DISUSUN OLEH
NIM : P07120120064
TINGKAT II B
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ” Gizi
Pada Ibu Hamil ” ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah
ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.
Harapan kami, semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah
ini.
A. Latar Belakang
Gizi berasal dari bahasa Arab yaitu algizzai yang artinya sari pati makanan. Asupan gizi pada
anak sekolah dasar di beberapa wilayah di Indonesia sangat memprihatinkan, padahal asupan
gizi yang baik setiap harinya dibutuhkan supaya mereka memiliki pertumbuhan, kesehatan
dan kemampuan intelektual yang lebih baik sehingga menjadi generasi penerus bangsa yang
unggul dan dapat mengharumkan nama bangsa di dunia Internasional. Pada dasarnya asupan
gizi yang diterima pada anak-anak sekolah dasar masih menunjukkan kurang menerima
asupan gizi yang baik untuk perkembangan tubuh dan intelektualitas yang tinggi, oleh karena
itu sudah selayaknya pemerintah, masyarakat terutama keluarga untuk dapat memberikan
asupan gizi yang cukup untuk pekembangan dan pertumbuhan anak.
Kenyataan status gizi anak-anak sekolah dasar yang memprihatinkan ini terungkap
berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 440 siswa Sekolah Dasar berusia 7
sampai 9 tahun di Jakarta dan Solo, yang di paparkan dalam diskusi soal status gizi anak
sekolah di Jakarta. Saptawati Bardosono, seorang Ahli Gizi dari Universitas Indonesia,
menjelaskan dari penelitian terhadap 220 anak sekolah di lima SD di Jakarta, asupan kalori
anak-anak umumnya di bawah 100 persen dari kebutuhan mereka. Dari total anak yang
diteliti, sebanyak 94,5 persen anak mengkonsumi kalori di bawah angka kecukupan gizi yang
dianjurkan (Recommended Dietary Allowances/RWA), yakni di bawah 1.800 kcal.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, dari anak yang diteliti, 40 persen anak sering menderita
infeksi tenggorokan, memiliki berat badan yang kurang sebanyak 56,4 persen, bertubuh
pendek sebanyak 35 persen, bertubuh kurus 29,5 persen, dan CED 62,7 persen. Ada sebanyak
7,3 persen anak yang terindikasi gizi buruk.Temuan status gizi anak sekolah yang berasal dari
keluarga tidak ammpu di Solo, menurut Endang Dewi Lestari dari Universitas Sebelas Maret
Solo, kondisinya tidak jauh berbeda dengan di Jakarta. Tetapi yang mengejutkan, sebanyak
220 anak dari 10 SD yang diteliti semuanya menderita defisiensi zat seng. Padahal, zat seng
merupakan co-faktor hampir 100 enzim yang mengkatalisasi fungsi biologis yang penting.
Seng juga dibutuhkan untuk memfasilitasi sintesis DNA dan RNA (metabolisme protein).
Dari penelitian ini juga terungkap jika anak-anak itu jarang sarapan pagi di rumah. Mereka
mengandalkan jajan di sekolah yang kondisi kemanan dan kesehatannya belum terjamin
untuk kebutuhan gizi dan energi selama beraktivitas.
B. Pengertian Anak Sehat
Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar,
yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumya dan memiliki kemampuan sesuai
standar kemampuan anak seusianya. Selain itu, anak yang sehat tampak senang, mau
bermain, berlari, berterik, meloncat, memanjat, tidak berdiam diri saja. Anak yang sehat
terlihat berseri-seri, kreatif, dan selalu ingin mencoba sesuatu yang ada di sekelilingnya. Jika
ada sesuatu yang tidak diketahuinya ia bertanya, sehingga pengetahuan yang dimilikinya
selalu bertambah. Anak yang sehat biasanya akan mampu belajar dengan baik. Ia banyak
berkomunikasi dengan teman, saudara, orang tua, dan orang lain di lingkungannya. Anak
yang banyak bergaul, ia banyak pengetahuan dan pengalaman. Anak tidak mudah puas atas
sesuatu yang kurang dipahami dan ingin mendapatkan contoh. Anak yang sehat
membutuhkan asupan gizi yang baik agar status gizinya baik, yaitu tidak kurang dan tidak
lebih.
Kesimpulan
Rendahnya asupan gizi anak usia sekolah diakibatkan oleh banyak faktor. Anak usia sekolah
sangat rentan dengan asupan gizi yang rendah atau buruk. Pada usia ini pola makan anak
dipengaruhi oleh teman dan lingkungan sekitarnya. Jajanan yang banyak dijual di sekolah-
sekolah termasuk ke dalam makanan yang tidak bergizi sehingga dapat dikatakan bahwa anak
usia sekolah sangat rentan dengan asupan gizi yang buruk.
Asupan gizi yang buruk dapat berakibat fatal apabila terus dibiarkan, defisiensi kalori yang
dihasilkan protein akan menimbulkan penyakit seperti marasmus dan kwashiorkor, defisiensi
zat besi akan mengganggu kerja hemoglobin dalam transportasi O2 keseluruh tubuh,
defisiensi zat seng akan mengganggu proses metabolism protein. Selain itu, buruknya status
gizi anak sekolah semakin memperburuk kondisi bangsa Indonesia karena generasi
penerusnya tidak produktif. Perbaikan status gizi dengan asupan gizi yang baik akan
memberikan banyak perubahan. Orang tua saat ini terlalu membiarkan anaknya
mengkonsumsi jajanan yang ada di sekolah. Membiasakan anak untuk sarapan pagi sebelum
berangkat sekolah merupakan cara yang efektif dalam mengurangi kemungkinan anak
membeli makanan di luar rumah.
Saran
Peran orang tua sangat diperlukan dalam memberikan makanan yang bergizi dan
mengajarkan anak untuk mengonsumsi atau memilih makanan yang bergizi. Pendekatan yang
baik dengan anak dan komunikasi atau cara penyampain pendidikan dasar mengenai
makanan yang bergizi dapat membuat anak lebih berhati-hati dalam memilih makanan atau
jajanan. Perhatian dari kedua orang tua sangat diperlukan terutama pada jajanan dan makanan
kesukaannya. Makanan yang diberikan saat dirumah hendaknya memperhatikan nilai gizi
dengan menyesuaikan kondisi social ekonomi keluarga.
Peran guru di sekolah sangat dibutuhkan guna memberikan pendidikan dasar dan pengawasan
secara aktif mengenai makanan atau jajanan yang baik dikonsumsi dan tidak baik untuk
dikonsumsi. Perlu pengawasan di sekitar lingkungan sekolah akan jajanan yang bergizi dan
tidak bergizi dan melarang pedagang di sekitar sekolah menjual makanan yang tidak bergizi.
Perlu penanganan secara khusus dari pemerintah untuk menangani permasalahan ini.
Sosialisasi mengenai asupan gizi yang dibutuhkan oleh anak sekolah dasar dapat dilakukan
sebagai upaya promotif untuk meningkatkan status gizi anak sekolah dasar.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ayubi, Dian. 2007. Bahan Kuliah Dasar PKIP. Depok : Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
Fikawati, Sandra. 2008. Kumpulan Materi Gizi Kesehatan Masyarakat. Depok : FKM UI
Suhardjo. 1992. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta : Kanisius