KARSINOMA OVARIUM
A. DEFENISI
Tumor ganas ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka
ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast ( ektodermal, endodermal, dan mesodermal dengan
sifat-sifat histologis maupun bilogis yang beraneka ragam. Oleh sebab itu histiogenesis maupun
klasifikasinya masih sering menjadi perdebatan (Smeltzer & Bare, 2002).
Terdapat pada usia peri menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan 10%
terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak(benigna), tidak jelas jinak tapi juga
tidak jelas / pasti ganas (borderlinemalignancy atau carcinoma of low – maligna potensial) dan jelas
ganas (truemalignant) (Priyanto, 2007).
Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupunpadat. Kanker ovarium
disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak dibagian dalam sehingga tidak mudah terdeteksi
70-80% kanker ovarium baruditemukan pada stadium lanjut dan telah menyebar (metastasis)
kemana-mana(Wiknjosastro, 1999).
B. EPIDEMIOLOGI
Tumor ganas ovarium merupakan 20% dari keganasan alat reproduksi wanita. Insidensi dari
rata-rata dari semua jenis diperkirakan 15 kasus baru per 100.000 populasi wanita setahunnya.
C. STADIUM – STADIUM KARSINOMA OVARIUM
Stadium kanker ovarium primer menurut FIGO (Federation International of Ginecologies and
Obstetricians ) 1987, adalah :
Letak tumor tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya itu dapat menjadi besar
tanpa disadari oleh penderita.Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan pelbagai keluhan samar-samar seperti perasaan sebah, makan sedikit terasa cepat
menjadi kenyang, sering kembung, nafsu makan menurun. Kecenderungan untuk melakukan
implantasi di rongga perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang mengahasilkan
ascites.Kira-kira 60 % terdapat pada usia peri- menopausal, 30 % dalam masa reproduksi dan 10 %
pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas jinak tapi tidak pasti juga
ganas ( bordeline malignancy atau carcinoma of low- malignant potenstial ) dan yang jelas ganas (true
malignant).
F. MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejalanya tidak jelas, dapat berupa rasa berat pada panggul, sering berkemh,
perubahan fungsi saluran cerna di sertai rasa tidaknyaman pada abdomen, haid tidak teratur,
ketegangan menstrual yang terus meningkat, darah menstrual yang banyak (menoragia) dengan
nyeri tekan pada payudara, menopause dini, rasa tidak nyaman, dyspepsia, tekanan pada pelvis.
Gejala-gejala ini biasanya samar, tetapi setiap wanita dengan gejala-gejala gastrointestinal dan tanpa
diagnosis yang diketahui harus dievaluasi dengan menduga kanker ovarium. Flatulenes, rasa begah
setelah makan makanan kecil, dan lingkar abdomen yang terus meningkat merupakan gejala-gejala
signifikan.
Tumor ganas ovarium menyebar secara limfogen ke kelenjar pada aorta, mediastinal dan
supraklavikular untuk seterusnya menyebar ke alat-alat yang jauh, terutama paru-paru, hati dan otak.
Obstruksi usus dan ureter merupakan maslah yang sering menyertai penderita tumor ganas
ovarium.
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Setiap pembesaran ovarium harus di selidiki. Pemeriksaan pelvis tidak akan mendeteksi dini
kanker ovarium dan teknik pencitraan pelvis tidak selalu defintif. Sekitar 75 % dari kanker ovarium
telah bermetastasis ketika di diagnosis, sekitar 60 % telah menyebar di luar pelvis. Dari banyak tipe
sel kanker ovarium yang berbeda, tumor epitel menempati 90 % dari semua jenis.Tumor sel germinal
dan tumor stromal menempati 10 % dari kondisi ini.
Melihat topografi ovarium hampir tak memungkinkan kita melakukan dteksi dini tumor ganas
ovarium karena letaknya sangat tersembunyi. Diagnosis didasarkan atas 3 gejala/tanda yang
biasanya muncul dalam perjalanan penyakitnya yang sudah agak lanjut :
a). Gejala desakan yang dihubungkan dengan pertumbuhyan primer dan infiltrasi kejaringan sekitar
b). Gejala diseminasi/penyebaran yang diakibatkan oleh implantasi peritoneal dan bermanifestasi
adanya ascites,
c). Gejala hormonal yang bermanifestasi sebagai defeminasi, maskulinisasi atau hiperestrogenisme;
intensitas gejala ini sangat bervariasi dengan type histologik tumor dan usia penderita.
Pemeriksaan ginekologik dan palpasi abdominal akan mendapatkan tumor atau masa, di
dalam panggul dengan bermacam-macam konsistensi mulai dan yang kistik sampai yang solid
(padat)
Kondisi yang sebenarnya dari tumor jarang dapat ditegakkan hanya dengan pemeriksaan
klinik. Pemakian USG (Ultra Sono Graphy) dan CTscan (Computerised Axial Tomography scanning)
dapat memberi informasi yang berharga mengenai ukuran tumor dan perluasanya sebelum
pembedahan. Laparotomi eksploratif disertai biopsy potong beku (frozen section) masih tetap
merupakan prosedur diagnostik paling berguna untuk mendapat gambaran sebenarnya mengenai
tumor dan perluasannya serta menentukan strategi penanganan selanjutnya.
I. PENATALAKSANAAN
Pengangkatan melalui tindakan bedah adalah pengobatan pilihan, dengan pemeriksaan
praoperatif termasuk enema barium, proktosigmoidoskopi, Pemeriksaan GI atas, rontgen dada,
urografi intra vena (IVU). Pentahapan tumor merupakan aktivitas yang penting yang digunakan untuk
mengarahkan pengobatan. Histerektomi abdomen total dengan pengangkatan tuba fallopii
J. PENCEGAHAN
Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk:
1. Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka,
para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko
kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS.
2. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko Anda mengalami
kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium.
3. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat
mengurangi risiko kanker ovarium.
Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat memilih
untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini,
dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif
untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan
kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi.
Studi menunjukkan bahwa ooforektomi profilaksis menurunkan risiko kanker ovarium hingga 95
persen, dan mengurangi risiko kanker payudara hingga 50 persen, jika ovarium diangkat sebelum
menopause. Profilaksis ooforektomi mengurangi, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan, risiko
kanker ovarium. Karena kanker ovarium biasanya berkembang di lapisan tipis rongga perut yang
meliputi ovarium, wanita yang pernah diangkat indung telur mereka masih bisa mendapatkan yang
serupa, tetapi jarang bentuk kanker yang disebut kanker peritoneal primer.
Selain itu, profilaksis ooforektomi menginduksi menopause dini, yang dengan sendirinya mungkin
memiliki dampak negatif pada kesehatan Anda, termasuk peningkatan risiko osteoporosis, penyakit
jantung dan kondisi lain. Jika Anda sedang mempertimbangkan setelah prosedur ini dilakukan,
pastikan untuk membahas pro dan kontra dengan dokter Anda.
K. KOMPLIKASI
Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim, kandung kemih, usus, lapisan
dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-paru.
L. PROGNOSIS
Kanker ovarium biasanya memiliki yang buruk prognosis. Ini tidak proporsional mematikan karena
kekurangan apapun deteksi dini jelas atau tes skrining, yang berarti bahwa kebanyakan kasus tidak
terdiagnosis sampai mereka telah mencapai stadium lanjut. Lebih dari 60% dari perempuan dengan
kanker ini memiliki stadium III atau stadium IV kanker, ketika ia telah menyebar ke luar ovarium.
Kanker ovarium gudang sel ke dalam cairan alami dalam rongga perut. Sel-sel kemudian dapat
implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim , kandung kemih , usus dan lapisan dinding
usus omentum pertumbuhan tumor yang membentuk baru sebelum kanker bahkan dicurigai.
Kanker ovarium paling sering ditemukan pada wanita yang berusia 50-70 tahun dan 1 dari 70 wanita
menderita kanker ovarium.
Kanker indung telur merupakan penyebab kematian ke-5 terbanyak di Amerika Serikat dan
merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia. Kanker indung telur memiliki
angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung telur, sekitar 14.000 atau separuh
lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Kanker epitel ovarium jarang didapatkan pada wanita
berusia < 40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun. Angka kejadian kanker epitel
ovarium rendah pada negara berkembang dan Jepang.
Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan atau keletihan, perubahan pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada
malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya: nyeri, ansietas,
keterbatasan berpartisipasi dalam hobi, latihan
Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada pada pengarahan kerja, perubahan TD
Integritas ego
Gejala : Faktor stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan, menyangkal diagnosa,
perasaan tidak berdaya, putus asa, tidak mampu, tidak bermakna, rasa bersalah
Eliminasi
Gejala : Perubahan pada pola defekasi, misal darah pada feses, nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinaria misal nyeri, rasa terbakar pada saat berkemih
Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk, anoreksia, mual dan muntah, intoleran makanan
Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkop
Nyeri / kenyamanan
Gejala : Tidak ada nyeri, atau derajat bervariasi
Pernafasan
Gejala : dapat terjadi peningkatan .
Seksualitas
Gejala : Haid yang panjang, disminorea, masalah seksual misal: dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasan, nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun,
multigravida, pasangan seks multiple, aktivitas seksual dini.
Interaksi sosial
Gejala : Ketidakadekuatan / kelemahan sistem pendukung
Penyuluhan / pembelajaran
Gejala :Riwayat kanker pada keluarga, riwayat pengobatan, memerlukan bantuan dalam
keuangan, perawatan tumor, transportasi, belanja, persiapan, perawatan diri.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.
Diagnosa I; Ketakutan / ansietas, b/d krisis situasi(tumor), ancaman perubahan pada status kesehatan,
ancaman kematian, perpisahan dari keluarga.
Intervensi:
1. Tinjau ulang pengalaman pasien/orang terdekat sebelumnya dengan riwayat tumor. Tentukan
apakah dokter telah mengatakan pada klien, dan apa kesimpulan pasien yang dicapai
Rasional: Membantu mengidentifikasi rasa takut dan kesalahan konsep berdasarkan pada
pengalaman dengan kanker
3. Berikan lingkungan terbuka dimana klien merasa aman untuk mendiskusikan perasaan atau menolak
untuk bicara.
Rasional: Membantu pasien untuk merasa diterima pada kondisi tanpa perasaan dihakimi dan
meningkatkan rasa terhormat dan kontrol
4. Bantu klien / orang terdekat dalam mengenali dan mengklasifikasi rasa takut untuk memulai
mengembangkan strategi koping untuk menghadapi rasa takut ini
Rasional: Keterampilan koping sering rusak setelah diagnosis dan selama fase pengobatan yang
berbeda. Dukungan dan konseling sering perlu untuk memungkinkan individu mengenal
dan menghadapi rasa takut untuk meyakini bahwa strategi kontrol / koping tersedia
Diagnosa 2; Antisipasi berduka b/d perubahan fungsi tubuh, perubahan gaya hidup.
Intervensi:
1. Kaji pasien / orang yang terdekat terhadap berduka yang mengalami, jelaskan proses sesuai
kebutuhan
Rasional: Pengetahuan tentang proses berduka memperkuat, normalitas perasaan / reaksi apa
yang dihadapi, dialami klien
2. Kunjungi dengan sering dan berikan kontak fisik, dengan tepat / sesuai kebutuhan
Rasional: Membantu mengurangi perasaan isolasi dan diabaikan
3. Tinjau ulang pengalaman hidup masa lalu, perubahan peran dan keterampilan koping
Rasional: Kesempatan untuk mengidentifikasi keterampilan yang dapat membantu individu
menghadapi berduka terhadap situasi baru secara efektif
Diagnosa 3; Gangguan harga diri b/d biofisikal, kecacatan bedah, efek samping kemoterapi, ragu
mengenai penerimaan oleh orang lain, takut serta cemas.
Intervensi:
1. Diskusikan dengan pasien / orang terdekat bagaimana diagnosa dan pengobatan yang
mempengaruhi kehidupan pribadi klien
Rasional: Membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2. Dorong diskusi tentang / pecahkan masalah tentang efek pengobatan pada peran sebagai ibu rumah
tangga
Rasional: Dapat membantu menurunkan masalah yang mempengaruhi penerimaan pengobatan
atau merangsang kemajuan penyakit
3. Akui kesulitan pasien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling penting dalam
proses adaptasi
Rasional: Memvalidasi realitas perasaan pasien dan memberikan izin untuk tindakan apapun perlu
untuk mengatasi apa yang terjadi
4. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pasien dan mempertahankan kontak mata
Rasional: Pemastian individualitas pada penerimaan penting dalam menurunkan perasaan pasien
tentang ketidaknyamanan dan keraguan diri
Diagnosa 4; Nyeri b/d proses penyakit, inflamasi, efek samping berbagai terapi saraf
Intervensi:
Diagnosa 5; Perubahan keseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d adanya tumor, kanker,
konsekuensi kemoterapi, radiasi
Intervensi:
1. Pantau masukan makanan setiap hari, biarkan klien menyimpan buku harian tentang makanan
sesuai indikasi
Rasional: Mengidentifikasi kekuatan / defisiensi nutrisi
2. Ukur tinggi badan, BB, ketebalan lipatan kulit trisep. Pastikan jumlah penurunan berat badan saat ini.
Rasional: Membantu dalam identifikasi malnutrisi protein – kalori khususnya bila berat badan dan
pengukuran antropometrik kurang dari normal
3. Dorong pasien untuk makan diet tinggi kalori kaya nutrien dengan masukan cairan adekuat
Rasional: Kebutuhan jaringan metabolik ditingkatkan begitu juga cairan (untuk menghilangkan
produk sisa). Suplemen dapat mempertahankan masukan kalori dan protein adekuat
Diagnosa 6; Resiko tinggi terhadap infeksi b/d efek samping kemotherapi, malnutrisi, proses penyakit
kronis, prosedur invasive
Intervensi:
1. Tingkatkan prosedur mencuci tangan yang baik dengan staf dan pengunjung. Batasi pengunjung
yang mengalami infeksi
Rasional: Melindungi pasien dari sumber-sumber infeksi
3. Ubah posisi dengan sering, pertahankan linen kering dan bebas kerutan
Rasional: Menurunkan tekanan dan intrusi pada jaringan dan mencegah kerusakan kulit. (sisi
potensial untuk pertumbuhan bakteri)
Diagnosa 7; Keletihan b/d penurunan produksi energi metabolik, kebutuhan psikologis / emosional
(berlebihan, perubahan kimia tubuh)
Intervensi:
3. Dorong pasien untuk melakukan apa saja bila mungkin, misalnya mandi, duduk, bangun dari kursi,
berjalan
Rasional: Meningkatkan stamina dan memampukan klien menjadi lebih aktif tanpa kelelahan yang
berat
4. Pantau respon psikologis terhadap aktivitas, misal: perubahan TD, frekuensi jantung / pernapasan
Rasional: Toleransi sangat bervariasi tergantung pada tahap proses penyakit, status nutrisi,
keseimbangan cairan nutrisi terhadap aturan terapeutik
Diagnosa 8; Resiko tinggi kerusakan integritas kult / jaringan b/d efek samping radiasi dan kemotherapi,
penurunan imunologis, perubahan status nutrisi anemia
Intervensi:
3. Dorong pasien untuk menghindari menggaruk dan menepuk kulit yang kering daripada menggaruk
Rasional: Membantu mencegah tujuan kulit
Diagnosa 9; Kurang pengetahuan, mengenai prognosis penyakit b/d kesalahan interpretasi informasi,
mitos, tidak mengenal sumber informasi, keterbatasan kognitif.
Intervensi;
1. Tinjau ulang dengan pasien/orang terdekat pemahaman diagnosa khusus, alternatif, pengobatan dan
sifat harapan
Rasional: Memvalidasi tingkat pemahaman saat ini, mengidentifikasi kebutuhan belajar dan
memberikan dasar dan pengetahuan dimana pasien membuat keputusan berdasarkan
informasi
2. Belikan informasi yang jelas dan akurat dalam cara yang nyata tetapi sensitive. Jawab pertanyaan
secara khusus.
Rasional: Membantu penilaian diagnosa tumor, memberikan informasi yang diperlukan selama
waktu menjelaskan
3. Minta klien untuk umpan balik verbal dan perbaiki kesalahan konsep tentang tipe tumor dan
pengobatannya.
Rasional: Kesalahan konsep tentang tumor akan memberi kecemasan yang tinggi pada pasien
Keluhan yang dapat muncul antara lain: nyeri kepala, gelisah, palpitasi, pusing, leher
kaku, penglihatan kabur, nyeri dada, mudah lelah, dan impotensi. Pengkajian yang
mendukung keluhan utama dengan memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan
utama. Keluhan lain yang menyerta biasanya : sakit kepala , pusing, penglihatan buram,
mual ,detak jantung tak teratur, nyeri dada.
Kaji adanya riwayat penyakit hipertensi , penyakit jantung, penyakit ginjal, stroke.
Penting untuk mengkaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya
riwayat alergi terhadap jenis obat. Kaji didalam keluarga adanya riwayat penyakit
hipertensi , penyakit metabolik, penyakit menular seperi TBC, HIV, infeksi saluran kemih,
dan penyakit menurun seperti diabetes militus, asma, dan lain-lain
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Pre-Op)
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis /Inflamasi (D.0077)
2. Ansietas b/d Krisis situasional / Kurang terpapar informasi (D.0080)
3. Nutrisi b/d Mual Muntah/Kurangnya asupan nutrisi (D.0019)
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Post-Op)
4. Risiko Infeksi b/d Efek Prosedur Invasif (D. 0142)
5. Resiko ketidakseimbangan Cairan b/d Prosedur Pembedahan (D.0036).
C. Intervensi Keperawatan
Secara hati-hati, jelaskan sifat-sifat kista tertentu, tipe ketidaknyamanan (jika ada) yang
mungkin akan dialami pasien, dan diperkirakan lamanya kondisi berlangsung. Sebelum
operasi, lihat adakah rupture kista, misalnya nyeri, distensi, dan rigiditas abdominal yang
semakin parah. Pantau tanda vital dan lihat apakah pasien demam, mengalami takipnea, atau
hipotensi, yang bisa mengindikasikan peritonitis atau hemoragi intraperitoneal. Sebelum
operasi, dorong pasien untuk sering bergerak di ranjang dan sedini mungkin sesuai perintah.
Ambulasi dini secara efektif mencegah embolisme pulmoner Beri dukungan emosional. Beri
keyakinan yang tepat pada pasien jika ia takut mengalami kanker atau infertilitas. Sebelum
pasien pulang, sarankan ia meningkatkan aktifitasnya dirumah secara bertahap—lebih baik
dalam waktu 4 sampai 6 bulan.
Diagnosa, Luaran, dan Intervensi Keperawatan Sdki Slki Siki (Pre-Op)
1. Nyeri Akut b/d agen pencedera Fisiologis /Inflamasi (D.0077)
Luaran: Tingkat nyeri menurun (L.08066)
a) Keluhan nyeri menurun
b) Merigis menurun
c) Sikap protektif menurun
d) Gelisah dan kesulitan tidur menurun
e) Anoreksia, mual, muntah menurun
f) Ketegangan otot dan pupil dilatasi menurun
g) Pola napsa dan tekanan darah
membaik Intervensi Keperawatan:
Manajemen Nyeri (I.08238)
Observasi
Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Identifikasi skala nyeri
Identifikasi respon nyeri non verbal
Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
Monitor efek samping penggunaan
analgetik Terapeutik
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri Edukasi
Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa
nyeri Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Defisit nutrisi
Status nutrisi membaik (L. 03030)
Intervensi Keperawatan
a. Manajemen Nutrisi (I. 03119)
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasigastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Anjurkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
D. Implementasi keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana keperawatan.
Tindakan mencakup tindakan mandiri dan tindakan kolaborasi (Wartonah, 2015).
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik
yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan klien, faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan
keperawatan, strategi implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi (Dinarti &
Muryanti, 2017).
Jenis Implementasi Keperawatan Dalam pelaksanaannya terdapat tiga jenis implementasi
keperawatan, yaitu:
Independent Implementations adalah implementasi yang diprakarsai sendiri oleh
perawat untuk membantu pasien dalam mengatasi masalahnya sesuai dengan
kebutuhan, misalnya: membantu dalam memenuhi activity daily living (ADL),
memberikan perawatan diri, mengatur posisi tidur, menciptakan lingkungan yang
terapeutik, memberikan dorongan motivasi, pemenuhan kebutuhan psiko-sosio-
kultural, dan lain-lain.
Interdependen/Collaborative Implementations Adalah tindakan keperawatan atas
dasar kerjasama sesama tim keperawatan atau dengan tim kesehatan lainnya,
seperti dokter. Contohnya dalam hal pemberian obat oral, obat injeksi, infus, kateter
urin, naso gastric tube (NGT), dan lain-lain.
Dependent Implementations Adalah tindakan keperawatan atas dasar rujukan dari
profesi lain, seperti ahli gizi, physiotherapies, psikolog dan sebagainya, misalnya
dalam hal: pemberian nutrisi pada pasien sesuai dengan diit yang telah dibuat oleh
ahli gizi, latihan fisik (mobilisasi fisik) sesuai dengan anjuran dari bagian fisioterapi.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan antara
proses dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan menilai efektif tidaknya dari proses
keperawatan yang dilaksanakan serta hasil dari penilaian keperawatan tersebut digunakan
untuk bahan perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi.
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan guna
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain.
Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan
keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien (Dinarti &Muryanti, 2017).
Menurut (Asmadi, 2008) terdapat 2 jenis evaluasi :
Evaluasi formatif (proses)
Evaluasi formatif berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan. Evaluasi formatif ini dilakukan segera setelah perawat
mengimplementasikan rencana keperawatan guna menilai keefektifan tindakan
keperawatan yang telah dilaksanaan. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat
komponen yang dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan
klien), objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan teori)
dan perencanaan. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut: Kartu
SOAP (data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat
dipakai untuk mendokumentasikanevaluasi dan pengkajian ulang.
- S ( Subjektif ): data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien
yang afasia.
- O (Objektif): data objektif yang siperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya
tanda-tanda akibat penyimpangan fungsifisik, tindakan keperawatan, atau
akibat pengobatan.
- A (Analisis/assessment): Berdasarkan data yang terkumpul kemudian dibuat
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosis atau masalah potensial,
dimana analisis ada3, yaitu (teratasi, tidak teratasi, dan sebagian teratasi)
sehingga perlu tidaknya dilakukan tindakan segera. Oleh karena itu,seing
memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis,
rencana, dan tindakan.
- P (Perencanaan/planning): perencanaan kembali tentang pengembangan
tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan dating (hasil
modifikasi rencanakeperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan
kesehatan klien. Proses ini berdasarkan kriteria tujuan yang spesifik dan
priode yang telah ditentukan.
Evaluasi Sumatif (Hasil)
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktivitas proses keperawatan
selesai dilakukan. Evaluasi sumatif ini bertujuan menilai dan memonitor kualitas asuhan
keperawatan yang telah diberikan. Metode yang dapat digunakan pada evaluasi jenis ini adalah
melakukan wawancara pada akhir
pelayanan, menanyakan respon klien dan keluarga terkait pelayanan keperawatan,
mengadakan pertemuan pada akhir layanan. Adapun tiga kemungkinan hasil evaluasi yang
terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan pada tahap evaluasi meliputi:
a. Tujuan tercapai/masalah teratasi : jika klien menunjukan
perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
b. Tujuan tercapai sebagian/masalah sebagian teratasi : jika
klienmenunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA