Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengendalian (Controlling)
Huber (2006) menyatakan bahwa fungsi pengendalian adalah fungsi yang
digunakan untuk memantau dan mengatur perencanaan, proses, dan sumber daya
manusia yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya.
Kontroling

merupakan

suatu

upaya

yang

dilaksanakan

secara

berkesinambungan, sistematis, dan terpadu dalam menetapka penyebab masalah mutu


pelayanan berdasarkan standar yang telah ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan
cara penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai
hasil yang dicapai dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkat.
Pengendalian manajemen adalah proses untuk memastikan bahwa aktivitas
sebenarnya sesuai dengan aktivitas yang direncanakan dan berfungsi unntuk
menjamin kualitas serta mengevaluasi penampilan langkah-langkah yang harus
dilakukan dalam pengedalian atau pengontrolan meliputi: menetapkan standar dan
metode mengukur prestasi kerja, melakukan pengukuran prestasi kerja, menetapkan
apakah prestasi kerja sesuuai dengan standar, mengambil tindakan korektif.
Robins & Coulter (2007) menyatakan bahwa fungsi ini adalah fungsi yang
terakhir di dalam manajemen dan fungsi memantau dan mengevaluasi setiap kegiatan
yang telah berjalan sesuai dengan tujuan yang telah direncanakan dan memantau
kinerja stafnya, Kinerja tersebut kemudian dibandingkan dengan sasaran yang telah
ditentukan sebelumnya. Apabila kinerja tersebut menyimpang maka fungsi
manajemen yang lain diperiksa kembali. Proses pengendalian ini meliputi memantau,
memperbandingkan, dan mengoreksi.
Fungsi pengawasan atau pengendalian (controlling) merupakan fungsi yang
terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat denganketiga
fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi
pengawasan dan pengendalian, standar keberhasilan (target, prosedur bekerja, dsb)
selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu
dikerjakan.

Jika

ada

kesenjangan

atau

penyimpangan

diupayakan

agar

penyimpangannya dapat dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi.

Kegiatan fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisien penggunaan


sumber daya dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih terjamin.
a. Peran leader shift dalam controlling
1. Mendorong staff untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu pelayanan
kesehatan
2. Mengkomunikasikan secara jelas standar yang diharapkan terhadap staff.
3. Mendorong atau memotifasi standar tertinggi untuk kualitas maksimal dengan
menyediakan standar keamanan minimum.
4. Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif dan reaktif.
5. Menggunakan pengawasan berbagai metode menentukan tujuan yang tidak
tercapai.
6. Secara aktif menegaskan mutu yang ditemukan yang mempunyai kesatuan
profesi dan konsumen.
7. Menghargai standar klinis dengan menggunakan sumber yang meyakinkan
pasien menerima perawatan sesuai harapan.
8. Menjadi role model bagi staff terhadap anggung jawab dan tanggung gugat.
9. Berpartisipasi dalam penelitian keperawatan.
b. Fungsimanajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standar ukuran yang jelas
terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk mengukur
standar yang ada.
c. Manfaat controlling
Apabila fungsi controlling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut:
a. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program yang telah dilaksanakan
sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan menggunakan sumber data
yang elah ditetapkan.
b. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pemngetahuan dan pengertian
staff dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
c. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan digunaka secara benar.
d. Dapat digunakan sebab-sebab terjadi penyimpangan.
e. Dapat diketahui staff yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.

Pengawasan bisa berjalan secara efektif diperlukan beberapa kondisi yang harus
diperhatikan yaitu:
1. Pengawasan harus dikaitkan dengan tujuan, dan kriteria yang dipergunakan dalam
system pelayanan kesehatan, yaitu relevansi, efektivitas, efisiensi, dan
produktivitas.
2. Sulit, tetapi standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan. Ada dua tujuan
pokok, yaitu: 1. Untuk memotivasi, dan 2. Untuk dijadikan patokan guna
membandingkan dengan prestasi. Artinya jika pengawasan ini efektif akan dapat
memotivasi seluruh anggota untuk mencapai prestasi yang tinggi. Karena
tantangan biasanya menimbulkan berbagai reaksi, maka daya upaya untuk
mencapai standar yang sulit mungkin dapat membangkitkan semangat yang lebih
besar untuk mencapainya dari pada kalau yang harus dipenuhi itu hanya standar
yang mudah. Namun demikian, jika target terlampau tinggi atau terlalu sulit
kemungkinan juga akan menimbulkan patah semangat. Oleh karena itu tidak
menetapkan standar yang terlampau sulit sehingga bukan meningkatkan prestasi
belajar/pendidikan, malah menurunkan prestasi.
3. Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan organisasi. Disini
perlu diperhatikan pola dan tata organisasi, seperti susunan, peraturan,
kewanangan dan tugas-tugas yang telah digariskan dalam uraian tugas (job
discription).
4. Banyaknya pengawasan harus dibetasi. Artinya jika pengawasan terhadap
karyawan terlampau sering, ada kecenderungan mereka kehilangan otonominya
dan dapat dipersepsi pengawasan itu sebagai pengekangan.
5. System pengawasan harus dikemudi (steering controls) tanpa mengorbankan
otonomi dan kehormatan manajerial tetapi fleksibel, artinya system pengawasan
menunjukkan kapan, dan dimana tindakan korektif harus diambil.
6. Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan, artinya tidak hanya
mengungkap penyimpangan dari standar, tetapi penyediaan alternative perbaikan,
menentukan tindakan perbaikan.
7. Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan masalah, yaitu:
menentukan

masalah,

menemukan

penyebab,

membuat

rancangan

penanggulangan, melakukan perbaikan, mengcek hasil perbaikan, mengecek


timbulnya masalah yang serupa.

Prinsip-prinsip pengawasan yang harus diperhatikan manager keperawatan


dalam menjalankan fungsi pengendalian (Muninjaya, 2004) adalah:
1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya mudah
diukur.
2. Pengawasan merupakan kegiatan penting dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.
3. Standar untuk kerja harus dijelaskan kepada semua staf.
Dalam bidang keperawatan pengendalian merupakan upaya mempertahankan
mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar
memenuhi keinginan (standar) yang telah ditapkan. Pengendalian difokuskan pada
proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan
pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output
adalah BOR, LOS, TOI, dan Audit dokumentasi keperawatan. Kepala ruangan akan
membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses
evaluasi=audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat
bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri. Audit
dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medic yang pulang atau sedang
dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang
diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk
menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua
tim akan memberikan kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam
menilai pencapaian kegiatan MPKP.
Agar kegiatan pengawasan membuahkan hasil yang diharapkan, perhatian serius
perlu diberikan kepada berbagai dasar pemikiran yang sifatnya fundamental, beberapa
diantaranya dibahas berikut ini.
a. Orientasi kerja dalam setiap organisasi adalah efisiensi
Bekerja secara efisiensi berarti menggunakan sumber-sumber yang tesedia
seminimal mungkin untuk membuahkan hasil tertentu yang telah ditetapkan
dalam rencana. Sudah umum diterima sebagai kebenaran ilmiah dan kenyataan
dalam praktik menunjukkan pula bahwa sumber-sumber yang tersedia atau

mungkin disediakan oleh organisasi apapun untuk mencapai tujuan selalu


terbatas, yaitu berupa dana, tenaga, sarana, prasarana, dan waktu. Keerbatasan
demikian menuntut penggunaan yang sehemat-hematnya dari semua daya dan
dana yang dimiliki dengan tetap menghasilkan hal-hal yang ditargetkan untuk
dihasilkan.
b. Adanya efektifitas kerja dalam organisasi
Jika seseorang berbicara tentang efektivitas sebagai orientasi kerja, artinya yang
menjadi sorotan perhatiannya adalah tercapai berbagai sasaran yang telah
ditentuka tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu
yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Artinya, jumlah dan
jenis sumber-sumber yang akan digunaka sudah ditentukan sebelumnya dan
dengan pemanfaatan sumber-sumber itulah, hasil-hasil tertentu harus dicapai
dalam baas waktu yang telah ditetapkan pula. Efktivitas menyoroti tercapainya
sasaran tepat pada waktunya untuk disediakan sumber dan sarana kerja tertentu
yang dianggap memadai.
c. Produktivitas merupakan orientasi kerja
Ide yang menonjol dalam membericarakan dan mengusahakan produktivitas
maksimal simalisasi hasil yang harus dicapai berdasarkan dan dengan
memanfaatkan sumber dana dan daya yang telah dialokasikan sebelumnya. Dalam
praktik, ketiga orientasi kerja tersebut diterapkan sekaligus dalam menjalankan
roda organisasi.
d. Pengawasan dilakukan pada waktu berbagai kegiatan sedang berlangsung
Kegiatan ini untuk mencegah jangan sampai terjadi penyimpangan,
penyelewengan, dan pemborosan. Dengan perkataan lain pengawasan akan
bersifat preventif untuk mencegah berbagai hal negative. Menejer sebagai
pelaksana fungsi pengawasan harus mempu mendeteksi berbagai petunjuk
kemungkinan timbulnya berbagai hal negative dalam menjalankan roda
organisasi. Demikian pula halnya dengan setiap manajer yang harus selalu
mengamati segala sesuatu yangterjadi dalam organisasi sehingga apa yang terjadi
tidak lagi dipandang sebagai pendadakan.
e. Tidak ada manajer yang dapat mengelak dari tanggung jawabnya melakukan
pengawasan
Penyimpangan dan pemborosa belum tentu terjadi karena kesengajaan, terjadi ada
faktor lainnya yang menjadi penyebabnya antara lain kekurangan keterampilan,

kurang pengetahuan dan faktor lain yang sejenis, sehingga perlu bimbingan serta
pengawasan setiap saat.
Kegiatan dalam fungsi pengendalian :
1. Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan target sesuai dengan
indikator yang telah ditetapkan.
2. Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas penyimpangan yang mungkin
ditemukan.
3. Melakukan berbagai alternatif solusi atas berbagai masalah yang terkait dengan
pencapaian tujuan dan target.

Anda mungkin juga menyukai