Anda di halaman 1dari 80

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DAN STATUS

GIZI PADA BALITA (12-59 BULAN) DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS KOTARAJA KOTA JAYAPURA

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Kesehatan Masyarakat

Oleh :
JEANIE STELLA GLORIA MANIAGASI
20180711014169

PEMINATAN GIZI
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan dalam Ujian Skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Cenderawasih Jayapura.

Disetujui

Hari / Tanggal : Selasa, 14 Februari 2023


Tempat / Ruang : Ruang Sidang Fakultas Kesehatan Masyarakat

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Rosmin M Tingginehe, S. Pt, M. Si Dr. Semuel Piter Irab, S.KM, MPH
NIP.197203162006042001 NIP.197612162006041002

Mengetahui,
Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih

Dr. Novita Medyati, S.KM, M.Kes


NIP.19761126 200112 2001

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah diuji dan diterima sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat ( S.KM ) pada Peminatan Gizi, Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat, Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Cenderawasih, Provinsi Papua, Kota Jayapura, Tahun
2023.
Nama : Jeanie Stella Gloria Maniagasi
NIM : 20180711014169
Hari / Tanggal : Selasa, 14 Februari 2023
Judul : Gambaran Karakteristik Ibu Dan Status Gizi Pada Balita ( 12-59
Bulan ) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura

Mengesahkan,
Dekan FKM Ketua Jurusan FKM

Dr. Semuel Piter Irab, S.KM, MPH Dr. Novita Medyati, S.KM, M.Kes
NIP.197612162006041002 NIP.197611262001122001

Tim Penguji :
1. Dr. Rosmin M. Tingginehe, S.Pt, M.Si ( Ketua ) 1........................
NIP.197203162006042001
2. Dr. Semuel Piter Irab, S.KM, MPH ( Sekretaris ) 2.................
NIP.197612162006041002
3. Sarni Rante Allo Bela, S.KM, MPH ( Anggota ) 3.........................
NIP.198508232014042011
4. Nova F. Rumaropen, S.KM, M.Gizi ( Anggota ) 4..................
NIP.1985111020091007
5. Genoveva Chatleen C. Mollet, S.KM, MPH ( Anggota ) 5.........................
NIP. -

iii
LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Jeanie Stella Gloria Maniagasi

NIM : 20180711014169

Judul : Gambaran Karakteristik Ibu Dan Status Gizi Pada Balita ( 12-59 bulan )

Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura

Dengan ini saya menyampaikan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjaan di suatu perguruan tinggi

dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Jayapura, 14 Februari 2023

Jeanie Stella Gloria Maniagasi

iv
RIWAYAT HIDUP

Nama : Jeanie Stella Gloria Maniagasi

Tempat / Tanggal Lahir : Merauke, 16 Juni 1999

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : Djoni Noak Maniagasi

Nama Ibu : Siti Nurbaya Agaki

Jumlah Saudara : 5 / Lima

Anak - Ke : Satu / Pertama

Pendidikan : 1. Lulus TK Kemala Bhayangkari Merauke Tahun 2005

2. Lulus SD YPPK Budhi Mulia Merauke Tahun 2011

3. Lulus SMP YPPK Yohanes XXIII Merauke Tahun 2014

4. Lulus SMK Kesehatan Yaleka Maro Merauke Tahun 2017

5. Menempuh Pendidikan di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Cenderawasih Tahun

2018 – 2023

Jayapura, 14 Februari 2023

Jeanie Stella Gloria Maniagasi

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“ Berjuang Dan Berusaha Sampai Akhir Hayat, Meski Tidak Ada Yang

Mendukung Sekalipun. Hidup Di Dalam Tuhan, Pasti Dapat Yang Terbaik”

Persembahan :

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa dan Maha Kuasa atas penyertaan Nya didalam

kehidupan saya. Sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini .

2. Kedua orang tua terkasih, Bapak Djoni Noak Maniagasi dan Mama Siti

Nurbaya Agaki yang saya cintai dan sayangi yang telah melahirkan,

mendidik, mengajar, menasehati dan membesarkan saya dengan penuh

kasih sayang. Terimakasih atas kerja keras dan usaha, setiap tetes keringat

dan air mata serta doa – doa dari Bapak dan Mama untuk saya.

3. Almamater Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas segala
rahmat serta karunia yang telah diberikan-Nya Kepada Penulis Dapat
Menyelesaikan Skripsi Dengan Judul “Gambaran Karakteristik Ibu Dan
Status Gizi Pada Balita ( 12-59 Bulan ) Di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja Kota Jayapura” sebagai syarat mengerjakan skripsi strata 1 (S1) Pada
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Cenderawasih.
Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis mendapat
banyak bimbingan, nasihat, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. Oscar Oswald Wambrauw, S.E., M.Sc.Agr., selaku Rektor Universitas


Cenderawasih.
2. Dr. Novita Medyati, S.KM., M.Kes., selaku Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Cenderawasih
3. Yane Tambing, S.KM, MPH., selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Universitas Cenderawasih.
4. Dr. Rosmin M Tingginehe, S.Pt, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah memberikan bimbingan, arahan, dorongan, semangat dan saran kepada
penulis selama masa studi, khususnya saat dalam penyusunan skripsi.
5. Dr. Semuel Piter Irab, S.KM, MPH selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat sekaligus Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dorongan, semangat dan saran kepada penulis selama
masa studi, khususnya saat dalam penyusunan skripsi.
6. Sarni R Bela, S.KM, MPH selaku Ketua Peminatan Gizi sekaligus Dosen
Penguji I, Nova F Rumaropen, S.KM, M.Gizi selaku Dosen Penguji II dan
Genoveva Chatleen C. Mollet, S.KM, MPH selaku Dosen Penguji III yang
dengan sabar memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi
ini.

vii
7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih yang telah mendidik dan membantu selama masa
perkuliahan.
8. Kepala Puskesmas Kotaraja, kakak – kakak Petugas Gizi, ibu – ibu Kader
Posyandu beserta ibu – ibu balita yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaraja yang sudah menerima dan membantu saya dalam penelitian ini.
9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Jayapura beserta Staf yang sudah membantu
saya dalam penelitian ini.
10. Saudara terkasih, kakak Fajar Imbiri, adik – adikku James Maniagasi, Thomas
Maniagasi, Jimmy Maniagasi, Deasy Agaki dan Adriana Maniagasi yang
selalu memberi dukungan doa dan semangat.
11. Opung Sitti Mour Hutapea selaku ibu kost / orang tua wali, yang selalu
memberi semangat dan dukungan doa dalam penyusunan skripsi ini.
12. Teman – teman satu almamater tercinta Yuniarti, Ritha, Melan dan Rosi yang
selalu memberi dukungan doa dan semangat dalam penyusunan skripsi ini.
13. Rekan – rekan mahasiswa angkatan 2018 Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Cenderawasih, khususnya Peminatan Gizi yang telah memberikan
dukungan doa dan semangat.
14. Teman dekat ( Rendy Hetharia Maay ) yang selalu memberi dukungan,
semangat dan doa dalam penyusunan skripsi ini.

Jayapura, 14 Februari 2023

Jeanie Stella Gloria Maniagasi

viii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... .......ii


LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ......iii
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................................iv
RIWAYAT HIDUP......................................................................................... ......v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. ......vi
KATA PENGANTAR .................................................................................. .....vii
DAFTAR ISI ................................................................................................ .....ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ......xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... .....xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ....xiii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. ....xiv
ABSTRAK. .................................................................................................. .....xv
ABSTRACT..........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang .................................................................................. .......1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. .......6
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. .......6
1. Tujuan Umum ............................................................................. .......6
2. Tujuan Khusus............................................................................. .......6
D. Manfaat Penelitian............................................................................. .......6
1. Manfaat Teoritis .......................................................................... .......6
2. Manfaat Praktis ........................................................................... .......7
E. Keaslian Penelitian ............................................................................ .......8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................11
A. Pengertian Balita ............................................................................... .....11
B. Pengertian Pengetahuan ..................................................................... .....12
C. Konsep Ibu ........................................................................................ .....17
D. Status Gizi ......................................................................................... .....17
E. Penilaian Status Gizi ........................................................................ .....21
F. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi.......................................24

ix
G. Karakteristik Ibu........................................................................................29
H. Kerangka Teori ................................................................................ .....33
I. Kerangka Konsep .............................................................................. .....34
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................35
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... .....35
B. Waktu dan Lokasi Penelitian ............................................................. .....35
C. Populasi dan Sampel ......................................................................... .....35
D. Variabel, Definisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran.............38
E. Sumber Data...............................................................................................41
F. Instrumen Penelitian...................................................................................41
G. Cara Pengumpulan Data Penelitian .................................................... .....42
H. Teknik Pengelolahan Data ................................................................ .....43
I. Analisis Data. .................................................................................... .....44
J. Keterbatasan Penelitian ..................................................................... .....45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................46
A. Gambaran Umum Lokasi...........................................................................46
B. Hasil Analisis Univariat.............................................................................47
C. Pembahasan................................................................................................49
BAB V SIMPULAN DAN SARAN......................................................................58
A. Simpulan....................................................................................................58
B. Saran..........................................................................................................58
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................60

x
DAFTAR TABEL

Judul Tabel Halaman

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian........................................................................................... 8

Tabel 2.1 Kategori Dan Ambang Status Gizi................................................................... 22

Tabel 3.1 Definisi Operasional......................................................................................... 39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Kota

Jayapura............................................................................................................ 47

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Infeksi Dan Status Gizi

Pada Balita........................................................................................................ 47

xi
DAFTAR GAMBAR

No Judul Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Teori...................................................................................24

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian ........................................................ ...25

Gambar 4.1 Peta Wilayah Puskesmas Kotaraja.....................................................37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Informed Consent ( Permohonan Menjadi Responden )

Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 3 Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Ouput SPSS

Lampiran 5 Master Tabel

Lampiran 6 Surat Mohon Ijin Penelitian Kepada Dinas Kesehatan Kota Jayapura

Lampiran 7 Surat Mohon Ijin Penelitian Kepada Kepala Puskesmas Kotaraja

Lampiran 8 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian

Lampiran 9 Jadwal Posyandu Balita Bulan Oktober 2022

Lampiran 10 Dokumentasi Penelitian

xiii
DAFTAR SINGKATAN

IMT : Indeks Masa Tubuh

MNA : Mini Nutritional Assesment

WHO : World Health Organization

RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar

PKM : Puskesmas

KEMENKES : Kementerian Kesehatan

TB : Tinggi Badan

BB : Berat Badan

KIA / KMS : Kesehatan Ibu Dan Anak / Kartu Menuju Sehat

SDGs : Sustainable Development Goals

SD : Sekolah Dasar

SMP : Sekolah Menengah Pertama

SMA : Sekolah Menengah Atas

xiv
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DAN STATUS GIZI PADA BALITA

(12-59 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTARAJA KOTA

JAYAPURA

Oleh :

Jeanie Stella Gloria Maniagasi


NIM 20180711014169

ABSTRAK

Di Indonesia masalah gizi balita masih menjadi persoalan serius yang


harus ditangani. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan balita. Pada aspek gizi peran orang tua terutama ibu sangatlah
penting karena merupakan orang terdekat bagi anak. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui Gambaran Karakteristik Ibu dan Status Gizi Pada Balita (12-59 bulan)
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura.
Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif dengan menggunakan pendekatan
Deskriptif. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2022. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh balita yang berumur 12-59 bulan dan seluruh ibu
yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja. Jumlah sampel dalam
penelitian ini sebanyak 90 ibu dan balita. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini
menggunakan buku KIA / KMS dan kuesioner. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis univariat.
Hasil penelitian ini menunjukan distribusi frekuensi ibu berdasarkan
persentase tertinggi pada umur >22 tahun sebanyak 86 orang ( 95,6% ). Tingkat
pendidikan ibu pada SMA sebanyak 54 orang ( 60,0% ). Tingkat pengetahuan ibu
yang baik sebanyak 65 orang ( 72,2% ). Riwayat penyakit infeksi balita diare
sebanyak 20 orang ( 22,2% ) dan balita dengan status giz baik sebanyak 68 orang
( 75,6% ).

Kata Kunci : Karakteristik Ibu, Status Gizi, Balita

xv
DESCRIPTION OF MOTHER’S CHARACTERISTICS AND

NUTRITIONAL STATUS IN TODDLERS ( 12-59 MONTHS ) IN THE

WORKING AREA OF THE KOTARAJA HEALTH CENTER JAYAPURA

CITY

By:

Jeanie Stella Gloria Maniagasi


NIM 20180711014169

ABSTRACT

In Indonesia, the problem of unde five nutrition is stil a serious problem


that must be addressed. Nutrition is a very important part of the growth and
development of toddlers. In the nutritional aaspect, the role of parents, especially
mothers, is very important because they are the closest people to children. The
purpose of this study was to describe the characteristics of the mother and the
nutritional status of toddlers (12-59) in the working area of the kotaraja Health
Center, Jayapura City.
This type of research is quantitative using a descriptive approach.
This research was conducted in October 2022. The population in this study were
all toddlers aged 12-59 month and all mothers who were in the working area of
the Kotaraja Health Center. The number of samples in this study were 90 mothers
and toddlers. The sampling technique used purposive sampling technique. The
instruments in this study used the MCH / KMS book and a questionnaire. Data
analysis used in this research is univariate analysis.
The results of this study showed that the distribution of the frequency of
mothers bassed on the highest percentage was at the age of >22 years, with 86
people (95.6%). Mothers education level in high school was 54 people (60.0%).
The mothers level of good knowledge is 65 people (72.2%). History of infectious
diseases under five children with diarrhea was 20 people (22.2%) and children
under five with good nutritional status were 68 people (75.6%).

Keywords : Mother’s Characteristic, Nutritional Status, Toddlers

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat akan terjadi pada

masa balita (0-5 tahun). Masa ini disebut dengan “periode emas” yaitu

periode yang menentukan kualitas kehidupan. Kualitas dan kuantitas asupan

gizi yang cukup baik sangat diperlukan pada masa ini, kebutuhan zat gizi

tidak terpenuhi akibatnnya pertumbuhan dan perkembangan anak akan

terganggu (Fauzia et al., 2018).

Status gizi adalah ukuran keberhasilan untuk memenuhi nutrisi

kebutuhan pada anak yang ditunjukkan melalui capaian berat badan terhadap

umur. Status gizi pada balita sangat signifikan sebagai titik tolak kapasitas

fisik saat usia dewasa. Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap status

gizi balita bisa dikaji untuk kemudian dirumuskan menjadi rekomendasi yang

dapat dijadikan sebagai the best guidelines (Pedoman Terbaik) untuk

masyarakat ( Sulistyawati, 2019 ).

Gizi menjadi bagian sangat penting dalam pertumbuhan dan

perkembangan balita yang didalamnya memiliki keterkaitan yang erat

hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Pemberian gizi yang kurang

baik terutama terhadap anak-anak, akan menurunkan potensi sumber daya

pembangunan masyarakat (Cakrawati & Mustika, 2012).

1
Menurut World Health Organitation (WHO) pada tahun 2018 lebih dari

setengah kematian balita disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dan

diobati melalui intervensi sederhana dan terjangkau. Anak-anak yang

kekurangan gizi, terutama mereka yang kekurangan gizi akut, memiliki risiko

kematian yang lebih tinggi. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gizi

berkontribusi pada sekitar 45% kematian pada anak di bawah usia 5 tahun (

WHO, 2018 ).

Di Indonesia masalah gizi balita masih menjadi persoalan serius yang

harus di tangani. Menurut data Profil Kesehatan Indonesia (2020) persentase

bayi usia 12-59 bulan berdasarkan status gizi dengan indeks BB/U di

Indonesia gizi buruk 3,90%, gizi kurang 13,80%, gizi baik 79,20%, gizi lebih

3,10% ( Profil Kesehatan Indonesia, 2020). Prevalensi Status Gizi Balita

Nasional tahun 2021, menunjukkan bahwa terdapat Balita dengan status gizi

Stunting sebanyak 24,4%, Balita dengan status gizi Wasting sebanyak 7,1%

dan Balita dengan status gizi Underweight sebanyak 17,0 %. (Data SSGBI,

2021).

Berdasarkan penilaian Indeks BB/U, status gizi di Papua terdapat anak

yang menderita gizi kurang sebanyak (9,4%) dan anak yang menderita gizi

buruk sebanyak (1,9%). Di Provinsi Papua persentase anak gizi kurang

sebesar 11,9% dan gizi buruk sebesar 3,2%. Persentase anak gizi kurang dan

buruk dalam survei ini lebih rendah daripada persentase anak gizi kurang dan

buruk nasional maupun Papua ( Dinas Kesehatan Provinsi Papua, 2021).

2
Di Puskesmas Kotaraja, pada tahun 2020 balita dengan prevalensi gizi

baik 68,83% sedangkan balita dengan prevalensi gizi kurang 5,58% , pada

tahun 2021 balita dengan prevalensi gizi baik 71,82% sedangkan balita

dengan prevalensi gizi kurang 7,39% dan pada tahun 2022 balita dengan

prevalensi gizi baik 40,48% sedangkan balita dengan prevalensi gizi kurang

4,43%. ( Dinas Kesehatan Kota Jayapura 2022). Beberapa faktor yang

berhubungan dengan status gizi pada anak usia 12–59 bulan sudah diteliti

oleh Susilowati dan Himawati Tahun 2018. Penyebab timbulnya status gizi

kurang dapat juga di pengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu antara lain penyakit

infeksius. Faktor eksternal yaitu pengetahuan, pendidikan dan usia.

Kurangnya pengetahuan status gizi pada ibu merupakan salah satu penyebab

balita kekurangan gizi. Pengetahuan ibu tentang status gizi di ketahui tentang

pangan sehat, pangan sehat untuk golongan usia tertentu dan cara ibu

memilih, mengolah dan menyiapkan pangan dengan benar. Pengetahuan gizi

ibu yang kurang akan berpengaruh terhadap status gizi balitanya. Penelitian

dari Nindyna (2017) mengatakan bahwa adanya hubungan antara

pengetahuan ibu dengan status gizi pada balita. Selain pengetahuan ibu

terhadap status gizi adapun juga faktor yang mempengaruhi status gizi pada

balita yaitu pendidikan. Pendidikan ibu mempengaruhi status gizi karena

pendidikan ibu dalam menerima informasi-informasi tentang status gizi pada

balita sangatlah penting. Adapun juga faktor internal yang mempengaruhi

status gizi pada balita yaitu penyakit infeksi. Pendidikan ibu merupakan

3
modal utama dalam menunjang ekonomi keluarga juga berperan dalam

penyusunan makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak. Bagi

keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih mudah menerima

informasi kesehatan khususnya dalam bidang gizi, sehingga dapat menambah

pengetahuannya dan mampu menerapkan informasi tentang gizi dalam

kehidupan sehari-hari. ( Suharjo, 2003 ). Penyakit infeksi yang dapat

menyebabkan penurunan nafsu makan dan keterbatasan dalam mengkonsumsi

makanan, balita yang terkena penyakit infeksi cenderung pengalami

penurunan berat badan, hal ini disebabkan karena terjadi peningkatan

metabolisme dalam tubuh balita dan biasanya juga diikuti penurunan nafsu

makan. Penurunan berat badan yang terus menerus dapat menyebabkan

terjadinya penurunan status gizi sampai gangguan gizi ( Elisabeth, 2021).

Adapun alasan peneliti memilih Puskesmas Kotaraja sebagai lokasi

dalam melakukan penelitian ini, karena kasus Gizi Kurang masih ditemukan

bahkan terjadi peningkatan kasus Gizi Kurang di Wilayah Kerja Puskesmas

Kotaraja. Melalui pengamatan awal oleh peneliti saat mengikuti Praktek

Kerja Lapangan (PKL) selama ± 1 bulan di Puskesmas Kotaraja, saat peneliti

bergabung untuk mengikuti kegiatan luar gedung yaitu Posyandu Balita

terdapat sebanyak 6 balita yang mengalami gizi kurang dari total balita

sebanyak 161 yang hadir saat posyandu dan Kegiatan Stimulasi Deteksi dan

Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK) di TK / Paud, terdapat

sebanyak 23 balita yang mengalami gizi kurang dari total balita sebanyak 502

dari keseluruhan TK/PAUD yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas

4
Kotaraja. Di Puskesmas Kotaraja, karena ada masalah, rata-rata ibu yang saya

tanyakan, menurut ibu kira – kira makanan yang bergizi itu apa saja, untuk

anak – anak yang tumbuh dan berkembang di umur 12-59 bulan. Kenapa?

Karena kalau dari umur 0 bulan, rata – rata anak masih minum ASI Eksklusif,

yang masa rentannya itu pada saat anak umur 6 – 7 bulan, anak mau berhenti

ASI Eksklusif, karena mau diganti dengan MP-ASI. Makanan sebagai

pendamping ini harus bagus dan sehat, supaya apa? Karena ini anakkan

bertumbuh terus, otomatis anak memerlukan lebih banyak zat gizi. Dan pada

saat mengikuti PKL di Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura, waktu saya

mewawancarai dan bertanya kepada tiga ibu balita, hanya ada satu ibu balita

yang dapat menjawab pertanyaan saya, tentang makanan yang berasal dari

sumber protein, masa sumber protein saja ibu – ibu disana tidak tahu, berarti

pengetahuan ibu - ibu disana masih ada yang kurang, mereka tidak

mengetahui apa yang dimaksud dengan gizi. Apa saja yang diperlukan anak

setelah berusia 7 bulan, bukan hanya ASI, harus ada makanan pendamping.

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik melakukan

penelitian yang berjudul “Gambaran Karakteristik Ibu Dan Status Gizi

Pada Balita (12-59 Bulan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja”.

Adapun alasan penulis memilih dan menetapkan judul diatas yaitu :

Pentingnya dari masalah penelitian ini adalah mengenai tingkat bahaya

atau dampak dari kekurangan status gizi pada balita.

5
B. Rumusan Masalah

Bagaimana “Gambaran Karakteristik Ibu Dan Status Gizi Pada Balita (12-59

Bulan) Di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui gambaran karakteristik ibu dan status gizi pada balita

(12-59 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik umur ibu balita di wilayah kerja

Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura

b. Mengetahui karakteristik pendidikan ibu di wilayah kerja

Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura

c. Mengetahui pengetahuan ibu di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja

Kota Jayapura

d. Mengetahui riwayat penyakit infeksi pada balita di wilayah kerja

Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura

e. Mengetahui status gizi pada balita di wilayah kerja Puskesmas

Kotaraja Kota Jayapura

6
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Peneliti

Sebagai proses pembelajaran dan menambah pengalaman

melakukan sebuah penelitian serta meningkatkan pengetahuan peneliti

sehubung dengan status gizi pada balita.

b. Bagi Intitusi Pendidikan

Dapat menambah beragam hasil penelitian dalam dunia pendidikan

serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca lain yang ingin

mengadakan penelitian lebih lanjut baik penelitian serupa maupun yang

lebih kompleks.

c. Bagi Institusi Kesehatan

Pada hasil penulisan yang diperoleh dapat menjadi bahan masukan

bagi pihak-pihak penentu kebijakan dan segenap institusi kesehatan agar

dapat meningkatkan program dalam bidang kesehatan dalam hal ini

adalah status gizi balita sehingga masyarakat atau lebih pada ibu yang

dapat mengetahui pengetahuan yang baik dalam era globalisasi yang

terus-menerus berkembang sampai dengan saat ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menjadi sumber informasi dan

pembelajaran bagi ibu tentang kesehatan gizi khususnya dalam hal

menangani status gizi pada balita.

7
C. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

NO JUDUL/PENELITIAN/LOKASI TAHUN DESAIN HASIL PENELITIAN PERBEDAAN PERSAMAAN


1 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu 2022 Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan Tempat penelitian, Jenis penelitian yang
Tentang Status Gizi Pada Balita Di bahwa tingkat pengetahuan ibu waktu penelitian digunakan adalah
Kenagarian Tanjung Bungo paling banyak berada pada penelitian deskriptif.
Kecamatan Suliki Kabupaten Lima kategori tinggi dengan jumlah 35 Teknik pengambilan
Puluh Kota/ Kurniah Afrisah/ orang (55.5%). sampel menggunakan
Kecamatan Suliki Kabupaten Lima teknik random
Puluh Kota sampling.
2 Gambaran Pengetahuan Ibu Balita 2020 Cross Hasil penelitian ini menunjukkan Tidak menggunakan Jenis penelitian yang
Tentang Gizi Dan Status Gizi Balita Sectional. pengetahuan gizi ibu lebih banyak pendekatan secara digunakan adalah
Di Wilayah Kerja Puskesmas dalam kategori cukup sebanyak cross sectional. penelitian deskriptif.
Simpang Tiga Pekanbaru/Kurnia 24 orang dengan prevalensi Teknik pengambilan
Apriani/ Puskesmas Simpang Tiga 42,6% dan memiliki Status Gizi sampel yang digunakan
Pekanbaru Baik dengan prevalensi 76%. yaitu cluster random
sampling.

8
3 Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu 2019 Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan Teknik pengambilan Jenis penelitian yang
Tentang Gizi Pada Anak Balita Di bahwa tingkat pengetahuan bu sampel yang digunakan digunakan adalah
UPT Puskesmas Remaja Kota paling banyak berada pada yaitu accidental penelitian deskriptif.
Samarinda. Borneo Nursing Journal kategori cukup dengan jumlah sampling.
(BNJ). Akademi Keperawatanyarsi 21 orang (38,9%). Keterbatasan Tempat penelitian,
Samarinda Studi S1 Keperawatan penelitian ini waktu penelitian
Universitas Muhammadiyah yaitu belum tergambarnya
Banjarmasin/ Yuhansyah, Mira/ secara mendalam tingkat
Puskesmas Remaja Kota Samarinda pengetahuan ibu tentang gizi
sehingga perlu penelitian
metode kualitatif agar dapat
tergambar lebih jelas tingkat
pengetahuan ibu tentang gizi pada
anak balita.

4 Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang 2019 Analitik Berdasarkan hasil penelitian yang Teknik pengambilan
Status Gizi Balita Di Wilayah Kerja Korelasi telah dilakukan mengenai sampel yang digunakan
Puskesmas Sadananya Tahun gambaran Pengetahun ibu tentang dalam penelitian ini
2019/Doni/Puskesmas Sadananya status gizi di Wilayah Kerja adalah teknik random
Puskesmas Sadananya Kabupaten sampling.
Ciamis tahun 2019, sebagian
besar responden memiliki

9
pengetahuan tentang gizi pada
balita yaitu sebanyak 36 orang
(52%).Bahwa sebagian besar
balita memiliki status gizi kurang
yaitu sebanyak 39 orang (56 %).
Gambaran
5 Pengetahuan Ibu Dan Status Gizi 2020 Cross Hasil penelitian menunjukkan Tempat penelitian, Jenis penelitian ini

Balita Di Desa Tualang Kecamatan Sectional bahwa pengetahuan ibu tentang waktu penelitian menggunakan

Tualang Kabupaten Siak. Skripsi status gizi balita ada pada penelitian deskriptif

Polteknik Kesehatan Kemenkes Riau kategori kurang yaitu sebanyak

Jurusan Gizi Pekanbaru / Roskita 41 responden (46,1%), kategori

Dewi/ Kabupaten Siak, Kecamatan cukup 30 responden (33,7%),

Tualang pada kategori baik yaitu sebanyak


18 responden (20,2%). Sedangkan
hasil penelitian sikap menunjukan
bahwa yang memiliki sikap
negatif 46 responden (51,7%) dan
memiliki sikap positif sebanyak
43 reponden (48,3%).

10
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Balita

Balita merupakan istilah yang digunakan untuk anak usia 1-5 tahun

(Balita) dan 4-5 tahun (Prasekolah) (Sutomo & Anggraeni, 2010). Menurut

peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014, anak balita

adalah anak usia 12 bulan sampai dengan 59 bulan. Masa ini adalah periode

yang sangat penting bagi tumbuh kembangnya sehingga biasa disebut

dengan golden period (Kurnia Afriani, 2020). Kebutuhan dasar seorang anak

ada tiga adalah sebagai berikut :

1) Asuh

Asuh Adalah kebutuhan biomedis, yang menyangkut asupan gizi

anak selama dalam kandungan dan setelah dilahirkan, kebutuhan akan

tempat tinggal, pakaian yang layak dan aman, perawatan kesehatan dini

berupa imunisasi, dan deteksi serta intervensi dini akan timbulnya gejala

penyakit.

2) Asih

Asih adalah kebutuhan emosional. Kebutuhan emosional yang

berhubungan dengan adanya kontak fisik dan emosional yang

memberikan perasaan aman. Penuhi kebutuhan anak akan kasih sayang,

perhatian, pujian, dan perasaan dihargai. Ajari tanggung jawab untuk

kemandiriannya. Jangan mengutamakan hukuman dan kemarahan saat

kesalahan dilakukan tetapi berusaha memberikan teladan-teladan penuh

kasih sayang.

11
3) Asah

Asah adalah kebutuhan akan stimulasi mental dini. Ini merupakan

landasan dalam proses belajar, pendidikan, dan pelatihan yang

diberikan secara dini. Kebutuhan ini terutama diperlukan pada usia lima

tahun pertama kehidupan sehingga akan tercapai kepribadian dan etika

yang mantap serta kecerdasan, keterampilan, kemandirian, dan

produktivitas yang baik. Perkembangan kognitif atau kemampuan untuk

berfikir akan terus berkembang melalui indra-indra dan kemampuan

motorik ( Suririnah, 2018 ).

B. Pengetahuan

Pengetahuan dapat diperoleh seseorang secara alami atau diinterventasi

baik langsung maupun tidak langsung. Perkembangan teori pengetahuan

telah berlangsung sejak lama. Filsuf pengetahuan yaitu Plato menyatakan

pengetahuan sebagai “Kepercayaan sejati yang dibenarkan (valid)” (justified

true belief). Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus-

menerus oleh seseorang karena adanya pemahaman-pemahaman baru

(Budiman.dkk, 2013).

1. Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi adalah sesuatu yang diketahui tentang makanan

dalam hubungannya dengan kesehatan optimal. Pengetahuan gizi meliputi

pengetahuan tentang pemilihan dan konsumsi sehari-hari dengan baik dan

memberikan semua zat gizi yang dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh.

Pemilihan dan konsumsi bahan makanan berpengaruh terhadap status gizi

seseorang. Status gizi baik atau status gizi optimal terjadi apabila tubuh

12
memperoleh cukup zat gizi yang dibutuhkan tubuh. Status gizi kurang

terjadi apabila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat gizi

essential. Sedangkan status gizi lebih terjadi apabila tubuh memperoleh

zat gizi dalam jumlah yang berlebihan, sehingga menimbulkan efek yang

membahayakan (Almatsier, 2010).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Budiman.dkk,(2013) mengemukakan tingkat pengetahuan individu

sangat dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling berhubungan antara

lain :

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar seolah (baik

formal maupun non formal), berlangsung seumur hidup.

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku

seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia

melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memegaruhi

proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang, makin muda

orang tersebut untuk menerima informasi.

Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang cenderung untuk

mendapat informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak

pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan. Pengetahuan

sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan

seseorang dengan pendidikan tinggi, orang tersebut akan semakin

13
luas pula pengetahuannya. Namun, perlu ditekankan bahwa

seorang yang pendidikan rendah tidak berarti mutlak

berpengetahuan rendah pula.

2. Informasi / Media Massa

Informasi adalah “that of which one is apprised of told :

intelligence, news : (Oxford English Dictionary). Kamus lain

menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui,

namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer

pengetahuan. Selain itu, informasi juga dapat didefinisikan sebagai

suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan

informasi dengan tujuan tertentu yaitu undang- undang teknologi

informasi.

3. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersediannya suatu fasilias yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

seseorang .

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar

individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

14
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara

mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam

memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

6. Umur

Umur memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang.

Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya

tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang

diperolehnya semakin membaik.

3. Tingkat Pengetahuan

Budiman.dkk, (2013) mengemukakan bahwa pengetahuan individu

terhadap obyek mempunyai tingkat yang berdeda-beda di antaranya

sebagai berikut :

a. Tahu (Knowledge)

Berisikan kemampuan untuk mengenali dan mengingat

peristilahan, definisi, fakta-fakta, gagasan, pola, urutan, metodologi,

prinsip dasar, dan sebagainya.

15
b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

tersebut secara benar.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu

struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis ( Syntesis)

Sintesis merujuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru.

f. Evaluasi ( Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justufikasi atau penilaian terhadap suatu materi.

4. Pengukuran Pengetahuan

Arikunto, (2013) mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan dapat di

ukur melalui :

1. Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya 76% - 100%

2. Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya ≤56 - 75%

16
C. Konsep Ibu

1. Definisi ibu

Ibu adalah seseorang yang mencintai tanpa syarat, orang yang

membangun karakter dan menyembuhkan hati yang luka, orang yang

membuat dan menjaga memori indah, orang yang dicintai dengan penuh

kasih dan kekaguman (Fitri, 2020).

2. Peranan Ibu

Ibu adalah sosok yang sangat hebat di dalam keluarga. Peran ibu di

dalam keluarga memang sangat besar. Ia dapat mengayomi, mendidik, dan

mengajarkan berbagai hal kepada anak-anaknya. Bahkan, ibu juga bisa

menjadi seseorang yang menjembatani komunikasi keluarga, misalnya

komunikasi antara ayah dan anaknya (Fitri, 2020).

D. Status Gizi

1. Pengertian Status Gizi

Status gizi yaitu ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk

variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.

Contoh : Gizi kurang merupakan keadaan tidak seimbangnya konsumsi makanan

dalam tubuh seseorang (I Dewa Nyoman, 2001).

Status gizi yaitu keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok yang

ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain yang

diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur secara

antropometri (Suhardjo, 2003

Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam

bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari status tubuh yang berhubungan

17
dengan gizi dalam bentuk variabel tertentu. Jadi intinya terdapat suatu

variabel yang diukur (misalnya berat badan dan tinggi badan) yang dapat

digolongkan ke dalam kategori gizi tertentu (misalnya: baik, kurang, dan

buruk). Status gizi ditentukan oleh jumlah makanan bergizi dalam kombinasi

yang tepat sesuai dengan yang diperlukan tubuh untuk tumbuh berkembang

dan berfungsi bagi semua anggota badan. Oleh karena itu, pada prinsipnya

status gizi ditentukan oleh dua hal berikut:

1. Terpenuhinya semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh.

2. Peranan faktor-faktor yang menentukan besarnya kebutuhan,

penyerapan, dan penggunaan zat gizi tersebut (Kurnia, 2020).

Status gizi adalah keadaan pada tubuh manusia yang merupakan

dampak dari makanan dan penggunaan zat gizi yang dikonsumsi seseorang.

Status gizi dapat dibagi menjadi beberapa indikator, diantaranya adalah

indikator Berat Badan menurut Umur (BB/U) sehingga dapat dibedakan

menjadi 4 kategori yaitu gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih

(Kurnia, 2020).

Status gizi pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu: makanan yang

dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang

tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian

makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu

tentang makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan juga berhubungan dengan

karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada

tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan

(Kurnia, 2020).

18
Indeks BB/U, standar untuk menilai pertumbuhan adalah pengukuran total

berat badan yang memberi gambaran tentang massa tubuh, termasuk air,

lemak, tulang dan otot. Indeks yang dipakai dalam penentuan status gizi balita

ialah indeks BB/U. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat

labil dan sensitif terhadap perubahan yang mendadak, misalnya penyakit

infeksi, menurunnya nafsu makan, atau menurunnya jumlah konsumsimakanan,

maka indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi saat ini. Kelebihan Indeks

BB/U adalah lebih mudah dan cepat dimengerti masyarakat umum; baik untuk

mengukur status gizi akut atau kronis,sangat sensitif terhadap perubahan-

perubahan kecil dan mendeteksi kegemukan. Antara kelemahan Indeks BB/U

adalah mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat edema/

asites; memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak balita; dan

sering terjadi kesalahan dalam pengukuran seperti pengaruh pakaian atau

gerakan anak pada saat menimbang (Kurnia, 2020).

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen

dan bersifat sangat dinamis. Secara umum umum prosesnya terjadi penyakit

melibatkan 3 faktor yang saling berinteraksi, yaitu; faktor penyebab penyakit

(agen), faktor manusia atau pejamu (host) dan faktor lingkungan.

Beberapa penyakit infeksi yang sering diderita oleh balita yang mempengaruhi

status gizi balita, yaitu :

a. Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( ISPA )

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan salah satu penyakit

infeksi yang erat kaitannya dengan masalah gizi. Tanda gejala ISPA ini

19
bermacam – macam seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit tenggorokan,

pilek, sakit telinga dan demam ( Rosana, 2016 )

b. Diare

Pada umumnya, diare lebih dominan menyerang balita karena daya

tubuhnya yang masih lemah dan dan berada difase oral sehingga balita

sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Hingga kini

diare masih menjadi child killer ( pembunuh anak-anak ) pertama di

Indonesia. Semua kelompok usia dapat terserang diare, baik balita, anak-

anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang

tinggi terjadi pada bayi dan balita ( Endang, S 2015 ). Tanda awal

terjadinya diare pada balita adalah bayi, balita dan atau anak menjadi

gelisah dan cengeng, lemah, lesu, suhu tubuh biasa meningkat, nafsu

makan berkurang atau kadang tidak ada, kemudian ttimbul diare,. Tinja

akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir atau darah. Jika

dibiarkan akan mengalami dehidrasi ( Masriadi, 2017 ).

c. Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

plasmodium dan disebarkan oleh nyamuk Anhopeles yang dapat menyerang

semua orang, baik laki-laki atau perempuan, pada semua golongan umur,

dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Malaria merupakan salah satu

indikator dari target pembangunan Sustainable Development Goals

(SDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan, mengakhiri, penyebaran

serta mengurangi insiden malaria pada tahun 2030. Penyebab malaria dapat

dilihat dari hygene lingkungan tempat tinggal dimana, bila kawasan

20
perumahan yang banyak tergenang air atau pekarangan rumah yang tidak

bersih menyebabkan balita akan gampang terkena penyakit ini. Prevalensi

penderita malaria tertinggi dengan angka kematian tertinggi adalah bayi,

balita dan ibu hamil. Dimana pada masa imun tubuh akan gampang tetular

oleh plasmodium yang menyerang tubuh dan berakibat terhadap penyakit

malaria ( Kemenkes RI, 2011).

E. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi adalah upaya menginterprestasikansemua informasi

yang diperoleh melalui penilaian antropometri, konsumsi makanan, biokimia

dan klinik. Informasi ini digunakan untuk menetapkan status kesehatan

perorangan atau kelompok penduduk yang dipengaruhi oleh konsumsi dan

utilitas zat-zat gizi. Sistem penilaian status gizi daopat dilakukan dalam bentuk

survey, surveilen, atau skrinning (Almatsier, 2010).

Untuk menilai status gizi seseorang digunakan metode penilaian gizi, yaitu

secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dibagi

menjadi empat penilaian, yaitu penilaian antropometri, klinis, biokimia, dan

biofisik. Sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi menjadi

tiga, yaitu survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor ekologi (Kurnia,

2020).

1) Penilaian Langsung

a. Antropometri

Antropometri berasal dari antrhopos dan metros. Anthropos

artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi secara umum antropmetri

artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi maka

21
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran

dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan

tingkat gizi. Antropmetri secara umum digunakan untuk melihat

ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini

terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti

lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.

Kategori dan ambang batas status gizi anak berdasarkan indeks dapat

dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.1 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi

Indikator Status Gizi Z-Score


BB/U Gizi Buruk <-3,0SD
Gizi Kurang -3,0 SD s/d <-2,0 SD
Gizi Baik -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gizi Lebih >2,0 SD
TB/U Sangat Pendek <-3,0SD
Pendek -3,0 SD s/d <-2,0 SD
Normal ≥-2,0 SD
BB/TB Sangat Kurus <-3,0SD
Kurus -3,0 SD s/d <-2,0 SD
Normal -2,0 SD s/d 2,0 SD
Gemuk >2,0 SD
(Kepmenkes No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 tentang standar

antropometri penilaian status gizi anak, 2010).

b. Klinis dan Biofisik

Pemeriksaan klinis atau fisik adalah metode penilaian individu dan

masyarakat. Penilaian status gizi secara klinis dilihat dari adanya

perubahan fisik yang diakibatkan atau yang berhubungan dengan asupan

makanan yang kurang atau berlebihan. Perubahan-perubaha tersebut

dapat dilihat atau diraba/ dirasakan pada jaringan epitel bagian atas

terutama kulit, mata, rambut, dan mulut atau pada organ-organ yang

22
dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid (Kurnia, 2020).

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratorium yang digunakanpada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah,

urine, tinja, dan juga jaringan tubuh seperti hati dan otot. Metode ini

digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi

keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang

kurang spesifik, maka penentuan kimia. fall dapat lebih banyak menolong

urk menentukan diagnose atau kekurangan/kelebihan gizi spesifik (Kurnia,

2020).

2) Penilaian Tidak Langsung

a. Survei Konsumsi Makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan gizi secara

tidak langsung dengan melihat kebiasaan makananatau gambaran tingkat

kecukupan bahan makanan dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Pengumpulan data ini dapat memberikan gambaran tentang konsumsi

berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Pengukuran

konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data yaitu kualitatif yang

melingkupi frekuensi makanan, dietary history, dan daftar makanan.

Sedangkan data kuantitatif yang mencakup metode recall 24 jam,

perkiraan makan, penimbangan makan, metode inventaris dan pencatatan

(Almatsier dkk, 2011).

23
b. Faktor Ekologi

Penilaan status gizi dengan menggunakan faktor ekologi karena

masalah gizi dapat terjadi karena interaksi beberapa faktor ekologi, seperti

faktor fisik, biologis, sosial dan lingkungan budaya, keterbatasan ekonomi

dan juga prioritas politik suatu Negara (Risma, 2020).

c. Statistik Vital

Pengukuran menggunakan statistik vital adalah dengan

menganalisa data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian

berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat tertentu dan data

lainnya yang berhubungan dengan gizi (Risma, 2018).

F. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi

Status gizi anak pada dasarnya ditentukan oleh dua hal yaitu : makanan yang

dimakan dan keadaan kesehatan. Kualitas dan kuantitas makanan seorang anak

tergantung pada kandungan zat gizi makanan tersebut, ada tidaknya pemberian

makanan tambahan di keluarga, daya beli keluarga dan karakteristik ibu tentang

makanan dan kesehatan. Keadaan kesehatan anak juga berhubungan dengan

karakteristik ibu terhadap makanan dan kesehatan, daya beli keluarga, ada

tidaknya penyakit infeksi dan jangkauan terhadap pelayanan kesehatan. (I Dewa

Nyoman, 2001).

1. Faktor Langsung

a. Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen

dan bersifat sangat dinamis. Secara umum umum prosesnya terjadi penyakit

24
melibatkan 3 faktor yang saling berinteraksi, yaitu; faktor penyebab penyakit

(agen), faktor manusia atau pejamu (host) dan faktor lingkungan.

Beberapa penyakit infeksi yang sering diderita oleh balita yang

mempengaruhi status gizi balita, yaitu :

1. Infeksi Saluran Pernapasan Atas ( ISPA )

Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan salah satu

penyakit infeksi yang erat kaitannya dengan masalah gizi. Tanda gejala

ISPA ini bermacam – macam seperti batuk, kesulitan bernapas, sakit

tenggorokan, pilek, sakit telinga dan demam ( Rosana, 2016 )

2. Diare

Pada umumnya, diare lebih dominan menyerang balita karena daya

tubuhnya yang masih lemah dan dan berada difase oral sehingga balita

sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Hingga kini

diare masih menjadi child killer ( pembunuh anak-anak ) pertama di

Indonesia. Semua kelompok usia dapat terserang diare, baik balita, anak-

anak dan orang dewasa. Tetapi penyakit diare berat dengan kematian yang

tinggi terjadi pada bayi dan balita ( Endang, S 2015 ). Tanda awal

terjadinya diare pada balita adalah bayi, balita dan atau anak menjadi

gelisah dan cengeng, lemah, lesu, suhu tubuh biasa meningkat, nafsu

makan berkurang atau kadang tidak ada, kemudian ttimbul diare,. Tinja

akan menjadi cair dan mungkin disertai dengan lendir atau darah. Jika

dibiarkan akan mengalami dehidrasi ( Masriadi, 2017 ).

25
3. Malaria

Penyakit malaria adalah penyakit menular yang disebabkan oleh

plasmodium dan disebarkan oleh nyamuk Anhopeles yang dapat menyerang

semua orang, baik laki-laki atau perempuan, pada semua golongan umur,

dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Malaria merupakan salah satu

indikator dari target pembangunan Sustainable Development Goals

(SDGs), dimana ditargetkan untuk menghentikan, mengakhiri, penyebaran

serta mengurangi insiden malaria pada tahun 2030. Penyebab malaria dapat

dilihat dari hygene lingkungan tempat tinggal dimana, bila kawasan

perumahan yang banyak tergenang air atau pekarangan rumah yang tidak

bersih menyebabkan balita akan gampang terkena penyakit ini. Prevalensi

penderita malaria tertinggi dengan angka kematian tertinggi adalah bayi,

balita dan ibu hamil. Dimana pada masa imun tubuh akan gampang tetular

oleh plasmodium yang menyerang tubuh dan berakibat terhadap penyakit

malaria ( Kemenkes RI, 2011).

b. Asupan Zat Gizi

Defisiensi zat gizi yang paling berat dan meluas terutama di kalangan anak -

anak ialah akibat kekurangan zat gizi sebagai akibat kekurangan konsumsi

makanan dan hambatan mengabsorbsi zat gizi. Zat energi digunakan oleh tubuh

sebagai sumber tenaga yang tersedia pada makanan yang mengandung

karbohidrat, protein yang digunakan oleh tubuh sebagai pembangun yang

berfungsi memperbaiki sel-sel tubuh. Kekurangan zat gizi pada anak disebabkan

karena anak mendapat makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan

26
badan anak atau adanya ketidakseimbangan antara konsumsi zat gizi dan

kebutuhan gizi dari segi kuantitatif maupun kualitatif. (Sjahmien, 2003).

2. Faktor Tidak Langsung

Faktor – faktor yang tidak langsung yang dapat mempengaruhistatus gizi balita

yaitu :

a. Pendapatan keluarga

Daya beli keluarga sangat ditentukan oleh tingkat pendapatan keluarga. Orang

miskin biasanya akan membelanjakan sebagian besar pendapatannya untuk

makanan. Rendahnya pendapatan merupakan rintangan yang menyebabkan

orangorang tidak mampu membeli pangan dalam jumlah yang dibutuhkan. Ada

pula keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan cukup namun sebagian

anaknya berstatus kurang gizi. (Sajogyo, 1994).

Pada umumnya tingkat pendapatan naik jumlah dan jenis makanan cenderung

untuk membaik tetapi mutu makanan tidak selalu membaik (Suharjo dkk, 1986).

Anak-anak yang tumbuh dalam suatu keluarga miskin paling rentan terhadap

kurang gizi diantara seluruh anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya

paling terpengaruh oleh kekurangan pangan. Jumlah keluarga juga mempengaruhi

keadaan gizi. (Suhardjo, 2003)

b. Besar keluarga

Besar keluarga atau banyaknya anggota keluarga berhubungan erat dengan

distribusi dalam jumlah ragam pangan yang dikonsumsi anggota keluarga

(Suhardjo, 1996).

Keberhasilan penyelenggaraan pangan dalam satu keluarga akan

mempengaruhi status gizi keluarga tersebut. Salah satu faktor yang menentukan

27
keberhasilan tersebut adalah besarnya keluarga/jumlah anggota keluarga.

Besarnya keluarga akan menentukan besar jumlah makanan yang dikonsumsi

untuk tiap anggota keluarga. Semakin besar jumlah anggota keluarga maka

semakin sedikit jumlah asupan zat gizi atau makanan yang didapatkan oleh

masing-masing anggota keluarga dalam jumlah penyediaan makanan yang sama

(Jellife, 1994).

c. Kesehatan lingkungan

Kurang energi protein merupakan permasalahan ekologis dimana tidak saja

disebabkan oleh ketidakcukupan ketersediaan pangan atau zatzat gizi tertentu

tetapi juga dipengaruhi kemiskinan, sanitasi lingkungan yang kurang baik dan

ketidaktahuan ibu terhadap gizi (Suhardjo, 1996).

Sebagian besar penduduk umumnya mengkonsumsi makanan secara terbatas

dan hidup di lingkungan yang kurang sehat sehingga resiko bayi yang mendapat

ASI dan mendapat makanan pelengkap terlalu dini adalah penyakit diare. Terbukti

ditemukannya sejumlah bakteri pada makanan. Faktor kontaminasi tangan oleh

mikrobakteri juga menyebabkan diare. Kualitas dan kuantitas air merupakan

faktor penting penentu morbiditas pada anak balita (Akre, 1993).

d. Pelayanan kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan penting dalam menyokong status kesehatan dan

gizi anak, bukan hanya segi kuratif, tetapi juga preventif, promotif dan

rehabilitatif. Ketidakterjangkauan pelayanan kesehatan disebabkan oleh jarak

yang jauh/ketidakmampuan membayar, kurangnya 23 pendidikan dan

pengetahuan merupakan kendala dalam memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan (Depkes, 2000)

28
G. Karakteristik ibu

Status gizi yang dipengaruhi oleh masukan zat gizi secara tidak langsung

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya adalah karakteristik keluarga.

Karakteristik keluarga khususnya ibu berhubungan dengan tumbuh kembang

anak. Ibu sebagai orang yang terdekat dengan lingkungan asuhan anak ikut

berperan dalam proses tumbuh kembang anak melalui zat gizi makanan yang

diberikan. Karakteristik ibu ikut menentukan keadaan gizi anak.

1. Faktor Karakteristik Ibu :

a. Umur Ibu

Kehamilan di bawah umur 20 tahun merupakan kehamilan beresiko tinggi.

Angka kesakitan dan kematian ibu demikian pula bayi, 2-4 kali lebih tinggi

dibandingkan dengan kehamilan pada wanita yang telah cukup umur. (Unicef,

2002).

Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3 periode yaitu kurun

reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35 tahun), kurun

reproduksi tua (36-45 tahun). Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi

bahwa resiko kehamilan rendah pada kurun reproduksi sehat dan meningkat lagi

secara tajam pada kurun reproduksi tua. (Depkes RI, 1995)

b. Tingkat Pendidikan Ibu

Menurut Slope (1989), pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang

pernah dialami seseorang dan berijazah. Pendidikan dapat mempengaruhi

seseorang dalam kesehatan terutama pada pola asuh anak, alokasi sumber zat gizi

serta utilisasi informasi lainnya. Rendahnya tingkat pendidikan ibu menyebabkan

29
berbagai keterbatasan dalam menangani masalah gizi dan keluarga serta anak

balitanya. (Herman, 1990).

Pendidikan ibu merupakan modal utama dalam menunjang ekonomi

keluarga juga berperan dalam penyusunan makan keluarga, serta pengasuhaan dan

perawatan anak. Bagi keluarga dengan tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih

mudah menerima informasi kesehatan khususnya di bidang gizi, sehingga dapat

menambah pengetahuannya dan mampu menerapkan dalam kehidupan sehari-

hari. (Depkes RI, 1990).

Pendidikan adalah suatu proses yang berjalan berkesinambungan. Mulai dari

usia anak-anak sampai dewasa karena itu memerlukan beraneka cara dan sumber.

(Depkes RI, 1990). Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial

dalam masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku manusia dapat

meningkat dan berubah citra sosialnya. Disamping itu, tingkat pendidikan dapat

juga dijadikan sebagai cermin keadaan sosial ekonomi didalam masyarakat.

(Soekirman, 1994).

Tujuan akhir dari suatu pendidikan pada dasarnya adalah untuk

menghilangkan faktor-faktor perilaku dan sosial budaya yang merupakan

hambatan bagi perbaikan kesehatan, menumbuhkan perilaku dan sosial budaya

yang positif sehingga baik individu maupun masyarakat itu dapat meningkatkan

sendiri taraf kesehatan masyarakat. (Soekirman, 1994).

Tingkat pendidikan yang dimiliki wanita bukan hanya bermanfaat bagi

penambahan pengetahuan dan peningkatan kesempatan kerja yang dimilikinya,

tetapi juga merupakan bekal atau sumbangan dalam upaya memenuhi kebutuhan

dirinya serta mereka yang tergantung padanya. Wanita dengan tingkat pendidikan

30
yang lebih tinggi cenderung lebih baik taraf kesehatannya. Peran organisasi

wanita seperti PKK untuk menjangkau kelompok wanita yang lebih dalam

peningkatan kesejahteraan termasuk taraf gizi dan kesehatan yang cukup

menjanjikan.

3. Pengetahuan Gizi Ibu

Gizi kurang banyak menimpa anak balita sehingga golongan anak ini disebut

golongan rawan. Masa peralian antara saat disapih dan mengikuti pola makan

orang dewasa atau bukan anak, merupakan masa rawan karena ibu atau pengasuh

anak mengikuti kebiasaan yang keliru. Penyuluhan gizi dengan bukti-bukti

perbaikan gizi pada anak dapat memperbaiki sikap ibu yang kurang

menguntungkan pertumbuhan anak. (Sayogya, 1994)

Pengetahuan gizi dapat diperoleh melalui pengalaman, media masa, pengaruh

kebudayaan, pendidikan baik formal atau informal. (Suhardjo, 1986).

Pengetahuan gizi dipengaruhi oleh beberapa faktor, disamping pendidikan yang

pernah dijalani, faktor lingkungan sosial dan frekuensi kontak dengan media masa

juga mempengaruhi pengetahuan gizi. Salah satu penyebab terjadinya gangguan

gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari. (Suhardjo, 2003)

Tingkat pengetahuan gizi seseorang besar pengaruhnya bagi perubahan sikap

dan perilaku di dalam pemilihan bahan makanan, yang selanjutnya akan

berpengaruh pula pada keadaan gizi individu yang bersangkutan. Keadaan gizi

yang rendah disuatu daerah akan menentukan tingginya angka kurang gizi secara

nasional. (Sri Mulyati, 1990).

31
Tingkat pengetahuan gizi ibu sebagai pengelola rumah tangga akan

berpengaruh pada macam bahan makanan yang dikonsumsinya. Adapun tingkat

pengetahuan ibu dalam pemberian makanan adalah sebagai berikut :

1) Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan. Dalam kehidupan

sehari-hari terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi

makanan yang disajikan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi

tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga

pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan

bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh merupakan

sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan balita

(Sjahmien Moehji, 2002).

2) Kebiasaan atau pantangan makanan yang merugikan kebudayaan akan

mempengaruhi orang dalam memilih makanan dan kebudayaan suatu daerah akan

menimbulkan adanya kebiasaan dalam memilih makanan. Sehubungan dengan

pangan yang biasanya dipandang pantas untuk dimakan, dijumpai banyak

pantangan, tahyul dan larangan pada beragam kebudayaan dan daerah yang

berlainan. Bila pola pantangan berlaku bagi seluruh penduduk sepanjang

hidupnya, kekurangan zat gizi cenderung tidak akan berkembang seperti jika

pantangan itu berlaku bagi sekelompok masyarakat tertentu selama satu tahap

dalam siklus hidupnya. Kalau pantangan itu hanya dilakukan oleh sebagian

penduduk tertentu, kemungkinan lebih besar kekurangan gizi akan timbul

(Suhardjo, 1986).

3) Kesukaan terhadap jenis pangan tertentu. Mengembangkan kebiasaan pangan,

mempelajari cara berhubungan dengan konsumsi pangan dan menerima atau

32
menolak bentuk atau jenis pangan tertentu, dimulai dari permulaan hidupnya dan

menjadi bagian dari perilaku yang berakar diantara kelompok penduduk. Dimulai

sejak dilahirkan sampai beberapa tahun makanan anak-anak tergantung pada

orang lain. Anak balita akan menyukai makanan dari makanan yang dikonsumsi

orang tuanya. Dimana makanan yang disukai orang tuanya akan diberikan kepada

anak balitanya. (Suhardjo, 2003) Dari kebiasaan makan inilah akan menyebabkan

kesukaan terhadap makanan. Tetapi kesukaan yang berlebihan terhadap suatu

jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan

mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan mengakibatkan tubuh

tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan (Sjahmien Moehji, 2002).

H. Kerangka Teori

Pengetahuan Ibu

Asupan Zat Gizi


Umur Ibu

Status Gizi Balita

Pendidikan Ibu Keadaan


Kesehatan

Riwayat Pelayanan
Penyakit Infeksi Kesehatan

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Sumber ; Kerangka Teori Mengacu Pada Dewa Nyoman Suparias ( 2018 )

33
D. Kerangka Konsep

Konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari

hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi,maka konsep

tidak langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui

konstruk atau yang lebih dikenal dengan nama variabel. Jadi variabel adalah

sesuatu yang bervariasi dalam penelitian (Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan Ibu

Umur Ibu
Status Gizi Balita Di
Puskesmas Kotaraja
Pendidikan Ibu

Riwayat Infeksi Penyakit

Keterangan :

Variabel Tunggal :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

34
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif dengan menggunakan

pendekatan Deskriptif. Artinya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

gambaran karakteristik ibu dan status gizi pada balita (12-59 bulan) di

wilayah kerja Puskesmas Kotaraja Kota Jayapura. Penelitian deskriptif juga

merupakan salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

gambaran secara realita dan obyektif terhadap sesuatu kondisi tertentu yang

sedang terjadi dalam kelompok masyarakat. (Imron, 2010)

B. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2022 di Puskesmas

Kotaraja Kota Jayapura.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi atau disebut juga dengan istilah universe atau universum

atau keseluruhan, adalah sekelompok individu atau obyek yang memiliki

karakteristik yang sama, yang mungkin diselidiki (Imron, 2010).

Populasi dalam penelitian ini adalah balita yang berumur 12-59 bulan

yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kotaraja sebanyak 835 balita.

35
2. Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian. Bila

populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada

populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti

dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi (Imron, 2010). Sampel

dalam penelitian ini sebanyak 90 balita yang dihitung dengan menggunakan

rumus Lemeshow. Perhitungan sampel adalah sebagai berikut :

N za2 x p x (1−p)
Rumus Lemeshow : 𝑛= (N−1)𝑑 2 + 𝑍𝑎2 x 𝑝(1−p)

Keterangan :
n = Jumlah sampel minimal yang diperlukan
N = Jumlah Populasi
Z∝ = Nilai standar dari distribusi sesuai nilai ∝ = 5% - 1,96
p = Maksimal estimasi 50% - 0,5
q =1–p
d = alpha (0,10) atau sampling error = 10%
Melalui rumus di atas, maka jumlah sampel yang akan diambil adalah:

N za2 x p x (1 − p)
𝑛=
(N − 1)𝑑 2 + 𝑍𝑎2 x 𝑝(1 − p)

835 x 1,962 x 0,5 (1 − 0,5)


𝑛=
(835 − 1)0,12 + 1,962 x 0,5 (1 − 0,5)

835 x 3,84 x 0,25


𝑛=
834 x 0,01 + 3,84 x 0,25

36
801,6
𝑛=
8,34 + 0,96

801,6
𝑛= = 86,19
9,3
𝑛 = 𝟖𝟔 ≈ 90
Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 90 balita.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam pengambilan sampel

adalah teknik purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel

yang dilakukan berdasarkan maksud atau tujuan tertentu yang di tentukan oleh

peneliti (Imron, 2010). Pengambilan sampel mengacu pada kriteria yang

ditetapkan oleh peneliti :

1) Kriteria Inklusi

1. Ibu yang mempunyai balita umur 12-59 bulan di Puskesmas Kotaraja

2. Ibu balita yang memiliki buku Kesehatan Ibu dan Anak ( KIA ) atau

KMS ( Kartu Menuju Sehat )

3. Bersedia untuk menjadi responden.

2) Kriteria Eksklusi

1. Ibu balita yang tidak memiliki buku Kesehatan Ibu Dan Anak ( KIA )

atau KMS ( Kartu Menuju Sehat )

2. Tidak bersedia menjadi responden

3. Balita yang sedang sakit saat penelitian

37
D. Variabel, Defenisi Operasional Penelitian dan Skala Pengukuran

1. Variabel Penelitian

Salah satu tahapan penting dalam proses penelitian kuantitatif adalah

penentuan variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

variabel tunggal. Adapun pengertian varibel tunggal adalah variabel yang

berdiri sendiri, tidak ada variabel lain yang menyertai. (Notoatmojo, 2010).

2. Definisi Operasional Variabel penelitian dan Skala Pengukuran

Definisi operasional variabel penelitian bertujuan untuk

menjelaskan makna variabel yang sedang diteliti. Definisi operasional

adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur

suatu variabel,aspek atau pengukuran dan skala ukur (Widoyoko,2012).

Adapun definisi operasional yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat

dibawah ini :

38
Tabel 3.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Penelitian Alat Ukur Kriteria Objektif Skala Ukur

1. Pengetahuan Ibu Tingkat pemahaman Kuesioner 1. Baik jika nilainya 76% - 100%
Tentang Gizi Ibu mengenai gizi 2. Kurang jika nilainya≤ 56% - 75%
( Arikunto, 2006 ) Ordinal

2. Umur Ibu Umur ibu yang telah Kuisioner 1. ≤ 22 tahun Ordinal


memasuki umur 2. > 22 tahun
produktif. ( Budi.dkk, 2013)
3. Pendidikan Ibu Riwayat pendidikan
1. Kuesioner 1. Tidak Sekolah Nominal
formal terakhir yang
2. 2. SD
ditamatkan oleh 3.ibu. 3. SMP
4. 4. SMA
5. 5. Perguruan Tinggi
( Budi.dkk, 2013 )

4. Riwayat Penyakit Penyakit infeksi yang Ordinal


Infeksi diderita oleh balita Kuesioner 1. Ada ( ISPA, Diare, Malaria)
dalam 3 bulan 2. Tidak ada ( ISPA, Diare, Malaria )
terakhir atau pada saat
peneliti melakukan
penelitian

39
5. Status Gizi Balita Keadaan yang Ordinal
ditunjukkan antara zat Buku KIA atau 1. Gizi Baik (-2 SD s/d 2 SD)
gizi yang masuk KMS 2. Gizi Kurang (-3SD s/d < -2 SD)
kedalam tubuh dan 3. Gizi Lebih (> 2 SD)
yang dihitung dengan 4. Gizi Buruk ( <-3 SD)
menggunakan ( Kemenkes, 2010 )
indikator atau indeks
penilaian BB/U yang
dilihat dari buku KIA
atau KMS

40
E. Sumber Data

1. Data Primer

Data Primer adalah data yang diambil langsung dari sumbernya atau

objek penelitian oleh peneliti perorangan atau organisasi ( Riwidikdo,

2006 ). Dalam penelitian ini data primer diperoleh dari :

a. Data yang diambil melalui pengisian kuesioner yaitu nama ibu, umur

ibu, alamat ibu dan pendidikan terakhir ibu.

b. Data yang dikumpulkan dengan wawancara langsung pada orang tua

balita

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek penelitian ( Riwidikdo, 2006 ). Data sekunder dalam penelitian

ini meliputi : Data gambaran umum lokasi, batas-batas wilayah kerja

Puskesmas Kotaraja.

a. Data gambaran umum Puskesmas Kotaraja didapat di Puskesmas

Kotaraja

b. Data jumlah balita didapat di Dinas Kesehatan Kota Jayapura

c. Data status gizi diperoleh dari hasil pengukuran antropometri BB anak

balita di buku Kesehatan Ibu Dan Anak ( KIA ) atau Kartu Menuju

Sehat ( KMS )

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara,

pengamatan, atau daftar pertanyaan, yang dipersiapkan untuk mendapatkan

informasi dari responden (Imron, 2010).

41
Jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner penelitian

2. Alat tulis

3. Kamera ( Dokumentasi )

4. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak ( KIA ) atau Kartu Menuju Sehat (

KMS )

G. Cara Peneltian

Cara penelitian atau prosedur penelitian pengumpulan data pada

penelitian ini melalui beberapa tahap yaitu:

1. Setelah proposal penelitian disetujui, peneliti mengajukan surat

permohonan izin penelitian ke Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Cenderawasih.

2. Peneliti mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Dinas

Kesehatan Kota Jayapura

3. Setelah surat permohonan izin penelitian disetujui oleh Dinas

Kesehatan Kota Jayapura , peneliti mengajukan surat permohonan izin

penelitian ke Puskesmas Kotaraja

4. Setelah disetujui oleh Kepala Puskesmas Kotaraja , peneliti menemui

petugas gizi di ruang gizi.

5. Peneliti bersama petugas gizi mencari responden dengan mengunjungi

posyandu dan kader posyandu. Setelah itu menjelaskan tujuan dan maksud

penelitian bersama kader posyandu, peneliti mencari calon responden dan

peneliti melakukan penelitian.

42
6. Peneliti menjelaskan tujuan dan manfaat penelitian kepada calon

responden.

7. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) terhadap responden

untuk ditanda tangani apabila setuju menjadi responden penelitian.

8. Menjelaskan cara pengisian lembar kuesioner kepada responden.

9. Responden mengisi lembar penelitian atau kuesioner.

10. Peneliti melengkapi lembar kuesioner dari buku KIA atau KMS responden

dan wawancara dengan responden.

Setelah data terkumpul peneliti mulai melakukan pengolahan data dan

analisa data yang telah ditetapkan oleh penelitian.

H. Teknik Pengolahan Data

1. Pengolahan Data

a. Editing : setelah kuesioner terkumpul, maka di lakukan pemeriksaan

kejelasan dan kelengkapan pengisian kuesioner pengumpulan data.

b. Coding : untuk mempermudah memasukan data pada saat dilakukan

perhitungan maka dilakukan coding yaitu dengan mengganti data

mentah (yang ada dalam kuesioner) yang berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka/bilangan yang mudah dibaca oleh program SPSS.

Untuk pengetahuan Ibu tentang status gizi balita :

1. Untuk jawaban benar diberi skor 1

2. Untuk jawaban salah diberi skor 0

c. Processing : data yang `sudah melewati pengkodean kemudian

diproses agar data dapat dianalisis. Memproses data dilakukan dengan

43
cara memasukan data dari kuesioner ke aplikasi SPSS versi 16 agar

dapat diolah.

d. Entry data : Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori

kemudian dimasukan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi

data. Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui

pengelolaan computer.

e. Cleaning : melakukakan pengecekan kembali bahwa seluruh data yang

telah dimasukan kedalam SPSS pengolah data memiliki kesalahan atau

tidak, yaitu dengan mendeteksi data yang missing, mengetahui variasi

data dan mendeteksi adanya data yang tidak konsisten.`

f. Tabulating Data : menyusun dan menghitung data hasil pengkodean

untuk disajikan dalam tabel.

I. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan distribusi

frekuensi responden atau persentase dari setiap varibel (Notoatmodjo

2012). Setelah seluruh data dikumpulkan, selanjutnya akan di analisis agar

memudahkan peneliti untuk mendeskripsikan dan menentukan frekuensi

atau persentase, sehingga analisis data dalam penelitian ini menggunakan

SPSS Versi 16.

f
p = × 100%
n

44
Keterangan :

P = presentase jawaban kuesioner dari setiap responden

f = frekuensi / skor setiap responden

n = jumlah sampel

J. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan penelitian ini ada beberapa keterbatasan yang dialami dan

dapat menjadi beberapa faktor antara lain :

1. Dalam penelitian ini ada beberapa keterbatasan dalam penelitian, yaitu

keterbatasan dalam pengumpulan data, balitanya rewel, ibu balita menolak

karena harus pulang kerumah mengurus suaminya.

2. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner,

dimana keakuratan data yang di peroleh antara variabel-variabel yang

diteliti sangat tergantung pada kejujuran dan keterbukaan responden serta

sangat dipengaruhi oleh kemampuan dalam menggali data dari responden

sehingga fakta yang ada dapat dijamin keakuratannya.

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Kotaraja terletak di Kota Jayapura Kelurahan Wahno Distrik

Abepura dengan wilayah kerja meliputi 3 kelurahan dengan luas ±382

km2, dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan : Kelurahan Entrop Distrik Japsel

b. Sebelah Timur berbatasan : Teluk Youtefa

c. Sebelah Selatan berbatasan : Kelurahan Kota Baru – Yobe

d. Sebelah Barat berbatasan : Kelurahan Yabansai Distrik Heram

Tiga kelurahan yang menjadi wilayah kerja Puskesmas Kotaraja adalah

sebagai berikut :

1). Kelurahan Wahno

2). Kelurahan Vim

3). Kelurahan Waimhorock

Gambar 4.1
Gambar Peta Wilayah Puskesmas Kotaraja

Sumber: Data Puskesmas Kotaraja

46
B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Karakteristik Ibu

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas


Kotaraja Kota Jayapura
Karakteristik Ibu Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
Umur Ibu
≤ 22 tahun 4 4,4%
> 22 tahun 86 95,6%
Pendidikan Ibu
Tidak Sekolah 2 2,2%
SD 2 2,2%
SMP 8 8,9%
SMA 54 60,0%
Perguruan Tinggi 24 26,7%

Pengetahuan Ibu
Baik 65 72,2%
Kurang 25 27,8%
Total 90 100%

Sumber : Data Primer, Oktober 2022

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi frekuensi


karakteristik berdasarkan umur ibu >22 tahun sebanyak 86 orang
(95,6%), pendidikan ibu dengan tingkat pendidikan SMA lebih banyak
berjumlah 54 orang ( 60,0% ), pengetahuan ibu yang baik sebanyak 65
orang ( 72,2% ).

47
b. Karakteristik Balita

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Riwayat Penyakit Infeksi dan


Status Gizi Pada Balita

Karakteristik Balita Frekuensi ( n ) Persentase ( % )


Riwayat Penyakit Infeksi
Tidak Ada 66 73,4%
ISPA 1 1,1%
Diare 20 22,2%
Malaria 3 3,3%
Status Gizi Balita
Baik 68 75,6%
Kurang 22 24,4%
Total 90 100%

Sumber : Data Primer, Oktober 2022

Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi


frekuensi karakteristik balita yang memiliki riwayat penyakit infeksi
diare lebih banyak yaitu 20 orang ( 22,2% ), balita dengan status gizi baik
berjumlah 68 orang ( 75,6% ).

48
C. Pembahasan

1. Umur Ibu Dengan Status Gizi Balita

Masa reproduksi wanita pada dasarnya dibagi dalam 3 periode yaitu

kurun reproduksi muda (15-19 tahun), kurun reproduksi sehat (20-35

tahun) dan kurun reproduksi tua (36-45 tahun). Berdasarkan pendapat

UNICEF (2002) dalam Arif (2006), menunda kehamilan pertama sampai

dengan usia 20 tahun akan menjamin kehamilan dan kelahiran lebih aman

serta mengurangi resiko bayi lahir dengan BB rendah.

Umur ibu juga mempengaruhi pengetahuan dan status gizi pada

balita. Umur akan berpengaruh pada kemampuan dan kesiapan diri ibu.

Umur ibu menentukan pola pengasuhan dan penentuan makanan yang

sesuai bagi anak karena semakin bertambah umur ibu maka semakin

bertambah pengalaman dan kematangan pola berpikir ibu dalam

pengasuhan dan penentuan makan anak.

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa diperoleh

umur ibu lebih banyak pada umur < 22 tahun sebanyak 86 orang (95,6%)

dan paling sedikit umur ≤ 22 tahun yakni berjumlah 4 orang ( 4,4% )

dengan status gizi balita baik sebanyak. Penelitian ini mendukung hasil

penelitian Khotimah dan Kuswandi (2014), Nurhayati, dkk. (2020) yang

menyimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan status gizi

balita. Sebagaimana disampaikan oleh Budiman, dkk (2013), umur

mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang, semakin bertambah

usia akan semakin berkembang pengetahuan yang diperolehnya semakin

membaik.

49
Selain itu, penelitian ini juga memperkuat pernyataan Elizabeth B.

Hurlock (1980) yang mengungkapkan bahwa puncak perkembangan

intelektual atau kekuatan respon seseorang terjadi pada usia 20 tahun

sampai 25 tahun. Pada usia ini umumnya seseorang berada dalam tahap

belajar di perguruan tinggi. Sesudah itu kemampuan intelektual sedikit

demi sedikit mengalami penurunan. Sebenarnya yang menurun adalah

kecepatan perkembangan integensinya, bukan penurunan intelektual atau

kemampuan berfikir drastis, sebab setelah remaja perkembangan

intelektual seseorang menjadi konstan. Hal ini berari dalam menguasai

kemampuan motorik, usia 20-an akan lebih mampu dibandingkan dengan

mereka yang mendekati usia setengah baya. Kemampuan intelektual akan

lebih cepat mengalami penurunan fungsi jika tidak secara terus menerus

dilatih dan diperluas dengan pengalaman belajar.

2. Pendidikan Ibu Dengan Status Gizi Balita

Tingkat pendidikan merupakan salah satu indikator sosial dalam

masyarakat karena melalui pendidikan sikap tingkah laku manusia dapat

meningkat dan berubah citra sosialnya. Pendidikan ibu merupakan modal

utama dalam menunjang ekonomi keluarga, juga berperan dalam penyusunan

makan keluarga serta pengasuhan dan perawatan anak (Arif, 2006).

Tingkat pendidikan seseorang akan berkaitan erat dengan wawasan

pengetahuan mengenai sumber gizi dan jenis makanan yang baik untuk

konsumsi keluarga. Ibu rumah tangga yang berpendidikan akan cenderung

memilih makanan yang lebih baik dalam mutu dan jumlahnya, dibanding

dengan ibu yang pendidikan lebih rendah (Meryana, 2014).

50
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas

ibu berstatus pendidikan sekolah. Pendidikan ibu yang sekolah sebanyak

88 orang ( 97,8% ), yakni SD berjumlah 2 orang ( 2,2% ), SMP berjumlah

8 orang ( 8,9% ), SMA berjumlah 54 orang ( 60,0% ) dan Perguruan

Tinggi berjumlah 24 orang ( 26,7% ), sedangkan ibu yang tidak sekolah

berjumlah 2 orang ( 2,2% ). Pendidikan ibu sangat menentukan status gizi

balita. Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian Nurmaliza (2019) ada

hubungan antara pengetahuan dan pendidikan terhadap status gizi balita,

(Miftakhul Jannah, 2015; Wati, 2018; Khaeriyah, Arifin and Hayatie,

2020) terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan status gizi

anak balita usia 1-5 tahun.

Hasil penelitian ini selaras dengan pernyataan Haryani (2011)

yang mengatakan bahwa pendidikan ialah salah satu poin penting dalam

kehidupan terutama pendidikan kesehatan Gizi sangat diperlukan untuk

membentuk prilaku positif dalam hal memenuhi kebutuhan gizi sebagai

salah satu unsur penting yang mendukung status kesehatan seseorang,

pendidikan gizi dilakukan untuk menghasilkan perilaku yang dibutuhkan

untuk memelihara, mempertahankan, ataupun meningkatkan keadaan gizi

baik terutama gizi balita.

Penelitian ini juga mendukung penelitian yang telah dilakukan

oleh Asima (2011) bahwa pendidikan ibu berhubungan secara positif dan

signifikan terhadap status gizi balita dengan berat badan anak menurut

umur (BB/U) akan bertambah 0,14 % dengan adanya tambahan

pendidikan ibu sehingga terdapat hubungan yang bermakna pendidikan ibu

51
dengan status gizi balita, serta mendukung penelitian Falahiah dan Zulmi

(2007) terdapat hubungan yang bermakna antara pendidkan dengan status

gizi pada balita.

Hal ini dapat ditunjukkan oleh kenyataan antara lain anak-anak

dari ibu yang memiliki latar belakang pendidikan yang lebih tinggi akan

mendapatkan kesempatan hidup serta tumbuh lebih baik dan mudah

menerima wawasan lebih luas mengenai gizi (Supariasa, 2012).

3. Pengetahuan Ibu Dengan Status Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang makanan dan zat

gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan, makanan yang aman

dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan penyakit dan cara mengolah

makanan yang baik agar zat gizi dalam makanan tidak hilang serta

bagaimana hidup sehat. ( Notoatmojo, 2003 ).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya pengetahuan ibu

berada pada kategori baik karena mereka sudah mengetahui tentang

pertumbuhan anak, makanan sebagai sumber gizi, jenis makanan bergizi,

sumber protein, manfaat vitamin bagi balita, kriteria sayuran yang layak

dikonsumsi, menu seimbang bagi balita, berat badan menggambarkan

status gizi balita dan cara membersihkan sayuran untuk menu balita.

Tingkat pengetahuan ibu tentang gizi yang tinggi dapat

mempengaruhi pola makan balita yang pada akhirnya akan mempengaruhi

status gizi balita. Pengetahuan yang baik seorang ibu dapat memilih dan

memberikan makan bagi balita baik dari segi kualitas dan kuantitas yang

memenuhi.angka kecukupan gizi bagi balita. Asupan makanan yang sesuai

52
dengan angka kecukupan gizi yang dibutuhkan oleh seorang balita dapat

mempengaruhi status gizi balita. Status gizi adalah keadaan yang

ditunjukkan sebagai konsekuensi dari keseimbangan antara zat gizi yang

masuk ketubuh dan yang diperlukan ( Maryunani, 2010 ).

Berdasarkan hasil analisis univariat menunjukkan bahwa

pengetahuan ibu yang baik sebanyak 65 orang ( 72,2% ) dan pengetahuan

ibu yang kurang sebanyak 25 orang ( 27,8% ).

Status gizi balita tidak dapat terlepas dari pengetahuan gizi, dimana

gizi yang baik sangat ditentukan oleh asupan makanan dan pola makan

yang diberikan oleh ibu. Hasil penelitian Ima Nurapriyanti (2015) dan

Lestari (2016) Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi adalah

asupan makanan, Edison, dkk (2016) terdapat hubungan antara pola makan

dengan status gizi, selain itu jenis makan memiliki hubungan yang erat

dengan status gizi balita (Damanik, 2015). Ibu yang memiliki pengetahuan

yang baik tentang gizi dapat memberikan jenis makanan yang memiliki

kandungan nutrisi yang cukup untuk balita.

Status gizi balita juga berhubungan dengan pengetahuan ibu, hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Hartriyanti, dkk (2021) yang menyatakan

bahwa Ibu dengan tingkat pengetahuan kurang cenderung memiliki

perilaku pemberian makan yang kurang, penelitiannya menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu

dengan perilakunya dalam memberikan makan kepada anak. Hal senada

disampaikan oleh Suhardjo (2003), salah satu penyebab terjadinya

53
gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi tau kemampuan untuk

menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan ibu tentang vitamin juga berpengaruh pada pemberian

vitamin dalam menjaga status gizi balita dalam keadaan baik, penelitian ini

sejalan dengan penelitian (Kusumanti and Setyorini, 2018; Mariyana and

Sihombing, 2022) yang menyatakan bahwa ada hubungan antara hubungan

pengetahuan ibu dengan pemberian vitamin A. selain itu pengetahuan ibu

tentang protein sangat membantu dalam memberikan makanan yang

bernutrisi tinggi, sebagaimana penelitian Fadlillah and Herdiani (2020)

asupan energi dan protein yang cukup dapat menunjang pertumbuhan dan

perkembangan serta kesehatan gizi balita, Anggraeni, Toby and Rasmada,

(2021) terdapat hubungan antara pengetahuan dan asupan makanan seperti

asupan energi, protein lemak, vitamin A dengan status gizi.

Simarmata (2009) menyebutkan terdapat dua faktor yang

mempengaruhi status gizi seseorang, yaitu (1) Faktor yang berpengaruh

secara langsung, meliputi asupan makanan dan infeksi, (2) Faktor yang

berpengaruh secara tidak langsung, ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak dan lingkungan kesehatan yang tepat termasuk akses

terhadap pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini, 22 Balita yang

mengalami status gizi kurang lebih dipengaruhi oleh asupan makanan dan

infeksi.

Penelitian ini juga mendukung penelitian Sisilowati, dkk (2018)

yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat

penyakit infeksi, perilaku ibu dalam pemberian makanan balita, dan

54
dengan status gizi balita. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Nainggolan dan Zuraida (2012) di Puskesmas

Rajabasa Bandar Lampung yang menyatakan bahwa ada hubungan yang

signifikan antara pengetahuan gizi Ibu dengan status gizi balita. Hasil yang

sama juga ditunjukan oleh penelitian Febriyatna, dkk. (2017) pada anak

usia Taman Kanak-kanak. Hasil penelitian ini menemukan bahwa

mayoritas responden memiliki pengetahuan gizi yang baik, penelitian ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniah Afrisah (2022),

Kurnia Apriani (2020), Doni (2019).

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang

dilakukan oleh Roskita (2020) di desa Tualang Kecamatan Tualang

Kabupaten Siak yang mengatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang status

gizi balita ada pada kategori kurang. Hal ini tentunya dipengaruhi oleh

banyak faktor, sebagaimana yang dikatakan oleh Budiman.dkk, (2013)

mengemukakan tingkat pengetahuan individu sangat dipengaruhi oleh

banyak faktor yang saling berhubungan antara lain: pendidikan,

informasi/media, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan, pengalaman,

dan umur.

Selain itu, (Moehji, 2000) mengatakan bahwa tingkat

pengetahuan orang tua ( terutama ibu ) tentang gizi dapat juga

mempengaruhi status gizi balita. Makanan keluarga yang berpenghasilan

relative baik, tidak beda mutunya jika dibandingkan dengan makanan

keluarga yang berpenghasilan kurang. Keadaan ini menunjukan bahwa

55
ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh merupakan

sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya anak balita.

4. Riwayat Penyakit Infeksi Dengan Status Gizi Balita

Menurut Putri et al (2015), penyakit infeksi sangat erat kaitannya

dengan status gizi balita. Hal tersebut berkaitan dengan mekanisme

pertahanan tubuh yakni balita yang mengalami kekurangan makanan

tubuhnya tidak mampu membentuk energi baru untuk melawan

serangan infeksi. Hal tersebut menyatakan bahwa terdapat hubungan

antara penyakit infeksi dengan status gizi balita.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 24 balita ( 24,4% )

mempunyai riwayat penyakit infeksi, yang terdiri dari 20 balita (22,2%)

memiliki riwayat penyakit infeksi Diare, 3 balita (3,3%) memiliki riwayat

penyakit infeksi Malaria dan 1 balita (1,1%) memiliki riwayat penyakit

infeksi ISPA. Jika tidak diimbangi dengan pola makan yang sehat dan

teratur, maka balita akan mengalami penurunan imunitas tubuh, yang

dapat mengakibatkan selera makan balita jadi berkurang dan mudah

terserang penyakit infeksi.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Gatum, dkk (2021) yang

melakukan penelitian di Puskesmas Kupang menunjukkan bahwa adanya

hubungan antara penyakit infeksi dengan status gizi, serta penelitian

Yunianto, dkk (2021) Ada pengaruh riwayat sakit anak tiga bulan terakhir

terhadap status gizi pada indeks BB/U.

Penelitian ini juga menunjukan bahwa semua balita yang

memiliki riwayat diare memiliki gizi kurang hal ini dapat disebabkan oleh

56
banyak faktor diantaranya pemberian makanan pada balita, pemelihan

sumber air dan kualitas air, kebersihan tangan ibu, dan status gizi, dan

imunisasi yang tidak lengkap. Penelitian ini mendukung penelitian

Meliyanti (2016) yang menyatakan ada hubungan cara pemberian makan

dengan kejadian diare, Saputri and Astuti (2019) ada hubungan antara

sumber air bersih dengan kejadian diare, Rimbawati and Surahman (2019)

ada hubungan antara kualitas fisik air dengan kejadian diare, penelitian

(Hartati and Nurazila, 2018; Setyaningsih and Diyono, 2020) terdapat

hubungan faktor perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada

balita, Juhariyah and Mulyana (2018) terdapat hubungan antara kejadian

diare dengan status gizi pada balita.

Penelitian ini selaras dengan hasil penelitian (Indriati and

Aminingsih (2020) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna riwayat diare terhadap status gizi anak, Yuliantoro (2021) ada

hubungan antara riwayat diare dengan status gizi pada anak balita di

Puskesmas Klampis Ngasem Surabaya.

5. Status Gizi Balita

Status gizi adalah keadaan yang ditunjukkan sebagai konsekuensi

dari keseimbangan antara zat gizi yang masuk ketubuh dan yang

diperlukan (Maryunani, 2010). Dalam penelitian ini terdapat (75,6%)

status gizi balita yang masuk dalam kategori baik sebanyak 68 orang dan

status gizi balita yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 22 orang

(24,4%). Status gizi balita tidak dapat terlepas dari pengetahuan gizi,

dimana gizi yang baik sangat ditentukan oleh asupan makanan dan pola

57
makan yang diberikan oleh ibu. Hasil penelitian Ima Nurapriyanti (2015)

dan Lestari (2016) Faktor dominan yang mempengaruhi status gizi adalah

asupan makanan, Edison, dkk (2016) terdapat hubungan antara pola makan

dengan status gizi, selain itu jenis makan memiliki hubungan yang erat

dengan status gizi balita (Damanik, 2015). Ibu yang memiliki pengetahuan

yang baik tentang gizi dapat memberikan jenis makanan yang memiliki

kandungan nutrisi yang cukup untuk balita.

Status gizi balita juga berhubungan dengan pengetahuan ibu, hal ini

sejalan dengan hasil penelitian Hartriyanti, dkk (2021) yang menyatakan

bahwa Ibu dengan tingkat pengetahuan kurang cenderung memiliki

perilaku pemberian makan yang kurang, penelitiannya menyimpulkan

bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi ibu

dengan perilakunya dalam memberikan makan kepada anak. Hal senada

disampaikan oleh Suhardjo (2003), salah satu penyebab terjadinya

gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan gizi tau kemampuan untuk

menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan sehari-hari.

Simarmata (2009) menyebutkan terdapat dua faktor yang

mempengaruhi status gizi seseorang, yaitu (1) Faktor yang berpengaruh

secara langsung, meliputi asupan makanan dan infeksi, (2) Faktor yang

berpengaruh secara tidak langsung, ketahanan pangan di keluarga, pola

pengasuhan anak dan lingkungan kesehatan yang tepat termasuk akses

terhadap pelayanan kesehatan. Dalam penelitian ini, 22 Balita yang

mengalami status gizi kurang lebih dipengaruhi oleh asupan makanan dan

infeksi.

58
Penelitian ini juga mendukung penelitian Silawati, dkk (2018) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat

penyakit infeksi, perilaku ibu dalam pemberian makanan balita, dan

dengan status gizi balita.

59
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Umur ibu >22 tahun sebanyak 86 orang ( 95,6% ) dan umur ibu <22

tahun sebanyak 4 orang ( 4,4% ).

2. Pendidikan ibu yang SMA sebanyak 54 orang ( 60,0% ) dan pendidikan

ibu yang SD sebanyak 2 orang ( 2,2% ).

3. Pengetahuan ibu yang baik sebanyak 65 orang ( 72,2% ) dan

pengetahuan ibu yang kurang sebanyak 25 orang ( 27,8% ).

4. Riwayat penyakit infeksi diare sebanyak 20 orang ( 22,2% ) dan riwayat

penyakit infeksi ISPA sebanyak 1 orang ( 1,1% ).

5. Balita dengan status gizi baik sebanyak 68 orang ( 75,6% ) dan balita

dengan status gizi kurang sebanyak 22 orang (24,4%).

B. Saran

1. Bagi Responden / Ibu Balita

Diharapkan untuk ibu tetap mempertahankan dan meningkatkan

pengetahuan tentang gizi yang baik bagi balita, agar balita tetap sehat,

tumbuh dan berkembang dalam proses masa pertumbuhannya. Dan

diharapkan ibu – ibu balita agar selalu datang tepat waktu ke Posyandu.

2. Bagi Puskesmas

Diharapkan untuk petugas kesehatan terlebih khususnya petugas gizi

agar tetap mempertahankan program penyuluhan yang sudah diterapkan di

Puskesmas Kotaraja. Dan selalu memberikan penyuluhan tentang

60
pentingnya gizi dan pemenuhan gizi bagi balita melalui kader-kader

posyandu. Sehingga selalu ada tambahan informasi, pengetahuan dan

keterampilan teknis dalam pemenuhan gizi bagi balita.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Bagi institusi pendidikan terkait, diharapkan hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan atau materi pembelajaran yang baik bagi kalangan

mahasiswa/i pendidikan sarjana kesehatan masyarakat agar dapat

mengetahui tentang status gizi balita.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan agar peneliti selanjutnya melaksanakan penelitian

dengan mencari variabel – variabel lain yang belum ada, sehingga

hasilnya dapat dipakai sebagai bahan perbandingan dengan hasil

penelitian ini.

61
DAFTAR PUSTAKA

A Nugroho, Kristiawan P., Bagus P. S Adi, Ria Angelina, Program Studi Gizi,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga, Uptd Puskesmas Bancak Kabupaten Semarang, and Program Studi
Ilmu Keperawatan. n.d. GAMBARAN STATUS GIZI KURANG DAN
KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI DESA BATUR,
KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN SEMARANG.
Afrisah, Kurnia, Chyka Febria, Kartika Mariyona, Program D. Studi, and
Kebidanan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat.
n.d. “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG
STATUS GIZI PADA BALITA DI KENAGARIAN TANJUNG BUNGO
KECAMATAN SULIKI KABUPATEN LIMA PULUH KOTA.”
Anggraeni, Lina Dewi, Yohana Riang Toby, and Sada Rasmada. 2021. “Analisis
Asupan Zat Gizi Terhadap Status Gizi Balita.” Faletehan Health Journal
8(02):92–101. doi: 10.33746/fhj.v8i02.191.
Budiana, Teguh Akbar, and Dedi Supriadi. 2021. “Hubungan Banyaknya Anggota
Keluarga, Pendidikan Orangtua Dan Kepesertaan Jaminan Kesehatan Anak
Dengan Kejadian Berat Badan Kurang Pada Balita 24-59 Bulan Di
Puskesmas Cimahi Selatan.” Jurnal Ilmu Kesehatan Bhakti Husada: Health
Sciences Journal 12(1):38–50. doi: 10.34305/jikbh.v12i1.256.
Fadlillah, Ananda Putri, and Novera Herdiani. 2020. “Literature Review : Asupan
Energi Dan Protein Dengan Status Gizi Pada Balita.” National Conference
for Ummah 10.
Hartati, Susi, and Nurazila Nurazila. 2018. “Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian
Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru.” Jurnal
Endurance 3(2):400. doi: 10.22216/jen.v3i2.2962.

Indriati, R. and Aminingsih, S. (2020) ‘Hubungan Riwayat Penyakit Ispa Dan


Diare Dengan Status Gizi Pada Anak Usia 1 - 5 Tahun’, KOSALA : Jurnal Ilmu
Kesehatan, pp. 25–33. doi: 10.37831/jik.v8i1.185.
Izzi, Anizah, Haibah Fakultas, and Kesehatan Masyarakat. 2021. “GAMBARAN
KARAKTERISTIK IBU DAN STATUS GIZI BAYI DIBAWAH USIA 2
TAHUN DI DESA MOJOSARI, KECAMATAN KALITIDU,
BOJONEGORO.” 11(2).
Juhariyah, Siti, and Siti Anisa Sajidah Fadya Mulyana. 2018. “Hubungan Status
Gizi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskemas Rangkasbitung.”
Jurnal Obstretika Scientia 6(1):219–30.

Keperawatan Yarsi Samarinda, Akademi. 2019. GAMBARAN TINGKAT


PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI PADA ANAK BALITA DI UPT
PUSKESMAS REMAJA KOTA SAMARINDA. Vol. 1.

62
Khuriyah, N. 2017. “Hubungan Antara Riwayat Penyakit Ispa Dan Diare Dengan
Status Gizi Pada Anak Di Wilayah Kerja Puskesmas Kaliwungu Kabupaten
Kudus.” Prosiding Hefa 1:306–12.

Kusumanti, Pratiwi Dyah, and Nurbaity Setyorini. 2018. “Hubungan Tingkat


Pengetahuan Ibu Tentang Vitamin a Dengan Ketepatan Dalam Pemberian
Vitamin a Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sruwohrejo Kecamatan
Butuh Kabupaten Purworejo.” Jurnal Komunikasi Kesehatan 9(2):29–37.
Lazamidarmi, Dita, Rico Januar Sitorus, and Heru Listiono. 2021. “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Kejadian ISPA Pada Balita.” Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi 21(1):299. doi: 10.33087/jiubj.v21i1.1163.
Mariyana, Mariyana, and Sarmauli Franshisca Sihombing. 2022. “Hubungan
Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Vitamin a Pada Balita Di Wilayah Kerja
Piskesmas Tanjung Uncang Kota Batam Tahun 2020.” Menara Ilmu
16(1):53–59. doi: 10.31869/mi.v16i1.3110.
Masalah, Latar Belakang. 2014. “Kata Kunci : Tingkat Pendidikan Ibu, Status
Gizi Balita PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah.” 42–52.

Maternal, Jurnal Ilmiah. 2020. “Faktor Penyebab Kematian Bayi Di Kabupaten


Karanganyar Tahun 2018.” Jurnal Ilmiah Maternal IV(1):1–5.
Meliyanti, F. (2016) ‘Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare
pada Balita’, Jurnal Ilmiah Ilmu Kesehatan Aisyah, 1(2), p. 299. doi:
10.33087/jiubj.v21i1.1163.
Miftakhul Jannah, and S. M. (2015) ‘Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan
Status Gizi Balita di Posyandu Bangunsari Semin Gunung Kidul Tahun 2014’,
Jurnal Kebidanan Indonesia, 6(1), pp. 42–52. Available at:
https://raharja.ac.id/2020/10/13/literature-review/.
Nisak, Nuruz Zahrotun. 2018. “Hubungan Pekerjaan Dengan Pengetahuan Gizi
Ibu Dengan Status Gizi Balita Desa Duwet Kecamatan Wonosari Kabupaten
Klaten.” Universitas Muhammadiyah Surakarta 10–11.
Nurmaliza, Nurmaliza, and Sara Herlina. 2019. “Hubungan Pengetahuan Dan
Pendidikan Ibu Terhadap Status Gizi Balita.” Jurnal Kesmas Asclepius
1(2):106–15. doi: 10.31539/jka.v1i2.578.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau, Gizi. n.d. GAMBARAN
PENGETAHUAN IBU DAN STATUS GIZI BALITA DI DESA
TUALANG KECAMATAN TUALANG KABUPATEN SIAK TUGAS
AKHIR Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan
Diploma III Jurusan.

Pratasis, Neni N., Nancy S. H. Malonda, Nova H. Kapantow, Fakultas Kesehatan,


Masyarakat Universitas, and Sam Ratulangi. 2018. “Hubungan Antara
Karakteristik Ibu Dengan Status Gizi Pada Balita Didesa Ongkaw Kecamatan
Sinonsayang Kabupaten Minahasa Selatan.” Kesmas 7(3):1–9

63
Putri, Maya S., Nova Kapantow, Shirley Kawengian, Kandidat Skripsi, Fakultas
Kedokteran, Universitas Sam, Ratulangi Manado, and Bagian Gizi. 2015.
HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN
STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN
LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW. Vol. 3. Mei-
Agustus.
Rimbawati, Yazika, and Andre Surahman. 2019. “Hubungan Sanitasi Lingkungan
Dengan Kejadian Diare Pada Balita.” Jurnal ’Aisyiyah Medika 4:189–98.
doi: 10.36729/jam.v4i0.337.
Saputri, Nurwinda, and Yuni Puji Astuti. 2019. “Hubungan Faktor Lingkungan
Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas Bernung.” Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan 10(1):101. doi: 10.26751/jikk.v10i1.619.
Sari, Dyah Purnama, Siti Helmyati, Titi Nurma Sari, and Yayuk Hartriyanti. 2021.
“Hubungan Pengetahuan Dan Persepsi Ibu Tentang Status Gizi Anak Dengan
Perilaku Ibu Dalam Pemberian Makan Anak.” Journal of Nutrition College
10(2):140–48. doi: 10.14710/jnc.v10i2.30343.
Setyaningsih, Rahayu, and Diyono Diyono. 2020. “Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita.” KOSALA : Jurnal Ilmu
Kesehatan 8(2):63–70. doi: 10.37831/jik.v8i2.190.
Simbolon, Nagoklan, Magda Siringo-ringo, Megawati Manalu, and Keperawatan
STIKes Santa Elisabeth Medan. n.d. “Gambaran Pengetahuan Ibu Balita
Tentang Status Gizi Berdasarkan Karakteristik Tahun 2022.” doi:
10.52317/ehj.
Sitanggang, Tantri Wenny, and Yowsa Ibra Werdana. 2021. “Hubungan Tingkat
Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu Tentang Kebutuhan Gizi Terhadap Status
Gizi Balita.” Jurnal Kesehatan STIKes IMC Bintaro 4(1):41–50.

64

Anda mungkin juga menyukai