PROPOSAL
(LITERATURE REVIEW)
Oleh :
Gunawan Yoga
(2016.C.08a.0794)
Oleh :
Gunawan Yoga
(2016.C.08a.0794)
i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
ii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS DAN BEBAS PLAGIASI
Matrai 10.000
Gunawan Yoga
2016.C.08a.0794
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : 2016.C.08a.0794
iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL
NIM : 2016.C.08a.0794
PANITIA PENGUJI
Mengetahui,
Kepala Unit Program Studi
Serjana Keperawata,
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental”.
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) di STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Serjana Keperawatan.
2. Ibu Siti Santy Sianipar.,S.Kep, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan saran, bimbingan dan waktunya dalam menyelesaikan
proposal ini.
3. Ibu Wenna Araya.,S.Psi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran, bimbingan dan waktunya dalam menyelesaikan proposal
ini.
4. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Serjana Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selama ini.
5. Kepada pihak institusi yang telah menyediakan sumber referensi
6. Kedua orang tua, dan adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.
Palangka Raya,
Penelit
vi
DAFTAR ISI
vii
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
kegiatan sehari-hari atau kemandirian dalam merawat diri sendiri bukan semata-
mata karena ketunaannya, tetapi dikarenakan lingkungan yang kurang mendukung
sehingga diperlukan bimbingan dari pihak keluarga atau masyarakat agar
penyandang retardasi mental memiliki kemampuan dalam merawat diri sendiri.
Anak retardasi mental membutuhkan pelatihan dan bimbingan agar dapat
melakukan kegiatan secara mandiri. Pelatihan dan bimbingan tersebut tidak hanya
berasal dari pendidikan formal saja, namun juga pendidikan informal yang
dilakukan oleh keluarga. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki
hubungan darah dan akan saling mendukung satu sama lain. Keluarga merupakan
orang – orang terdekat yang mampu memberikan dampak positif bagi anggota
keluarga lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana ”Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kemandirian Anak Retardasi Mental”?
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
7
8
tua bagi anak, istri untuk suami, temen dekat, saudara, tergantung tingkat
kedekatan antara keduanya.
2) Jenis dukungan sosial : akan memiliki arti bila hubungan itu bermanfaat
dan sesuai dengan situasi yang ada.
3) Penerima dukungan sosial, perlu diperhatikan juga karakteristik orang
yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial penerima
dukungan.
4) Jenis dukungan yang diberikan, sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
5) Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat, hampir sama dengan jenis
dukungan, pemberi dukungan harus mempelajari waktu yang tepat.
6) Lamanya pemberi dukungan, tergantung dari masalah yang dihadapi,
kadang bila kasusnya kronis, maka diperlukan kesabaran dari pemberi
dukungan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan
waktu lama untuk menyelesaikan masalah atau keluar dari masalah.
2.1.3 Jenis-Jenis Dukungan Keluarga
Menurut (Ratna dalam Zalfi Isro’i Artsa, 2018) jenis-jenis dukungan
keluarga yaitu :
2.1.3.1 Dukungan emosional
Diekspresikan melalui kasih sayang, cinta atau empati yang bersifat
memberi dukungan. Kadang dengan ekspresi saja sudah dapat memberikan
rasa tentram. Bentuk dukungan berupa perhatian secara emosi adalah
memberikan semangat untuk tetap sabar dalam mengasuh anak dengan
retardasi mental, tetap melibatkan pada acara atau kegiatan keluarga dan
tidak mengucilkan dari pergaulan keluarga.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan dukungan emosional
keluaga adalah pemberian kasih sayang, cinta, empati, dan rasa nyaman
yang berfungsi untuk mengurangi stress pada anak retardasi mental dan
meningkatkan perasaan positif anak retardasi mental.
2.1.3.2 Dukungan instrumental
Barang-barang atau jasa yang diperlukan ketika sedang mengalami
masa-masa stress. Bentuk dukungan instrumental seperti memberikan
9
(Intelligence Quotient dibawah 70) dan fungsi adaptif dan merupakan kondisi
yang terjadi sebelum umur 18 tahun (O’Brien, et al 2014).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa anak retardasi
mental merupakan anak dengan keterbatasan intelektual yang mempengaruhi
kemampuan perilaku sehari-harinya.
2.3.2 Etiologi Retardai Mental
Penyebab retardasi mental adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas
sebabnya, keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder
disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalm kandungan
atau anak-anak. Penyebab retardasi mental lain adalah akibat infeksi dan
intoksikasi,rudapaksa atau sebab fisik lain, gangguan metabolisme pertumbuhan
atau gizi, penyakit otak yang nyata (postnatal), penyakit atau pengaruh pranatal
yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa yang berat,
deprivasi psikososial (Muhith, 2015).
2.3.3 Klasifikasi Retardasi Mental
Menurut (Muhith, 2015), berdasarkan tingkat Intelligence Quotient (IQ)
karakteristik retardasi mental dibedakan menjadi:
2.3.3.1 Retardasi mental ringan (IQ = 50 – 70, sekitar 85% dari orang yang
terkena retardasi mental).
2.3.3.2 Retardasi mental sedang (IQ = 35-55, sekitar 10% orang yang terkena
retardasi mental).
2.3.3.3 Retardasi mental berat (IQ = 20-40, sebanyak 4% dari orang yang terkena
retardasi mental).
2.3.3.4 Retardasi mental berat sekali (IQ = 20-25, sekitar 1 sampai 2 % dari orang
yang terkena retardasi mental).
2.3.4 Ciri-Ciri Retardasi Mental
2.3.4.1 Psikis
Kondisi psikis anak retardasi mental cenderung sulit untuk
memusatkan perhatian, cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang
perhatiannya pendek, mudah bosan, mengantuk, kurangnya minat belajar
dalam waktu yang lama, mudah frustasi yaitu menghentikan aktifitas atau
pekerjaan jika tidak berhasil, mudah marah atau tersinggung dan tidak
14
kooperatif, menarik diri karena malu dan tidak memiliki keberanian dalam
berkomunikasi dengan orang lain (Kemis & Rosnawati, 2013)
2.3.4.2 Sosial
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan
orang lain yang meliputi suatu proses berfikir, beremosi dan mengambil
keputusan (Jahja, 2011). Dalam pergaulan, anak retardasi mental tidak bisa
mengurus dirinya sendiri, mereka bergantungan kepada orang lain. Karena
kemampuan intelektualnya terbatas, anak tuna grahita sering kali bermain
bersama dengan anak yang lebih muda darinya. Anak retardasi mental
mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, dan tidak
memiliki pandangan luas. Anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam
memahami norma lingkungan sekitar, sehingga anak retardasi mental sering
dianggap aneh oleh masyarakat karena tindakannya yang tidak sesuai
dengan tingkat umurnya (Kemis & Rosnawati, 2013).
2.3.5 Pencegahan dan Pengobatan Retardasi Mental
Menurut (Lumbantobing, S.M., 2001 dalam Muhith, 2015) menyatakan
bahwa pencegahan dan pengobatan retardasi mental yaitu:
2.3.5.1 Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada
wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan
otak pada anak-anak).
2.3.5.2 Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu
cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang konginetal,
operasi tidak menolong).
2.3.5.3 Pencegahan Tesier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di
sekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah,
hiperaktif atau dektrukstif.
15
2.3.5.4 Konseling
Kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmantis
dengan tujuan anatara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi
oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. orang tua sering
menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan
bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat
(metabolisme) sel-sel otak.
2.3.5.5 Latihan dan Pendidikan
1) Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang
ada.
2) Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti social.
3) Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak.
2.3.5.6 Latihan diberikan secara kronologis
1) Latihan rumah : pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan.
2) Latihan sekolah : yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
3) Latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan
kedudukan sosial.
4) Latihan moral : dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Agar anak mengerti, maka tiaptiap pelanggaran
disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik
perlu disertai hadiah.
16
BAB 3
METODE PENELITIAN
16
18
Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan kriteria Eksklusi dengan format PICOS
Kriteria Inklusi Eksklusi
Population Keluarga yang memiliki anak Keluarga yang tidak
retardasi mental. memiliki anak
retardasi mental.
Intervensi Tidak ada intervensi ada intervensi
Comparison - -
Outcome Adanya hubungan dukungan Tidak adanya
keluarga dengan tingkat hubungan dukungan
kemandirian anak retardasi keluarga dengan
mental. tingkat kemandirian
anak retardasi mental.
Study Design Desain penelitian dengan Selain penelitian
Analitik korelasional analitik korelasional
Publication years Tahun publikasi 2019-2020 Sebelum tahun 2020
Language Bahasa Indonesia Selain Bahasa
Indonesia
Bagan 3.1 Diagram flow Seleksi literatur review Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental
3.5 Tahap Pengumpulan Data
Tahapan Pengumpulan Data Peneliti menguraikan dan menjelaskan tahapan
proses pengumpulan data meliputi (Nursalam, 2020):
1) Proses penyusunan proposal
Dalam memulai penelitian ini peneliti terlebih dahulu menyusun latar
belakang dan menentukan tujuan yang sesuai dengan topik penelitian yaitu
20
Anam. 2017. Sikap Orang Tua Dalam Penanganan Anak Reterdasi Mental Di
SLB Negeri Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar. J Ners Dan
Kebidanan.;4.
Marselina, M. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal
Hygiene Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonokerto I Program Studi Ners.
Widodo, A. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Penerimaan
Orangtua pada Anak dengan Retardasi Mental di Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB) C/YPSLB Kota Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Martariani, I., Anom, D. G., & Dewi, N. L. P. T. (2020). Hubungan Pengetahuan
Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Activity Of Daily Living Anak
Retardasi Mental. Bali Medika Jurnal, 7(1), 35-45.
Risa Lailatum, M., Wijayanti, F., & Galih Widodo, G. (2020). Hubungan
Dukungan Orangtua Dengan Perilaku Menstrual Hygiene Pada Remaja
Putri Dengan Retardasi Mental Di Slb Ungaran (Doctoral dissertation,
Universitas Ngudi Walyo).
Apriyanto, N. (2012). Seluk-beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya.
Yogyakarta: Javalitera.
Astuti dan Sukardi. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian untuk
Berwirausaha Pada Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. UNY Vol. 3 No
3. November 2013.
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Eni, K. Y., & Herdiyanto, Y. K. (2018). Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pemulihan Orang Dengan Skizofrenia (ODS) di Bali. Jurnal Psikologi
Udayana, Volume.5, Nomor.3, 486-500.
Eny, K. Y., & Herdiyanto, Y. K. (2018). Dukungan Sosial Keluarga terhadap
Pemulihan Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Bali. Jurnal Psikologi
Udayana, 5 (2), 268-281
Hidayat, A. (2017). Metode Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis. Stastikian.
Com.
Husnul, B. (2016). Konsep tumbuh kembang dan kompetensi pendidikan anak
usia dini. Penerbit Panda.
Isro'IArtsa, Zalfi, G2A216036 (2018) Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap
Anak Retardasi Mental Di Slb Negeri Semarang. Skripsi S1, Universitas
Muhammadiyah Semarang
Kemis dan Rosnawati, Ati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita. Jakarta: Luxima Metro Media.
Komala. (2015). Mengenal Dan Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini
Melalui Pola Asuh Orang Tua Dan Guru. Tunas Siliwangi: Jurnal Program
Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi, 1(1), 31-45. Tersedia pada
http://www.ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-
siliwangi/article/view/90
Kurniawan, Y.I, Dwiyatmika, W. 2017. Aplikasi Diagnosa Retardasi Mental Pada
Anak. Surakarta: Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (http://hdl.handle.net/11617/9053)
Kusumaningrum, Y. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Perawatan Diri Anak Retardasi Mental Di Slb N Dr.
Radjiman Widyodiningrat Ngawi (Doctoral Dissertation, Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun).
Kurniawan, Y.I, Dwiyatmika, W. 2017. Aplikasi Diagnosa Retardasi Mental Pada
Anak. Surakarta: Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (http://hdl.handle.net/11617/9053).
L.E.L, M. (2016). Child Development Form Infancy to Adolescene (An Active
Learning Appeoach). SAGE.
Maidartati, M. A. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Perawatan Diri Anak Retardasi Mental Ringan-Sedang Di Slb
Cicalengka. Jurnal Keperawatan Galuh, 1(2), 86-95.
Marcdante, Karen J, et al. 2014. Ilmu kesehatan Anak Esensial edisi keenam.
Indonesia : Elsevier Saunders.
Muhith. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. (Monica bendetu, Ed.).
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Nursalam. (2020). Penulis Literature Review Dan Systematic Review Pada
Pendidikan Kesehatan (Contoh).
Nurtanti, S., & Ratnasari, N. Y. (2015). Dukungan keluarga terhadap
perkembangan psikologis: konsep diri pada anak usia sekolah dasar di desa
lebak kecamatan pracimantoro. Jurnal keperawatan gsh, 4(2).
O’Brien, P. G., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. (2014). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Psikiatrik Teori dan Praktik. (N. B. Subekti, E. K. Yudha, & A. O.
Tampubolon, Eds.) (Edisi baha). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pujawati, Zulva, 2016, Hubungan Kontrol Diri Dan Dukungan Orang Tua Dan
Perilaku Disiplin Pada Santri DiPondok Pesantren Darussa’adah Samarinda,
ISSN 2477-2674, Ejournal.Psikologi.Fisip-Unmul.Org, Volume 4, Nomor
2,: 227-236
Sa’diyah, R. (2017). Pentingnya melatih kemandirian anak. Kordinat: Jurnal
Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1), 31-46.
Sari, O. A., & Santy, W. H. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Tunagrahita di SLB Tunas
Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo. Jurnal Ilmiah Kesehatan
(The Journal of Health Sciences), 10(2), 164-171.
Sari. 2016. Gambaran Pengalaman Strees dan Koping Orang Tua Yang Memiliki
Anak Dengan Reterdasi Mental.
Syahda, S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kemandirian Anak
Retardasi Mental di Sdlb Bangkinang Tahun 2016. Jurnal Basicedu, 2(1),
43-48.
LAMPIRAN
Lampiran 1
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN
PERAWATAN DIRI ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN-SEDANG DI
SLB CICALENGKA
Maidartati Akbar Maidartati, eva Siti Aminah
Abstract
Anak dengan retardasi mental memiliki keterlambatan salah satunya dalam
perawatan diri misalnya dalam hal makan, ke kamar mandi, mencuci,
membersihkan gigi, memakai pakaian dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian perawatan diri adalah dukungan keluarga. Adapun
tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara dukungan
keluarga dengan kemandirian anak retradasi mental ringan-sedang usia 6-13
tahun di Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini
kuantitatif dengan korelasi. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang
memiliki anak retardasi mental ringan-sedang usia 6-13 tahun yang berjumlah 40
responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total
sampling .Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Selanjutnya data di analisa
univariat menggunakan presentase dan analisa bivariat menggunakan rumus Chi
square. Hasil penelitian menunjukan sebagian besar responden (72,5%)
mendukung. Sementara itu sebagian besar responden (65%) memiliki
kemandirian dalam kategori mandiri. Hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian perawatan diri anak retardasi mental dengan p-value 0,000 <0,05
yang artinya terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian.
Perawat sebagai care giver diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan
pelatihan kepada keluarga siswa atau siswi penyandang retardasi mental terkait
bagaimana cara mencuci tangan, mandi, makan dan lain sebagainya yang
mencangkup perawatan diri.
Lampiran 2
Abstract: children with mental retardation are remarkable because they have limitations
compared to normal children, both in terms of physical, intellectual, social, economic, but
still can be trained to be independent. To be able to master the ability of good personal
hygiene is needed supports from the Parents. This study aims to determine the
relationship of family support with personal hygiene level of independence of children
with intellectual challenges in SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi kecamatan Benowo.
The research design was qualitative analytic using cross sectional approach. The
population were 27 parents with simple random sampling method where it gets 25
parents. Family support dependent variable and the independent variable degree of
independence tunagrahita personal hygiene. Collecting data using questionnaires and
research analysis using Rank Spearman with the correlation level α = 0.05. The results of
the 25 respondents obtained the majority (52%) of respondents give good support, nearly
half (44%) of respondents are quite independent, the test results Spearman Rank
Correlation P Value = 0,030 so that ρ <α then H0 is rejected means that there is a
relationship between support families with tunagrahita children’s personal hygiene level
SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo. The conclusion of this
research was good supports make children with mental retardation independent enough,
so it is suggested to well support in order to make the children with mental retardation
independent.
Lampiran 3
HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN PERILAKU
MENSTRUAL HYGIENE PADA REMAJA PUTRI DENGAN RETARDASI
MENTAL DI SLB UNGARAN
Risa Lailatum Musfiroh¹, Fiki Wijayanti², Gipta Galih Widodo³
Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Remaja putri dengan retardasi mental memiliki gangguan fungsi intelektual
Remaja putri dengan retardasi mental memiliki gangguan fungsi intelektual
disertai oleh defisit fungsi adaptif seperti komunikasi, kemandirian, danperawatan
diri. Penting menjaga kebersihan diri saat menstruasi pada anak retardasi mental
agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dan ca serviks. Salah satu
faktor yang mendukung anak dengan retardasi mental untuk menjaga kebersihan
diri saat menstruasi yaitu dukungan yang diberikan oleh keluarga, khususnya
kedua orangtua. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan
orangtua dengan perilaku menstrual hygiene pada remaja putri dengan retardasi
mental di SLB Ungaran. Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 52 responden menggunakan
metode total sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis
data menggunakan program SPSS versi 23.0. Analisis bivariat diolah
menggunakan uji chi square. Didapat hasil p value dukungan orangtua dengan
perilaku menstrual hygiene pada remaja putri dengan retardasi mental di SLB
Ungaran adalah sebesar 0,000 < 0,05 (α). Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan orangtua dengan perilaku menstrual hygiene pada remaja putri dengan
retardasi mental di SLB Ungaran. Memberikan informasi bagi orangtua tentang
manfaat dukungan orangtua yang dapat meningkatkan perilaku menstrual hygiene
pada remaja putri dengan retardasi mental.
Kata Kunci : Dukungan orangtua, perilaku menstrual hygiene, remaja putri
dengan retardasi mental. Kepustakaan :47 (2009-2019)
Lampiran 4
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PROSES BELAJAR
PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB-C KABUPATEN JEMBER
Oleh: Fahri Agil Syah, Sasmiyanto, Mad Zaini
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Dosen
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Jl. Karimata 49
Jember Telp: (0331) 332240 Fax : (0331) 337957 Email :
fikes@unmuhjember.ac.id Website : http://fikes.unmuhjember.ac.id Email:
Fahri31blues@gmail.com
ABSTRAK: Anak tunagrahita adalah keterbelakangan mental disertai
ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
perkembangan. Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam proses belajar secara
mandiri dan menjalankan aktivitas sehari – hari secara normal. Tujuan penelitian
ini guna mengkaji hubungan dukungan keluarga dengan proses belajar pada anak
tunagrahita di SLB-C Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan
adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang
diambil sebanyak 67 responden. Instrument penelitian ini menggunakan skala
Likert yang telah di modifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan
keluarga kategori mendukung dengan proses belajar, mandiri sebanyak 43 orang
(64,2%). Hubungan dukungan keluarga dengan proses belajar pada anak
tunagrahita dengan uji Spearman rho (α = 0,05) didapatkan nilai p value 0,001
dengan koefisien korelasi 0,408. Kesimpulan penelitian ini bahwa ada hubungan
dukungan keluarga dengan proses belajar pada anak tunagrahita. Diharapkan hasil
penelitian ini bermanfaat untuk mendukung anak tunagrahita dalam pemenuhan
proses belajarnya.
Kata kunci : dukungan keluarga, proses belajar, tunagrahita Daftar Pustaka 19
(2009-2017)
Lampiran 5
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN
PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB
NEGERI 1 BANTUL
Melisa Kiki Verawati, Warsiti
INTISARI
NIM : 2016.C.08a.0794
LEMBAR KONSUL
NIM : 2016.C.08a.0794
Angkatan : VIII (Delapan)
TahunAjaran/Semester :2021/ VIII
Pembimbing : Siti Santy Sianipar., S.Kep. M.Kes
Hari/Tgl Catatan Pembimbing TandaTangan
No.
/Waktu Pembimbing Mahasiswa
1 Kamis, 1. Perbaikan latar belakang :
15 april 1) Alenia 1 : jelaskan tentang topik
2021 sesuai dengan judul penelitian dan
fenomenanya
2) Alenia 2 : data justifikasi secara
internasional, nasioanl dan artikel
terkait
3) Alenia 3 : kronologis yaitu sebab dan Siti Santy
akibatnya dari masalah tersebut Sianipar., Gunawan
4) Alenia 4 : tambahkan solusi S.Kep. M.Kes Yoga
2. Perbaikan Tujuan penelitian
3. perbaikan Manfaat penelitian
4. Perbaiki Penulisan, spasi dan jarak tepi
4. Perhatikan pnulisan daftar pustaka
Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga
8 Selasa, 1. Perhatikan penulisan refernsi
29 Mei 2. Fokuskan fenomena yag ditemukan
2021 3. Perhatikan penulisan
4. Perhatikan lampiran artikel
Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga
9 Rabu, Proposal sudah di ACC dan siap ujian sidang
2 Juni proposal
2021
Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga