Judul Jurnal Hubungan antara konsumsi iodium dan gondok pada siswi berusia 15-17 tahun
Kelompok 4 1. Rini Benowati (J310141018) 2. Yulis Sri (J310141019) 3. Sri Sulasmi (J310141020) 4. Dian Ayu Ainun Nafies (J310141021) 5. Ika Novitasari (J310141022) 6. Nur Ainun Hasyim (J310141023)
A. Definisi Penilaian status gizi secara klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ- organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (rapid clinical surveys). B. Komponen pengukuran
Medical history (riwayat medis), yaitu catatan mengenai perkembangan penyakit. Pemeriksaan fisik, yaitu melihat dan mengamati gejala gangguan gizi baik sign (gejala yang dapat diamati) dan symptom (gejala yang tidak dapat diamati, tetapi dirasakan oleh penderita gangguan gizi). C. Cara Pengukuran Metode yang digunakan adalah inspeksi (pengamatan) dan palpasi (perabaan). Metode inspeksi digunakan sebagai alat untuk menduga apakah ada pembesaran atau tidak, sedangkan untuk mengkonfirmasi apakah pembesaran betul-betul pembesaran kelenjar gondok maka perlu dilakukan palpasi sehingga palpasi disebut juga sebagai alat konfirmasi.
D. Kesimpulan
- Klasifikasi pembesaran kelenjar gondok dapat dibedakan sebagai berikut: Grade 0, Grade IA , Grade IB, Grade IA, Grade II, Grade 1B, Grade III
- Untuk penentuan prevalensi gondok endemik diperlukan rumus perhitungan TGR dan VGR Prevalensi Total Goiter Rate (TGR) : grade (IA+IB+II+III)* 100% Banyaknya yang diperiksa Prevalensi visible goiter rate (VGR) : grade (IB+ II + III)* 100% Banyaknya yang diperiksa - Gangguan Akibat Kurang Yodium Suatu daerah diklasifikasikan sebagai daerah endemis gondok apabila memiliki prevalensi Total Goitre Rate (TGR) sebagai berikut : Prevalensi TGR : < 5% = Normal Prevalensi TGR : 5,0 19,9% = Ringan Prevalensi TGR : 20,2 29,9% = Sedang Prevalensi TGR : > = 30% = Berat (sumber. WHO 1994)
E. Pembahasan jurnal :
Judul Penelitian Hubungan antara konsumsi iodium dan gondok pada siswi berusia 15-17 tahun. Peneliti : Ir. Basuki Budiman, MSa(PH), Iman Sumarno. Metode Penelitian : Penelitian ini dirancang menggunakan desain potong- lintang Sebanyak 300 siswa putri SMU usia 15-18 tahun di Kabupaten Minahasa (Mn, Sulawesi), Bukittinggi (Bt, Sumatera) dan Gunungkidul (Gk, Jawa), berpartisipasi dalam penelitian ini. PSG (Pengukuran Status Gizi) : Pembesaran tiroid (gondok) dipalpasi dengan mengikuti kriteria WHO/ICCIDD. Data yang dikumpulkan antara lain sampel urin sesaat (casual urine), makanan kesukaan remaja untuk menentukan penggunaan garam dapur rumahtangga, dan penggunaan garam beriodium.Berikut ini adalah beberapa pemeriksaan yang dilakukan : - Pemeriksaan kelenjar tiroid (klinis) - Pemeriksaan iodium dalam urin - Pengukuran konsumsi iodium aktual
Lanjutan Pembahasan Jurnal...
Kesimpulan Prevalensi goiter pada remaja putri usia 15-17 tahun besarnya berkisar antara 31,1 % - 51 %. Prevalensi gondok pada siswi sangat tinggi di tiga kabupaten, sebesar 51,0% (Mn), 41,6% (Bt) dan 31,1% (Gk) Kualitas garam beriodium di Mn paling bagus (>20 ppm iodium = 56%) begitu pula jenis garam yang dikonsumsi (92,0% garam halus) dibandingkan dengan dua kabupaten lainnya (Gk 90% garam bata; Bt 61,5 % garam curai/krosok). Konsumsi cabe tertinggi di Mn 177,9 gram/hari menyusul Bt 102 gram/hari dan terendah di Gk 92 gram/hari.