa

menjadi bagian dari masyarakat.

3. Komponen Sikap

Komponen sikap menurut (Allpord dalam Sunaryo, 2010),

menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yakni:

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu konsep.


28

b. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang

utuh (total attitude), dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,

berfikir, keyakinan, dan emosi memegang perasaan penting.

4. Ciri-Ciri Sikap

Menurut Sunaryo (2010), ciri-ciri sikap mencakup:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namun dipelajari (learnnability) dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi syarat untuk

itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, namun selalu menghubungkan dengan

objek sikap namun selalu berhubungan dengan objek sikap.

d. Sikap dapat tertuju dalam suatu objek atau dapat tertutup pada

sekumpulan atau banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda

dengan pengetahuan.

5. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (2003), sikap ini terdiri dari berbagai

tingkatan yakni:
29

a. Menerima (recceiving)

Menerima, diartikan bahwa seseorang (subjek) mau dan

memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap

orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian itu

terhadap ceramah-ceramah.

b. Merespons (Responding)

Memberikan apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas

yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu

usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang

diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah berarti bagi orang ide

tersebut.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan

orang lain terhadap suatu masalah adalah indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala

risiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya seseorang

ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari

mertua atau orang tuanya sendiri.

D. Hubungan Pengetahuan dan Sikap, dengan Keaktifan Kader dalam

Kegiatan Posbindu

Berdasarkan peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Suhat (2014) di

wilayah kerja Puskesmas Palasari Kabupaten Subang menunjukan bahwa


30

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan kader tentang

Posyandu dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posyandu (p value=0,032).

Hasil uji statistik didapatkan nilai OR=3,357, artinya kader bahwa yang

berpengetahuan kurang baik akan mempunyai risiko untuk pasif sebesar 3,35

dibandingkan dengan kader yang berpengetahuan baik.

Berdasarkan peneliti sebelumnya yang dilakukan oleh Endra (2012) di

UPTD Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus ada hubungan,

pengetahuan, persepsi dan sikap dengan keaktifan kader Posyandu di wilayah

kerja UPTD Puskesmas Ngembal Kulon Kabupaten Kudus. Sikap akan

mendorong keinginan untuk bertindak dari persepsi sehingga akan membentuk

perilaku (Notoatmodjo, 2010).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Dari berbagai batasan tentang

sikap dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang

tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi

terhadap stimulus tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau

aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap

kader Posbindu merupakan domain yang sangat penting sebagai dasar untuk

melakukan keaktifan dalam kegiatan Posbindu. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seseorang salah satunya adalah sikap dari orang

tersebut (Rahman, dalam Wijaya, 2013).


31

E. Kerangka Konseptual

Gambar 1
Kerangka Konseptual

Variabel Bebas Variabel Terikat

Pengetahuan Kader

Keaktifan Kader

Sikap Kader
32

F. Definisi Operasional

Tabel 1
Definisi Operasional
Definisi Alat Skala
No Variabel Operasional Cara Ukur Ukur
Hasil Ukur
Ukur

1. Pengetahuan Segala Menyebarkan Kuesioner 1: Kurang baik Ordinal


kader sesuatu Kuesioner jika responden
yang menjawab
diketahui benar <56%.
Responden 2: Cukup jika
tentang responden
Posbindu menjawab
benar 56-75%.
3: Baik jika
responden
menjawab
benar >75%.
Arikunto (2006)
dalam Wawan &
Dewi (2011)
2. Sikap kader Ungkapan Menyebarkan Kuesioner 1: Unfavourable,
perasaan Kuesioner jika skor
responden jawaban < Nominal
terhadap median
kegiatan 2: Favourable,
Posbindu jika skor
jawaban >
median
(Sunaryo, 2010)
3. Keaktifan Kehadiran Menyebarkan Kuesioner 1: Tidak aktif Nominal
kader kader Kuesioner jika responden
dalam hadir < 8 x
kegiatan dalam satu
Posbindu tahun.
selama satu 2: Aktif jika
tahun responden
hadir >8 x
33

G. Hipotesis

1. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan

dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara faktor pengetahuan kader

dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

2. Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan

keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara faktor sikap dengan keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar

Barat Kota Bengkulu.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Posbindu Enggang, Cempaka, Merak,

Glatik, Lingkar Barat I dan Lingkar Barat II, di Wilayah kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu pada tanggal 3 Juli – 3 Agustus 2018.

B. Jenis atau Desain Penelitian

Jenis penelitian adalah Survei Analitik yaitu penelitian yang mencoba

menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor

risikodengan faktor efek. Desain penelitian adalah Cross Sectional yaitu suatu

penelitian untuk mengetahui dinamika korelasi antara faktor risiko dengan

efek, dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus

pada waktu yang bersamaan (Point time approach) (Notoatmodjo, 2012).

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah seluruh objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader

Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu April

2018 yaitu sebanyak 30 kader.

34
35

2. Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2012). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

kader Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

yaitu sebanyak 30 kader dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

Total Sampling. Total Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana

jumlah sampel sama dengan populasi (Sugiyono, 2007). Alasan

menggunakan Total Sampling karena menurut Sugiyono (2007) jumlah

populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sebagai sampel

penelitian. Masing-masing Posbindu mempunyai 5 orang kader.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari survei dengan

wawancara langsung menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data

mengenai mengenai biodata kader, pengetahuan, sikap dan keaktifan kader

Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan, buku,

arsip Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

dan Dinas Kesehatan Kota Bengkulu sebagai pelengkap.


36

E. Teknik Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo (2012), teknik pengolahan data terbagi beberapa

tahap antara lain:

1. Editing data untuk melihat korelasi data yang terkumpul untuk mengetahui

apakah sesuai seperti apa yang diharapkan atau belum.

2. Coding hasil yang telah dibentuk yang telah ringkas dengan cara

mengunakan kode-kode untuk mempermudah dalam penelitian.

3. Entry data (pemasukan data) data yang telah dicoding dimasukan dalam

komputer.

4. Cleaning data sebelum analisa data yang sudah dimasukan dilakukan

pengecekan, jika ditemukan kesalahan maka dientry data sehingga dapat

diperbaiki dan dinilai (skor) yang ada sesuai dengan pengumpulan data

untuk mengambarkan variabel bebas dan terikat, kemudian dilakukan

dengan masing-masing variabel.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan distribusi

frekuensi variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dan variabel terikat

(keaktifan kader) Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas (pengetahuan dan sikap) dengan variabel terikat (keaktifan


37

kader) yang dianalisis dengan menggunakan uji statistik Chi-Square (χ²).

Untuk mengetahui keeratan hubungannya digunakan uji statistik

Contingency Coefficient (C).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Puskesmas Lingkar Barat mempunyai wilayah kerja disebagian Kota

yang melayani 4 Distrik yaitu distrik utara, Distrik Selatan, Distrik Timur

dan Distrik Barat. Puskesmas Lingkar Barat mempunyai dua Daerah

Binaan yaitu Kelurahan Cempaka Permai dan Kelurahan Lingkar Barat

yang terletak di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu (Puskesmas

Lingkar Barat, 2017).

Adapun batas-batas wilayah Puskesmas Lingkar Barat adalah

sebagai berikut :

1) Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Sidomulyo;

2) Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Kandang;

3) Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan jalan Gedang;

4) Sebpelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pagar Dewa (Puskesmas


Lingkar Barat, 2017).
Dengan luas wilayah Cempaka Permai 54.40 Ha yang terdiri dari 25

Rt dan 8 Rw. Sedangkan Lingkar Barat Luas Wilayahnya 205 Ha Beriklim

tropis dengan suhu udara rata-rata 280 C pada musim hujan dan 330 C pada

musim kemarau. Keadaan tanahnya sebagian besar berupa dataran rendah,

dibeberapa tempat terdapat rawa dan sedikit berbukit-bukit. Seluruh

wilayah kerja sudah dapat dilalui kendaraan roda 2 (dua) maupun roda 4

38
39

(empat), sarana jalan yang ada sudah 100% diaspal (Puskesmas Lingkar

Barat, 2017).

Jumlah penduduk Kelurahan Cempaka Permai adalah sebanyak

7796 jiwa. Yang terdiri dari 3908 jiwa penduduk laki-laki dan 3888 jiwa

penduduk perempuan serta 2146 jumlah Kepala Keluarga (KK) sedangkan

Lingkar Barat Jumlah Penduduknya 8405 Jiwa yang terdiri dari 2104 Jiwa

penduduk Laki laki dan 6301 Penduduk Perempuan serta jumlah Kepala

Keluarga (KK) 2219 dengan kepadatan penduduk dua Kelurahan ini rata-

rata 4,965 jiwa/Km2 serta sekitar 3 jiwa/KK (Puskesmas Lingkar Barat,

2017).

Dalam rangka meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

masyarakat berbagai upaya dilakukan dengan memanfaatkan potensi

sumber daya yang ada di masyarakat. Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Masyarakat (UKBM) diantaranya adalah Posyandu (11), Posbindu (6), dan

Desa Siaga (1) (Puskesmas Lingkar Barat, 2017).

Posbindu Lingkar Barat Kota Bengkulu berdiri pada tahun 2010,

awal mulanya hanya satu posbindu yaitu Posbindu lingkar barat, dengan

jumlah kader 3 orang yang di ambil dari kader Posyandu balita. Pada

tahun 2017 Posbindu berkembang menjadi 6 Posbindu yaitu Posbindu

Enggang, Cempaka, Merak, Glatik, Lingkar Barat I dan Lingkar Barat II

yang terdiri dari 30 orang kader (Puskesmas Lingkar Barat, 2017).


40

2. Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk mengambarkan faktor-faktor yang

berhubungan dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah

kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

a. Gambaran Pengetahuan Kader dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah

Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

didapatkan hasil distribusi frekuansi faktor pengetahuan kader dapat

dilihat pada Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2
Distribusi Frekuensi Faktor Pengetahuan Kader dalam Kegiatan
Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Kota Bengkulu

No Pengetahuan Frekuensi Persentase (%)


1. Kurang 16 53,3
2. Cukup 6 20,0
3. Baik 8 26,7
Jumlah 30 100,0

Dari Tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 orang kader Posbindu

(100,0%) di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

terdapat 16 orang kader Posbindu (53,3%) dengan tingkat pengetahuan

kurang. Terdapat 6 orang kader Posbindu (20,0%) dengan tingkat

pengetahuan cukup, dan 8 orang kader Posbindu (26,7%) dengan

tingkat pengetahuan baik.


41

b. Gambaran Faktor Sikap Kader dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah

Kerja Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

didapatkan hasil distribusi frekuansi sikap kader dapat dilihat pada

Tabel 3 berikut ini:

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Faktor Sikap Kader dalam Kegiatan Posbindu di
Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Kota Bengkulu

No. Sikap kader Frekuensi Persentase (%)


1. Unfavourable 17 56,7
2. Favourable 13 43,3
Jumlah 30 100,0

Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 30 orang kader Posbindu

(100,0%) di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

terdapat 17 orang kader Posbindu (56,7%) dengan sikap Unfavourable,

dan 13 orang kader Posbindu (43,3%) dengan sikap Favourable. Hal

ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mempunyai

sikap yang Unfavourable.

c. Gambaran Keaktifan Kader Dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah

Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka

didapatkan hasil distribusi frekuansi keaktifan kader dapat dilihat pada

Tabel 4 berikut ini:


42

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Keaktifan Kader dalam Kegiatan Posbindu
di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Kota Bengkulu

No. Keaktifan Kader Frekuensi Persentase (%)


1. Tidak Aktif 18 60,0
2. Aktif 12 40,0
Jumlah 30 100,0

Dari Tabel 4 menunjukkan bahwa dari 30 orang kader Posbindu

(100,0%) di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu

terdapat 18 orang kader Posbindu (60,0%) yang tidak aktif dalam

kegiatan Posbindu dan 12 orang kader Posbindu (40,0%) yang aktif

dalam kegiatan Posbindu. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang tidak aktif menjadi kader dalam kegiatan Posbindu.

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel bebas (pengetahuan kader, dan sikap kader) dengan variabel

terikat (keaktifan kader) dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

a. Hubungan Faktor Pengetahuan Kader dengan Keaktifan kader dalam

kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota

Bengkulu.

Hasil uji statistik hubungan pengetahuan kader dengan Keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini:
43

Tabel 5
Hubungan Faktor Pengetahuan kader dengan Keaktifan Kader Posbindu
dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Kota Bengkulu

Keaktifan Kader
Pengetahuan Tidak Aktif Total χ2 p C
Kader Aktif
F % F % F %
Kurang 14 87,7 2 12,5 16 100,0
Cukup 3 50,0 3 50,0 6 100,0
12,812 0,002 0,547
Baik 1 12,5 7 87,5 8 100,0
Total 18 60.0 12 40,0 30 100,0

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa dari 16 orang kader

Posbindu dengan tingkat pengetahuan kurang terdapat 14 orang kader

Posbindu (87,7%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu dan 2

orang kader Posbindu (12,5%) yang aktif dalam kegiatan Posbindu.

Ada 6 orang kader Posbindu dengan tingkat pengetahuan cukup

terdapat 3 orang kader Posbindu (50,0%) yang tidak aktif dalam

kegiatan Posbindu dan 3 orang kader Posbindu (50,0%) yang aktif

dalam kegiatan Posbindu. Sedangkan dari 8 orang kader Posbindu

dengan tingkat pengetahuan baik terdapat 7 orang kader Posbindu

(87,5%) yang aktif dalam kegiatan Posbindu dan 1 orang kader

Posbindu (12,5%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu.

Untuk mengetahui hubungan faktor pengetahuan kader dengan

keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu. digunakan uji Chi-Square (Pearson


44

Chi-Square). Hasil uji Pearson Chi-Square didapat nilai 12.812 dengan

asymp.sig nilai (p)=0,002. Karena nilai p<0,05 berarti signifikan, maka

Ho ditolak Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan

antara pengetahuan kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan

Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Keeratan hubungan faktor pengetahuan kader dengan Keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar

Barat Kota Bengkulu dilihat dari nilai Contingency Coefficient (C).

Nilai C didapat sebesar 0,547. Karena nilai tersebut tidak terlalu jauh

dari nilai Cmax= 0,707, maka hubungan tersebut dikatakan kategori

erat.

b. Hubungan Faktor Sikap Kader dengan Keaktifan kader dalam kegiatan

Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Hasil uji statistik hubungan sikap kader dengan Keaktifan kader

dalam kegiatan Posbindu dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6
Hubungan Sikap kader dengan Keaktifan Kader Posbindu dalam
Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat
Kota Bengkulu

Keaktifan Kader
Tidak Aktif Total
Sikap Kader χ2 p C
Aktif
F % F % F %
Unfavourable 14 82,4 3 17,6 17 100,0
Favorable 4 30,8 9 69,2 13 100,0 6,160 0,013 0,463
Total 18 60,0 12 40,0 30 100,0
45

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat diketahui bahwa dari 17 orang

kader Posbindu dengan sikap Unfavourable terdapat 14 orang kader

Posbindu (82,4%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu dan 3

orang kader Posbindu (17,6%) yang aktif dalam kegiatan Posbindu.

Dari 13 orang kader Posbindu dengan dengan sikap Favorable

terdapat 4 orang kader Posbindu (30,8) yang tidak aktif dalam

kegiatan Posbindu dan ada 9 orang kader (69,2%) yang aktif dalam

kegiatan Posbindu.

Untuk mengetahui hubungan faktor sikap dengan Keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar

Barat Kota Bengkulu digunakan uji Chi-Square (Continuity

Correction). Hasil uji Continuity Correction didapat nilai 6.160

dengan nilai Asymp.Sig (p)= 0,013. Karena nilai p<0,05 berarti

signifikan, maka Ha diterima Ho ditolak. Artinya terdapat hubungan

yang signifikan antara faktor sikap kader dengan keaktifan kader

dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu.

Keeratan hubungan faktor sikap kader dengan Keaktifan kader

dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu dilihat dari nilai Contingency Coefficient (C). Nilai C

didapat sebesar 0,463. Karena nilai tersebut tidak terlalu jauh dari nilai

Cmax= 0,707, maka hubungan tersebut dikatakan kategori sedang.


46

B. Pembahasan

1. Analisis Univariat

a. Gambaran Faktor Pengetahuan Kader Posbindu di Wilayah Kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

enam Posbindu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu, didapatkan bahwa dari 30 orang kader, terdapat 16

orang kader (53,3%) dengan tingkat pengetahuan kurang. Hal ini

terlihat dari hasil jawaban wawancara yang dilakukan oleh peneliti

terhadap kader, yaitu kader hanya menjawab benar 5 pertanyaan dari

10 soal pertanyaaan. Dari 10 soal pertanyaan tentang pengetahuan

kader, kader banyak yang salah menjawab pertanyaan No. 2, 4, 6, dan

8.

Ada 23 kader beranggapan bahwa pengkuran berat badan, tinggi

badan, indeks masa tubuh, analisis lemak tubuh dan tekanan darah

sebaiknya di lakukan 1 bulan dua kali. Padahal jawaban yang benar

yaitu di lakukan 1 bulan sekali. Ada 16 orang kader yang menjawab

salah pada soal No 4 yaitu bagi yang telah mempunyai faktor risiko

PTM Paling sedikit melakukan pemeriksaan satu tahun sekali tetapi

kader menjawab 5 tahun sekali dan 3 tahun sekali.

Untuk soal pertanyaan No 6 ada 22 orang kader yang

beranggapan hasil pemeriksaan Inpeksi Visual Asam Asetat (IVA)

positif maka dilakukan tindakan pemeriksaan dan penyuluhan


47

sedangkan jawaban yang benar adalah dilakukan pengobatan. Ada 13

orang kader yang menjawab salah pada soal No 8 yaitu pemantauan

faktor risiko di Posbindu akan bermanfaat bila masyarakat tahu

pengedalianya dengan cara konseling dan penyuluhan yang di

lakukan setiap pelaksanaan Posbindu tetapi kader banyak yang

menjawab senam bersama.

Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Pengeindraan

terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra pengelihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dam raba. Sebagian besar pengetahuan

manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau

kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk

tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

b. Gambaran Faktor Sikap Kader Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

enam Posbindu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu, didapatkan bahwa dari 30 orang kader, terdapat 17

orang kader (56,7%) dengan sikap Unfavourable. Hal ini terlihat dari

ada 14 kader yang menjawab ragu-ragu pada pernyataan No 2

pengkuran berat badan, tinggi badan, indeks masa tubuh, analisis

lemak tubuh dan tekanan darah sebaiknya di lakukan 1 bulan satu

kali. Terdapat 13 (43,3%) orang kader dengan sikap Favourable hal


48

ini terlihat dari 19 kader menjawab setuju pada penyataan No. 10

yaitu apabila ditemukan anggota Posbindu yang berisiko PTM, Kader

dapat merujuk ke fasilitas layanan kesehatan (Puskesmas) dan ada 7

kader yang menjawab sangat setuju pada peryataan 1 yaitu penggalian

informsi faktor risiko dengan wawancara sederhana tentang riwayat

PTM padakeluarga aktifitas fisik, merokok, kurang makan sayur dan

buah dilakukan saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan

sekali.

Sikap merupakan reaksi atau proses seseorang yang masih

tertutup terhadap suatu stimulus atau obyek. Sikap tidak dapat dilihat

langsung tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-

hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap

stimulus sosial (Notoatmodjo, 2003).

c. Gambaran Keaktifan Kader Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di

enam Posbindu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu, menunjukkan bahwa dari 30 orang kader terdapat 18

orang kader (60,0%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu. Hal

ini terlihat dari jumlah kehadiran kader kurang dari 8 kali dalam satu

tahun terakhir, dan 12 orang kader (40%) aktif dalam kegiatan


49

Posbindu. Hal ini terlihat dari jumlah kehadiran kader lebih dari 8 kali

dalam satu tahun terakhir.

Keaktifan kader kesehatan dapat diasumsikan bahwa kader

kesehatan yang aktif melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawabnya, maka kader kesehatan

tersebut termasuk dalam kategori yang aktif. Namun, apabila kader

kesehatan tidak mampu melaksanakan tugasnya maka mereka

tergolong yang tidak aktif. Keaktifan kader posbindu merupakan

suatu perilaku atau tindakan nyata yang bisa dilihat dari keteraturan

dan keterlibatan seseorang kader dalam berbagai kegiatan Posbindu

baik kegiatan dalam posbindu maupun kegiatan diluar Posbindu.

(Rochmawati, 2010).

Sedangkan menurut Kemenkes RI (2010), keaktifan kader

dilihat dari jumlah kehadiran dalam kegiatan posbidu selama satu

tahun. Kelompok yang telah berkembang dan melaksanakan kegiatan

hampir setiap bulan (paling sedikit 8 kali satu tahun) jumlah kader

aktif lebih dari tiga dengan cakupan program kurang dari 50% serta

masih memerlukan dukungan dana dari pemerintah.


50

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Faktor Pengetahuan Kader Posbindu dengan Keaktifan

Kader Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota

Bengkulu.

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat bahwa dari 16 orang

kader dengan tingkat pengetahuan kurang terdapat 2 orang kader

(12,5%) yang aktif dalam kegiatan Posbindu. Hal ini dapat

dikarenakan 2 orang kader yang aktif sudah tidak mempunyai

tanggungan lagi, anak-anaknya sudah menikah, dan ingin mengisi

kekosongan waktu sehingga membuat dirinya aktif.

Dari 8 orang kader dengan tingkat pengetahuan baik terdapat 1

orang kader (12,5%) yang tidak aktif dalam kegaitan Posbindu. Hal ini

dapat di lihat dari kader yang mengatakan bahwa jarak rumahnya

dengan posbindu jauh sehingga tidak aktif dalam kegiatan posbindu.

Berdasarkan hasil uji Chi-Square menunjukkan bahwa terdapat

hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader dengan keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar

Barat Kota bengkulu. Artinya bahwa semakin tinggi tingkat

pengetahuan kader maka akan semakin aktif kader dalam kegiatan

Posbindu tersebut, dan sebaliknya semakin kurang tingkat

pengetahuan kader maka akan menguranggi keaktifan dalam kegiatan

Posbindu .
51

Hasil uji Contingency Coefficient (C) diperoleh kategori

hubungan erat artinya faktor pengetahuan merupakan faktor yang

berhubungan dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di

wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Purdiyani (2016) di Wilayah Kerja Puskesmas Cilongok 1. Hasil

peneliti ini menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan

responden dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja

Puskesmas Cilongok 1. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan teori

(Notoatmodjo, 2003) yang menyatakan bahwa perilaku yang didasari

pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak

didasari oleh pengetahuan.

b. Hubungan Faktor Sikap Kader Posbindu dengan Keaktifan Kader

Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Bara Kota Bengkulu.

Berdasarkan hasil analisis bivariat didapat bahwa dari 17 orang

kader dengan sikap unfavourable terdapat 3 orang kader (17,6%)

yang aktif dalam kegiatan Posbindu. Hal ini dikarenakan oleh ajakan

atau dorongan dari kader lainya.

Dari 13 orang kader dengan sikap Favorable terdapat 4 orang

kader (30,8%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu. Hal ini

dikarenakan oleh status pekerjaan kader yang pekerjaanya menjaga

warung dan kurangnya dukungan dari keluarga, sehingga membuat

kader tersebut tidak aktif dalam kegiatan Posbindu.


52

Berdasarkan hasil uji Continuity Correction menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara faktor sikap kader

dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu. Artinya bahwa semakin

favourable sikap kader maka memungkinkan kader menjadi aktif akan

semakin besar dan sebaliknya semakin unfavourable akan

memungkinkan kader menjadi tidak aktif dalam kegiatan Posbindu.

Hasil uji Contingency Coefficient (C) diperoleh kategori

hubungan sedang. Artinya ada faktor lain yang berhubungan dengan

keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu seperti faktor ajakan atau dorongan dari

kader lainya dan faktor status pekerjaan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan

oleh Purdiyani (2016) di Wilayah Kerja Puskesmas Cilongok 1. Hasil

peneliti ini menunjukan bahwa ada hubungan antara sikap responden

dengan pemanfaatan Posbindu PTM di wilayah kerja Puskesmas

Cilongok 1. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori (Notoatmodjo,

2010) yang menyatakan bahwa Sikap akan mendorong keinginan

untuk bertindak dari persepsi sehingga akan membentuk perilaku.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan dan

sikap kader dapat berhubungan keaktifan kader dalam kegiatan

posbindu dengan demikian pengetahuan kader yang kurang

memberikan kontribusi terhadap ketidakaktifan kader dengan


53

membuat kader menjadi malas maupun tidak percaya diri untuk hadir

dan terlibat dalam kegiatan Posbindu.

Oleh karena itu dari pihak Puskesmas dan Dinas Kesehatan

diharapkan dapat memaksimalkan pembinaan dan pelatihan khusus

untuk kader Posbindu, memberikan dukungan kepada kader Posbindu

karena peran kader sangat penting dalam kegiatan Posbindu agar

dapat meningkatkan pengetahuanya.

Keberhasilan dalam kegiatan Posbindu memerlukan dukungan

yang kuat dari berbagai pihak baik dukungan moril, materian maupun

finansial baik dari puskesmas maupun dinas kesehatan seperti dana

yang digunakan untuk kegiatan posbindu masih sangat minim, selain

itu diperlukan kerjasama antara kader Posbindu dan petugas

kesehatan.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan

kader dengan keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja

Puskesmas Lingkar Barat Kota Bengkulu terdapat 30 orang responden, dapat

ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 30 orang kader Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu terdapat sebagian besar yaitu 16 orang kader Posbindu atau

(53,3%) berpengetahuan kurang.

2. Dari 30 orang kader Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu terdapat sebagian besar yaitu 17 orang kader Posbindu atau

(56,7%) bersikap unfavourable.

3. Dari 30 orang kader dalam di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota

Bengkulu terdapat sebagian besar yaitu 18 orang kader Posbindu atau

(60,0%) yang tidak aktif dalam kegiatan Posbindu.

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan kader dengan

keaktifan kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas

Lingkar Barat Kota Bengkulu, dengan kategori hubungan erat.

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap kader dengan keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu di wilayah kerja Puskesmas Lingkar Barat

Kota Bengkulu, dengan kategori hubungan sedang.

54
55

B. Saran

1. Bagi Kader

Kepada kader posbindu di harapkan agar dapat meningkatkan

pengetahuanya dengan cara lebih banyak membaca buku panduan untuk

kader serta lebih aktif lagi dalam kegiatan posbindu.

2. Bagi Masyarakat

Diharapkan kepada masyarakat agar dapat berpartisipasi dan

memanfaatkan kegiatan posbindu.

3. Bagi Instansi (Puskesmas)

Diharapkan kepada pihak Puskesmas agar dapat melakukan

memberikan motivasi, pelatihan khusus, dan penghargaan untuk kader,

karena peran kader sangat penting dalam kegiatan Posbindu.

4. Bagi Peneliti Lain

Sebagai bahan dasar untuk mengadakan pengembangan penelitian

yang sejenis yaitu penelitian yang menggunakan variabel-variabel lain

seperti: pekerjaan, umur, penghargaan, pelatihan, sosial ekonomi,

lingkungan, dan sarana-prasarana yang berhubungan dengan keaktifan

kader dalam kegiatan Posbindu.


55
55

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Bengkulu, 2018
Perihal : Permohonan Menjadi Responden

Kepada Yth,
……………………..
Di –
Tempat

Dengan Hormat,

Saya Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tri Mandiri


Sakti Bengkulu. Sekarang saya sedang menyelesaikan pendidikan Strata I (S1)
program studi Kesehatan Masyarakat, yang mana setiap mahasiswa S1 diwajibkan
membuat skripsi sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan pendidikannya.
Sehubungan dengan hal tersebut, saya bermaksud mengadakan penelitian
dengan judul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Kader
Dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar Barat Kota
Bengkulu Tahun 2018”. Penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak buruk
dan merugikan Saudara sebagai responden. Semua kerahasiaan informasi yang
diberikan akan dijaga dan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila
Saudara setuju, maka dengan ini Saya mohon kesedian Saudara untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang Saya ajukan dalam kuesioner.
Atas perhatian dan kerjasama Saudara, Saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

(Aisyah)
55

PERNYATAAN SETUJU MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Posbindu :

Menyatakan bersedia berpartisipasi sebagai responden pada penelitian


yang dilakukan oleh Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Tri
Mandiri Sakti Bengkulu tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Keaktifan Kader Dalam Kegiatan Posbindu di Wilayah Kerja Puskesmas Lingkar
Barat Kota Bengkulu Tahun 2018”.
Demikian surat pernyataan persetujuan menjadi responden pada penelitian
ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tanpa ada unsur paksaan dari pihak
manapun, agar dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Bengkulu, 2018
Yang Membuat Pernyataan,

(………………………….)
55

KUESIONER
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN
KADER DALAM KEGIATAN POSBINDU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS LINGKAR BARAT KOTA BENGKULU TAHUN 2018

No. Responden :
Petunjuk cara pengisihan
1. Bacalah setiap pertanyaan dengan teliti.
2. Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pengetahuan anda.
3. Beritanda (X) pada jawaban yang anda anggap benar
4. Lembar kuisoner ini dikembalikan setelah mengisi seluruh pertanyaan.

A. PENGETAHUAN KADER POSBINDU PTM


1. Pada saat pertama kali kunjungan di Posbindu diadakan penggalian
informasi faktor resiko PTM keluarga, aktiitas fisik, merokok, kurang
makan sayur dan buah dilakukan dengan cara
a. Wawancara
b. Pendataan
c. Diskusi

2. Pengukuran BB, TB, IMT, Lingkar perut, analisis lemak tubuh dan
tekanan darah sebaiknya dilakukan
a. 1 bulan sekali
b. 1 bulan dua kali
c. 6 bulan sekali

3. Pemeriksaan fungsi paru sederhana di selenggarakan sekali bagi yang


sehat, dan yang beresiko 3 bulan sekali sedangkan bagi penderita
dianjurkan pemeriksaan
a. 1 bulan sekali
b. 6 bulan sekali
c. 1 tahun sekali

4. Bagi yang telah mempunyai faktor resiko PTM, penyandang Diabetes


melitus paling sedikit melakukan pemeriksaan sebanyak
a. 5 tahun sekali
b. 3 tahun sekali
c. 1 tahun sekali

5. Bagi yang telah mempunyai faktor resiko PTM, kolesterol total dan
trigliserida bagi penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan sebanyak
a. 6 bulan sekali
b. 3 bulan sekali
55

c. 7 bulan sekali

6. Apabila hasil pemeriksaan IVA (Inpeksi Visual Asam Asetat) positif


maka dilakukan tindakan
a. Pengobatan
b. Pemeriksaan
c. Penyuluhan

7. Siapa yang berhak melakukan pemeriksaan kadar alkohol pernaasan dan


tes amfemin
a. Kader Posbindu
b. Perawat
c. Petugas kesehatan (dokter, perawat/bidan/analis) dan pencatatan di
bantu oleh kader

8. Pemantauan faktor resiko di Posbindu akan bermanfaat bila masyarakat


tahu pengendaliannya, dengan cara
a. Senam bersama
b. Konseling dan penyuluhan yang dilakukan setiap pelaksanaan
Posbindu v
c. Pemberian PMT

9. Aktifitas fisik dan olah raga bersama sebaiknya dilakukan rutin setiap
a. 1 bulan sekali
b. 1 minggu sekali
c. 2 bulan sekali

10. Apabila ditemukan anggota Posbindu yang menderita PTM maka kader
akan melakukan
a. Merujuk anggota posbindu ke fasilitas kesehatan (Puskesmas)
b. Pengobatan
c. Penyuluhan
55

B. SIKAP KADER POSBINDU


Keterangan :
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RR = Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
Isilah pertanyaan berikut dengan Ceklist ( √ )

No PERYATAAN SS S RR TS ST

1. Penggalian informasi faktor resiko dengan wawancara


sederhana tentang riwayat PTM pada keluarga, aktifitas
fisik, merokok, kurang makan sayur dan buah dilakukan
saat pertama kali kunjungan dan berkala sebulan sekali

2. Pengukuran BB, TB, IMT, lingkar perut, analisis lemak


tubuh, dan tekanan darah sebaiknya dilaksanakan 1 bln
sekali

3. Kegiatan pemeriksaan fungsi paru sederhana


diselenggarakan 1 tahun sekali bagi yang sehat,
sementara yang beresiko 3 bulan sekali, dan penderita
gangguan paru-paru dianjurkan 1 bln sekali

4. Pemeriksaan gula darah bagi individu sehat paling


sedikit diselenggarakn 3 tahun sekali dan yang beresiko
paling sedikit 1 tahun sekali

5. Pemeriksaan kolesterol total dan trigliserida bagi


individu sehat disarankan 5 tahun sekali dan bagi yang
mempunyai faktor resiko PTM 6 bulan sekali dan
penderita minimal 3 bulan sekali

Pemeriksaan IVA (Inpeksi Visual Asam asetat)


dilakukan 5 tahun sekali dan apabila positif dilakukan
6. pengobatan dan diulang setelah 6 bulan, apabila negatif
dilakukan pemeriksaan kembali setelah 5 tahun.

Pemeriksaan kadar alkohol pernapasan di tes


55

7.. amfeminurin dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter,


perawat/bidan/analis) dan dibantu pencatatannya oleh
kader

Menurut ibu kegiatan konseling dan penyuluhan harus


dilakukan setiap pelaksanaan Posbindu
8.

fisik dan olah raga bersama sebaiknya tidak hanya


dilakukan 1 bulan sekali jika ada penyelenggaraan
9. Aktifitas Posbindu tetapi perlu dilakukan rutin setiap
minggu.

Apabila ditemukan anggota Posbindu yang beresiko


PTM, kader dapat merujuk ke fasilitas layanan
10. kesehatan (Puskesmas).

C. KEAKTIFAN KADER POSBINDU.

No Pertanyaan

1. Dalam 1 tahun terakhir, berapa kali saudara hadir dalam kegiatan di Posbindu ?
a. 4 kali
b. 6 kali
c. > 8 kali

TABULASI DATA
55

No NAMA KADER PENGETAHUAN SIKAP KEAKTIFAN


1. Suhaibah 1 1 1
2. lelawati 2 2 2
3. Nurhyani 3 2 2
4. Junaidar 1 1 1
5. Rita Riona 1 1 1
6. Ninik 2 2 2
7. Sulastri 1 1 1
8. Sri. B 3 2 2
9. Yusmaniar 1 1 1
10. Suryani 3 2 2
11. Nurbaiti 1 1 1
12. Neni Hartati 2 1 1
13. Ernawati 3 1 1
14. Lili 2 2 2
15. Tati 1 2 1
16. Aprilawati 2 2 1
17. Nurbaiti 1 1 1
18. Fatimah 1 2 2
19. Sulistini 1 2 1
20. Yeni Puspa Dewi 3 2 2
21. Idah Susanti 1 1 1
22. Hawiyah 2 1 1
23. Lensi 1 1 2
24. Endang 1 1 1
25. Rasna 3 1 2
26. Desniarti 1 1 1
27. Astriani 3 2 2
28. Megayani 1 1 1
29. Nirmalawati 1 2 1
30. Misda 3 1 2

Keterangan :
Variabel Pengetahuan Kader
1: Kurang baik jika responden menjawab benar <56%.
2:Cukup jika responden menjawab benar 56 - 75%.
3:Baik jika responden menjawab benar >75%.
55

Variabel Sikap Kader


1 : Unfavourable, jika skor jawaban < median
2 : Favourable, jika skor jawaban > median

Variabel Keaktifan Kader


1 : Tidak Aktif
2 : Aktif
55

Frequency Table

Pengetahuan Kader
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang 16 53.3 53.3 53.3

Cukup 6 20.0 20.0 73.3

Baik 8 26.7 26.7 100.0

Total 30 100.0 100.0

Sikap Kader
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Unfavourable 17 56.7 56.7 56.7

Favourable 13 43.3 43.3 100.0

Total 30 100.0 100.0

Keaktifan Kader
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Tidak Aktif 18 60.0 60.0 60.0

Aktif 12 40.0 40.0 100.0

Total 30 100.0 100.0


55

Pengetahuan Kader * Keaktifan Kader

Crosstab

Keaktifan Kader

Tidak Aktif Aktif Total

Pengetahuan Kader Kurang Count 14 2 16

Expected Count 9.6 6.4 16.0

% within Pengetahuan Kader 87.5% 12.5% 100.0%

% of Total 46.7% 6.7% 53.3%

Cukup Count 3 3 6

Expected Count 3.6 2.4 6.0

% within Pengetahuan Kader 50.0% 50.0% 100.0%

% of Total 10.0% 10.0% 20.0%

Baik Count 1 7 8

Expected Count 4.8 3.2 8.0

% within Pengetahuan Kader 12.5% 87.5% 100.0%

% of Total 3.3% 23.3% 26.7%

Total Count 18 12 30

Expected Count 18.0 12.0 30.0

% within Pengetahuan Kader 60.0% 40.0% 100.0%

% of Total 60.0% 40.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2-


Value df sided)

Pearson Chi-Square 12.812a 2 .002

Likelihood Ratio 13.978 2 .001

Linear-by-Linear Association 12.385 1 .000

N of Valid Cases 30

a. 4 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 2,40.
55

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .547 .002

N of Valid Cases 30

Sikap Kader * Keaktifan Kader

Crosstab

Keaktifan Kader

Tidak Aktif Aktif Total

Sikap Kader Unfavourable Count 14 3 17

Expected Count 10.2 6.8 17.0

% within Sikap Kader 82.4% 17.6% 100.0%

% of Total 46.7% 10.0% 56.7%

Favourable Count 4 9 13

Expected Count 7.8 5.2 13.0

% within Sikap Kader 30.8% 69.2% 100.0%

% of Total 13.3% 30.0% 43.3%

Total Count 18 12 30

Expected Count 18.0 12.0 30.0

% within Sikap Kader 60.0% 40.0% 100.0%

% of Total 60.0% 40.0% 100.0%


55

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value Df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.167a 1 .004

Continuity Correctionb 6.160 1 .013

Likelihood Ratio 8.488 1 .004

Fisher's Exact Test .008 .006

Linear-by-Linear Association 7.895 1 .005

N of Valid Casesb 30

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.

b. Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .463 .004

N of Valid Cases 30
55
55
55
55
55
55
55
55
55

BIODATA PENULIS

Nama : Aisyah
Tempat Tanggal Lahir : Karang Anyar OKU, 25 Mei 1969
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Perumnas Telaga Dewa Asri Blok E No.24
Rt.02/01 Bengkulu
Nama Orang Tua :
Ayah : A. Musman (Alm)
Ibu : Masiyem
Riwayat Pendidikan : 1. SD MII Belitang Tahun 1980
2. SMP Cipta Karya Tahun 1983
3. SMA YPB Belitang 1989
4. SPAG Depkes Palembang Tahun 1990
5. STIKES Tri Mandiri Sakti Bengkulu Prodi
Kesehatan Masyarakat
No Hp/Wa : 081377723203

Anda mungkin juga menyukai