Kategori Tingkat
Definisi
ASA Mortalitas
I Pasien sehat 0-0,3
Pasien dengan penyakit sistemik ringan tanpa
II 0,3-1,4
limitasi fungsional
Pasien dengan penyakit sistemik berat disertai
III 1,8-5,4
limitasi fungsional
Pasien dengan penyakit sistemik berat dan
IV 7,8-25,8
keadaan mengancam nyawa
Pasien yang dicurigai tidak dapat bertahan
V 9,4-57,8
dalam 24 jam atau tanpa operasi
Nominasi tambahan untuk menandai pasien
E
dengan keadaan emergensi
Tabel 2.1 Status ASA dan tingkat mortalitas tiap kategori
Menurut Wolters et al. klasifikasi status ASA ini dapat digunakan pula
sebagai suatu alat pregiksi luaran dan komplikasi pasca operasi dari
pasien. terdapat beberapa factor yang berhubungan dengan peningkatan
kategori status ASA, seperti (McConachie, 2009):
1) Jumlah kehilangan darah saat operasi
2) Durasi operasi
3) Durasi ventilasi paska operasi
4) Luka paska operasi dan infeksi saluran kemih
5) Lamanya waktu tinggal/rawat di ICU atau rumah sakit
6) Jumlah komplikasi paru dan jantung
7) Kematian selama masa perawatan
Beberapa variabel yang dianggap penting dalam memprediksi
komplikasi dari suatu oeprasi berupa tingginya kategori status ASA,
pasien yang menjalani operasi mayor, dan pasien yang menjalani operasi
emergensi. Banyak penelitian retrospektif dan beberapa penelitian
prospektif yang telah menunjukan adanya korelasi antara status ASA dan
angka mortalitas selama operasi, dan penelitian-penelitian ini
menganjurkan dan membenarkan penggunaan status ASA sebagai suatu
predictor luaran pasien pasca operasi (McConachie, 2009).
Kriteria Poin
Riwayat Usia > 70 5
Infark miokard dalam 6 bulan terakhir 10
penyakit
Pemeriksaa S3 gallop atau distensi vena jugular 11
Stenosis katup aorta 3
n fisik
EKG Adanya kelainan hasil EKG 7
>5 PVC per menit atau sebelum operasi 7
Status pO2 < 60 atau pCO2 > 50 mmHg 3
K < 3,0 atau HCO3 < 20 mmol/L
Generalis
Urea > 18 mmol/L atau Cr > 240 mol
Kadar AST (SGOT) abnormal
Tanda penyakit kronik hepar
Pasien yang dirawat bukan karena penyakit
kardiak
Operasi Intraperitoneal, Intrathoraks, Aorta 3
Emergensi 4
Total poin 53
Tabel 2.2 Indeks resiko kardiak Goldmans
d. Sistem APACHE
APACHE merupakan akronim dari Acure Physiology and Chronic Health
Evaluation. APACHE II dan III merupakan suatu sistem scoring yang
digunakan di ICU, namun penggunaannya dirasa kurang tepat untuk
menilai resiko pre operatif. Hal ini disebabkan oleh varibel penilaiannya
meliputi 12 parameter fisiologis pada 24 jam pertama, serta usia dan
riwayat status kesehatan sebelumnya (McConachie, 2009).
e. Possum
Possum merupakan akronim dari Physiological and Operative Severity
Score for the Enumeration of Mortality and Morbidity. Possum dibuat dan
dikembangkan oleh Copeland et al. pada tahun 1991 untuk tujuan audit
rumah sakit. Scoring possum membutuhkan 12 variabel fisiologis, dan
scoring possum ini dirasa kurang tepat untuk menilai tingkat resiko pre
operatif pasien (McConachie, 2009).
Tingkat Deskripsi
0 Pasien yang kebutuhannya dapat terpenuhi dengan perawatan di
bangsal rumah sakit saja.
1 Pasien dengan resiko penurunan keadaan umum yang kebutuhannya
dapat di penuhi di bangsal rumah sakit dengan perawatan para dokter
ahli.
2 Pasien yang membutuhkan observasi dan intervensi lebih detail
dengan/tanpa adanya satu gagal organ dimana pasien membutuhkan
bantuan alat untuk menjaga keadaannya.
3 Pasien yang membutuhkan bantuan alat pernapasan dengan adanya 2
atau gagal multi sistem organ.
Tabel 3.5 Pengklasifikasian kebutuhan pasien berdasarkan Kementrian
kesehatan Inggris
Apabila melihat pada pengklasifikasian ini, pasien dengan tingkat 2 dan 3
merupakan pasien yang memenuhi kriteria perawatan di ICU dengan catatan
bahwa (McConachie, 2009):
1. Pasien membutuhkan bantuan alat pernapasan untuk menunjang keadaannya.
2. Pasien membutuhkan bantuan dua atau lebih bantuan alat untuk menunjang
keadaanya (pasien yang mengalami gagal multipel organ).
3. Pasien dengan kerusakan organ yang bersifat kronik dan membutuhkan
bantuan alat untuk mencegah terjadinya kerusakan organ lain.