Anda di halaman 1dari 16

MANAJEMEN KEPERAWATAN

KONSEP PENGENDALIAN

Kelompok 5
Anita Rahayu
Dina Rahmiyanti Saputri
Fajar Alifah
Intan Putri Andriani
Maya Rosita
Rahmi Zikri
Syafitri Wulandari
Syamila Adina
Yoga Marsa Dinata
Pengertian Pengendalian

Menurut Mockler ( 1984 ), pengendalian dalam manajemen adalah usaha sistematis untuk menetapkan
standar prestasi kerja agar sesuai dengan tujuan perencanaan, untuk mendesain sistem umpan balik informasi, untuk
membandingkan prestasi yang sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan, untuk menetapkan apakah ada
deviasi dan untuk mengukur signifikansinya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk memastikan bahwa
sumber daya digunakan dengan cara yang efektif dan efisien mungkin untuk mencapai tujuan.
Tujuan pengontrolan adalah untuk mengidentifikasi kekurangan dan kesalahan agar dapat dilakukan
perbaikan. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera
direspons dengan cepatdengan cara duduk bersama
Tujuan pengendalian
Fungsi
1.Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah
dilaksanakan oleh staf dalam kurun waktu tertentu. 1.Dapat mengetahui kegiatan program yang sudah
2.Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada dilaksanakan oleh staf dalam kurun waktu tertentu.
pemahaman staf yang melaksanakantugas 2.Dapat mengetahui adanya penyimpangan pada
3.Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber pemahaman staf yang melaksanakantugas
daya organisasi sudah digunakan dengan tepat 3.Dapat mengetahui apakah waktu dan sumber daya
danefisien organisasi sudah digunakan dengan tepat danefisien
4.Dapat mengetahui faktor penyebab 4.Dapat mengetahui faktor penyebab
terjadinyapenyimpangan terjadinyapenyimpangan
5.Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan 5.Dapat mengetahui staf yang perlu diberikan
penghargaan (reward) penghargaan(reward)
Proses Pengendalian

Proses pengendalian manajemen adalah sebuah


proses di mana semua tingkatan manajer
menjamin bahwa orang-orang yang mereka
pimpin telah menjalankan strategi yang mereka
maksud. Proses pengendalian manajemen
memerlukan perencanaan secara sadar (tidak
otomatis) dan melibatkan interaksi di antara
individu-individu.

Bagan Proses Pengendalian


Jenis pengendalian
Menurut Hasibuan, jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
1.Pengendalian karyawan (Personnelcontrol)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
karyawan.
Prinsip Pengendalian 2.Pengendalian keuangan (Financialcontrol)
Proses pengendalian yang dilakukan seorang Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang
manajer dikatakan berhasil bila mengandung pemasukan dan pengelauaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian
beberapa karakteristik seperti di bawah ini: anggarannya.
Menggambarkan kegiatan sebenarnya 3.Pengendalian produksi (Productioncontrol)
1.Melaporkan kesalahan dengan tepat Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
2.Berpandangan kedepan dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
3.Menunjukkan kesalahan pada hal-hal yang kritis 4.Pengendalian waktu (Timecontrol)
danpenting Pengendalian ini ditujukan kepada pengguna waktu, artinya apakah waktu untuk
4.Bersifat obyektif mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5.Bersifat fleksibel 5.Pengendalian teknis (Technicalcontrol)
6.Menggambarkan pola kegiatan organisasi Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik, yang berhubungan
7.Bersifat ekonomis degan tindakan dan teknis pelaksanaan.
8.Bersifat mudah dimengerti 6.Pengendalian kebijaksanaan (Policycontrol)
9.Menunjukkan kegiatan perbaikan Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah digariskan,
7.Pengendalian penjualan (Salescontrol)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apalah produksi atau jasa yang
dihasilkan terjual sesuai dengan target yang ditetapkan
Elemen/komponen
Setiap sistem memiliki elemen-elemen yang menjadi penyusun dalam sistem itu sendiri. Sistem pengendalian mempunyai
beberapa elemen sebagai berikut ini:
1.Detector(Pelacak)
Elemen ini berguna untuk mengukur apa yang sesungguhnya terjadi dalam proses yang sedang dikendalikan.
2.Assessor(Penilai)
Elemen ini berguna untuk menentukan signifikansi dari peristiwa aktual dengan cara membandingkannya dengan standar
atau ekspektasi dari apa yang seharusnya terjadi.
3.Effector
Elemen ini berguna untuk mengubah perilaku proses yang sedang dikendalikan jika assessor mengindikasikan adanya
kebutuhan untuk melakukan perubahan tersebut.
4.Communication network
Elemen ini berguna sebagai sarana untuk menyalurkan informasi antara elemen- elemen yang ada dan proses yang sedang
dikendalikan.
Berikut ini adalah bagan yang menerangkan interaksi antara elemen-elemen yang ada dan proses yang sedang dikendalikan
Contoh pengukuran kualitas dalam perawatan kesehatan yang dapat membuat perbedaan besar untuk strategi
organisasi

1.Operasional
a. Jumlah Pasien yang Dilayani Per Bulan: Melacak jumlah individu yang menerima perawatan setiap bulan. Ini
membantu fasilitas kesehatan memahami keseluruhan volume layanan yang diberikan, yang merupakan metrik dasar
untuk bagaimana mengelola kualitas dalamorganisasi.
b.Lama Rawat Inap: Menunjukkan seberapa cepat staf medis dapat mendiagnosis dan meresepkan pengobatan; juga
membantu menciptakan standar mengenai alokasi waktu untuk jenis perawatan yangberbeda.
c.Jumlah Masuk Kembali: Menilai kualitas perawatan dengan jumlah pasien yang masuk kembali ke rumah sakit atau
klinik untuk kondisi yang sama dengan mereka sebelumnya dirawat dan kemudian dipulangkan. Tindakan ini juga
dapat membantu menentukan komplikasi yangterabaikan.
d.Tingkat Pemanfaatan Peralatan: Memantau jumlah hari peralatan benar-benar tersedia, dibandingkan dengan hari
peralatan diharapkan tersedia. Masalah peralatan sering kali berkorelasi dengan kualitas perawatan yang lebih rendah
atau terhambat.
e.Lembur Staf: Menunjukkan jumlah waktu anggota staf bekerja di luar jam kerja normal mereka, yang dapat
menunjukkan apakah fasilitas memiliki terlalu banyak atau terlalu sedikit sumber daya staf. Ini sering dilacak dengan
ukuran kinerja terkait di organisasi perawatan kesehatan, seperti rasio staf- pasien.
2.Keuangan
a.Total Pengeluaran (Semua Sumber): Akun untuk jumlah total uang yang dibelanjakan organisasi. Bergantung pada
ukuran rumah sakit atau klinik Anda, jumlah ini dapat dibagi berdasarkan produk dan layanan, atau ditampilkan sebagai
jumlahtotal.
b.Margin Operasi Total: Mengukur keuntungan rumah sakit, setelah mengeluarkan biaya. Ini menunjukkan efektivitas
strategi penetapan harga rumah sakit dan keseluruhan operasi. Ini juga menunjukkan berapa banyak dana yang tersedia
untuk menutupi biayanon-operasional.
c.Biaya Rata-Rata Per Discharge: Rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk seluruh pasien tinggal, yang dapat mengungkap
area pengeluaran yang berlebihan. Ukuran ini juga dapat dijadikan tolok ukur terhadap fasilitas serupa untuk membantu
menilaikinerja.
d.Utang Macet: Menghitung selisih antara jumlah yang ditagih kepada pasien dan jumlah yang sebenarnya dibayarkan
oleh pasien. Ini juga disebut perawatan tanpa kompensasi dan memengaruhi pendapatan rumah sakit secara keseluruhan.
3.Komunikasi

a.Kepuasan Rawat Inap/Rawat Jalan Dengan Dokter: Mengkomunikasikan tingkat kepuasan di antara pasien yang dirawat
(atau menerima perawatan tanpa dirawat) ke fasilitas kesehatan. Ini adalah bagian dari pengukuran kinerja kualitas yang
melacak kepuasan pasien secara keseluruhan.
b.Tingkat Perputaran Karyawan: Menunjukkan kestabilan tenaga kerja. Perputaran yang tinggi dapat mempengaruhi
tingkat perawatan dan efektivitasfasilitas.
c.Kepuasan Karyawan: Mengukur tingkat kepuasan karyawan, yang dapat memengaruhi tingkat pergantian karyawan dan
karena itu juga memengaruhi tingkat perawatan.
d.Persentase Catatan Kesehatan Elektronik (EHR): Menunjukkan tingkat kemajuan teknologi organisasi. Persentase EHR
yang rendah dapat menyebabkan inkonsistensi atau disparitas dalam kualitas perawatan, serta menunjukkan bahwa
fasilitas tersebut tidak sesuai dengan mandat federal.
e.Tingkat Retensi Pasien: Menunjukkan berapa banyak pasien yang kembali ke fasilitas untuk kunjungan lain yang tidak
terkait, yang biasanya sejalan dengan kepuasan pasien
f.Kualitas Perawatan: Menilai apakah pasien puas dengan tingkat perawatan yang mereka terima dari perawat selama
berada di fasilitas. Tujuannya adalah untuk melihat lebih dekat kinerja dari satu kategoristaf.
g.Angka Kematian: Melacak jumlah pasien yang diamati
Indikator Pengendalian
1.Keselamatan pasien (pasien safety)
Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien aman dari kejadian jatuh, ulkus dekubitus, kesalahan pemberian obat dan cidera
akibat restrain
2.Keterbatasan perawatan diri
Kebersihan dan perawatan diri merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi agar tidak timbul masalah lain sebagai akibat
dari tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut misal penyakit kulit, rasa tidak nyaman dan infeksi saluran kemih dll. Pelayanan keperawatan
bermutu jika pasien terpelihara perawatan dirinya dan bebas dari penyakit yang disebabkan oleh hygiene yang buruk
3.Kepuasan pasien
Salah satu indikator penting lainnya dari pelayanan keperawatan yang bermutu adalah kepuasan pasien. Tingginya tingkat kepuasan
pasien terhadap pelayanan keperawatan tercapai bila terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan keperawatan yang
diharapkan

4.Kecemasan
Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau perasaan tidak nyaman yang terjadi karena adanya sesuatu yang dirasakan sebagai
ancaman. Kecemasan yang masih ada setelah intervensi keperawatan dapat menjadi indikator klinik
5.Kenyamanan
Rasa nyaman adalah bebas dari rasa nyeri atau nyeri terkontrol. Pelayanan keperawatan dinilai bermutu jika pasien merasa nyaman dan
bebas dari rasa nyeri yang menyakitkan
6.Pengetahuan
Indikator yang lain adalah pengetahuan dimana salah satunya diimplementasikan dalam program discharge planning. Discharge
planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien dari suatu tempat
ketempat lain.
Strategi Pengendalian

1.Quality Assurance (Jaminan Mutu)


Quality assurance dalam pelayanan keperawatan adalah kegiatan menjamin mutu yang berfokus pada proses agar mutu
pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan standar. Dimana metode yang digunakan adalah : audit internal dan
surveilan untuk memastikan apakah proses pengerjaannya (pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah sesuai
dengan standar operating procedure (SOP); evaluasi proses; mengelola mutu; dan penyelesaian masalah. Sehingga sebagai
suatu sistem (input, proses, outcome), menjaga mutu pelayanan keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses
pemberian pelayanan keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.

2. Continuous Quality Improvement (Peningkatan Mutu Berkelanjutan)


Continuous Quality Improvement dalam pelayanan keperawatan adalah upaya untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan secara terus menerus yang memfokuskan mutu pada perbaikan mutu secara keseluruhan
dan kepuasan pasien. Oleh karena itu perlu dipahami mengenai karakteristik-karakteristik yang dapat
mempengaruhi mutu dari outcome yang ditandai dengan kepuasan pasien.

3.Total quality manajemen (TQM)


Total Quality Manajemen (manajemen kualitas menyeluruh) adalah suatu cara meningkatkan performansi secara terus
menerus pada setiap level operasi atau proses, dalam setiap area fungsional dari suatu organisasi, dengan
menggunakan semua sumber daya manusia dan modal yang tersedia dan berfokus pada kepuasan pasien dan
perbaikan mutu menyeluruh.
Kasus

Infeksi akibat layanan kesehatan atau Healthcare Associated Infections (HAIs) adalah infeksi yang terjadi pada
pasien selama perawatan di rumah sakit atau fasilitas kesehatan lainnya. RSUD Tebet sendiri sudah secara bertahap
mulai melaksanakan program PPI ini dan telah di evaluasi melalui akreditasi setahun kemudian pada tahun 2016.
Akan tetapi, kunjungan awal peneliti pada Oktober 2016, mengungkapkan beberapa fakta yang belum
mencerminkan terlaksananya program PPI di rumah sakit, yaitu penanganan limbah medis habis pakai seperti jarum
infus masih bertumpuk dibawah meja perawat. Selain itu, berdasarkan data laporan kejadian HAIs di rumah sakit
tahun 2016, didapatkan informasi adanya kejadian plebitis pada bulan Januari hingga Desember secara terus
menerus
Pembahasan

Kejadian infeksi sebagai salah satu penyebab kematian dan kesakitan di fasilitas pelayanan kesehatan, selain itu juga
berdampak pada meningkatnya hari dan biaya perawatan, penggunaan antibiotik yang dapat membawa pada peningkatan
resistensi antibiotik dan ekonomi negara akibat tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung. Dari sisi fasilitas
pelayanan kesehatan, maka berbagai dampak akan menurunkan mutu fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini akan terus
berkembang dan menjadi semakin tidak baik bila tidak dilakukan upaya pencegahan dan pengendalian. Untuk itu, berbagai
negara telah berperan aktif melakukan upaya untuk mengatasi hal ini, termasuk Indonesia, yaitu salah satunya dengan
membentuk Program Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Rumah Sakit

Adapun kewajiban RS adalah membuat kebijakan di tempatnya yang harus dilaksanakan dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi di rumah sakit mengacu terutama pada pedoman manajerial dan pedoman teknis PPI yang telah
dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan. Dalam membuat kebijakan ini, rumah sakit perlu terlebih dahulu memahami
beberapa hal prinsip terkait PPI RS, yaitu diantaranya kewaspadaan isolasi yang terdiri dari kewaspadaan standar dan
kewaspadaan transmisi.
Berikut ini akan disampaikan hasil dari pengamatan yang dilakukan pada tindakan PPI yang maliputi tindakan mengganti
perban, memasang infus, pemberian suntikan dan penanganan limbah medis paska tindakan oleh perawat di ruang rawat inap.
Pada hasil pengamatan terhadap 105 tindakan PPI yang dilakukan oleh responden didapatkan 81 (77,1%) tindakan dengan
kategori baik dan 24 (22,9%) tindakan dengan kategori tidak baik. Berdasarkan tindakan yang diamati, kategori tidak baik
didapatkan berturut-turut
sebanyak 71,4% pada tindakan pemasangan infus, 66,7% pada tindakan mengganti perban, 24,4% pada pemberian suntikan
dan 12% pada tindakan penanganan limbah

Pada tindakan PPI sebagai komposit, kategori tidak baik yaitu 22,9% didapatkan berturut-turut oleh tindakan pemberian
suntikan (10,5 %), penanganan limbah medis (5,7%), pemasangan infus (4,8%) dan mengganti perban (1,9%). Adapun dari
total tindakan yang diamati didapatkan secara keseluruhan proporsi perawat yang melakukan tindakan PPI dengan baik
lebih besar dibandingkan perawat yang masih melakukan tindakan PPI dengan tidak baik. Tindakan PPI yang dilakukan
dikatakan baik karena tindakan tersebut sudah dilakukan sesuai dengan SOP dengan memperhatikan prinsip-prinsip PPI
yang berkaitan dengan tindakan yang dilakukan, yaitu melakukan cuci tangan dan menggunakan APD yaitu sarung tangan.
Hal ini merupakan salah satu kekuatan bagi rumah sakit dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian infeksi yang
diakibatkan pelayanan kesehatan (HAIs). Walaupun demikian, rumah sakit juga dipandang perlu melakukan upaya lebih
terhadap peningkatan kompetensi perawat, karena hasil pengamatan menunjukkan masih terdapat 23% dari tindakan PPI
yang dilakukan dengan tidak baik, artinya belum sesuai dengan SOP atau belum memperhatikan prinsip-prinsip PPI tersebut.
RSUD Tebet memiliki peluang yang cukup besar untuk meningkatkan upaya PPI di rumah sakit. Potensi ketersediaan
sumber daya manusia yang masih terbilang muda, lama kerja yang masih berpotensi untuk semakin meningkat,
keseragaman tingkat pendidikan D3 keperawatan dan belum diikutinya pelatihan PPI merupakan celah sekaligus potensi
yang dapat dimanfaatkan oleh RSUD Tebet. RSUD Tebet sudah memiliki kebijakan rumah sakit yang baik dalam program
pengendalian, yang ditunjukkan dengan adanya struktur organisasi komite PPI yang sudah melibatkan unit –unit lainnya
dan tersediannya SOP yang mendukung pelaksanaan program PPI. Akan tetapi struktur komite belum mengacu pada
kebijakan Kementerian Kesehatan dan peran komite PPI dirasakan belum maksimal, salah satunya adalah peran
pengawasan dari komite medik melalui IPCN. Ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang tindakan pemasangan
infus, mengganti perban, menyuntik dan penanganan limbah sudah baik. Di RSUD Tebet sudah dilakukan pelaporan
kejadian HAIs oleh perawat IPCLN dan IPCN yang prosesnya dimulai dari pengumpulan data, analisa, evaluasi hingga
pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai