KEPERAWATAN MATERNITAS
IRMA YOVITA
2241312062
KELOMPOK K
Tumor ovarium yang ganas, menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta,
medistinal dan supraclavikular. Untuk selanjutnya menyebar ke alat-alat yang jauh
terutama paru-paru, hati dan otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang
sering menyertai penderita tumor ganas ovarium (Harahap, 2003).
3. Klasifikasi/Stadium
Tahap-tahap kanker ovarium (Price, 2006) :
Stadium I : Pertumbuhan terbatas pada ovarium
Stadium II : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan perluas
pelvis
Stadium III : Pertumbuhan mencakup satu atau kedua ovarium dengan metastasis
diluar pelvis atau nodus inguinal atau retro peritoneal positif
Stadium IV : Pertumbuhan mencakup satu / kedua ovarium dengan metastasis
jauh
Stadium Kanker Ovarium Menurut Kriteria FIGO :
4. Patofisiologi
5. Tanda dan Gejala
Kanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala umumnya
sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Stadium Awal
o Gangguan haid
o Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)
o Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)
o Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)
o Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)
o Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan pada
lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan
rambut)
Stadium Lanjut
o Asites
o Penyebaran ke omentum (lemak perut)
o Perut membuncit
o Kembung dan mual
o Gangguan nafsu makan
o Gangguan BAB dan BAK
o Sesak nafas
o Dyspepsia
6. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi yaitu :
Asites
Kanker ovarium dapat bermetastasis dengan invasi langsung ke struktur-
struktur yang berdekatan pada abdomen dan panggul dan melalui penyebaran
benih tumor melalui cairan peritoneal ke rongga abdomen dan rongga panggul.
Efusi Pleura
Dari abdomen, cairan yang mengandung sel-sel ganas melalui saluran
limfe menuju pleura.
Metastase kanker
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan untuk membantu menegakkan diagnosis
adalah pemeriksaan radiografi dan penanda tumor. Pemeriksaan histopatologi umumnya
dilakukan bersamaan dengan operasi laparoskopi untuk menentukan ada tidaknya
keganasan dan tipenya. Lesi ovarium umumnya ditemukan secara insidental pada
pemeriksaan radiografi abdomen atau pelvis untuk indikasi lainnya.
Pemeriksaan Radiografi
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat karena
dapat menentukan morfologi tumor, serta menilai ada tidaknya massa pada bagian
lain abdomen. Ultrasonografi transvaginal bermanfaat untuk menilai struktur dan
pendarahan ovarium, membedakan massa kistik dan solid, serta mendeteksi
adanya asites. Tingkat akurasi pemeriksaan ini untuk membedakan massa jinak
dan ganas adalah sensitivitas 86-94%, spesifisitas 94-96%.
X-ray thorax atau CT scan rutin dilakukan untuk membantu eksklusi efusi
pleura dan metastasis pulmonar. CT scan lebih disarankan karena sekaligus
digunakan untuk staging kanker. Sedangkan MRI lebih superior karena dapat
menentukan jenis jaringan tumor, termasuk adanya lemak, darah, musin, cairan,
atau jaringan pada massa ovarium. Hal ini bermanfaat untuk menentukan apakah
massa tersebut jinak atau ganas.
Pemeriksaan Penanda Tumor
Pemeriksaan penanda tumor yang dilakukan adalah CA 125 pada darah.
Pemeriksaan ini sebaiknya dikombinasikan dengan pemeriksaan radiologis untuk
mendeteksi kanker ovarium. Selain CA 125, assay yang dapat digunakan untuk
pemeriksaan di antaranya adalah apolipoprotein A1, follicle stimulating hormone
(FSH) dan human epididymis protein 4. Walau demikian, pemeriksaan ini
memiliki tingkat akurasi yang rendah
Pemeriksaan Histopatologi
Biopsi dengan aspirasi jarum halus (fine needle aspiration biopsy) tidak
rutin dilakukan. Pemeriksaan histopatologi dapat dilakukan dengan operasi
laparoskopi untuk mereseksi tumor. Dari pemeriksaan histopatologi dapat
diketahui secara pasti apakah tumor tersebut ganas atau jinak dan tipe dari
keganasan tersebut. (Fadilah, 2015)
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker ovarium sangat ditentukan oleh stadium, derajat
diferensiasi, fertilitas, dan keadaan umum penderita. Pengobatan utama adalah operasi
pengangkatan tumor primer dan metastasisnya, dan bila perlu diberikan terapi adjuvant
seperti kemoterapi, radioterapi (intraperitoneal radiocolloid atau whole abdominal
radiation), imunoterapi/terapi biologi, dan terapi hormon.
Penatalaksanaan operatif kanker ovarium stadium I
Pengobatan utama untuk kanker ovarium stadium I adalah operasi yang
terdiri atas histerektomi totalis prabdominalis, salpingooforektomi bilateralis,
apendektomi, dan surgical staging. Surgical staging adalah suatu tindakan bedah
laparotomi eksplorasi yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perluasan
suatu kanker ovarium dengan melakukan evaluasi daerah-daerah yang potensial
akan dikenai perluasaan atau penyebaran kanker ovarium. Temuan pada surgical
staging akan menentukan stadium penyakit dan pengobatan adjuvant yang perlu
diberikan.
Penatalaksanaan kanker ovarium stadium lanjut (II, III, IV)
Pendekatan terapi pada stadium lanjut ini mirip dengan penatalaksanaan
kasus stadium I dengan sedikit modifikasi bergantung pada penyebaran metastasis
dan keadaan umum penderita. Tindakan operasi pengangkatan tumor primer dan
metastasisnya di omentum, usus, dan peritoneum disebut operasi “debulking” atau
operasi sitoreduksi. Tindakan operasi ini tidak kuratif sehingga diperlukan terapi
adjuvant untuk mencapai kesembuhan.
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Data Biografi dan Demografi
Data biografi meliputi identifikasi pasien yaitu nama, umur, jenis kelamin,
agama, pendidikan, pekerjaan, alamat dan identitas penanggung jawab. Data
demografi meliputi: usia, golongan darah, dan lingkungan
Alasan Klien Masuk Rumah Sakit
Keluhan utama yang biasanya dirasakan pasien yaitu merasa nyeri pada daerah
perut dan terasa ada massa di daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti.
Riwayat Kesehatan Klien
o Riwayat Kesehatan Sekarang (RKS)
Keluhan yang dirasakan klien adalah nyeri pada daerah abdomen bawah,
ada pembengkakan pada daerah perut, gangguan miksi, dan penurunan
berat badan.Setelah operasi, pasien mengeluhkan nyeri pada luka post
operasi, pusing, serta kesulitan tidur.
o Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu dikaji apakah klien sebelumnya memilki riwayat menderita penyakit
seperti yang diderita sekarang.
o Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita tumor atau kanker terutama
pada organ reproduksi.
o Riwayat Reproduksi
Riwayat reproduksi meliputi beberapa hal yang berhubungan masalah
reproduksi seperti; bagaimana perjalanan klinis siklus haid teratur atau
tidak serta bagaimana durasi haid normal atau tidak.
o Riwayat obstetric
Adapun riwayat obstetric terdiri dari masalah; kehamilan, persalinan, dan
nifas yang dialami oleh klien yang bersangkutan.
o Riwayat menstruasi
Adanya riwayat menstruasi yang tidak teratur, lam dan siklus haid,
menarche.
o Riwayat Perkawinan
Adanya riwayat menikah pada usia dini (kurang dari 16 tahun),
mempunyai pasangan lebih dari satu, sering melahirkan dari jarak,
kehamilan terlalu dekat.
o Riwayat keluarga berencana
Adanya riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormal.
Fungsional Gordon
o Nutrisi
Klien dengan kanker ovarium biasanya terjadi penurunan nafsu makan
(anoreksia) sehingga terjadi penurunan berat badan yang signifikan,
penurunan lemak sub kutan, penurunan masa otot, karena intake yang
tidak adekuat. Dari pemeriksaan konjungtiva klien tampak anemis, Hb
turun, klien dapatmengalami anemia.
o Eliminasi
Pada klien dengan kanker ovarium dapat terjadi perubahan pola defekasi.
Perubahan eliminasi urine misalnya nyeri pada saat berkemih, hematuria.
Pada klien dengan kanker ovarium juga dapat terjadi perubahan bising
usus, dan distensi abdomen, sehingga pasien mengeluhkan sulit buang air
besar.
o Istirahat dan Tidur
Terdapat perubahan istirahat dan tidur seperti jam kebiasaan tidur. Faktor-
faktor yang mempengaruhi tidur misalnya ansietas, nyeri setelah operasi,
keterbatasan, partisipasi dalam hobi dan latihan.
o Aktivitas dan Latihan
Adanya kelelahan atau keletihan yang disebabkan karena intake makanan
yang kurang akibat penurunan nafsu makan sehingga klien tidak dapat
melakukan aktifitas sehari-hari secara maksimal.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan : vital sign (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu), keadaanumum,
BB, TB dan tingkat kesadaran.
Kepala: Meliputi warna rambut, kebersihan, apakah klien mengalami kerontokan
rambut, dan apakah ada benjolan pada kepala klien.
Mata: Meliputi apakah ada nya udema palpebra, konjungtiva anemis atau tidak,
apakah sklera ikterik atau tidak
Abdomen Kaji apakah klien mengalami distensi abdomen, acites, dan teraba
adanyamassa.
Genitalia Kebersihan organ genetalia, adanya keputihan (bau, kental).
c. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Fadilah (2015), pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien kanker
ovarium, antara lain :
Pemeriksaan laboratorium : Hb (biasanya selama operasi pasien mengalami
perdarahan sehingga Hb rendah), Leukosit (dapat menunjukkan gejala bila adanya
infeksi pada luka post operasi), Trombosit.
Pemeriksaan diagnostik : USG, CT-Scan abdomen, CA 125.
d. Diagnosa Keperawatan
Nyeri akut
Defisit nutrisi
Perfusi perifer tidak efektif
Kekurangan volume cairan
Intoleransi aktivitas
Ansietas
e. Rencana Asuhan Keperawatan
f. Evaluasi
S (Subjektif): data subjektif dari hasil keluhan pasien
O (Objektif): data objektif dari hasil observasi yang dilakukan perawat
A (Analisis): masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis atau
dikaji dari data subjektif dan data objektid
P (Planning): perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan
keperawatan baik yang sekarang maupun yang akan datang dengan tujuan
memperbaiki keadaan kesehatan klien
DAFTAR PUSTAKA
Fadilah, E., 2015. Karakteristik Wanita Penderita Kista Ovarium di Rumah Sakit Vita Insani
Pematang Siantar Tahun 2011-2013. Skripsi Falkultas Kesehatan Masyarakat. Dikutip dari
http:// jurnal.usu. ac.id/index. php/ gkre/ article/ view/ 10218. Diakses tanggal 17 April
2018.
Hidayat, A, A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data. Jakarta:
Salemba Medika
Price, Wilson. (2006). Patofisiologi Vol 2 ; Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Jakarta :
EGC Penerbit Buku Kedokteran.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1,
Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1,
Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia