Anda di halaman 1dari 44

i

PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL

(LITERATURE REVIEW)

Oleh :
Gunawan Yoga
(2016.C.08a.0794)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) EKA HARAP
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021
PROPOSAL

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT


KEMANDIRIAN ANAK RETARDASI MENTAL

Dibuat Sebagai Syarat Dalam Menempuh Ujian Sidang Proposal dan


Melanjutkan Penelitian Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap

Oleh :
Gunawan Yoga
(2016.C.08a.0794)

YAYASAN EKA HARAP


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) EKA HARAP
PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
TAHUN 2021

i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gunawan Yoga


Tempat, Tanggal Lahir : Anjir Serapat, 13 Agustus 1998
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat Rumah : Jl. Tenggiri, Palangka Raya
No. Hp : 087785173531
Email : gunawanayoga64@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1. Tahun 2004-2010 : SDN-Mekar Sari
2. Tahun 2010-2013 : SMPN 2 Kintap
3. Tahun 2013-2016 : SMAN 2 Kintap
4. Tahun 2016-2021 : STIKES Eka Harap Program Studi S-1
Keperawatan
Data Orang Tua
Ayah : Sugiyono
Pekerjaan : Swasta
Ibu : Rusidah
Pekerjaan : Swasta

ii
SURAT PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA TULIS DAN BEBAS PLAGIASI

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Gunawan Yoga
NIM : 2016.C.08a.0794
Program Studi : Sarjana Keperawatan
Judul Proposal : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat
Kemandirian Anak Retardasi Mental
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi tersebut secara
keseluruhan adalah murni karya saya sendiri, bukan dibuat oleh orang lain,
baik sebagian maupun keseluruhan, bukan plagiasi atau keseluruhan dari
karya tulis orang lain, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sebagai sumber
pustaka sesuai dengan aturan penulisan yang berlaku.
Apabila di kemudian hari didapat bukti bahwa skripsi saya tersebut
merupakan hasil karya orang lain, dibuat oleh orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan dan/atau plagiasi karya orang lain, saya sanggup menerima sanksi
peninjauan kembali kelulusan saya, pembatalan kelulusan, pembatalan dan
penarikan ijazah saya.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sungguh-sungguh dan tanpa
paksaan dari pihak manapun.Atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Palangka Raya, 29 Mei 2021


Yang menyatakan,

Matrai 10.000

Gunawan Yoga
2016.C.08a.0794

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian


Anak Retardasi Mental

Nama : Gunawan Yoga

NIM : 2016.C.08a.0794

Proposal ini telah disetujui untuk diuji


Tanggal, 029 Mei 2021

Pembimbing I Pembimbing II,

Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes Wenns Araya, S.Psi,M.si

iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL

Judul : Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian


Anak Retardasi Mental

Nama : Gunawan Yoga

NIM : 2016.C.08a.0794

PANITIA PENGUJI

Ketua : Meilitha Carolina, Ners,,M.Kep

Anggota I : Siti Santy Sianipar, S.Kep,,M.Kes

Anggota II : Wenna Araya, S.Psi,,M.Si

Mengetahui,
Kepala Unit Program Studi
Serjana Keperawata,

Meilitha Carolina, Ners., M.Kep

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan Proposal dengan judul “Hubungan
Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental”.
Proposal ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Keperawatan (S.Kep) di STIKes Eka Harap Palangka Raya.
Kesempatan ini perkenankanlah peneliti mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKes Eka Harap
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis untuk
mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Serjana Keperawatan.
2. Ibu Siti Santy Sianipar.,S.Kep, M.Kes selaku pembimbing I yang telah
banyak memberikan saran, bimbingan dan waktunya dalam menyelesaikan
proposal ini.
3. Ibu Wenna Araya.,S.Psi, M.Pd selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan saran, bimbingan dan waktunya dalam menyelesaikan proposal
ini.
4. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Serjana Keperawatan STIKes Eka
Harap Palangka Raya yang telah memberikan bimbingan dan ilmu
pengetahuan selama ini.
5. Kepada pihak institusi yang telah menyediakan sumber referensi
6. Kedua orang tua, dan adikku yang selalu memberikan doa, dukungan dan
semangat.
Peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama bidang
keperawatan, baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang.

Palangka Raya,

Penelit

vi
DAFTAR ISI

COVER DALAM ...................................................................................................i


DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................ii
SURAT PERNYATAAN......................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
PENETAPAN PANITIA PENGUJI PROPOSAL..............................................v
KATA PENGANTAR...........................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.........................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dukungan Keluarga........................................................................7
2.2 Konsep Kemandirian..................................................................................10
2.3 Anak Retardasi Mental...............................................................................12
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian.......................................................................................16
3.2 Kriteria Kelayakan Literatur Riview..........................................................16
3.3 Sumber Literatur........................................................................................17
3.4 Seleksi Literatur.........................................................................................17
3.5 Tahap Pengumpulan Data..........................................................................18
3.6 Metode Analisis.........................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak retardasi mental dapat dikatakan mempunyai kekurangan atau


keterbatasan dari segi mental intelektualnya (di bawah rata-rata normal) sehingga
mengalami kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas akademik, menjalin
komunikasi, serta berhubungan sosial (Putranto dalam Sari, 2017). Dukungan
sosial keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga terhadap
penderita yang sakit. Keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan, antara lain
dukungan informasional, penghargaan, emosional, dan instrumental (Setiadi
dalam Syahda dan Mazdarianti, 2018). Anak retardasi mental akan sangat
tergantung pada peran serta dan dukungan penuh dari keluarga. Dukungan dan
penerimaan dari setiap anggota keluarga akan memberikan energi dan
kepercayaan dalam diri anak retardasi mental untuk lebih berusaha meningkatkan
setiap kemampuan yang dimiliki, sehingga hal ini akan membantunya untuk dapat
hidup mandiri, lepas dari ketergantungan pada bantuan orang lain (Syahda, S.
2018). Retardasi mental merupakan masalah dunia, dengan implikasi yang besar,
terutama bagi negara berkembang. Retardasi metal juga merupakan dilema dan
merupakan sumber kecemasan bagi keluarga dan masyarakat. Karena itu,
memberikan diagnosis retardasi mental pada anak tidak boleh terlalu mudah.
Diagnosis retardasi mental sebaiknya ditegakkan pada waktu anak sudah sekolah
atau pada umur 6 tahun keatas. Anak dengan retardasi mental adalah salah satu
contoh gangguan yang dapat ditemui di berbagai tempat, dengan karakteristik
penderitanya yang memiliki tingkat kecerdasan dibawah rata-rata Intelligence
Quotient (IQ) 84 ke bawah dan mengalami kesulitan dalam beradaptasi maupun
melakukan berbagai aktivitas sehari-hari seperti melakukan perawatan diri
(mandi, makan, belajar dan lain-lain) (Effendi dalam Kusumaningrum, 2019).
Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Negeri Bangkinang melayani anak-anak
dengan kebutuhan khusus termasuk anak retardasi mental. Dari hasil survey
pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 05 Maret 2016, didapatkan
bahwa SDLB Negeri Bangkinang mendidik 88 siswa usia 8-15 tahun dengan

1
2

disabilitas beragam, yang terdiri dari 2 siswa tunanetra, 23 siswa tunarungu, 7


siswa tunadaksa, 4 siswa autis, dan 53 siswa tunagrahita atau retardasi mental.
Berdasarkan hasil wawancara oleh peneliti sebelumnya dengan 10 orang tua siswa
yang mengalami retardasi mental di SLB Negeri Ungaran mengenai kemampuan
keperawatan diri pada anaknya (Syukrianti Syahda dan Mazdarianti, 2018).
Sedangkan di Indonesia menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2018, penyandang disabilitas pada anak dengan usia 5 sampai 17 tahun sebesar
3,3% jiwa per satu juta populasi Indonesia dan berdasarkan data penyebaran
proporsi anak khusus di Jawa Tengah sebesar 3,2% jiwa. Bahkan menurut
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017/2018 bahwa siswa
penyandang disabilitas berdasarkan provinsi Jawa Tengah berada pada 6,7 ribu
siswa. Dan dari hasil observasi peneliti di SLB Negeri Dr. Radjiman
Widyodiningrat Ngawi dengan melakukan wawancara bersama 5 orang tua wali
dari anak retardasi mental. Dari 5 orang tua tersebut, peneliti mendapatkan 3 dari
5 orang tua mengatakan bahwa anaknya masih perlu bantuan untuk melakukan
perawatan diri sendiri. Misalnya anak membutuhkan bantuan ketika anak akan
mengenakan pakaian, ketika anak akan makan, dan ketika anak membersihkan
dirinya sendiri (Kusumaningrum, 2019).
Menurut (Anam, 2017) anak mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Pertumbuhan dilihat dari bertambahnya ukuran fisik anak,
sedangkan perkembangan dilihat dari kognitif anak. Dalam masa perkembangan,
jika anak memiliki gangguan perkembangan yang ditandai dengan IQ yang rendah
maka anak itu mengalami retardasi mental. Retardasi mental adalah suatu keadaan
perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai
oleh tidak adanya ketrampilan (kecakapan, skills) selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia, yaitu kemampuan
kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Retardasi mental dapat terjadi dengan atau
tanpa gangguan mental atau fisik lainnya. Sedangkan menurut (Sari, 2016) pada
anak dengan retardasi mental terdapat beberapa masalah yang terjadi seperti
kelemahan atau ketidakmampuan pada anak sebelum memasuki usia 18 tahun
yang disertai keterbatasan dalam kemampuan kemandirian misalnya dalam hal,
mengurus diri (oral hygiene, mandi, berpakaian) dan kemandirian dalam hal toilet
3

training. Menurut (Oktavia, A. S, & Wasiana, S. H. 2017) Masih adanya stigma


yang buruk dari keluarga dengan menganggap anak retardasi mental tidak bisa
mengurus diri sendiri, keluarga berasumsi pekerjaan yang dilakukan anak dalam
mengurus diri belum memberikan hasil yang baik dan benar, sehingga keluarga
belum optimal dalam memberikan dukungan kepada anak mereka. Depkes RI
menyatakan anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam membina hidup sehari-
hari yang berkaitan dengan mengurus diri, menolong diri, dan merawat diri.
Menurut (Novi dalam Kusumaningrum, 2019) terjadinya kurangnya dukungan
keluarga pada anak penyandang retardasi mental diantaranya sering kali diabaikan
oleh masyarakat dan lingkungan social keluarganya. Kurang mendapat akses
untuk mendapat pelayanan kesehatan, pendidikan, sehingga memerlukan
dukungan keluarga dan pihak orang tua untuk memberikan dukungan supaya
mereka diterima dalam lingkungannya. Tanggapan negatif masyarakat terhadap
anak retardasi mental menimbulkan berbagai reaksi pada orang tua mereka. Ada
orang tua yang mengucilkan anaknya dan tidak mau mengakui anak yang
mengalami retardasi mental, tetapi ada pula orang tua yang berusaha memberikan
perhatian lebih baik kepada anaknya dengan mencari bantuan pada ahli yang
dapat menangani anak retardasi mental.
Keluarga mempunyai peranan di dalam pertumbuhan dan perkembangan
pribadi seorang anak. Sebab keluarga merupakan lingkungan pertama dari tempat
kehadirannya dan mempunyai fungsi untuk menerima, merawat dan mendidik
seorang anak. Jelaslah keluarga menjadi tempat pendidikan pertama yang
dibutuhkan seorang anak, sebab pendidikan itu pula pada prinsipnya adalah untuk
meletakkan dasar dan arah bagi seorang anak, pendidikan yang baik akan
mengembangkan kedewasaan pribadi anak tersebut menjadi seorang yang
mandiri, penuh tangung jawab terhadap tugas dan kewajibannya, menghormati
sesam a manusia dan hidup sesuai martabat dan citranya, sebaliknya pendidikan
yang salah dapat membawa akibat yang tidak baik bagi perkembangan pribadi
anak (Belajar Psikologi dalam Susana Nurtati, 2015). Sedangkan menurut
(santrock dalam Pujawati, 2016) dukungan orang tua merupakan dukungan
dimana orang tua memberikan kesempatan dimilikinya, belajar mengambil
inisiatif, mengambil keputusan mengenai apa yang ingin dilakukan dan belajar
4

mempertanggungjawabkan segala perbuatan, anak akan mengalami perubahan


dari keadaan yang sepenuhnya tergantung pada orang tua menjadi mandiri. Hal ini
membuktikan bahwa peran dukungan keluarga sebagai pendamping
perkembangan, membimbing dan memberi pemahaman tentang hal baik atau
buruk amat sangat dibutuhkan oleh anak. Lingkungan keluarga sebagai
lingkungan pertama di mana anak mendapatkan pendidikan dan pola pengasuhan
yang tepat adalah sebuah proses yang dapat dibentuk sesuai dengan kaidah yang
sesuai. Untuk mengurangi dampak-dampak yang ditimbulkan dari kemandirian
personal pada anak retardasi mental, maka sebaiknya orang tua memberikan
dukungan pada anak supaya anak bisa melakukan kemandirian personal sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam penelitian (Marselina, 2016) dukungan
keluarga sangat penting karena keluargalah yang paling lama berinteraksi dengan
pasien. Peran keluarga yang baik akan memberikan motivasi dan dukungan
keluarga yang baik, keluarga dalam hal ini adalah lingkungan terdekat dalam
kehidupan mereka, peran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung penderita
yang sakit karena keluarga mampu memberikan kepercayaan dan sikap yang baik.
Karena keluarga mempunyai fungsi memberikan rasa aman, rasa percaya, rasa
kasih saying, dan menyiapkan peran di lingkungan masyarakat. Keluarga
merupakan suatu system yang saling tergantung satu sama lain. Peran perawat
dalam membantu mengatasi masalah diatas bisa diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari di masyarakat dan lingkungan secara umum, sehingga dapat
memperlakukan anak retardasi mental sebagaimana mestinya. Berdasarkan
dengan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi
Mental”.

1.2 Rumusan Masalah


Pada dasarnya setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperoleh
kebahagiaan dalam hidupnya. Setiap orang berhak untuk tumbuh dan berkembang
dalam lingkungan yang kondusif dan suportif, termasuk bagi mereka yang
mengalami retardasi mental. Akan tetapi realita yang terjadi tidaklah selalu
demikian. Banyak penyandang retardasi mental yang belum mampu melakukan
5

kegiatan sehari-hari atau kemandirian dalam merawat diri sendiri bukan semata-
mata karena ketunaannya, tetapi dikarenakan lingkungan yang kurang mendukung
sehingga diperlukan bimbingan dari pihak keluarga atau masyarakat agar
penyandang retardasi mental memiliki kemampuan dalam merawat diri sendiri.
Anak retardasi mental membutuhkan pelatihan dan bimbingan agar dapat
melakukan kegiatan secara mandiri. Pelatihan dan bimbingan tersebut tidak hanya
berasal dari pendidikan formal saja, namun juga pendidikan informal yang
dilakukan oleh keluarga. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang memiliki
hubungan darah dan akan saling mendukung satu sama lain. Keluarga merupakan
orang – orang terdekat yang mampu memberikan dampak positif bagi anggota
keluarga lainnya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimana ”Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat
Kemandirian Anak Retardasi Mental”?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dalam penelitian ini yaitu menganalisi hubungan dukungan keluarga
dengan tingkat kemandirian anak retardasi mental.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Perkembangan IPTEK
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan kontribusi, data dan
referensi bagi perkembangan IPTEK dan perkembangan ilmu, pengetahuan dan
teknologi saat ini telah banyak membantu aspek kehidupan manusia terkait
“Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi
Mental”. Sehingga penelitian ini diharapkan dapat memberikan perkembangan
bagi IPTEK.
1.4.2 Mahasiswa
Memberikan pengalaman tentang penulisan ilmiah dan meningkatkan
kemampuan dan pengetahuan dalam mengevaluasi suatu permasalahan serta
menambah wawasan tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
6

kemandirian anak retardasi mental, diharapkan proposal keperawatan ini dapat


dijadikan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya.
7

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dukungan Keluarga


2.1.1 Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga dapat diberikan dengan cara memberikan perhatian,
bersikap empati, memberikan saran, memberikan motivasi kepada anggota
keluarga yang ada dalam satu rumah tangga. Dukungan keluarga berupa dukungan
verbal dan nonverbal, misalnya saja seperti memberi saran, bantuan atau sikap
yang diberikan oleh orang yang memiliki kedekatan terhadap subjek di suatu
lingkungannya. Dukungan keluarga dapat berupa kehadiran yang memberikan
dampak emosional dan yang memengaruhi tingkah laku individu sebagai
penerima dukungan tersebut. Dukungan keluarga merupakan faktor yang
terpenting bagi individu ketika mereka mengalami permasalahan kesehatannya.
Dengan adanya dukungan keluarga tersebut, maka keluarga dapat berperan dalam
menerapkan fungsi keperawatan kesehatan keluarga supaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal (Sukriswati, 2016). Menurut Olson, Brecker, dan Wiggin
(dalam Eni dan Herdiyanto, 2018) dukungan keluarga adalah dukungan yang
diberikan keluarga, teman dan masyarakat sebagai jembatan seseorang untuk
melangsungkan hubungan interaksi dengan individu lainnya.
Sementara menurut (Kaakinen, at el dalam Wijayanti & Masykur, 2016)
mengemukakan bahwa dukungan keluarga adalah proses saling memberikan
perhatian, kepedulian terutama oleh keluarga dengan menunjukan tindakan, sikap
dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit. Sehingga
memberikan dorongan terhadap keluarganya, bahwa selalu mendukung dan siap
memberikan pertolongan.
2.1.2 Efektifitas yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut (Ratna dalam Zalfi Isro’i Artsa, 2018) faktor yang mempengaruhi
efektifitas dukungan keluarga sebagai berikut :
1) Pemberian dukungan sosial, lebih efektif dari orang-orang terdekat yang
mempunyai arti dalam hidup individu. Orang tersebut antara lain orang

7
8

tua bagi anak, istri untuk suami, temen dekat, saudara, tergantung tingkat
kedekatan antara keduanya.
2) Jenis dukungan sosial : akan memiliki arti bila hubungan itu bermanfaat
dan sesuai dengan situasi yang ada.
3) Penerima dukungan sosial, perlu diperhatikan juga karakteristik orang
yang menerima bantuan, kepribadian dan peran sosial penerima
dukungan.
4) Jenis dukungan yang diberikan, sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi.
5) Waktu pemberi dukungan, situasi yang tepat, hampir sama dengan jenis
dukungan, pemberi dukungan harus mempelajari waktu yang tepat.
6) Lamanya pemberi dukungan, tergantung dari masalah yang dihadapi,
kadang bila kasusnya kronis, maka diperlukan kesabaran dari pemberi
dukungan, karena membutuhkan waktu yang cukup lama, membutuhkan
waktu lama untuk menyelesaikan masalah atau keluar dari masalah.
2.1.3 Jenis-Jenis Dukungan Keluarga
Menurut (Ratna dalam Zalfi Isro’i Artsa, 2018) jenis-jenis dukungan
keluarga yaitu :
2.1.3.1 Dukungan emosional
Diekspresikan melalui kasih sayang, cinta atau empati yang bersifat
memberi dukungan. Kadang dengan ekspresi saja sudah dapat memberikan
rasa tentram. Bentuk dukungan berupa perhatian secara emosi adalah
memberikan semangat untuk tetap sabar dalam mengasuh anak dengan
retardasi mental, tetap melibatkan pada acara atau kegiatan keluarga dan
tidak mengucilkan dari pergaulan keluarga.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan dukungan emosional
keluaga adalah pemberian kasih sayang, cinta, empati, dan rasa nyaman
yang berfungsi untuk mengurangi stress pada anak retardasi mental dan
meningkatkan perasaan positif anak retardasi mental.
2.1.3.2 Dukungan instrumental
Barang-barang atau jasa yang diperlukan ketika sedang mengalami
masa-masa stress. Bentuk dukungan instrumental seperti memberikan
9

bantuan dana untuk merawat anak, mengantar mencari dokter untuk


perkembangan anak yang mengalami retardasi mental dan membantu
secara ekonomi.
Dari pernyataan diatas diatas dapat disimpulkan dukungan
instrumental adalah dukungan yang diberikan dari keluarga yang berkaitan
dengan akses sumber daya keuangan yang memadai dan penyelesaian
tugas-tugas kesehatan anak retardasi mental didalam keluarga tersebut.
2.1.3.3 Dukungan Informatif
Dukungan informatif yaitu melibatkan pemberian informasi, saran,
petunjuk, melihat atau umpan balik tentang sesuatu dan kondisi individu.
Jenis dukungan ini dapat menolong individu dalam mengenali dan
mengatasi masalah dengan mudah.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan dukungan informatif
adalah dukungan yang berkaitan pemberian peningkatan pengetahuan baik
melalui lisan, tulisan, dan media cetak yang diberikan kepada anak
retardasi mental.
2.1.3.4 Dukungan Penilaian
Dukungan berupa saran dari teman, keluarga terhadap keputusan
yang diambil sudah tepat atau belum. Bentuk dukungan penilaian adalah
memberikan saran untuk menyekolahkan anak disekolah khusus.
Dari penyataan diatas dapat disimpulkan dukungan penilaian
adalah dukungan penguatan dan pengakuan yang diterima anak berupa
penilaian positif, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan dan
perasaan anak retardasi mental.
2.1.4 Sumber Dukungan Keluarga
Menurut (Ratna dalam Zalfi Isro’i Artsa, 2018) sumber dukungan keluarga
yaitu:
2.1.4.1 Suami atau istri, secara fungsional otomatis adalah orang yangpaling dekat
dan paling berkewajiban memberikan dukunganketika salah satunya
mengalami kesulitan.
2.1.4.2 Keluarga dan lingkungan, termasuk tenaga kesehatan atauperawat ketika
dia sedang mendapatkan perawatan baik di rumahsakit maupun komunitas.
10

2.1.4.3 Teman sebaya atau sekelompok adalah tempat anggota


kelompokberinteraksi secara inten setiap saat. Solidaritas diantara
merekajuga tumbuh dengan kuat.

2.2 Konsep Kemandirian


2.2.1 Pengertian Kemandirian
Istilah “kemandirian” berasal dari kata dasar “diri” yang mendapat awalan
“ke” dan akhiran “an”, kemudian membentuk satu kata keadaan atau kata benda.
Kemandirian berasal dari kata dasar “diri”, maka pembahasan mengenai
kemandirian tidak bisa lepas dari pembahasan tentang perkembangan diri itu
sendiri, yang dalam konsep Carl Rogers disebut dengan istilah self, karena diri itu
merupakan inti dari kemandirian. Konsep yang sering digunakan atau berdekatan
dengan kemandirian adalah autonomy (Desmita, 2017). Sedangkan menurut
(Monks, at al dalam Astuti, 2013) mengatakan bahwa  orang yang mandiri akan
memperlihatkan perilaku yang eksploratif, mampu mengambil keputusan, percaya
diri dan kreatif. Selain itu juga mampu bertindak kritis, tidak takut berbuat
sesuatu, mempunyai kepuasan dalam melakukan aktifitasnya, mampu menerima
realita serta dapat memanipulasi lingkungan, berinteraksi dengan teman sebaya,
terarah pada tujuan dan mampu mengendalikan diri.
Menurut (Parker dalam Komala 2015:33) kemandirian adalah kemampuan
untuk mengelola semua milik kita, tahu bagaimana mengelola waktu, berjalan dan
berfikir secara mandiri, disertai kemampuan untuk mengambil resiko dan
memecahkan masalah. (Suardani dalam Sarah, at al 2018:3) Kemandirian
merupakan kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh anak untuk
melakukan segala sesuatunya sendiri, baik yang terkait dengan aktivitas bantu diri
(self help) maupun aktivitas kesehariannya tanpa tergantungan dengan orang lain.
Dari definisi yang telah dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
kemandirian adalah suatu keadaan pada seseorang untuk mengontrol tindakan diri
sendiri, mampu mengambil keputusan sendiri tanpa harus adanya bimbingan
orangn tua atau orang dewasa lainnya dan mampu melakukan suatu hal untuk
dirinya sendiri, memiliki harsat bersaing untuk maju demi kebaikkan dirinya,
mempunyai inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki
11

kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, merasa puas dengan hasil


usahanya, dan mampu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukan.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Menmpengaruhi Kemandirian Anak Retardasi
Mental
2.2.2.1 Menurut Santrock dalam Sa’diyah (2017:39), faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian adalah:
1) Lingkungan keluarga (internal) dan masyarat (eksternal).
2) Pola asuh orang tua sangat berpengaruh dalam penanaman nilai-nilai
kemandirian seorang anak.
3) Pendidikan memiliki sumbangan yang berarti dalam perkembangan
terbentuknya kemandirian pada diri seorang.
4) Interaksi sosial, melatih anak menyesuaikan diri dan bertanggungjawab
atas apa yang dilakukan sehinggga diharapkan anak mampu
menyelesaikan masalah yang dihadapi.
5) Intelegensi merupakan faktor penting yang berpengaruh terhadap proses
penentuan sikap, pengambilan keputusan, penyelesaian masalah serta
penyesuaian diri.
2.2.2.2 Menurut Chaeffer dalam Komala (2015:39), penting menanamkan
kemandirian pada anak sejak dini seperti:
1) Kepercayaan, perlu ditanamkan rasa percaya diri dalam diri anak-anak
dengan memberikan kepercayaan untuk melakukan sesuatu yang
mampu dilakukan sendiri,
2) Kebiasaan, dengan memberikan kebiasaan yang baik kepada anak
sesuai dengan usia dan tingkat perkembangannya, misalnya membuang
sampah pada tempatnya, melayani diri sendiri, mencuci tangan,
meletakkan alat permainan pada tempatnya, dll.
3) Komunikasi, merupakan hal penting dalam menjelaskan tentang
kemandirian kepada anak dengan bahasa yang mudah dipahami.
4) Disiplin, kemandirian erat kaitannya dengan disiplin yang merupakan
proses yang dilakukan oleh pengawasan dan bimbingan orang tua dan
guru yang konsisten.
12

2.2.3 Aspek-Aspek Kemandirian


Steinberg (dalam Desmita, 2017), membedakan karakteristik kemandirian
atas tiga bentuk, yaitu:
2.2.3.1 Kemandirian emosional (emotional autonomy), yakni aspek kemandirian
yang menyatakan perubahan kedekatan hubungan emosional antar
individu, seperti hubungan emosional peserta didik dengan guru atau
dengan orangtuanya.
2.2.3.2 Kemandirian tingkah laku (behavioural autonomy), yakni suatu
kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan tanpa tergantung pada
orang lain dan melakukannya secara bertanggung jawab.
2.2.3.3 Kemandirian nilai (value autonomy), yakni kemampuan memaknai
seperangkat prinsip tentang benar dan salah, tentang apa yang penting dan
apa yang tidak penting.
Dari uraian di atas aspek-aspek kemandirian adalah kemandirian emosional,
kemandirian tingkah laku dan kemandirian nilai.

2.3 Anak Retardasi Mental


2.3.1 Pengertian Retardasi Mental
Retardasi Mental adalah keadaan dengan intelegensi yang
kurang(subnormal) sejak masa perkembangan (sejak lahir atau sejak masaanak).
Biasanya terdapat perkembangan mental yang kurang secarakeseluruhan, tetapi
gejala utama ialah intelegensi yang terbelakang.Retardasi mental disebut juga
oligofrenia (oligo=kurang atau sedikitdan fren=jiwa) atau tuna mental (Muhith,
2015).
Anak retardasi mental merupakan suatu keadaan perkembangan mental yang
terganggu sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
seperti kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. Pada umumnya disertai
dengan hambatan dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sekitarnya
(Apriyanto, 2012). Menurut Nelson (2012) retardasi mental merupakan suatu
kelainan yang ditandai oleh keterbatasan kemampuan intelegensi terukur dan
perilaku penyesuaian diri (adaptasi) dan status sosial. Definisi lain menjelaskan
bahwa retardasi mental adalah suatu keadaan dimana kondisi kognitif
13

(Intelligence Quotient dibawah 70) dan fungsi adaptif dan merupakan kondisi
yang terjadi sebelum umur 18 tahun (O’Brien, et al 2014).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa anak retardasi
mental merupakan anak dengan keterbatasan intelektual yang mempengaruhi
kemampuan perilaku sehari-harinya.
2.3.2 Etiologi Retardai Mental
Penyebab retardasi mental adalah faktor keturunan (genetik) atau tak jelas
sebabnya, keduanya disebut retardasi mental primer. Sedangkan faktor sekunder
disebabkan oleh faktor luar yang berpengaruh terhadap otak bayi dalm kandungan
atau anak-anak. Penyebab retardasi mental lain adalah akibat infeksi dan
intoksikasi,rudapaksa atau sebab fisik lain, gangguan metabolisme pertumbuhan
atau gizi, penyakit otak yang nyata (postnatal), penyakit atau pengaruh pranatal
yang tidak jelas, kelainan kromosom, prematuritas, gangguan jiwa yang berat,
deprivasi psikososial (Muhith, 2015).
2.3.3 Klasifikasi Retardasi Mental
Menurut (Muhith, 2015), berdasarkan tingkat Intelligence Quotient (IQ)
karakteristik retardasi mental dibedakan menjadi:
2.3.3.1 Retardasi mental ringan (IQ = 50 – 70, sekitar 85% dari orang yang
terkena retardasi mental).
2.3.3.2 Retardasi mental sedang (IQ = 35-55, sekitar 10% orang yang terkena
retardasi mental).
2.3.3.3 Retardasi mental berat (IQ = 20-40, sebanyak 4% dari orang yang terkena
retardasi mental).
2.3.3.4 Retardasi mental berat sekali (IQ = 20-25, sekitar 1 sampai 2 % dari orang
yang terkena retardasi mental).
2.3.4 Ciri-Ciri Retardasi Mental
2.3.4.1 Psikis
Kondisi psikis anak retardasi mental cenderung sulit untuk
memusatkan perhatian, cepat lupa, sukar membuat kreasi baru, serta rentang
perhatiannya pendek, mudah bosan, mengantuk, kurangnya minat belajar
dalam waktu yang lama, mudah frustasi yaitu menghentikan aktifitas atau
pekerjaan jika tidak berhasil, mudah marah atau tersinggung dan tidak
14

kooperatif, menarik diri karena malu dan tidak memiliki keberanian dalam
berkomunikasi dengan orang lain (Kemis & Rosnawati, 2013)
2.3.4.2 Sosial
Perilaku sosial merupakan aktivitas dalam berhubungan dengan
orang lain yang meliputi suatu proses berfikir, beremosi dan mengambil
keputusan (Jahja, 2011). Dalam pergaulan, anak retardasi mental tidak bisa
mengurus dirinya sendiri, mereka bergantungan kepada orang lain. Karena
kemampuan intelektualnya terbatas, anak tuna grahita sering kali bermain
bersama dengan anak yang lebih muda darinya. Anak retardasi mental
mempunyai kepribadian yang kurang dinamis, mudah goyah, dan tidak
memiliki pandangan luas. Anak retardasi mental mengalami kesulitan dalam
memahami norma lingkungan sekitar, sehingga anak retardasi mental sering
dianggap aneh oleh masyarakat karena tindakannya yang tidak sesuai
dengan tingkat umurnya (Kemis & Rosnawati, 2013).
2.3.5 Pencegahan dan Pengobatan Retardasi Mental
Menurut (Lumbantobing, S.M., 2001 dalam Muhith, 2015) menyatakan
bahwa pencegahan dan pengobatan retardasi mental yaitu:
2.3.5.1 Pencegahan Primer
Dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat,
perbaikan keadaan-sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan
kedokteran (umpamanya perawatan prenatal yang baik, kehamilan pada
wanita adolesen dan diatas 40 tahun dikurangi dan pencegahan peradangan
otak pada anak-anak).
2.3.5.2 Pencegahan Sekunder
Meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak,
perdarahan subdural, kraniostenosis (sutura tengkorak menutup terlalu
cepat, dapat dibuka dengan kraniotomi, pada mikrosefali yang konginetal,
operasi tidak menolong).
2.3.5.3 Pencegahan Tesier
Merupakan pendidikan penderita atau latihan khusus sebaiknya di
sekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang gelisah,
hiperaktif atau dektrukstif.
15

2.3.5.4 Konseling
Kepada orang tua dilakukan secara fleksibel dan pragmantis
dengan tujuan anatara lain membantu mereka dalam mengatasi frustasi
oleh karena mempunyai anak dengan retardasi mental. orang tua sering
menghendaki anak diberi obat, oleh karena itu dapat diberi penerangan
bahwa sampai sekarang belum ada obat yang dapat membuat anak menjadi
pandai, hanya ada obat yang dapat membantu pertukaran zat
(metabolisme) sel-sel otak.
2.3.5.5 Latihan dan Pendidikan
1) Mempergunakan dan mengembangkan sebaik-baiknya kapasitas yang
ada.
2) Memperbaiki sifat-sifat yang salah atau yang anti social.
3) Mengajarkan suatu keahlian (skill) agar anak itu dapat mencari nafkah
kelak.
2.3.5.6 Latihan diberikan secara kronologis
1) Latihan rumah : pelajaran-pelajaran mengenai makan sendiri,
berpakaian sendiri, kebersihan badan.
2) Latihan sekolah : yang penting dalam hal ini ialah perkembangan sosial.
3) Latihan teknis : diberikan sesuai dengan minat, jenis kelamin, dan
kedudukan sosial.
4) Latihan moral : dari kecil anak harus diberitahukan apa yang baik dan
apa yang tidak baik. Agar anak mengerti, maka tiaptiap pelanggaran
disiplin perlu disertai dengan hukuman dan tiap perbuatan yang baik
perlu disertai hadiah.
16

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Metode penelitian adalah langkah yang dimiliki dan dilakukan oleh peneliti
dalam rangka untuk mengumpulkan informasi atau data serta melakukan
investigasi pada data yang telah didapatkan tersebut. Metode penelitian
memberikan gambaran rancangan penelitian yang meliputi antara lain: prosedur
dan langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data, dan
dengan langkah apa data-data tersebut diperoleh dan selanjutnya diolah dan
dianalisis (Hidayat, 2017).
Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur
review. Literatur review adalah analisis terintegrasi tulisan ilmiah yang terkait
langsung dengan pertanyaan penelitian (Nursalam, 2020).
Metode penelitian pada penelitian ini menggunakan literature riview yang
membahas tentang Dukungan Keluarga AND Tingkat Kemandirian AND Anak
Retardasi Mental.
Literature review adalah analisis terintegrasi (bukan hanya ringkasan)
tulisan ilmiah yang terkait langsung dengan pertanyaan penelitian. Artinya,
literatur menunjukkan korespondensi antara tulisan-tulisan dan pertanyaan
penelitian yang dirumuskan. Literature review dapat berupa karya yang berdiri
sendiri atau pengantar untuk makalah penelitian yang lebih besar, tergantung pada
jenis kebutuhannya. Literature review penting karena dapat menjelaskan latar
belakang penelitian tentang suatu topik, menunjukkan mengapa suatu topik
penting untuk diteliti, menemukan hubungan antara studi/ide penelitian,
mengidentifikasi tema, konsep, dan peneliti utama pada suatu topik, identifikasi
kesenjangan utama dan membahas pertanyaan penelitian lebih lanjut berdasarkan
studi sebelumnya, dalam (Nursalam, 2020).
3.2 Kriteria Kelayakan Literatur Riview
Startegi yang digunakan untuk mencari literatur dalam penelitin ini adalah
menggunakan PICOS dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi
dan ekslusi dalam penelitian ini sebagai berikut :
17

16
18

Tabel 3.1 Kriteria Inklusi dan kriteria Eksklusi dengan format PICOS
Kriteria Inklusi Eksklusi
Population Keluarga yang memiliki anak Keluarga yang tidak
retardasi mental. memiliki anak
retardasi mental.
Intervensi Tidak ada intervensi ada intervensi
Comparison - -
Outcome Adanya hubungan dukungan Tidak adanya
keluarga dengan tingkat hubungan dukungan
kemandirian anak retardasi keluarga dengan
mental. tingkat kemandirian
anak retardasi mental.
Study Design Desain penelitian dengan Selain penelitian
Analitik korelasional analitik korelasional
Publication years Tahun publikasi 2019-2020 Sebelum tahun 2020
Language Bahasa Indonesia Selain Bahasa
Indonesia

3.3 Sumber Literatur


Data sebagai sumber literatur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data sekunder yang diperoleh dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti-peneliti terdahulu. Adapaun sumber data sekunder yang didapat berupa
artikel jurnal nasional maupun internasional. Dalam pencarian sumber literatur
data sekunder peneliti menggunakan 2 database yaitu google scoolar dan portal
garuda dengan menggunakan Keyword “Dukungan Keluarga AND Tingkat
Kemandirian AND Anak Retardasi Mental”.

3.4 Seleksi Literatur


Peneliti menguraikan proses dan hasil seleksi artikel yang ditemukan
menggunakan diagram flow dengan tahapan seleksi yaitu identifikasi, screening,
kelayakan, dan kriteria inklusi (Nursalam, 2020).
Berdasarkan hasil pencarian literatur melalui dua database Google Scoolar,
dan portal garuda, dengan menggunakan kata kunci “Dukungan Keluarga AND
Tingkat Kemandirian AND Anak Retardasi Mental”. Peneliti berhasil
mendapatkan 20 artikel. Hasil pencarian artikel yang didapatkan tersebut
kemudian diperiksa duplikasi dan ditemukan sebanyak 7 artikel yang duplikasi
atau sama sehingga dikeluarkan dan tersisa 13 artikel. Kemudian peneliti
19

melakukan screening berdasarkan judul yang disesuaikan dengan tema dan


variabel, sebanyak 3 artikel yang di ekslusi karena tidak sesuai dengan tema dan
tersisa 11 artikel. Kemudian peneliti menyeleksi berdasarkan abstrack (didalam
abstrack tidak ditemukan hasil atau pembahasan terkait variabel yang diteliti)
sebanyak artikel di ekslusi, dan tersisa 3 artikel. Peneliti memeriksa kelengkapan
8 artikel secara full/ lengkap mulai dari judul, abstrak, latar belakang, metode,
hasil, pembahasan dan daftar pustaka didapatkan sebanyak 7 artikel yang bisa
dipergunakan dan memenuhi kelengkapan tersebut. Sedangkan 1 artikel sisanya
tidak memenuhi. Seleksi literatur di tampilkan dalam diagram flow berikut:

IDENTIFIKASi Identifikasi Pencarian Melalui 2 database:


Google Scoolar,portal Garuda (n=20)

Screening identifikasi judul


Dikeluarkan tidak
SCREENIN (n=13)
GG sesuai judul
(n=6)

Idnetifikasi berdasarkan abstrak


(n=11)

KELAYAKAN Artikel full Text Artikel Esklusi


(n=8) (n=1)

INKLUSI Artikel sesuai kriteria Inklusi


(n=6)

Bagan 3.1 Diagram flow Seleksi literatur review Hubungan Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental
3.5 Tahap Pengumpulan Data
Tahapan Pengumpulan Data Peneliti menguraikan dan menjelaskan tahapan
proses pengumpulan data meliputi (Nursalam, 2020):
1) Proses penyusunan proposal
Dalam memulai penelitian ini peneliti terlebih dahulu menyusun latar
belakang dan menentukan tujuan yang sesuai dengan topik penelitian yaitu
20

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Anak Retardasi


Mental
2) Menentukan Pertanyaan Penelitian
Peneliti menentukan pertanyaan penelitian berdasarkan tujuan penelitian untuk
dijawab dalam hasil penelitian literature, pertanyaan penelitian dalam
penelitian ini yaitu apa saja dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian
anak retardasi mental.
3) Mencari literatur dengan menentukan Geoogle Scholar,dan portal garuda
dengan kata kunci “Dukungan Keluarga AND Tingkat Kemandirian AND
Anak Retardasi Mental”.
Peneliti menguraikan dan menyebutkan database yang akan digunakan serta
kata kunci untuk pencarian artikel.
4) Seleksi Kelayakan study
Untuk mendapatkan literatur yang layak sesuai dengan topik, peneliti
menentukan kriteria kelayakan artikel adengan strategi seleksi artikel
menggunakan PICOS yang disesuaikan dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
5) Seleksi literature yang berkualitas
Melakukan seleksi literatur dengan membaca keseluruhan isi dari artikel mulai
dari judul, abstrack, latar belakang, metode, hasil, pembahasan dan daftar
pustaka.
6) Melakukan Ekstraksi
Peneliti membaca artikel satu persatu, kemudian memilih dan mengambil hasil
penelitian yang ditemukan dan digabung dengan hasil penelitian artikel yang
lain.
7) Melakukan sintesis data, penelitian melakukan sintesis dengan memberikan
argument dan gagasan dalam pembahasan yang dilakukan dari hasil penelitian
literatur.
21

3.6 Metode Analisis


Metode analisis literatur dalam penelitian ini menggunakan metode analisis
deskriptif yaitu menyajikan data dan menjabarkan secara naratif hasil-hasil
penelitian yang didapatkan dari artikel yang dijadikan sebagai sumber literatur.
DAFTAR PUSTAKA

Anam. 2017. Sikap Orang Tua Dalam Penanganan Anak Reterdasi Mental Di
SLB Negeri Bendo Kecamatan Kepanjen Kidul Kota Blitar. J Ners Dan
Kebidanan.;4.
Marselina, M. (2016). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Status Personal
Hygiene Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Wilayah Kerja Puskesmas
Wonokerto I Program Studi Ners.
Widodo, A. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Penerimaan
Orangtua pada Anak dengan Retardasi Mental di Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB) C/YPSLB Kota Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas
Muhammadiyah Surakarta).
Martariani, I., Anom, D. G., & Dewi, N. L. P. T. (2020). Hubungan Pengetahuan
Orang Tua Dengan Tingkat Kemandirian Activity Of Daily Living Anak
Retardasi Mental. Bali Medika Jurnal, 7(1), 35-45.
Risa Lailatum, M., Wijayanti, F., & Galih Widodo, G. (2020). Hubungan
Dukungan Orangtua Dengan Perilaku Menstrual Hygiene Pada Remaja
Putri Dengan Retardasi Mental Di Slb Ungaran (Doctoral dissertation,
Universitas Ngudi Walyo).
Apriyanto, N. (2012). Seluk-beluk Tunagrahita dan Strategi Pembelajarannya.
Yogyakarta: Javalitera.
Astuti dan Sukardi. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian untuk
Berwirausaha Pada Siswa SMK. Jurnal Pendidikan Vokasi. UNY Vol. 3 No
3. November 2013.
Desmita. 2017. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Eni, K. Y., & Herdiyanto, Y. K. (2018). Dukungan Sosial Keluarga Terhadap
Pemulihan Orang Dengan Skizofrenia (ODS) di Bali. Jurnal Psikologi
Udayana, Volume.5, Nomor.3, 486-500.
Eny, K. Y., & Herdiyanto, Y. K. (2018). Dukungan Sosial Keluarga terhadap
Pemulihan Orang dengan Skizofrenia (ODS) di Bali. Jurnal Psikologi
Udayana, 5 (2), 268-281
Hidayat, A. (2017). Metode Penelitian: Pengertian, Tujuan, Jenis. Stastikian.
Com.
Husnul, B. (2016). Konsep tumbuh kembang dan kompetensi pendidikan anak
usia dini. Penerbit Panda.
Isro'IArtsa, Zalfi, G2A216036 (2018) Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap
Anak Retardasi Mental Di Slb Negeri Semarang. Skripsi S1, Universitas
Muhammadiyah Semarang
Kemis dan Rosnawati, Ati. 2013. Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Tunagrahita. Jakarta: Luxima Metro Media.
Komala. (2015). Mengenal Dan Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini
Melalui Pola Asuh Orang Tua Dan Guru. Tunas Siliwangi: Jurnal Program
Studi Pendidikan Guru PAUD STKIP Siliwangi, 1(1), 31-45. Tersedia pada
http://www.ejournal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/tunas-
siliwangi/article/view/90
Kurniawan, Y.I, Dwiyatmika, W. 2017. Aplikasi Diagnosa Retardasi Mental Pada
Anak. Surakarta: Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (http://hdl.handle.net/11617/9053)
Kusumaningrum, Y. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Kemandirian Perawatan Diri Anak Retardasi Mental Di Slb N Dr.
Radjiman Widyodiningrat Ngawi (Doctoral Dissertation, Stikes Bhakti
Husada Mulia Madiun).
Kurniawan, Y.I, Dwiyatmika, W. 2017. Aplikasi Diagnosa Retardasi Mental Pada
Anak. Surakarta: Program Studi Informatika Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (http://hdl.handle.net/11617/9053).
L.E.L, M. (2016). Child Development Form Infancy to Adolescene (An Active
Learning Appeoach). SAGE.
Maidartati, M. A. (2019). Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kemandirian
Perawatan Diri Anak Retardasi Mental Ringan-Sedang Di Slb
Cicalengka. Jurnal Keperawatan Galuh, 1(2), 86-95.
Marcdante, Karen J, et al. 2014. Ilmu kesehatan Anak Esensial edisi keenam.
Indonesia : Elsevier Saunders.
Muhith. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. (Monica bendetu, Ed.).
Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.
Nursalam. (2020). Penulis Literature Review Dan Systematic Review Pada
Pendidikan Kesehatan (Contoh).
Nurtanti, S., & Ratnasari, N. Y. (2015). Dukungan keluarga terhadap
perkembangan psikologis: konsep diri pada anak usia sekolah dasar di desa
lebak kecamatan pracimantoro. Jurnal keperawatan gsh, 4(2).
O’Brien, P. G., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. (2014). Keperawatan Kesehatan
Jiwa Psikiatrik Teori dan Praktik. (N. B. Subekti, E. K. Yudha, & A. O.
Tampubolon, Eds.) (Edisi baha). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pujawati, Zulva, 2016, Hubungan Kontrol Diri Dan Dukungan Orang Tua Dan
Perilaku Disiplin Pada Santri DiPondok Pesantren Darussa’adah Samarinda,
ISSN 2477-2674, Ejournal.Psikologi.Fisip-Unmul.Org, Volume 4, Nomor
2,: 227-236
Sa’diyah, R. (2017). Pentingnya melatih kemandirian anak. Kordinat: Jurnal
Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam, 16(1), 31-46.
Sari, O. A., & Santy, W. H. (2017). Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak Tunagrahita di SLB Tunas
Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo. Jurnal Ilmiah Kesehatan
(The Journal of Health Sciences), 10(2), 164-171.
Sari. 2016. Gambaran Pengalaman Strees dan Koping Orang Tua Yang Memiliki
Anak Dengan Reterdasi Mental.
Syahda, S. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kemandirian Anak
Retardasi Mental di Sdlb Bangkinang Tahun 2016. Jurnal Basicedu, 2(1),
43-48.
LAMPIRAN
Lampiran 1
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN
PERAWATAN DIRI ANAK RETARDASI MENTAL RINGAN-SEDANG DI
SLB CICALENGKA
Maidartati Akbar Maidartati, eva Siti Aminah
Abstract
Anak  dengan retardasi mental memiliki keterlambatan salah satunya dalam
perawatan diri misalnya dalam hal makan, ke kamar mandi, mencuci,
membersihkan gigi, memakai pakaian dan lain sebagainya. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kemandirian perawatan diri adalah dukungan keluarga. Adapun
tujuan penelitian ini untuk mengetahui adakah hubungan antara dukungan
keluarga dengan kemandirian  anak retradasi mental ringan-sedang usia 6-13
tahun di Kecamatan Cicalengka Kabupaten Bandung. Jenis penelitian ini
kuantitatif dengan korelasi. Sampel dalam penelitian ini adalah orang tua yang
memiliki anak retardasi mental ringan-sedang usia 6-13 tahun yang berjumlah 40
responden. Teknik sampling yang digunakan adalah  teknik total
sampling .Pengumpulan data menggunakan kuisioner. Selanjutnya data di analisa
univariat menggunakan presentase dan analisa bivariat menggunakan rumus Chi
square. Hasil penelitian menunjukan  sebagian besar responden (72,5%)
mendukung. Sementara itu sebagian besar responden (65%) memiliki
kemandirian dalam kategori mandiri. Hubungan dukungan keluarga dengan
kemandirian perawatan diri anak retardasi mental dengan p-value 0,000 <0,05
yang artinya terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kemandirian.
Perawat sebagai care giver   diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan
pelatihan kepada keluarga siswa atau siswi penyandang retardasi mental terkait
bagaimana cara mencuci tangan, mandi, makan dan lain sebagainya yang
mencangkup perawatan diri.
Lampiran 2

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN


PERSONAL HYGIENE ANAK TUNAGRAHITA DI SLB TUNAS MULYA
KELURAHAN SEMEMI KECAMATAN BENOWO

Oktavia Alfita Sari, Wesiana Heris Santy

Fakultas Kebidanan Dan Keperawatan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya, Jalan


Smea 57 Surabaya Wesiana@Unusa.Ac.Id

Abstract: children with mental retardation are remarkable because they have limitations
compared to normal children, both in terms of physical, intellectual, social, economic, but
still can be trained to be independent. To be able to master the ability of good personal
hygiene is needed supports from the Parents. This study aims to determine the
relationship of family support with personal hygiene level of independence of children
with intellectual challenges in SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi kecamatan Benowo.
The research design was qualitative analytic using cross sectional approach. The
population were 27 parents with simple random sampling method where it gets 25
parents. Family support dependent variable and the independent variable degree of
independence tunagrahita personal hygiene. Collecting data using questionnaires and
research analysis using Rank Spearman with the correlation level α = 0.05. The results of
the 25 respondents obtained the majority (52%) of respondents give good support, nearly
half (44%) of respondents are quite independent, the test results Spearman Rank
Correlation P Value = 0,030 so that ρ <α then H0 is rejected means that there is a
relationship between support families with tunagrahita children’s personal hygiene level
SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi Kecamatan Benowo. The conclusion of this
research was good supports make children with mental retardation independent enough,
so it is suggested to well support in order to make the children with mental retardation
independent.

Keywords: family, children, retardation, hygiene

Abstrak: Anak penyandang tunagrahita tergolong anak mempunyai kekurangan atau


keterbatasan dibanding anak normal, baik dari segi fisik, intelektual, sosial, ekonomi,
namun masih dapat dilatih untuk mandiri. Untuk dapat menguasai kemampuan personal
hygiene dengan baik diperlukan dukungan dari orang tua. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian personal hygiene
anak tunagrahita di SLB Tunas Mulya Kelurahan Sememi kecamatan Benowo Jenis
penelitian adalah analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi
sebesar 27 orangtua dengan teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple
random sampling yang didapatakan sampel sebesar 25 orang tua. Variabel dependen
dukungan keluarga dan variabel independen tingkat kemandirian personal hygiene anak
tunagrahita. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Analisa penelitian menggunakan
Uji Korelasi Rank Spearman dengan tingkat kemaknaannya α = 0,05. Hasil penelitian
dari 25 responden diperoleh sebagian besar (52%) responden memberikan dukungan
baik, hampir setengahnya (44%) responden cukup mandiri, hasil Uji Korelasi Rank
Spearman dengan P Value = 0,030 sehingga ρ < α maka H0 di tolak berarti ada hubungan
antara dukungan keluarga dengan tingkat kemandirian personal hygiene anak tunagrahita
SLB Tunas Mulya Keluraha Sememi Kecamatan Benowo. Kesimpulan penelitian adalah
dukungan baik masih menjadikan anak tunagrahita cukup mandiri. Sehingga disarankan
dukungan sangat baik untuk dapat membuat anak tunagrahita menjadi mandiri.

Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Tingkat Kemandirian Personal Hygiene, Tunagrahita

Lampiran 3
HUBUNGAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN PERILAKU
MENSTRUAL HYGIENE PADA REMAJA PUTRI DENGAN RETARDASI
MENTAL DI SLB UNGARAN
Risa Lailatum Musfiroh¹, Fiki Wijayanti², Gipta Galih Widodo³
Program Studi S1 Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Remaja putri dengan retardasi mental memiliki gangguan fungsi intelektual
Remaja putri dengan retardasi mental memiliki gangguan fungsi intelektual
disertai oleh defisit fungsi adaptif seperti komunikasi, kemandirian, danperawatan
diri. Penting menjaga kebersihan diri saat menstruasi pada anak retardasi mental
agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dan ca serviks. Salah satu
faktor yang mendukung anak dengan retardasi mental untuk menjaga kebersihan
diri saat menstruasi yaitu dukungan yang diberikan oleh keluarga, khususnya
kedua orangtua. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan
orangtua dengan perilaku menstrual hygiene pada remaja putri dengan retardasi
mental di SLB Ungaran. Desain penelitian ini deskriptif korelasional dengan
pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel 52 responden menggunakan
metode total sampling. Alat pengambilan data menggunakan kuesioner. Analisis
data menggunakan program SPSS versi 23.0. Analisis bivariat diolah
menggunakan uji chi square. Didapat hasil p value dukungan orangtua dengan
perilaku menstrual hygiene pada remaja putri dengan retardasi mental di SLB
Ungaran adalah sebesar 0,000 < 0,05 (α). Ada hubungan yang bermakna antara
dukungan orangtua dengan perilaku menstrual hygiene pada remaja putri dengan
retardasi mental di SLB Ungaran. Memberikan informasi bagi orangtua tentang
manfaat dukungan orangtua yang dapat meningkatkan perilaku menstrual hygiene
pada remaja putri dengan retardasi mental.
Kata Kunci : Dukungan orangtua, perilaku menstrual hygiene, remaja putri
dengan retardasi mental. Kepustakaan :47 (2009-2019)
Lampiran 4
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PROSES BELAJAR
PADA ANAK TUNAGRAHITA DI SLB-C KABUPATEN JEMBER
Oleh: Fahri Agil Syah, Sasmiyanto, Mad Zaini
Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Dosen
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jember Jl. Karimata 49
Jember Telp: (0331) 332240 Fax : (0331) 337957 Email :
fikes@unmuhjember.ac.id Website : http://fikes.unmuhjember.ac.id Email:
Fahri31blues@gmail.com
ABSTRAK: Anak tunagrahita adalah keterbelakangan mental disertai
ketidakmampuan dalam penyesuaian perilaku dan terjadi pada masa
perkembangan. Anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam proses belajar secara
mandiri dan menjalankan aktivitas sehari – hari secara normal. Tujuan penelitian
ini guna mengkaji hubungan dukungan keluarga dengan proses belajar pada anak
tunagrahita di SLB-C Kabupaten Jember. Metode penelitian yang digunakan
adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel yang
diambil sebanyak 67 responden. Instrument penelitian ini menggunakan skala
Likert yang telah di modifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dukungan
keluarga kategori mendukung dengan proses belajar, mandiri sebanyak 43 orang
(64,2%). Hubungan dukungan keluarga dengan proses belajar pada anak
tunagrahita dengan uji Spearman rho (α = 0,05) didapatkan nilai p value 0,001
dengan koefisien korelasi 0,408. Kesimpulan penelitian ini bahwa ada hubungan
dukungan keluarga dengan proses belajar pada anak tunagrahita. Diharapkan hasil
penelitian ini bermanfaat untuk mendukung anak tunagrahita dalam pemenuhan
proses belajarnya.
Kata kunci : dukungan keluarga, proses belajar, tunagrahita Daftar Pustaka 19
(2009-2017)
Lampiran 5
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMAMPUAN
PERAWATAN DIRI PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLB
NEGERI 1 BANTUL
Melisa Kiki Verawati, Warsiti
INTISARI

Latar Belakang: Tunagrahita adalah kelainan yang meliputi fungsi intelektual


dibawah rata-rata dan memiliki IQ 84 kebawah. Anak tunargahita dalam
kehidupan sehari-hari masih memerlukan bantuan dari orang terdekat, karena
mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari seperti perawatan diri masih
kurang.

Tujuan: Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kemampuan perawatan


diri pada anak retardasi mental di SLB N 1 Bantul.

Metodologi: Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasi dengan


pendekatan waktu cross-sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 44 orang
tua dan siswa di SLB N 1 Bantul. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner.
Metode analisis yang digunakan adalah uji korelasi kendall tau (r).

Hasil Penelitian: Ada hubungan antara dukungan keluarga dan kemampuan


perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB N 1 Bantul. Hasil penelitian
diperoleh nilai (p) sebesar 0,003dengan nilai kendall tau (r) = -0,315.

Simpulan: Ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dan


kemampuan perawatan diri pada anak retardasi mental di SLB N 1 Bantul.
Saran: Bagi orang tuayang memiliki anak tunagrahita di SLB N 1 Bantul
diharapkan dapat lebih ditingkatkan dalam memberikan bimbingan mengenai
perawatan diri.
Kata Kunci: dukungan keluarga, perawatan diri, tunagrahita
Daftar Pustaka: 6 buku, 5 jurnal, 7 sripsi, 2 website Jumlah Halaman : xii, 44
halaman, 8 tabel, 2 gambar, 16 lampiran
Lampiran 6
HUBUNGAN PENGETAHUAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT
KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING ANAK RETARDASI MENTAL
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE KNOWLEDGE OF PARENTS AND THE
LEVELS OF INDEPENDENCE ACTIVITY OF DAILY LIVING CHILDREN
WITH MENTAL RETARDATION
Ni Putu Ita Martariani, Ns. Ni Luh Putu Thrisna Dewi, S.Kep., M. Kep, Ns. Dewa Gede
Anom, S.Kep., MAP
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali
ABSTRAK Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan jiwa yang terhenti atau
tidak lengkap yang terutama ditandai oleh terjadinya kendala keterampilan selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara menyeluruh,
misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik, dan sosial. Kendala keterampilan selama
masa perkembangan menyebabkan orang tua bingung, sedih, frustasi bahkan menolak
kehadiran anak yang mengalami retardasi mental. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pengetahuan orang tua dengan tingkat kemandirian Activity Of
Daily Living anak retardasi mental di Poliklinik Jiwa UPTD RSJ Provinsi Bali. Desain
penelitian yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Non Probability sampling
jenis Consecutive sampling. Jumlah sampel yaitu 83 responden orang tua yang memiliki
anak retardasi mental. Analisis data menggunakan uji rank spearman. Hasil uji statistik
didapatkan bahwa r hitung = 0,789 dan p-value = 0,000. hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan orang tua dengan tingkat kemandirian
Activity Of Daily Living anak retardasi mental dengan kekuatan hubungan kuat dan arah
hubungan positif, oleh karena itu disarankan kepada orang tua agar dapat menambah
pengetahuan agar dapat meningkatkan kemandirian ADL anak retardasi mental.
Kata Kunci: Pengetahuan orang tua, retardasi mental, Activity Of Daily Living
ABSTRACT Mental retardation is a state of mental development that is stalled or
incomplete which is mainly marked by the occurrence of skill constraints during the
development period, so that it affects the overall level of intelligence, for example
cognitive, language, motoric, and social abilities. Skills constraints during the
development period cause parents to be confused, sad, frustrated and even refuse the
presence of children who are mentally retarded. The purpose of this study was to
determine the correlation of parental knowledge with the level of independence of
Activity of Daily Living mentally retarded children in the Mental Clinic of UPTD Bali
Provincial Mental Hospital. The sampling method is Non-Probability sampling type
Consecutive sampling. The number of samples are 83 respondent parents who have
mentally retarded children. Data analysis using spearman rank test. Statistical test results
found that r count = 0.789 and p-value = 0.000. Its means that there is correlated between
parents knowledge and the level of independence of the mental retardation Activity of
Daily Living children with the strength of strong correlation and the direction of positive
correlation, hence it is suggested to parents in order to increase knowledge for increase
the independence of the ADL mental retardation
Keywords: Parents Knowledge, Mental Retardation, Activity of Daily Living
Lampiran 7
Jurnal Basicedu Volume 2 Nomor 1 Tahun 2018 Halaman 43-48
JURNAL BASICEDU
Research & Learning in Elementary Education http:// stkiptam.ac.id/indeks.php/basicedu
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP KEMANDIRIAN ANAK
RETARDASI MENTAL DI SDLB BANGKINANG TAHUN 2016
Syukrianti Syahda, Mazdarianti
Dosen Program Studi DIV Kebidanan Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai syukrianti@gmail.com
Abstrak: Masalah keterbelakangan mental di Propinsi Riau perlu mendapatkan perhatian
karena penderitanya cukup tinggi yaitu lebih dari 200 anak. Setiap orang berhak untuk
tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang kondusif dan suportif, termasuk bagi
mereka yang mengalami retardasi mental. Banyak anak retardasi mental belum mampu
melakukan kegiatan sehari-hari bukan semata-mata karena ketunaannya tetapi
dikarenakan lingkungan yang kurang mendukung sehingga diperlukan bimbingan dan
dukungan dari pihak keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga terhadap kemandirian anak retardasi mental di SDLB Bangkinang
tahun 2016. Jenis desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional study. Populasi
pada penelitian ini adalah seluruh orang tua yang memiliki anak retardasi mental di
SDLB Negeri Bangkinang Tahun 2016 yaitu 53 orang tua, dengan teknik total samping.
Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan uji chi square. Hasil analisa
bivariat didapatkan nilai p = 0,001 (p < 0,05). Diharapkan kepada guru, kepala sekolah
dan keluarga agar mampu memberikan contoh prilaku mandiri agar bisa diterapkan oleh
siswa, baik di rumah maupun di sekolah.
Kata Kunci: Dukungan Keluarga, Kemandirian Anak Reterdasi Mental
Abstract: The problem of mental retardation in Riau Province needs to get attention
because the sufferer is high enough that more than 200 children. Everyone has the right to
grow and develop in a conducive and supportive environment, including those with
mental retardation. Many children of mental retardation have not been able to perform
daily activities not solely because of their lack but because of the environment that is less
support so that required guidance and support from the family. The purpose of this study
is to determine the relationship of family support to the independence of children mental
retardation in SDLB Bangkinang in 2016. Type of research design used is cross sectional
study. The population in this study were all parents who have children mental retardation
in SDLB Negeri Bangkinang Year 2016 that is 53 parents, as many as 42 parents with
total side technique. The data were analyzed by univariate and bivariate with chi square
test. The result of bivariate analysis got p value = 0,001 (p<0,05). It is expected that
teachers, principals and families should be able to provide examples of independent
behaviors to be applicable by students, both at home and at school.
Keywords: Family Support, Self-Reliance Children Mental Reterdasi
LEMBAR KONSULTASI UJIAN AKHIR PROGRAM

MAHASISWA PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

NAMA : Gunawan Yoga

NIM : 2016.C.08a.0794

JUDUL PROPOSAL : Hubungan Dukungan Keluarga Dengan


Tingkat Kemandirian Anak Retardasi Mental

PEMBIMBING I : Siti Santy Sianipar, S.Kep., M.Kes

PEMBIMBING II : Wenna Araya, S.Psi, M.Si


YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN NERS


JalanBeliang No.110 Palangka Raya Telp. (0536) 3327707

LEMBAR KONSUL

Nama Mahasiswa : Gunawan Yoga

NIM : 2016.C.08a.0794
Angkatan : VIII (Delapan)
TahunAjaran/Semester :2021/ VIII
Pembimbing : Siti Santy Sianipar., S.Kep. M.Kes
Hari/Tgl Catatan Pembimbing TandaTangan
No.
/Waktu Pembimbing Mahasiswa
1 Kamis, 1. Perbaikan latar belakang :
15 april 1) Alenia 1 : jelaskan tentang topik
2021 sesuai dengan judul penelitian dan
fenomenanya
2) Alenia 2 : data justifikasi secara
internasional, nasioanl dan artikel
terkait
3) Alenia 3 : kronologis yaitu sebab dan Siti Santy
akibatnya dari masalah tersebut Sianipar., Gunawan
4) Alenia 4 : tambahkan solusi S.Kep. M.Kes Yoga
2. Perbaikan Tujuan penelitian
3. perbaikan Manfaat penelitian
4. Perbaiki Penulisan, spasi dan jarak tepi
4. Perhatikan pnulisan daftar pustaka

2. Senin, 1. Perbaikan latar belakang :


19 April 1) Alenia 1 : Perbaiki dan focus dengan
2021 fenomena yang telah ditemukan
2) Alenia 2 : tambahkan data secara
nasional dan artikel terkait
3) Alenia 3 : Tambahkan dampak atau
akibatnya
4) Alenia 4 : tambahkan solusi dan Peran Siti Santy
Perawat Sianipar., Gunawan
2. Perbaikan Manfaat penelitian di IPTEK S.Kep. M.Kes Yoga
3. Perbaiki Penulisan, spasi dan jarak tepi
4. Perhatikan penulisan daftar Pustaka
5. Perhatikan penulisan refernsi

3 Rabu, 21 1. Tambahkan fenomena pada alenia 1


April 2. Perbaiki referensi dan tambahkan data
2021 artikel terkait pada alenia 2
3. Jabarkan dampak sesuai masalahnya
4. Tambahkan Peran Perawat
5. Perhatikan jarak tepi dan penomoran
6. Perbaiki penulisan
Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga
4 Kamis, 1. Fokuskan fenomena pada alenia 1
28 April 2. Perbaiki penulisan referensi
2021 3. Tambahkan data artikel terkait pada
alenia 2
4. Jabarkan dampak sesuai masalahnya
5. Perhatikan jarak tepi dan penomoran
6. Perbaiki penulisan
7. Perhatikan penulisan konsep dasar bab Siti Santy
2 Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga
5 Sabtu, 1. Fenomena belum tergambarkan secara
30 April jelas
2021 2. Perbaiki penulisan referensi
3. Perbaiki data justifikasi
4. Jelaskan alenia kronologis, apa
dampaknya bila kurang dukungan
keluarga
5. Perhatikan jarak tepi dan penomoran Siti Santy
6. Perbaiki penulisan Sianipar., Gunawan
7. Bahasa Asing dicetak miring S.Kep. M.Kes Yoga

6 Rabu, 1. Jelaskan Fenomena sesuai masalah


5 mei yang ditemukan dari artikel terkait
2021 2. Perbaiki penulisan referensi
3. Tambahkan sumber refernsi
4. Perhatikan jarak tepi dan penomoran
5. Perbaiki penulisan
6. Bahasa Asing dicetak miring
7. Jelaskan metode yang digunakan Siti Santy
8. Perhatikan spasi dalam tabel Sianipar., Gunawan
9. Jelaskan databased yang digunakan S.Kep. M.Kes Yoga
dan keywordnya
10. Seleksi literatur harus sesuai dengan
diagram flow nya
11. Perhatikan tahap pengumpulan data

7 Senin 1. Tambahkan referensi dari fenomena


24 Mei 2. Perhatikan penulisan dan penomoran
2021 3. Perhatikan penulisan referensi
4. Perhatikan lampiran artikel
5. Perhatikan penulisan daftar pustaka

Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga
8 Selasa, 1. Perhatikan penulisan refernsi
29 Mei 2. Fokuskan fenomena yag ditemukan
2021 3. Perhatikan penulisan
4. Perhatikan lampiran artikel

Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga
9 Rabu, Proposal sudah di ACC dan siap ujian sidang
2 Juni proposal
2021

Siti Santy
Sianipar., Gunawan
S.Kep. M.Kes Yoga

Anda mungkin juga menyukai