Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN

“KONSEP PENGENDALIAN”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Anita Rahayu 2011316050


2. Intan Putri Andriani 2011316051
3. Fajar Alifah 2011316052
4. Maya Rosita 2011316054
5. Yoga Marsa Dinata 2011316055
6. Syafitri Wulandari 2011316058
7. Dina Rahmiyanti Saputri 2011316056
8. Syamila Adina 2011316008
9. Rahmi Zikri 2011316009

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat dan karunia-Nya, Makalah ini selesai disusun. Penulisan makalah ini
dimaksudkan untuk memenuhi tugas kelompok 2 dalam mata kuliah manajemen
keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah penulis alami. Oleh
karena itu, terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis
semata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang terkait.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengucapkan terima kasih.
Dalam penyusunan karya tulis ini, penulis menyadari pengetahuan dan
pengalaman kami masih sangat terbatas. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan maaf jika ada kesalahan dalam karya tulis ini.
Akhir kata penulis ucapkan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoi tujuan karya tulis ini. Amin.

Tim Penulis

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ................................................................................................................. 1
C. Manfaat Penulisan ............................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 2
A. Pengertian Pengendalian ........................................................................................................ 2
B. Tujuan Pengendalian .............................................................................................................. 3
C. Fungsi Pengendalian .............................................................................................................. 3
D. Proses Pengendalian .............................................................................................................. 4
E. Prinsip Pengandalian .............................................................................................................. 5
F. Jenis – jenis pengendalian dalam ruang rawat ........................................................................... 5
G. Elemen Pengendalian .............................................................................................................. 6
H. Indikator Pengendalian ........................................................................................................... 9
BAB III ANALISIS KASUS ................................................................................................. 13
3.1 Deskripsi Kasus ................................................................................................................. 13
3.2 Hasil Analisis .................................................................................................................... 13
BAB IV PENUTUP ................................................................................................................ 16
4.1 Kesimpulan ........................................................................................................................ 16
4.2 Saran ................................................................................................................................. 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Suatu organisasi yang menjalankan sejumlah aktivitas memulai kegiatannya
denganmelakukan proses perencanaan. Perencanaan dilakukan melalui aktivitas yang
melibatkanindividu-individu. Aktivitas inidividu ini diarahkan untuk mencapai tujuan
organisasi. Yangsering dilakukan adalah adanya kesadaran individu sebagai makhluk
juga mempunyai keinginan-keinginan atau tujuan pibadi.
Tujuan pribadi seseorang bisa selaras dengan tujuan organisasi, bisa juga tidak
selaras. Ketidakselarasan tujuan mengakibatkan tujuan organisasi atau tujuanindividu
tidak tercapai. Untuk itu diperlukan suatu pengendali kerja sehingga tujuan individu
bisa selaras dengan tujuan organisasi. Salah satu alat untuk mencapai hal tersebut
adalah adanyasistem pengendalian manajemen yangbaik
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penulisan makalah ini sebagai berikut:


1. Apa pengertian dan tujuan dari konsep pengendalian
2. Apa fungsi dari pengendalian
3. Bagaimana proses pengendalian
4. Apa saja prinsip pada pengandalian
5. Apa jenis dalam ruang rawat
6. Apa elemen dalam pengendalian

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut :

1. Mahasiswa mengetahui dan memahami pengertian dan tujuan dari konsep


pengendalian
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami fungsi dari pengendalian
3. Mahasiswa mengetahui dan memahami proses pengendalian
4. Mahasiswa mengetahui dan memahami prinsip pada pengandalian
5. Mahasiswa mengetahui dan memahami jenis dalam ruangrawat
6. Mahasiswa mengetahui dan memahami elemen dalampengendalian

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengendalian
Proses terakhir dari manajemen adalah pengendalian atau pengontrolan. Fayol
(1998) mendefinisikan pengontrolan adalah “Pemeriksaan apakah segala sesuatu yang
terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta
prinsip-prinsip yang ditentukan”.
Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan
agar dapat dilakukan perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui
fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspons dengan cepatdengan
cara duduk bersama.
Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan
perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan
apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang
efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Pengendalian adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan
adalah sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi untuk menjamin
mutu serta evaluasikinerja.

B. Tujuan pengendalian
1. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam
kurun waktu tertentu.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakantugas
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan
dengan tepat danefisien
4. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinyapenyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan (reward)

2
C. Fungsi
1. Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam
kurun waktu tertentu.
2. Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang
melaksanakan tugas
3. Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan
dengan tepat danefisien
4. Dapat mengetahui faktor penyebab terjadinya penyimpangan
5. Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan penghargaan(reward)

D. Proses Pengendalian
Proses pengendalian manajemen adalah sebuah proses di mana semua
tingkatan manajer menjamin bahwa orang-orang yang mereka pimpin telah
menjalankan strategi yang mereka maksud. Proses pengendalian manajemen
memerlukan perencanaan secara sadar (tidak otomatis) dan melibatkan interaksi
di antara individu-individu.

Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah yang meliputi mengukur kinerja
sebenarnya, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar, dan mengambil
tindakan material untuk membetulkan penyimpangan atau standar yang tidak
memadai.

Gambar Proses Pengendalian (Stephen P. Robbins, Op.Cit, hlm. 236-237)

3
Bagan Proses Pengendalian

1. Menetapkan standar dan metode pengukurannya


a) Harus ditetapkan lebih dulu
b) Standar dirumuskan secara jelas dan dapat diukur
2. Melakukan Pengukuran Prestasi
a) Harus dilakukan berulang tergantung situasinya
b) Harus dilakukan pada saat yangtepat
3. Membandingkan apakah prestasi yang dicapai sesuai dengan standarnya
a) Merupakan langkah yang relatif mudah dibanding dua langkah
sebelumnya
4. Melakukan Perbaikan-Perbaikan yang diperlukan
a) Dilakukan jika prestasi yang dicapai lebih rendah dari standar yang
ditetapkan
b) Dapat melibatkan beberapa aktivitas sekaligus, meliputi perubahan
cara bekerja dan perubahan standar prestasi yang telahditetapkan.

E. Prinsip Pengendalian
Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan berhasil bila
mengandung beberapa karakteristik seperti di bawah ini:

4
Menggambarkan kegiatan sebenarnya
1. Melaporkan kesalahan dengan tepat
2. Berpandangan kedepan
3. Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis danpenting
4. Bersifat obyektif
5. Bersifat fleksibel
6. Menggambarkan pola kegiatan organisasi
7. Bersifat ekonomis
8. Bersifat mudah dimengerti
9. Menunjukkan kegiatan perbaikan

F. Jenis pengendalian
Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian karyawan (Personnelcontrol)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan
kegiatan karyawan.
2. Pengendalian keuangan (Financialcontrol)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang
pemasukan dan pengelauaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian
anggarannya.
3. Pengendalian produksi (Productioncontrol)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi
yang dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian waktu (Timecontrol)
Pengendalian ini ditujukan kepada pengguna waktu, artinya apakah waktu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. Pengendalian teknis (Technicalcontrol)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang
berhubungan degan tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian kebijaksanaan (Policycontrol)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan,

5
7. Pengendalian penjualan (Salescontrol)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apalah produksi atau jasa yang
dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan

G. Elemen/komponen
Setiap sistem memiliki elemen-elemen yang menjadi penyusun dalam sistem itu
sendiri. Sistem pengendalian mempunyai beberapa elemen sebagai berikut ini:
1. Detector (Pelacak)
Elemen ini berguna untuk mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam
proses yang sedang dikendalikan.
2. Assessor (Penilai)
Elemen ini berguna untuk menentukan signifikansi dari peristiwa aktual
dengan cara membandingkannya dengan standar atau ekspektasi dari apa yang
seharusnya terjadi.
3. Effector
Elemen ini berguna untuk mengubah perilaku proses yang sedang dikendalikan
jika assessor mengindikasikan adanya kebutuhan untuk melakukan perubahan
tersebut.
4. Communication network
Elemen ini berguna sebagai sarana untuk menyalurkan informasi antara elemen-
elemen yang ada dan proses yang sedang dikendalikan.
Berikut ini adalah bagan yang menerangkan interaksi antara elemen-elemen yang
ada dan proses yang sedang dikendalikan:

6
Komponen Pengawasan dan Pengendalian adalah :
1. Setting standar
2. MeasuringPerform
3. Reporting Result
4. CorrectiveAction
5. Redirection
Pemeriksaan kesehatan tidak hanya untuk orang — bahkan sistem
perawatan kesehatan itu sendiri dapat memperoleh manfaat dari evaluasi rutin.
Tetapi rumah sakit dan klinik harus melakukan evaluasi ini sambil terus
menghadapi tantangan baru, seperti meningkatnya permintaan akan perawatan,
perubahan kebijakan, dan undang-undang yang tidak pasti. Melacak pengukuran
kualitas di fasilitas perawatan kesehatan adalah cara terbaik untuk
mengembangkan model bisnis karena pengukuran ini:
1. Gunakan data untuk menilai peningkatan dan kemajuan, sambil meminta
pertanggungjawaban fasilitas untuk tujuantertentu
2. Menumbuhkan keputusan yang lebih baik dan lebih strategis berdasarkan
informasi kuantitatif dan kualitatif.
3. Libatkan dan aktifkan kepemimpinan senior secara lebih efektif dalam
proses perencanaan strategis.
4. Tentukan departemen, tim, atau individu yang perlu meningkatkan
kualitaskinerjanya.
5. Menyediakan metode yang lebih mudah untuk mengukur kinerja dan
membandingkan tingkatlayanan.

Contoh pengukuran kualitas dalam perawatan kesehatan yang dapat


membuat perbedaan besar untuk strategi organisasi
1. Operasional
a. Jumlah Pasien yang Dilayani Per Bulan: Melacak jumlah individu yang
menerima perawatan setiap bulan. Ini membantu fasilitas kesehatan
memahami keseluruhan volume layanan yang diberikan, yang merupakan
metrik dasar untuk bagaimana mengelola kualitas dalamorganisasi.
b. Lama Rawat Inap: Menunjukkan seberapa cepat staf medis dapat
mendiagnosis dan meresepkan pengobatan; juga membantu menciptakan

7
standar mengenai alokasi waktu untuk jenis perawatan yangberbeda.
c. Jumlah Masuk Kembali: Menilai kualitas perawatan dengan jumlah
pasien yang masuk kembali ke rumah sakit atau klinik untuk kondisi yang
sama dengan mereka sebelumnya dirawat dan kemudian dipulangkan.
Tindakan ini juga dapat membantu menentukan komplikasi
yangterabaikan.
a. Tingkat Pemanfaatan Peralatan: Memantau jumlah hari peralatan benar-
benar tersedia, dibandingkan dengan hari peralatan diharapkan tersedia.
Masalah peralatan sering kali berkorelasi dengan kualitas perawatan
yang lebih rendah atau terhambat.
b. Lembur Staf: Menunjukkan jumlah waktu anggota staf bekerja di luar
jam kerja normal mereka, yang dapat menunjukkan apakah fasilitas
memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit sumber daya staf. Ini sering
dilacak dengan ukuran kinerja terkait di organisasi perawatan kesehatan,
seperti rasio staf- pasien.

2. Keuangan
a. Total Pengeluaran (Semua Sumber): Akun untuk jumlah total uang
yang dibelanjakan organisasi. Bergantung pada ukuran rumah sakit
atau klinik Anda, jumlah ini dapat dibagi berdasarkan produk dan
layanan, atau ditampilkan sebagai jumlahtotal.

b. Margin Operasi Total: Mengukur keuntungan rumah sakit, setelah


mengeluarkan biaya. Ini menunjukkan efektivitas strategi penetapan
harga rumah sakit dan keseluruhan operasi. Ini juga menunjukkan
berapa banyak dana yang tersedia untuk menutupi biayanon-
operasional.

c. Biaya Rata-Rata Per Discharge: Rata-rata biaya yang dikeluarkan


untuk seluruh pasien tinggal, yang dapat mengungkap area
pengeluaran yang berlebihan. Ukuran ini juga dapat dijadikan tolok
ukur terhadap fasilitas serupa untuk membantu menilaikinerja.

d. Utang Macet: Menghitung selisih antara jumlah yang ditagih kepada


pasien dan jumlah yang sebenarnya dibayarkan oleh pasien. Ini juga
disebut perawatan tanpa kompensasi dan memengaruhi pendapatan

8
rumah sakit secara keseluruhan.
3. Komunikasi

a. Kepuasan Rawat Inap/Rawat Jalan Dengan Dokter:


Mengkomunikasikan tingkat kepuasan di antara pasien yang dirawat
(atau menerima perawatan tanpa dirawat) ke fasilitas kesehatan. Ini
adalah bagian dari pengukuran kinerja kualitas yang melacak kepuasan
pasien secara keseluruhan.
b. Tingkat Perputaran Karyawan: Menunjukkan kestabilan tenaga kerja.
Perputaran yang tinggi dapat mempengaruhi tingkat perawatan dan
efektivitasfasilitas.
c. Kepuasan Karyawan: Mengukur tingkat kepuasan karyawan, yang
dapat memengaruhi tingkat pergantian karyawan dan karena itu juga
memengaruhi tingkat perawatan.
d. Persentase Catatan Kesehatan Elektronik (EHR): Menunjukkan tingkat
kemajuan teknologi organisasi. Persentase EHR yang rendah dapat
menyebabkan inkonsistensi atau disparitas dalam kualitas perawatan,
serta menunjukkan bahwa fasilitas tersebut tidak sesuai dengan mandat
federal.
e. Tingkat Retensi Pasien: Menunjukkan berapa banyak pasien yang
kembali ke fasilitas untuk kunjungan lain yang tidak terkait, yang
biasanya sejalan dengan kepuasan pasien
f. Kualitas Perawatan: Menilai apakah pasien puas dengan tingkat
perawatan yang mereka terima dari perawat selama berada di fasilitas.
Tujuannya adalah untuk melihat lebih dekat kinerja dari satu
kategoristaf.
g. Angka Kematian: Melacak jumlah pasien yang diamati

H. Indikator Pengendalian
1. Keselamatan pasien (pasien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus
dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera akibat restrain
2. Keterbatasan perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus
terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat dari tidak terpenuhinya
9
kebutuhan tersebut misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman dan infeksi saluran
kemih dll. Pelayanan keperawatan bermutu jika pasien terpelihara perawatan
dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh hygiene yang buruk
3. Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang bermutu
adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap
pelayanan keperawatan yang diharapkan
4. Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi
karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman. Kecemasan yang masih
ada setelah intervensi keperawatan dapat menjadi indikator klinik
5. Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan
keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan bebas dari rasa nyeri
yang menyakitkan
6. Pengetahuan
Indikator yang lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan
dalam program discharge planning. Discharge planning adalah suatu proses yang
dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien
dari suatu tempat ketempat lain. Dalam perencanaan kepulangan pasien dapat
dipindahkan ke rumahnya sendiri atau keluarga, fasilitas rehabilitasi, nursing home
dan tempat lain di luarr rumah sakit.

I. Strategi Pengendalian
1. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Quality Assurance mulai digunakan di rumah sakit sejak tahun 1960-an
implementasi pertama yaitu audit keperawatan. Strategi ini merupakan program
untuk mendesain standar pelayanan keperawatan dan mengevaluasi pelaksanaan
standar tersebut (Swansburg, 1999). Sedangkan menurut Wijono (2000), Quality
Assurance sering diartikan sebagai menjamin mutu atau memastikan mutu
karena Quality Assurance berasal dari kata to assure yang artinya meyakinkan
orang, mengusahakan sebaik-baiknya, mengamankan atau menjaga. Dimana
dalam pelaksanaannya menggunakan teknik-teknik seperti inspeksi, internal

10
audit dan surveilan untuk menjaga mutu yang mencakup dua tujuan yaitu :
organisasi mengikuti prosedur pegangan kualitas, dan efektifitas prosedur tersebut
untuk menghasilkan hasil yang diinginkan. Dengan demikian quality assurance
dalam pelayanan keperawatan adalah kegiatan menjamin mutu yang berfokus
pada proses agar mutu pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
standar. Dimana metode yang digunakan adalah : audit internal dan surveilan
untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan keperawatan yang
diberikan kepada pasien) telah sesuai dengan standar operating procedure
(SOP); evaluasi proses; mengelola mutu; dan penyelesaian masalah. Sehingga
sebagai suatu sistem (input, proses, outcome), menjaga mutu pelayanan
keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses pemberian
pelayanan keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
2. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)Continuous
Quality Improvement dalam pelayanan kesehatan merupakan perkembangan
dari Quality Assurance yang dimulai sejak tahun 1980-an. Continuous Quality
Improvement (Peningkatan mutu berkelanjutan) sering diartikan sama dengan
Total Quality Management karena semuanya mengacu pada kepuasan pasien dan
perbaikan mutu menyeluruh. Namun menurut Loughlin dan Kaluzny (1994,
dalam Wijono 2000) bahwa ada perbedaan sedikit yaitu Total Quality
Management dimaksudkan pada program industri sedangkan Continuous Quality
Improvement mengacu pada klinis. Wijono (2000) mengatakan bahwa
Continuous Quality Improvement itu merupakan upaya peningkatan mutu secara
terus menerus yang dimotivasi oleh keinginan pasien. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan mutu yang tinggi dalam pelayanan keperawatan yang
komprehensif dan baik, tidak hanya memenuhi harapan aturan yang ditetapkan
standar yang berlaku. Pendapat lain dikemukakan oleh Shortell dan Kaluzny
(1994) bahwa Quality Improvement merupakan manajemen filosofi untuk
menghasilkan pelayanan yang baik. Dan Continuous Quality Improvement sebagai
filosofi peningkatan mutu yang berkelanjutan yaitu proses yang dihubungkan
dengan memberikan pelayanan yang baik yaitu yang dapat menimbulkan
kepuasan pelanggan (Shortell, Bennett & Byck, 1998). Sehingga dapat
dikatakan bahwa Continuous Quality Improvement dalam pelayanan
keperawatan adalah upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
secara terus menerus yang memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara

11
keseluruhan dan kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai
karakteristik-karakteristik yang dapat mempengaruhi mutu dari outcome yang
ditandai dengan kepuasan pasien.
3. Total quality manajemen (TQM)
Total Quality Manajemen (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara
meningkatkan performansi secara terus menerus pada setiap level operasi atau
proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan
berfokus pada kepuasan pasien dan perbaikan mutu menyeluruh.

12
BAB III
KASUS
A. Kasus
Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs)
adalah infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas
kesehatan lainnya. RSUD Tebet sendiri sudah secara bertahap mulai melaksanakan
program PPI ini dan telah di evaluasi melalui akreditasi setahun kemudian pada tahun
2016. Akan tetapi, kunjungan awal peneliti pada Oktober 2016, mengungkapkan
beberapa fakta yang belum mencerminkan terlaksananya program PPI di rumah sakit,
yaitu penanganan limbah medis habis pakai seperti jarum infus masih bertumpuk
dibawah meja perawat. Selain itu, berdasarkan data laporan kejadian HAIs di rumah
sakit tahun 2016, didapatkan informasi adanya kejadian plebitis pada bulan Januari
hingga Desember secara terus menerus
B. Pembahasan
Kejadian infeksi sebagai salah satu penyebab kematian dan kesakitan di fasilitas
pelayanan kesehatan, selain itu juga berdampak pada meningkatnya hari dan biaya
perawatan, penggunaan antibiotik yang dapat membawa pada peningkatan resistensi
antibiotik dan ekonomi negara akibat tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung.
Dari sisi fasilitas pelayanan kesehatan, maka berbagai dampak akan menurunkan mutu
fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini akan terus berkembang dan menjadi semakin tidak
baik bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian. Untuk itu, berbagai
negara telah berperan aktif melakukan upaya untuk mengatasi hal ini, termasuk
Indonesia, yaitu salah satunya dengan membentuk Program Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit.
Adapun kewajiban RS adalah membuat kebijakan di tempatnya yang harus
dilaksanakan dalam upaya pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
mengacu terutama pada pedoman manajerial dan pedoman teknis PPI yang telah
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam membuat kebijakan ini, rumah sakit
perlu terlebih dahulu memahami beberapa hal prinsip terkait PPI RS, yaitu diantaranya
kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan kewaspadaan transmisi.
Berikut ini akan disampaikan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada
tindakan PPI yang maliputi tindakan mengganti perban, memasang infus, pemberian
suntikan dan penanganan limbah medis paska tindakan oleh perawat di ruang rawat
inap. Pada hasil pengamatan terhadap 105 tindakan PPI yang dilakukan oleh responden

13
didapatkan 81 (77,1%) tindakan dengan kategori baik dan 24 (22,9%) tindakan dengan
kategori tidak baik. Berdasarkan tindakan yang diamati, kategori tidak baik didapatkan
berturut-turut
sebanyak 71,4% pada tindakan pemasangan infus, 66,7% pada tindakan mengganti
perban, 24,4% pada pemberian suntikan dan 12% pada tindakan penanganan limbah.
Pada tindakan PPI sebagai komposit, kategori tidak baik yaitu 22,9% didapatkan
berturut-turut oleh tindakan pemberian suntikan (10,5 %), penanganan limbah medis
(5,7%), pemasangan infus (4,8%) dan mengganti perban (1,9%). Adapun dari total
tindakan yang diamati didapatkan secara keseluruhan proporsi perawat yang melakukan
tindakan PPI dengan baik lebih besar dibandingkan perawat yang masih melakukan
tindakan PPI dengan tidak baik. Tindakan PPI yang dilakukan dikatakan baik karena
tindakan tersebut sudah dilakukan sesuai dengan SOP dengan memperhatikan prinsip-
prinsip PPI yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan, yaitu melakukan cuci
tangan dan menggunakan APD yaitu sarung tangan. Hal ini merupakan salah satu
kekuatan bagi rumah sakit dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian
infeksi yang diakibatkan pelayanan kesehatan (HAIs). Walaupun demikian, rumah sakit
juga dipandang perlu melakukan upaya lebih terhadap peningkatan kompetensi perawat,
karena hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat 23% dari tindakan PPI yang
dilakukan dengan tidak baik, artinya belum sesuai dengan SOP atau belum
memperhatikan prinsip-prinsip PPI tersebut.
Pada pelatihan PPI didapatkan seluruh responden belum pernah mengikuti
pelatihan PPI. Kementerian Kesehatan melalui Pedoman Manajerial PPI di Rumah Sakit
dan Fasilitas Kesehatan Lainnya menyatakan bahwa untuk meminimalkan risiko
terjadinya infeksi di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya perlu
diterapkan pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI), yaitu kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pembinaan, pendidikan dan pelatihan, serta monitoring dan
evaluasi.
RSUD Tebet memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan upaya PPI
di rumah sakit. Potensi ketersediaan sumber daya manusia yang masih terbilang muda,
lama kerja yang masih berpotensi untuk semakin meningkat, keseragaman tingkat
pendidikan D3 keperawatan dan belum diikutinya pelatihan PPI merupakan celah
sekaligus potensi yang dapat dimanfaatkan oleh RSUD Tebet. RSUD Tebet sudah
memiliki kebijakan rumah sakit yang baik dalam program pengendalian, yang
ditunjukkan dengan adanya struktur organisasi komite PPI yang sudah melibatkan unit –

14
unit lainnya dan tersediannya SOP yang mendukung pelaksanaan program PPI. Akan
tetapi struktur komite belum mengacu pada kebijakan Kementerian Kesehatan dan peran
komite PPI dirasakan belum maksimal, salah satunya adalah peran pengawasan dari
komite medik melalui IPCN. Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang
tindakan pemasangan infus, mengganti perban, menyuntik dan penanganan limbah
sudah baik. Di RSUD Tebet sudah dilakukan pelaporan kejadian HAIs oleh perawat
IPCLN dan IPCN yang prosesnya dimulai dari pengumpulan data, analisa, evaluasi
hingga pelaporan.

15
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha
sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan
perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan
prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan
apakah ada deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan
yang diperlukan untuk memastikan bahwa sumber daya digunakan dengan cara yang
efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan. Tujuan pengendalian yaitu untuk
dapat mengetahui kegiatan program yang sudah dilaksanakan oleh staf dalam kurun
waktu tertentu, adanya penyimpangan pada pemahaman staf yang melaksanakan
tugas, apakah waktu dan sumber daya organisasi sudah digunakan dengan tepat dan
efisien, faktor penyebab terjadinya penyimpangan dam staf yang perlu diberikan
penghargaan (reward).
Proses pengendalian manajemen adalah sebuah proses di mana semua
tingkatan manajer menjamin bahwa orang-orang yang mereka pimpin telah
menjalankan strategi yang mereka maksud. Proses pengendalian manajemen
memerlukan perencanaan secara sadar (tidak otomatis) dan melibatkan interaksi di
antara individu-individu. Proses pengendalian terdiri atas tiga langkah yang meliputi
mengukur kinerja sebenarnya, membandingkan kinerja sebenarnya dengan standar,
dan mengambil tindakan material untuk membetulkan penyimpangan atau standar
yang tidak memadai. Proses pengendalian yang dilakukan seorang manajer dikatakan
berhasil bila mengandung beberapa karakteristik seperti menggambarkan kegiatan
sebenarnya, melaporkan kesalahan dengan tepat, berpandangan ke depan,
menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis dan penting, bersifat obyektif dan
fleksibel, menggambarkan pola kegiatan organisasi, bersifat ekonomis dan mudah
dimengerti, serta enunjukkan kegiatan perbaikan

4.2 Saran

Dengan ditulisnya makalah "Konsep Pengendalian" ini diharapkan mahasiswa


keperawatan dapat lebih memahami materi tersebut dan dapat diaplikasikan di dunia
pekerjaan nantinya.

16
DAFTAR PUSTAKA

KOMISI AKREDITASI RUMAH SAKIT. 2017. STANDAR NASIONAL AKREDITASI


RUMAH SAKIT EDISI 1

Hasibuan, Malayu S.P. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Jakarta:
Penerbit PT Bumi Aksara

Sitorus, Ratna. (2006) Model Praktek Keperawatan Profesional, Edisi pertama, Jakarta ,
EGC.
Madjid, T., & Wibowo, A. (2017). Analisis Penerapan Program Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Ruang Rawat Inap RSUD Tebet Tahun 2017. Arsi, 4(1), 57–68.

Mariono, (2001). Materi kuliah ketenagaan, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas


Indonesia Jakarta

Swamburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan. Jakarta :


EGC

Departemen Kesehatan RI (2002) Standar tenaga keperawatan di Rumah sakit, Jakarta,


Departemen Kesehatan RI

Abdurrahman Fathoni, Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta,
Jakarta, 2006, hlm. 172

Robert L. Mathis, & John H. Jackson , Manajemen Sumber Daya Manusia, Salemba Empat,
Jakarta, hlm. 314

Wijono, Dj. 2011. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan: Teori, Strategi dan Aplikasi.
Volume 2. Cetakan Kedua. Surabaya. Airlangga Unniversity Press.

17
MANAJEMEN KEPERAWATAN
KONSEP PENGENDALIAN

Kelompok 5
Anita Rahayu
Dina Rahmiyanti Saputri
Fajar Alifah
Intan Putri Andriani
Maya Rosita
Rahmi Zikri
Syafitri Wulandari
Syamila Adina
Yoga Marsa Dinata
Pengertian Pengendalian

Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan
standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada
deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan
perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera
direspons dengan cepatdengan cara duduk bersama
Tujuan pengendalian
Fungsi
1.Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah
dilaksanakan oleh staf dalam kurun waktu tertentu. 1.Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah
2.Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada dilaksanakan oleh staf dalam kurun waktu tertentu.
pemahaman staf yang melaksanakantugas 2.Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada
3.Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber pemahaman staf yang melaksanakantugas
daya organisasi sudah digunakan dengan tepat 3.Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya
danefisien organisasi sudah digunakan dengan tepat danefisien
4.Dapat mengetahui faktor penyebab 4.Dapat mengetahui faktor penyebab
terjadinyapenyimpangan terjadinyapenyimpangan
5.Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan 5.Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan
penghargaan (reward) penghargaan(reward)
Proses Pengendalian

Proses pengendalian manajemen adalah sebuah


proses di mana semua tingkatan manajer
menjamin bahwa orang-orang yang mereka
pimpin telah menjalankan strategi yang mereka
maksud. Proses pengendalian manajemen
memerlukan perencanaan secara sadar (tidak
otomatis) dan melibatkan interaksi di antara
individu-individu.

Bagan Proses Pengendalian


Jenis pengendalian
Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
1.Pengendalian karyawan (Personnelcontrol)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
karyawan.
Prinsip Pengendalian 2.Pengendalian keuangan (Financialcontrol)
Proses pengendalian yang dilakukan seorang Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang
manajer dikatakan berhasil bila mengandung pemasukan dan pengelauaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian
beberapa karakteristik seperti di bawah ini: anggarannya.
Menggambarkan kegiatan sebenarnya 3.Pengendalian produksi (Productioncontrol)
1.Melaporkan kesalahan dengan tepat Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
2.Berpandangan kedepan dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
3.Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis 4.Pengendalian waktu (Timecontrol)
danpenting Pengendalian ini ditujukan kepada pengguna waktu, artinya apakah waktu untuk
4.Bersifat obyektif mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5.Bersifat fleksibel 5.Pengendalian teknis (Technicalcontrol)
6.Menggambarkan pola kegiatan organisasi Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan
7.Bersifat ekonomis degan tindakan dan teknis pelaksanaan.
8.Bersifat mudah dimengerti 6.Pengendalian kebijaksanaan (Policycontrol)
9.Menunjukkan kegiatan perbaikan Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan,
7.Pengendalian penjualan (Salescontrol)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apalah produksi atau jasa yang
dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan
Elemen/komponen
Setiap sistem memiliki elemen-elemen yang menjadi penyusun dalam sistem itu sendiri. Sistem pengendalian mempunyai
beberapa elemen sebagai berikut ini:
1.Detector(Pelacak)
Elemen ini berguna untuk mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2.Assessor(Penilai)
Elemen ini berguna untuk menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan standar
atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
3.Effector
Elemen ini berguna untuk mengubah perilaku proses yang sedang dikendalikan jika assessor mengindikasikan adanya
kebutuhan untuk melakukan perubahan tersebut.
4.Communication network
Elemen ini berguna sebagai sarana untuk menyalurkan informasi antara elemen- elemen yang ada dan proses yang sedang
dikendalikan.
Berikut ini adalah bagan yang menerangkan interaksi antara elemen-elemen yang ada dan proses yang sedang dikendalikan
Contoh pengukuran kualitas dalam perawatan kesehatan yang dapat membuat perbedaan besar untuk strategi
organisasi

1.Operasional
a. Jumlah Pasien yang Dilayani Per Bulan: Melacak jumlah individu yang menerima perawatan setiap bulan. Ini
membantu fasilitas kesehatan memahami keseluruhan volume layanan yang diberikan, yang merupakan metrik dasar
untuk bagaimana mengelola kualitas dalamorganisasi.
b.Lama Rawat Inap: Menunjukkan seberapa cepat staf medis dapat mendiagnosis dan meresepkan pengobatan; juga
membantu menciptakan standar mengenai alokasi waktu untuk jenis perawatan yangberbeda.
c.Jumlah Masuk Kembali: Menilai kualitas perawatan dengan jumlah pasien yang masuk kembali ke rumah sakit atau
klinik untuk kondisi yang sama dengan mereka sebelumnya dirawat dan kemudian dipulangkan. Tindakan ini juga
dapat membantu menentukan komplikasi yangterabaikan.
d.Tingkat Pemanfaatan Peralatan: Memantau jumlah hari peralatan benar-benar tersedia, dibandingkan dengan hari
peralatan diharapkan tersedia. Masalah peralatan sering kali berkorelasi dengan kualitas perawatan yang lebih rendah
atau terhambat.
e.Lembur Staf: Menunjukkan jumlah waktu anggota staf bekerja di luar jam kerja normal mereka, yang dapat
menunjukkan apakah fasilitas memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit sumber daya staf. Ini sering dilacak dengan
ukuran kinerja terkait di organisasi perawatan kesehatan, seperti rasio staf- pasien.
2.Keuangan
a.Total Pengeluaran (Semua Sumber): Akun untuk jumlah total uang yang dibelanjakan organisasi. Bergantung pada
ukuran rumah sakit atau klinik Anda, jumlah ini dapat dibagi berdasarkan produk dan layanan, atau ditampilkan sebagai
jumlahtotal.
b.Margin Operasi Total: Mengukur keuntungan rumah sakit, setelah mengeluarkan biaya. Ini menunjukkan efektivitas
strategi penetapan harga rumah sakit dan keseluruhan operasi. Ini juga menunjukkan berapa banyak dana yang tersedia
untuk menutupi biayanon-operasional.
c.Biaya Rata-Rata Per Discharge: Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk seluruh pasien tinggal, yang dapat mengungkap
area pengeluaran yang berlebihan. Ukuran ini juga dapat dijadikan tolok ukur terhadap fasilitas serupa untuk membantu
menilaikinerja.
d.Utang Macet: Menghitung selisih antara jumlah yang ditagih kepada pasien dan jumlah yang sebenarnya dibayarkan
oleh pasien. Ini juga disebut perawatan tanpa kompensasi dan memengaruhi pendapatan rumah sakit secara keseluruhan.
3.Komunikasi

a.Kepuasan Rawat Inap/Rawat Jalan Dengan Dokter: Mengkomunikasikan tingkat kepuasan di antara pasien yang dirawat
(atau menerima perawatan tanpa dirawat) ke fasilitas kesehatan. Ini adalah bagian dari pengukuran kinerja kualitas yang
melacak kepuasan pasien secara keseluruhan.
b.Tingkat Perputaran Karyawan: Menunjukkan kestabilan tenaga kerja. Perputaran yang tinggi dapat mempengaruhi
tingkat perawatan dan efektivitasfasilitas.
c.Kepuasan Karyawan: Mengukur tingkat kepuasan karyawan, yang dapat memengaruhi tingkat pergantian karyawan dan
karena itu juga memengaruhi tingkat perawatan.
d.Persentase Catatan Kesehatan Elektronik (EHR): Menunjukkan tingkat kemajuan teknologi organisasi. Persentase EHR
yang rendah dapat menyebabkan inkonsistensi atau disparitas dalam kualitas perawatan, serta menunjukkan bahwa
fasilitas tersebut tidak sesuai dengan mandat federal.
e.Tingkat Retensi Pasien: Menunjukkan berapa banyak pasien yang kembali ke fasilitas untuk kunjungan lain yang tidak
terkait, yang biasanya sejalan dengan kepuasan pasien
f.Kualitas Perawatan: Menilai apakah pasien puas dengan tingkat perawatan yang mereka terima dari perawat selama
berada di fasilitas. Tujuannya adalah untuk melihat lebih dekat kinerja dari satu kategoristaf.
g.Angka Kematian: Melacak jumlah pasien yang diamati
Indikator Pengendalian
1.Keselamatan pasien (pasien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera
akibat restrain
2.Keterbatasan perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat
dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman dan infeksi saluran kemih dll. Pelayanan keperawatan
bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh hygiene yang buruk
3.Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan

4.Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan dapat menjadi indikator klinik
5.Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan
bebas dari rasa nyeri yang menyakitkan
6.Pengetahuan
Indikator yang lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge
planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat
ketempat lain.
Strategi Pengendalian

1.Quality Assurance (Jaminan Mutu)


Quality assurance dalam pelayanan keperawatan adalah kegiatan menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode yang digunakan adalah : audit internal dan
surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai
dengan standar operating procedure (SOP); evaluasi proses; mengelola mutu; dan penyelesaian masalah. Sehingga sebagai
suatu sistem (input, proses, outcome), menjaga mutu pelayanan keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses
pemberian pelayanan keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.

2. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)


Continuous Quality Improvement dalam pelayanan keperawatan adalah upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan secara terus menerus yang memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan
dan kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai karakteristik-karakteristik yang dapat
mempengaruhi mutu dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien.

3.Total quality manajemen (TQM)


Total Quality Manajemen (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara meningkatkan performansi secara terus
menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien dan
perbaikan mutu menyeluruh.
Kasus

Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada
pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. RSUD Tebet sendiri sudah secara bertahap
mulai melaksanakan program PPI ini dan telah di evaluasi melalui akreditasi setahun kemudian pada tahun 2016.
Akan tetapi, kunjungan awal peneliti pada Oktober 2016, mengungkapkan beberapa fakta yang belum
mencerminkan terlaksananya program PPI di rumah sakit, yaitu penanganan limbah medis habis pakai seperti jarum
infus masih bertumpuk dibawah meja perawat. Selain itu, berdasarkan data laporan kejadian HAIs di rumah sakit
tahun 2016, didapatkan informasi adanya kejadian plebitis pada bulan Januari hingga Desember secara terus
menerus
Pembahasan

Kejadian infeksi sebagai salah satu penyebab kematian dan kesakitan di fasilitas pelayanan kesehatan, selain itu juga
berdampak pada meningkatnya hari dan biaya perawatan, penggunaan antibiotik yang dapat membawa pada peningkatan
resistensi antibiotik dan ekonomi negara akibat tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung. Dari sisi fasilitas
pelayanan kesehatan, maka berbagai dampak akan menurunkan mutu fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini akan terus
berkembang dan menjadi semakin tidak baik bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian. Untuk itu, berbagai
negara telah berperan aktif melakukan upaya untuk mengatasi hal ini, termasuk Indonesia, yaitu salah satunya dengan
membentuk Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit

Adapun kewajiban RS adalah membuat kebijakan di tempatnya yang harus dilaksanakan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit mengacu terutama pada pedoman manajerial dan pedoman teknis PPI yang telah
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam membuat kebijakan ini, rumah sakit perlu terlebih dahulu memahami
beberapa hal prinsip terkait PPI RS, yaitu diantaranya kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan transmisi.
Berikut ini akan disampaikan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada tindakan PPI yang maliputi tindakan mengganti
perban, memasang infus, pemberian suntikan dan penanganan limbah medis paska tindakan oleh perawat di ruang rawat inap.
Pada hasil pengamatan terhadap 105 tindakan PPI yang dilakukan oleh responden didapatkan 81 (77,1%) tindakan dengan
kategori baik dan 24 (22,9%) tindakan dengan kategori tidak baik. Berdasarkan tindakan yang diamati, kategori tidak baik
didapatkan berturut-turut
sebanyak 71,4% pada tindakan pemasangan infus, 66,7% pada tindakan mengganti perban, 24,4% pada pemberian suntikan
dan 12% pada tindakan penanganan limbah

Pada tindakan PPI sebagai komposit, kategori tidak baik yaitu 22,9% didapatkan berturut-turut oleh tindakan pemberian
suntikan (10,5 %), penanganan limbah medis (5,7%), pemasangan infus (4,8%) dan mengganti perban (1,9%). Adapun dari
total tindakan yang diamati didapatkan secara keseluruhan proporsi perawat yang melakukan tindakan PPI dengan baik
lebih besar dibandingkan perawat yang masih melakukan tindakan PPI dengan tidak baik. Tindakan PPI yang dilakukan
dikatakan baik karena tindakan tersebut sudah dilakukan sesuai dengan SOP dengan memperhatikan prinsip-prinsip PPI
yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan, yaitu melakukan cuci tangan dan menggunakan APD yaitu sarung tangan.
Hal ini merupakan salah satu kekuatan bagi rumah sakit dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang
diakibatkan pelayanan kesehatan (HAIs). Walaupun demikian, rumah sakit juga dipandang perlu melakukan upaya lebih
terhadap peningkatan kompetensi perawat, karena hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat 23% dari tindakan PPI
yang dilakukan dengan tidak baik, artinya belum sesuai dengan SOP atau belum memperhatikan prinsip-prinsip PPI tersebut.
RSUD Tebet memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan upaya PPI di rumah sakit. Potensi ketersediaan
sumber daya manusia yang masih terbilang muda, lama kerja yang masih berpotensi untuk semakin meningkat,
keseragaman tingkat pendidikan D3 keperawatan dan belum diikutinya pelatihan PPI merupakan celah sekaligus potensi
yang dapat dimanfaatkan oleh RSUD Tebet. RSUD Tebet sudah memiliki kebijakan rumah sakit yang baik dalam program
pengendalian, yang ditunjukkan dengan adanya struktur organisasi komite PPI yang sudah melibatkan unit –unit lainnya
dan tersediannya SOP yang mendukung pelaksanaan program PPI. Akan tetapi struktur komite belum mengacu pada
kebijakan Kementerian Kesehatan dan peran komite PPI dirasakan belum maksimal, salah satunya adalah peran
pengawasan dari komite medik melalui IPCN. Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang tindakan pemasangan
infus, mengganti perban, menyuntik dan penanganan limbah sudah baik. Di RSUD Tebet sudah dilakukan pelaporan
kejadian HAIs oleh perawat IPCLN dan IPCN yang prosesnya dimulai dari pengumpulan data, analisa, evaluasi hingga
pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai