Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

KARSINOMA OVARIUM

A. DEFENISI

Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast ( ektodermal, endodermal, dan mesodermal dengan
sifat-sifat histologis maupun bilogis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10%
terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak(benigna), tidak jelas jinak tapi juga
tidak jelas / pasti ganas (borderlinemalignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas
ganas (truemalignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupunpadat. Kanker ovarium
disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak dibagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi
70-80% kanker ovarium baruditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis)
kemana-mana(Wiknjosastro, 1999).
B. EPIDEMIOLOGI
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi dari
rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
C. STADIUM – STADIUM KARSINOMA OVARIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International  of  Ginecologies and
Obstetricians ) 1987, adalah :

STADIUM  I  –>  pertumbuhan terbatas pada ovarium


1. Stadium 1a : pertumbuhan terbatas pada suatu ovarium, tidak ada asietas yang berisi sel
ganas, tidak ada pertumbuhan di permukaan luar, kapsul utuh.
2. Stadium 1b : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak asietas, berisi sel ganas,
tidak ada tumor di permukaan luar, kapsul intak.
3. Stadium 1c : tumor dengan stadium 1a dan 1b tetapi ada tumor dipermukaan luar atau
kedua ovarium atau kapsul pecah atau dengan asietas berisi sel ganas atau dengan
bilasan peritoneum positif.
STADIUM  II  –>  Pertumbuhan pada satu atau dua ovarium dengan perluasan ke panggul
1. Stadium 2a : perluasan atau metastasis ke uterus dan atau tuba
2. Stadium 2b : perluasan jaringan pelvis lainnya
3. Stadium 2c : tumor stadium 2a dan 2b tetapi pada tumor dengan permukaan satu atau
kedua ovarium, kapsul pecah atau dengan asitas yang mengandung sel ganas dengan
bilasan peritoneum positif.
STADIUM  III –> tomor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant di peritoneum di luar
pelvis dan atau retroperitoneal positif. Tumor terbatas dalam pelvis kecil tetapi sel histologi
terbukti meluas ke usus besar atau omentum.
1. Stadium 3a : tumor terbatas di pelvis kecil dengan kelenjar getah bening negatif tetapi
secara histologi dan dikonfirmasi secara mikroskopis terdapat adanya pertumbuhan
(seeding) dipermukaan peritoneum abdominal.
2. Stadium 3b : tumor mengenai satu atau kedua ovarium dengan implant dipermukaan
peritoneum dan terbukti secara mikroskopis, diameter melebihi 2 cm, dan kelenjar getah
bening negativ.
3. Stadium 3c : implant di abdoment dengan diameter > 2 cm dan atau kelenjar getah
bening retroperitoneal atau inguinal positif.
STADIUM IV –> pertumbuhan mengenai satu atau kedua ovarium dengan metastasis jauh. Bila
efusi pleura dan hasil sitologinya positif dalam stadium 4, begitu juga metastasis ke permukaan
liver.
D. ETIOLOGI
Menurut Hidayat (2009) Ovarium terletak di kedalaman rongga pelvis. Bila timbul kanker, biasanya
tanpa gejala pada awalnya sehingga sulit ditemukan, membuat diagnosis tertunda. Ketika lesi
berkembang dan timbul gejala, seringkali sudah bukan stadium dini. Maka terdapat 60-70% pasien
kanker ovarium saat didiagnosis sudah terdapat metastasis di luar ovarium. Penyebab kanker
ovarium hingga kini belum jelas, tapi faktor lingkungan dan hormonal berperan penting dalam
patogenesisnya. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium,
diantaranya:
a. Hipotesis incessant ovulation, Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel
ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel
yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
b. Hipotesis androgen, Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium.
Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen.
Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan
sel-sel kanker
E. PATOLOGI

Letak tumor tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi besar
tanpa disadari oleh penderita.Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat
menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi di rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang mengahasilkan
ascites.Kira-kira 60 % terdapat pada usia peri- menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10 %
pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi tidak pasti juga
ganas ( bordeline malignancy atau carcinoma of low- malignant potenstial ) dan yang jelas ganas (true
malignant).
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejalanya tidak jelas, dapat berupa rasa berat pada panggul, sering berkemh,
perubahan fungsi saluran cerna di sertai rasa tidaknyaman pada abdomen, haid tidak teratur,
ketegangan menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang banyak (menoragia) dengan
nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman, dyspepsia, tekanan pada pelvis.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala gastrointestinal dan tanpa
diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga kanker ovarium. Flatulenes, rasa begah
setelah makan makanan kecil, dan lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala
signifikan.

Tumor –tumor Epitelial Ovarium


Merupakan 40 % dari semua tumor ovarium . Ada 2 jenis : serosa dan musinosa. Kedua-
duanya mempunyai kecenderungan untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di rongga peritoneum.
Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa. Kistadenokarsinoma papiliferum
pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan kemungkinan penyebaran lokal yang
tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid dan Brenner adalah jarang.
Karsinoma Ovarium Metalistik:
Karsinoma ini biasanya bilateral dan solid. Tumor primernya berasal dari korpus uterus,
usus-usus, mamma tau kelenjar tiroid. Kurang lebih 6 % dari karsinoma ovarium yang ditemukan saat
operasi adalah metastatik. Termasuk dalam golongan ini adalah Tumor Krukenberg, yang
mempunyai gambaran mikroskopik khas, berupa sel-sel yang mempunyai cincin signet di tengah-
tengah stroma. Sebagian besar dari Tumor Krukenberg adalah metastatis dari karsinoma ventrikuli
(gaster).
Gejala-gejala karsinoma metastatik pada umumnya mempunyai hubungan dengan tumor
primernya, akan tetapi kadang kala adanya tumor yang mengisi rongga panggul disertai ascites
menutupi gejala tumor primernya. Karena tumor ovarium yang bilateral dan solid mungkin ganas
dan mungkin metastatik, maka ada manfaatnya untuk dalam hal ini menyelidiki kemungkinan adanya
tumor ganas primer di tempat lain. Karena gejala awal tidak ada, penderita sering datang terlambat.
Hasil sitologi usapan serviks yang positif, harus mengingatkan kita akan adanya tumor ganas di tuba
atau ovarium, bilaman proses ganas pada serviks uterus atau kavum uterus tidak dapat
dibuktikan.Bilamana terdapat cairan ascites yang cukup banyak, sering menyulitkan pemeriksaan
ginekologik dan pra bedah perlu dilakukan fungsi abdomen untuk mengeluarkan cairan ascites
tersebut. Cairan ini setelah disentrifugasi, diperiksa mikroskopik akan ada atau tidaknya sel ganas.
Dengan pengeluaran cairan ascites dalam jumlah yang cukup, dapatlah dilakukan pemeriksaan
dalam alat-alat genital. Bila terdapat ascites yang tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya
( misalnya akibat cirrhosis hepatis), laparotomi eksploratif harus dijalankan.
G. PENYEBARAN

Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada aorta, mediastinal dan
supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan otak.
Obstruksi usus dan ureter merupakan maslah yang sering menyertai penderita tumor ganas
ovarium.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap pembesaran ovarium harus di selidiki. Pemeriksaan pelvis tidak akan mendeteksi dini
kanker ovarium dan teknik pencitraan pelvis tidak selalu defintif. Sekitar 75 % dari kanker ovarium
telah bermetastasis ketika di diagnosis, sekitar 60 % telah menyebar di luar pelvis. Dari banyak tipe
sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel menempati 90 % dari semua jenis.Tumor sel germinal
dan tumor stromal menempati 10 % dari kondisi ini.

Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan dteksi dini tumor ganas
ovarium karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang
biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a). Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhyan primer dan infiltrasi kejaringan sekitar
b). Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi
adanya ascites,
c). Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme;
intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan type histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau masa, di
dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dan yang kistik sampai yang solid
(padat)
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan
klinik. Pemakian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised Axial Tomography scanning)
dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasanya sebelum
pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsy potong beku (frozen section) masih tetap
merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai
tumor dan perluasannya serta menentukan strategi penanganan selanjutnya.
I. PENATALAKSANAAN
Pengangkatan melalui tindakan bedah adalah pengobatan pilihan, dengan pemeriksaan
praoperatif termasuk enema barium, proktosigmoidoskopi, Pemeriksaan GI atas, rontgen dada,
urografi intra vena (IVU). Pentahapan tumor merupakan aktivitas yang penting yang digunakan untuk
mengarahkan pengobatan. Histerektomi abdomen total dengan pengangkatan tuba fallopii
J. PENCEGAHAN
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka,
para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko
kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda mengalami
kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat
mengurangi risiko kanker ovarium.

Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat memilih
untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini,
dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif
untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan
kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.

Studi menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95
persen, dan mengurangi risiko kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium diangkat sebelum
menopause. Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan, risiko
kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya berkembang di lapisan tipis rongga perut yang
meliputi ovarium, wanita yang pernah diangkat indung telur mereka masih bisa mendapatkan yang
serupa, tetapi jarang bentuk kanker yang disebut kanker peritoneal primer.

Selain itu, profilaksis ooforektomi menginduksi menopause dini, yang dengan sendirinya mungkin
memiliki dampak negatif pada kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit
jantung dan kondisi lain. Jika Anda sedang mempertimbangkan setelah prosedur ini dilakukan,
pastikan untuk membahas pro dan kontra dengan dokter Anda.

K. KOMPLIKASI

1. Penyebaran kanker ke organ lain


2. Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya berbagai organ
3. Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut)
4. Intestinal Obstructions Usus Penghalang

Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim, kandung kemih, usus, lapisan
dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-paru.

L. PROGNOSIS
Kanker ovarium biasanya memiliki yang buruk prognosis. Ini tidak proporsional mematikan karena
kekurangan apapun deteksi dini jelas atau tes skrining, yang berarti bahwa kebanyakan kasus tidak
terdiagnosis sampai mereka telah mencapai stadium lanjut. Lebih dari 60% dari perempuan dengan
kanker ini memiliki stadium III atau stadium IV kanker, ketika ia telah menyebar ke luar ovarium.
Kanker ovarium gudang sel ke dalam cairan alami dalam rongga perut. Sel-sel kemudian dapat
implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim , kandung kemih , usus dan lapisan dinding
usus omentum pertumbuhan tumor yang membentuk baru sebelum kanker bahkan dicurigai.

Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita
menderita kanker ovarium.

Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan
merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki
angka kematian yang tinggi, dari  23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000 atau separuh
lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Kanker epitel ovarium jarang didapatkan pada wanita
berusia < 40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun. Angka kejadian kanker epitel
ovarium rendah pada negara berkembang dan Jepang.

DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN:

 Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya: nyeri, ansietas,
keterbatasan berpartisipasi dalam hobi, latihan

 Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengarahan kerja, perubahan TD

 Integritas ego
Gejala : Faktor stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosa,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah

 Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misal darah pada feses, nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinaria misal nyeri, rasa terbakar pada saat berkemih
 Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual dan muntah, intoleran makanan

Tanda : Perubahan pada kelembaban turgor kulit

 Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkop

 Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi

 Pernafasan
Gejala : dapat terjadi peningkatan .

 Seksualitas
Gejala : Haid yang panjang, disminorea, masalah seksual misal: dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun,
multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.

 Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung

 Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :Riwayat kanker pada keluarga, riwayat pengobatan, memerlukan bantuan dalam
keuangan, perawatan tumor, transportasi, belanja, persiapan, perawatan diri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.

Diagnosa I; Ketakutan / ansietas, b/d krisis situasi(tumor), ancaman perubahan pada status kesehatan,
ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.

Intervensi:

1. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan riwayat tumor. Tentukan
apakah dokter telah mengatakan pada klien, dan apa kesimpulan pasien yang dicapai
Rasional: Membantu mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman dengan kanker

2. Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan


Rasional: Memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep
tentang diagnosa

3. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak
untuk bicara.
Rasional: Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat dan kontrol
4. Bantu klien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklasifikasi rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini
Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang
berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal
dan menghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi kontrol / koping tersedia

5. Jelaskan prosedur, berikan kesempatan untuk bertanya dan jawaban jujur


Rasional: Informasi akurat memungkinkan pasien menghadapi situasi lebih efektif dan realitas.

Diagnosa 2; Antisipasi berduka b/d perubahan fungsi tubuh, perubahan gaya hidup.

Intervensi:

1. Kaji pasien / orang yang terdekat terhadap berduka yang mengalami, jelaskan proses sesuai
kebutuhan
Rasional: Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat, normalitas perasaan / reaksi apa
yang dihadapi, dialami klien

2. Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik, dengan tepat / sesuai kebutuhan
Rasional: Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan

3. Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran dan keterampilan koping
Rasional: Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu individu
menghadapi berduka terhadap situasi baru secara efektif

4. Rujuk pada program komunitas bila tepat


Rasional: Memberikan dukungan dalam pemenuhan kebutuhan fisik, memberikan dukungan
emosional klien / orang terdekat

Diagnosa 3; Gangguan harga diri b/d biofisikal, kecacatan bedah, efek samping kemoterapi, ragu
mengenai penerimaan oleh orang lain, takut serta cemas.

Intervensi:

1. Diskusikan dengan pasien / orang terdekat bagaimana diagnosa dan pengobatan yang
mempengaruhi kehidupan pribadi klien
Rasional: Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah

2. Dorong diskusi tentang / pecahkan masalah tentang efek pengobatan pada peran sebagai ibu rumah
tangga
Rasional: Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan
atau merangsang kemajuan penyakit

3. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling penting dalam
proses adaptasi
Rasional: Memvalidasi realitas perasaan pasien dan memberikan izin untuk tindakan apapun perlu
untuk mengatasi apa yang terjadi

4. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pasien dan mempertahankan kontak mata
Rasional: Pemastian individualitas pada penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien
tentang ketidaknyamanan dan keraguan diri

Diagnosa 4; Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi, efek samping berbagai terapi saraf

Intervensi:

1. Kaji tingkat nyeri, lokasi, frekuensi dan durasi.


Rasional: Informasi memberikan data dasar untuk mengevakuasi keefektifan intervensi.

2. Berikan tindakan kenyamanan (mis: teknik relaksasi, aktivitas hiburan, dsb)


Rasional: Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol

3. Dorong penggunaan keterampilan manajemen nyeri


Rasional: Meningkatkan relaksasi dan membantu memfokuskan kembali perhatian

4. Berikan analgesic sesuai indikasi


Rasional: Nyeri adalah komplikasi sering dari tumor, meskipun respons individual berbeda.

Diagnosa 5; Perubahan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya tumor, kanker,
konsekuensi kemoterapi, radiasi

Intervensi:

1. Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan
sesuai indikasi
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi

2. Ukur tinggi badan, BB, ketebalan lipatan kulit trisep. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini.
Rasional: Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein – kalori khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
Rasional: Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan
produk sisa). Suplemen dapat mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat

4. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan


Rasional: Membuat waktu makan lebih menyenangkan yang dapat meningkatkan masukan

5. Dorong komunikasi terbuka mengenai masalah anoreksia


Rasional: Memberikan pedoman bagi perawat untuk mengetahui penyebab kekurangan nutrisi

Diagnosa 6; Resiko tinggi terhadap infeksi b/d efek samping kemotherapi, malnutrisi, proses penyakit
kronis, prosedur invasive

Intervensi:

1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi pengunjung
yang mengalami infeksi
Rasional: Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi

2. Tekankan personal hygiene


Rasional: Meminimalkan potensi sumber infeksi

3. Ubah posisi dengan sering, pertahankan linen kering dan bebas kerutan
Rasional: Menurunkan tekanan dan intrusi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit. (sisi
potensial untuk pertumbuhan bakteri)

4. Tingkatkan istirahat adekuat / periode latihan


Rasional: Membatasi keletihan, mendorong gerakan yang cukup untuk mencegah komplikasi statis

5. Hindari / batasi prosedur invasive. Taati teknik aseptic


Rasional: Menurunkan resiko kontaminasi. Membatasi port’ de entry terhadap agen infeksi

Diagnosa 7; Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolik, kebutuhan psikologis / emosional
(berlebihan, perubahan kimia tubuh)

Intervensi:

1. Rencanakan perawatan untuk memungkinkan periode istirahat. Jadwalkan aktivitas periodik


Rasional: Periode singkat sering diperlukan untuk memperbaiki / menghemat energi

2. Buat tujuan aktivitas realitas dengan pasien


Rasional: Memberikan rasa kontrol dan perasaan mampu menyelesaikan

3. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, duduk, bangun dari kursi,
berjalan
Rasional: Meningkatkan stamina dan memampukan klien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang
berat

4. Pantau respon psikologis terhadap aktivitas, misal: perubahan TD, frekuensi jantung / pernapasan
Rasional: Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
keseimbangan cairan nutrisi terhadap aturan terapeutik

5. Kolaborasi oksigen (O2) suplemen sesuai indikasi


Rasional: Adanya anema / hipoksemia, menurunkan ketersediaan oksigen dan memperberat
keletihan

Diagnosa 8; Resiko tinggi kerusakan integritas kult / jaringan b/d efek samping radiasi dan kemotherapi,
penurunan imunologis, perubahan status nutrisi anemia

Intervensi:

1. Kaji kulit dengan sering terhadap efek samping therapy tumor


Rasional: Efek pemenuhan dapat terhadap dalam area radiasi

2. Mandi dengan air hangat dan sabun ringan


Rasional: Mempertahankan kebersihan tanpa menutrisi kulit

3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering daripada menggaruk
Rasional: Membantu mencegah tujuan kulit

4. Ubah posisi dengan sering


Rasional: Meningkatkan sirkulasi dan mencegah tekan pada kulit dan jaringan yang tidak mampu

Diagnosa 9; Kurang pengetahuan, mengenai prognosis penyakit b/d kesalahan interpretasi informasi,
mitos, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.

Intervensi;

1. Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus, alternatif, pengobatan dan
sifat harapan
Rasional: Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan
memberikan dasar dan pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan
informasi

2. Belikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi sensitive. Jawab pertanyaan
secara khusus.
Rasional: Membantu penilaian diagnosa tumor, memberikan informasi yang diperlukan selama
waktu menjelaskan

3. Minta klien untuk umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe tumor dan
pengobatannya.
Rasional: Kesalahan konsep tentang tumor akan memberi kecemasan yang tinggi pada pasien

4. Tentukan persepsi pasien tentang tumor dan pengobatan tumor


Rasional: Membantu mengidentifikasi ide, sikap, rasa takut, kesalahan konsepsi dan kesenjangan
pengetahuan tentang tumor

1.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian Keperawatan
. Identitas klien
 Identitas klien Meliputi : Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan, tanggal masuk
rumah sakit (MRS), nomor register, dan diagnosa medik.
 Identitas Penanggung Jawab
b. Keluhan utama
c. Riwayat Kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan Dahulu
e. Riwayat Kesehatan Keluarga
f. Aktifitas / istirahat
g. Sirkulasi

Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Pengkajian yang
mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan
utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.

Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat. Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit
hipertensi , penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Pre-Op)
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis /Inflamasi (D.0077)
2. Ansietas b/d Krisis situasional / Kurang terpapar informasi (D.0080)
3. Nutrisi b/d Mual Muntah/Kurangnya asupan nutrisi (D.0019)
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Post-Op)
4. Risiko Infeksi b/d Efek Prosedur Invasif (D. 0142)
5. Resiko ketidakseimbangan Cairan b/d Prosedur Pembedahan (D.0036).

C. Intervensi Keperawatan
Secara hati-hati, jelaskan sifat-sifat kista tertentu, tipe ketidaknyamanan (jika ada) yang
mungkin akan dialami pasien, dan diperkirakan lamanya kondisi berlangsung. Sebelum
operasi, lihat adakah rupture kista, misalnya nyeri, distensi, dan rigiditas abdominal yang
semakin parah. Pantau tanda vital dan lihat apakah pasien demam, mengalami takipnea, atau
hipotensi, yang bisa mengindikasikan peritonitis atau hemoragi intraperitoneal. Sebelum
operasi, dorong pasien untuk sering bergerak di ranjang dan sedini mungkin sesuai perintah.
Ambulasi dini secara efektif mencegah embolisme pulmoner Beri dukungan emosional. Beri
keyakinan yang tepat pada pasien jika ia takut mengalami kanker atau infertilitas. Sebelum
pasien pulang, sarankan ia meningkatkan aktifitasnya dirumah secara bertahap—lebih baik
dalam waktu 4 sampai 6 bulan.
 Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Pre-Op)
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis /Inflamasi (D.0077)
Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
a) Keluhan nyeri menurun
b) Merigis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah dan kesulitan tidur menurun
e) Anoreksia, mual, muntah menurun
f) Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
g) Pola napsa dan tekanan darah
membaik Intervensi Keperawatan:
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
 Identifikasi skala nyeri
 Identifikasi respon nyeri non verbal
 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
 Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
 Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
 Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
 Monitor efek samping penggunaan
analgetik Terapeutik
 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
 Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
 Fasilitasi istirahat dan tidur
 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
 Jelaskan strategi meredakan
nyeri Edukasi
 Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu

2. Defisit nutrisi
Status nutrisi membaik (L. 03030)
Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu

b. Promosi Berat Badan


Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalorimyang dikomsumsi sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
 Sediakan makan yang tepat sesuai kondisi pasien( mis. Makanan dengan tekstur
halus, makanan yang diblander, makanan cair yang diberikan melalui NGT atau
Gastrostomi, total perenteral nutritition sesui indikasi)
 Hidangkan makan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien atau keluarga untuk peningkatan yang
dicapai Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namuntetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan

3. Ansietas b/d Krisis situasional / Kurang terpapar informasi (D.0080)


Luaran: Tingkat Ansietas menurun (L.09093)
a) Verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun
b) Perilaku gelisah dan tegang menurun
c) Palpitasi, tremor, dan pucat menurun
d) Konsentrasi dan pola tidur membaik
e) Orientasi membaik
Intervensi Keperawatan: Reduksi ansietas (I.09314)
Observasi
 Identifikasi saat tingkat ansietas berubah seperti Kondisi, waktu, dan stressor.
 Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
 Monitor tanda anxietas baik verbal dan non
verbal Terapeutik
 Ciptakan suasana terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
 Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
 Pahami situasi yang membuat ansietas
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Gunakan pedekatan yang tenang dan meyakinkan
 Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
 Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan dating
Edukasi
 Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
 Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prognosis
 Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien, jika perlu
 Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif, sesuai kebutuhan
 Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
 Latih kegiatan pengalihan, untuk mengurangi ketegangan
 Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
 Latih teknik relaksasi

Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Post-Op)


1. Risiko Infeksi b/d Efek Prosedur Invasif (D. 0142)
Luaran: Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
a) Kebersihan tangan dan badan meningkat
b) Demam, kemerahan, nyeri, dan bengkak menurun
c) Periode malaise menurun
d) Periode menggigil, letargi, dan ganggauan kognitif menurun
e) Kadar sel darah putih membaik
Intervensi Keperawatan: Pencegahan Infeksi (I.14539)
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
 Batasi jumlah
pengunjung Terapeutik
 Berikan perawatan kulit pada daerah edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptik pada psien beresiko
tinggi Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara memeriksa luka
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antibiotiki jika perlu
2. Resiko ketidakseimbangan Cairan b/d Prosedur Pembedahan
(D.0036). Luaran: Keseimbangan Cairan Meningkat (L.03021)
a) Asupan cairan meningkat
b) Haluaran urin meningkat
c) Kelembaban membran mukosa meningkat
d) Asupan makanan meningkat
e) Dehidrasi menurun
f) Tekanan darah membaik
g) Denyut nadi radial membaik
h) Tekanan arteri rata-rata membaik
i) Membran mukosa membaik
j) Mata cekung membaik
k) Turgor kulit membaik
l) Berat badan
membaik Intervensi
Keperawatan:
a. Manajemen Cairan (I.03098)
Observasi
 Monitor status hidrasi seperti frekwensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
kapiler, kelembapan mukosa, turgor kulit, tekanan darah.
 Monitor berat badan harian
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium Seperi Hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis
urin , BUN.
 Monitor status hemodinamik ( Mis. MAP, CVP, PCWP jika tersedia)
Terapeutik
 Catat intake output dan hitung balans cairan dalam 24
jam Edukasi
 Berikan asupan cairan sesuai kebutuhan
 Berikan cairan intravena bila perlu

b. Pemantauan Cairan (I.03121)


Observasi
 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
 Monitor frekuensi nafas
 Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, waktu dan berat jenis urine
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis. Osmolaritas serum, hematocrit, natrium,
kalium, BUN)
 Identifikasi tanda-tanda hipovolemia (mis. Frekuensi nadi meningkat, nadi teraba
lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun,
membran mukosa kering, volume urine menurun, hematokrit meningkat, haus,
lemah, konsentrasi urine meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia seperti Dyspnea, edema perifer, edema
anasarka, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojogular positif, berat
badan menurun dalam waktu singkat.
 Identifikasi factor resiko ketidakseimbangan cairan (mis. Prosedur pembedahan
mayor, trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal,
peradangan pankreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien
 Dokumentasi hasil
pemantauan Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu

D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti &
Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan, yaitu:
 Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh
perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
 Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,
seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter
urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
 Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari
profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh
ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.

E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara
proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan
untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
 Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori)
dan perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu
SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat
dipakai untuk mendokumentasikanevaluasi dan pengkajian ulang.
- S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
- O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya
tanda-tanda akibat penyimpangan fungsifisik, tindakan keperawatan, atau
akibat pengobatan.
- A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial,
dimana analisis ada3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi)
sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu,seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis,
rencana, dan tindakan.
- P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan dating (hasil
modifikasi rencanakeperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan
priode yang telah ditentukan.
 Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang
terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika
klienmenunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Bobak, Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4, Jakarta. EGC, 2004


2. Doenges, M.E, Rencana Perawatan Maternal / Bayi- Pedoman Untuk Perencanaan Dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, EGC, Jakarta, 2001.
3. Hanifa W Prof. DR. R.., Ilmu Kndungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta,
1999
4. Mochtar Rustam, Prof. Dr MPH, Sinopsis Ostetri, Jilid 2, Edisi 2 , EGC, Jakarta, 1998
5. Smeltzer SC Dan Bare BG, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah , Edisi 8, Volume 2, EGC,
Jakarta, 2002.

Anda mungkin juga menyukai