FAJAR ALIFAH
2011316052
Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan roleplay komunikasi pada pasien palliatif dan keluarga:
menyampaikan berita buruk.
Tujuan pembelajaran
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu mensimulasikan/ roleplay komunikasi
kepada pasien atau keluarga dalam konteks palliatif care dengan baik: menyampaikan berita
buruk.
Kegiatan sebelum praktikum
1. Coba saudara jelaskan apa yang dimaksud dengan komunikasi efektif pada pasien
palliatif?
Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien (dewasa dan anak - anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit
yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui
identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah
lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO)
2016). Maka Komunikasi Efektif pada pasien paliatif adalah Komunkasi yang terjadi
antara tenaga kesehatan (perawat) dengan pasien paliatif/terminal, dimana penyampaian
informasi lebih memperhatikan dukungan emosional dan psikologis pasien, agar pasien
tidak merasa tertekan dan lebih tenang saat berkomunkasi dengan perawat. Karena pada
pasien palatif yang dibutuhkan bukanlah pengobatan intensif melainkan dukungan
psikologis dan spiritual dari lingkungan sekitarnya sehingga dapat memaksimalkan
kualitas hidup pasien dan asuhan keperawatan paliatif dapat tercapai secara optimal
1. Teknik komunikasi fase denial (pengingkaran)
a. Memberikan kesempatan untuk menggunakan koping yang konstruktif dalam
menghadapi kehilangan dan kematian
b. Selalu berada didekat klien
c. Pertahankan kontak mata
2. Teknik komunikasi fase anger (marah)
a. Memberikan kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan perasaannya,
hearing dan menggunakan teknik respek.
3. Teknik komunikasi fase Bargening (tawar menawar)
a. Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar dan menanyakan kapada
pasien apa yang diinginkan
4. Teknik komunikasi fase depression
a. Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan klien dan keluarga
mengekspresikan kesedihannya.
5. Teknik komunikasi fase occeptance (penerimaan)
a. Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan
perasaan keluarga terhadap kematian pasien
Komunikasi efektif pada pasien paliatif tidak sadar :
Komunikasi dengan pasien yang tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan
menggunakan teknik komunikasi khusus/trapeutik dikarenakan fungsi sensorik dan
motorik pasien mengalami penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat
diterima dan klien tidak dapat merespons kembali stimulus tersebut
b. Menurut saudara apa saja yang harus diperhatikan dan dipersiapkan saat memberitahu
berita buruk pada pasien dan keluarga?
Yang harus dipersiapkan :
1. Setting, Listening Skills
sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan untuk
menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, seperti Persiapkan
diri sendiri, Perkenalkan diri, Privasi pasien, Libatkan pendamping, Posisi duduk
2. Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan
‘mendengar’, secara prinsip meliputi Silence, Repetition, Availability
Yang harus diperhatikan :
1. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter/perawat mengetahui
persepsi pasien terhadap: Kondisi medis dirinya sendiri, Harapannya terhadap
hasil medikasi yang ia tempuh
2. Invitation to share Information
Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau
tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk
menyampaikan di waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk
mempersiapkan diri terlebih dahulu.Apabila pasien menyatakan ingin tahu
perkembangan mengenai keadaannya, tanyakan sejauh mana ia ingin tahu, secara
umum ataukah mendetail.
3. Knowledge transmission “Penyampaian ‘bad news’”
Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan ‘warning shot’ sebagai pembukaan
katakan pada pasien bahwa ada ‘kabar buruk’ yang akan disampaikan pada pasien
agar pasien tidak kaget.
4. Explore Emotions and Empathize
Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari perubahan
emosinya (informasi mana yang merubah emosinya), nilai sejauh mana kondisi
emosi pasien
5. Summarize and Strategize
Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan: simpulkan
‘kabar buruk’ yang tadinya disampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit).
Simpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk
disampaikan, tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang
disampaikan pasien. Berikan pasien kesempatan bertanya Berikan feed back
Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan
pada pasien
Kegiatan selama praktikum
Menyampaikan berita buruk pada pasien adalah salah satu tanggung jawab seorang petugas
medis yang harus dikerjakan dalam praktek pelayanan kesehatan. Menyampaikan berita buruk
merupakan keterampilan komunikasi yang penting dan menantang. Terdapat kewajiban secara
sosial dan moral bagi petugas medis untuk bersikap sensitif dan tepat dalam menyampaikan
berita buruk. Secara medikolegal petugas medis berkewajiban menyampaikan atau
menginformasikan diganosis yang secara potensial berakibat fatal. Jika petugas medis tidak
menyampaikan dengan tepat, komunikasi tentang berita buruk akan berakibat pada munculnya
perasaan ketidak percayaan, kemarahan, ketakutan, kesedihan atau pun rasa bersalah pada diri
pasien. Hal-hal tersebut dapat berefek konsekuensi emosional jangka panjang pada keluarga
pasien.
Listening mode: ON
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan ‘mendengar’, secara
prinsip meliputi:
- Silence: Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih
dengan pasien
- Repetition: Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan
pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien.
- Availability: Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian
kabar buruk. Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi, seperti ada sms,
telepon, , atau aktifkan mode silent, jika ada tamu minta bantuan pada perawat
untuk mengatasi tamu yang mungkin datang.
2. Patient’s Perception
Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter/perawat mengetahui persepsi pasien
terhadap:
- Kondisi medis dirinya sendiri: Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui
tentang penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit
tersebut.
- Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh: Tanyakan perkiraan pasien
terhadap hasil medikasi. Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata
untuk mengubah persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai
jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan
sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu membuat pasien
terguncang.
3. Invitation to share Information
- Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau tidak.
Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk menyampaikan di
waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu.
- Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya, tanyakan
sejauh mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail.
1.Persiapan Pilih ruangan yang menjamin privacy, dan usahakan baik dokter, perawat
maupun pasien bisa duduk dalam posisi yang nyaman.
Tanyakan pada pasien apakah dia menghendaki ada orang lain yang
menemaninya, apakah suami / istri, anak, atau keluarga lainnya. Biarlah
pasien sendiri yang memutuskan.
Mulailah dengan memberikan pertanyaan seperti: “Bagaimana perasaan
anda sekarang ?“.
(Pertanyaan ini untuk mulai melibatkan pasien dan menunjukkan pada pasien
bahwa percakapan selanjutnya adalah percakapan dua arah. Pasien tidak
hanya mendengarkan dokter bicara).
2 Mencari Tahu Mulailah mengajukan pertanyaan untuk menggali informasi dari pasien
Sebanyak Apa supaya anda dapat mulai memahami.
Informasi Yang Apakah pasien sudah tahu mengenai penyakitnya/ situasinya. Contoh :
Sudah Dimiliki "Saya menderita kanker paru-paru, dan saya memerlukan pembedahan".
Pasien Seberapa banyak dia tahu ? Darimana dia tahu ? ("dokter A mengatakan
ada sesuatu kelainan yang ditemukan di foto roentgen dada saya")
Tingkat pengetahuan pasien ("Dok, saya terkena Adenocarcinoma T2N0 ")
Situasi emosional pasien ("Saya takut jangan – jangan saya terkena
kanker, Dok … sampai – sampai seminggu ini saya jadi susah tidur").
Terkadang pasien atau keluarga pasien (orang tua pada pasien anak)
mungkin tidak bisa menjawab atau merespon pertanyaan anda, dan
mungkin memang tidak mengetahui sama sekali mengenai penyakit
mereka.
Pada kasus–kasus seperti itu, teknik yang bisa digunakan untuk
menstimulasi diskusi adalah dengan menanyakan kembali tentang hal –
hal yang sudah mereka ketahui seperti riwayat penyakit dan hasil
pemeriksaan atau hasil test yang telah dilakukan sebelumnya.
3 Mencari Tahu Penting untuk menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang
Seberapa ingin didengarnya. Apakah sangat detil, atau hanya gambaran besarnya
Banyakkah saja ?
Informasi Yang Perlu diperhatikan bagaimana cara bertanya, dan kemungkinan reaksi
Ingin Diketahui pasien. (Setiap pasien tidak akan sama , bahkan pada pasien yang sama
Pasien kemungkinan akan berubah permintaannya selama dalam satu sesi
percakapan).
Beberapa pertanyaan yang sering digunakan pada tahap ini misalnya:
“Bapak/ibu, bila nanti situasi atau kondisi/hasil test menunjukkan
sesuatu yang serius, apakah saya bisa memberitahukan pada anda
mengenai masalah tersebut ?”
“Apakah bapak / ibu ingin saya menjelaskan secara rinci atau hanya garis
besar dari kondisi bapak / ibu sekarang ?”
“Bapak / Ibu, hasil test anda sudah keluar. Apakah saya bisa menjelaskan
pada bapak / ibu, atau bapak / ibu ingin agar saya menjelaskan kondisi
anda pada keluarga ?”
4 BERBAGI Penting untuk mempersiapkan segala data sebelum anda bertemu dengan
INFORMASI pasien.
Topik pada tahap ini biasanya adalah mengenai diagnosis, terapi /
penanganan, prognosis, serta dukungan / fasilitas apa saja yang bisa
diperoleh oleh pasien dan keluarganya.
Berikan informasi dalam potongan kecil, dan pastikan untuk berhenti
menjelaskan (beri jeda di antara potongan – potongan informasi itu) untuk
memastikan bahwa pasien paham dengan yang kita jelaskan.
Ingatlah untuk menerjemahkan istilah medis ke dalam bahasa Indonesia,
dan jangan mencoba untuk mengajar patofisiologi (jelaskan dengan lebih
sederhana).
Beberapa contoh bahasa yang bisa digunakan untuk menyampaikan
berita buruk :
“ Pak Harun, saya khawatir bahwa kabar yang akan saya sampaikan ini
adalah kabar yang kurang baik. Hasil test anda ternyata menunjukkan
bahwa anda positif terkena HIV.”
“Bu Siti, mohon maaf saya terpaksa menyampaikan kabar ini. Hasil biopsi
benjolan pada payudara ibu menunjukkan bahwa ibu terkena kanker
payudara.”
“Bu Dinar, hasil test putri anda sudah keluar, dan ternyata hasilnya tidak
seperti yang kita harapkan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa putri anda
terkena leukemia.”
5 Menanggapi Jika anda tidak memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul pada
Perasaan Pasien pasien, anda sama saja seperti “meninggalkan urusan sebelum urusan
tersebut selesai ..”. Selain itu Anda juga bisa dianggap sebagai seorang
dokter/perawat yang tidak memiliki kepedulian pada pasien.
Kalimat – kalimat yang bisa digunakan pada tahap ini :
“Saya tahu bahwa hasil ini adalah hasil yang tidak kita harapkan….”
“Saya tahu bahwa kabar ini adalah kabar yang tidak
mengenakkan….”
“Setelah mengetahui hasilnya, kira –kira hal apakah yang bisa saya bantu ?”
6 Perencanaan Pada titik ini Anda perlu mensintesis rasa kekhawatiran pasien dan isu-isu
Dan Tindak
medis ke dalam rencana konkret yang dapat dilakukan dalam rencana
Lanjut
perawatan pasien.
Buatlah rencana langkah – demi langkah dan berikan penjelasan yang
lengkap pada pasien tentang apa saja yang harus dilakukannya pada tiap
langkah, dan apa saja yang mungkin terjadi, dan apa saja yang bisa
membantu mengatasinya bila ternyata muncul hal yang tidak diinginkan.
Ada baiknya dokter/perawat mencari tahu tentang harapan pasien,
ataupun alasan pertanyaan mereka.
Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara memberikan pertanyaan.
Berikut adalah contoh – contoh kalimat ataupun pertanyaan yang biasa
digunakan :
‘jadi, apa sebenarnya yang menjadi kekhawatiran bapak mengenai
pengobatan ?”
“Jadi situasinya memang demikian, Ibu... Tetapi mungkin masih ada sesuatu
yang bisa saya bantu untuk ibu ?...”
“Jadi ibu ingin mengetahui tentang berapapersen kemungkinan putra ibu
bisa bertahan ?”
CEKLIST MENYAMPAIKAN BERITA BURUK
SKOR BOBOT
No ASPEK KETERAMPILAN YANG DINILAI
0 1 2
1 Perawat bersikap ramah pada pasien (memperlihatkan bahasa 1
tubuh yang baik).
2 Perawat mempersilahkan pasien masuk dalam ruang yang 1
memberikan privacy yang cukup (sesuai kondisi).
3 Perawat menawarkan pada pasien apakah dia ingin ditemani oleh 1
keluarganya atau siapa pun yang diinginkannya(sesuai
kondisi).
4 Perawat membuka percakapan dan berusaha melibatkan pasien 1
5 Perawat mengajukan pertanyaan pada pasien untuk mengetahui/ 2
mengeksplorasi sampai di mana pasien telah mengetahui
keaadaan dirinya.
(termasuk seberapa tingkat pengetahuan pasien dan situasi atau
keadaan emosi pasien).
6 Perawat menanyakan pada pasien seberapa detil informasi yang 1
ingin didengarnya
7 Perawat memberikan informasi dengan cara yang tepat sesuai 3
diagnosis dan penatalaksanaan, serta sesuai dengan situasi
dan latar belakang pasien beserta keluarganya.
8 Perawat memastikan bahwa pasien paham dengan 1
penjelasannya.
9 Perawat memberikan tanggapan terhadap emosi yang muncul 2
pada pasien
10 Perawat menjelaskan perencanaan terapi dan penanganan sesuai 3
diagnosis.
11 Perawat memastikan apakah pasien (dan keluarganya) paham 1
dengan penjelasan mengenai terapi dan penanganan.
12 Perawat melibatkan pasien dalam merencanakan terapi dan 2
penatalaksanaan selanjutnya.
13 Perawat menjawab pertanyaan tentang prognosis sesuai dengan 3
diagnosis dengan cara yang tepat
14 Perawat memberikan kesempatan pada pasien dan keluarganya 1
untuk mengajukan pertanyaan (di sepanjang wawancara)
15 Perawat menjawab pertanyaan dari pasien (dan keluarganya) 2
dengan perhatian dan sopan (di sepanjang wawancara)
16 Perawat mengakhiri wawancara dengan tepat. 1
Aspek profesionalisme 1 2 3 4
JUMLAH SKOR
Keterangan :
0 Bila tidak dilakukan mahasiswa, atau sudah dilakukan tetapi keliru
1 Bila sudah dilakukan mahasiswa tapi belum tepat (meliputi diagnosis,
prognosis, dan penatalaksanaan)
2 Bila sudah dilakukan mahasiswa dan dianggap tepat (minimal 75% tepat),
meliputi diagnosis, prognosis, dan penatalaksanaan
Nilai akhir = Jumlah Skor x 100
Catatan :
Urutan tindakan (teknik komunikasi) dalam check list bisa berubah (fleksibel), tergantung
jalannya komunikasi antara dokter dan pasien.
Tugas Role play:
Lakukan role play bergantian dengan rekan anda, dan gunakan ceklis yang ada.
Kasus untuk role play :
1. Penyampaian diagnosis Ca Mammae pada seorang ibu rumah tangga berumur 36
tahun.
2. Penyampaian diagnosis Hemiplegia pada pasien cedera tulang punggung(akibat
kecelakaan lalu lintas), laki-laki usia 40 tahun.
3. Penyampaian diagnosis Leukemia pada anak umur 6 tahun (berita disampaikan
pada orang tuanya).
4. Penyampaian diagnosis Gagal Ginjal pada pasien penderita Diabetes kronis umur
60 tahun.
5. Penyampaian diagnosis Ca Pulmo pada seorang laki-laki, perokok berat umur 54
tahun.
Kegiatan setelah praktikum
1. Tuliskan lah skenario komunikasi efektif penyampaian beritaburuk pada salah satu
kasus dibawah ini:
a. Penyampaian keputusan terapi amputasi jari pada pemain piano profesional
b. Penyampaian hasil pemeriksaan pap smear dengan hasil neoplasia cervix uteri
c. penyampaian hasil pemeriksaan anak perempuan usia SMP yang positif
hamil (ditemani oleh orang tua).
Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien paliatif
Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu melakukan pengkajian nyeri pada pasien
paliatif dengan tepat.
Kegiatan sebelum praktikum
2. Coba saudara jelaskan jenis-jenis nyeri yang saudara ketahui!
Nyeri diklasifikasikan berdasar beberapa hal, antara lain:
1. Berdasarkan waktu durasi nyeri:
a. Nyeri akut: nyeri yang berlangsung kurang dari 3 bulan, mendadak akibattrauma
atau inflamasi, tanda respons simpatis, penderita anxietassedangkan keluarga
suportif.
b. Nyeri kronik: nyeri yang berlangsung lebih dari 3 bulan, hilang timbulatau terus
menerus, tanda respons parasimpatis, penderita depresisedangkan keluarga lelah.
2. Berdasarkan etiologi:
a. Nyeri nosiseptif: rangsang timbul oleh mediator nyeri, seperti pada pascatrauma
operasi dan luka bakar.
b. Nyeri neuropatik: rangsang oleh kerusakan saraf atau disfungsi saraf,seperti pada
diabetes mellitus, herpes zooster.
3. Berdasarkan intensitas nyeri:
a. Skala visual analog score: 1- 10
b. Skala wajah Wong Baker: tanpa nyeri, nyeri ringan, nyeri sedang, nyeriberat.
4. Berdasarkan lokasi:
a. Nyeri superfisial: nyeri pada kulit, subkutan, bersifat tajam, terlokasi.
b. Nyeri somatik dalam: nyeri berasal dari otot, tendo, tumpul, kurangterlokasi.
c. Nyeri visceral: nyeri berasal dari organ internal atau organpembungkusnya, seperti
nyeri kolik gastrointestinal dan kolik ureter.
d. Nyeri alih/referensi: masukan dari organ dalam pada tingkat spinaldisalahartikan
oleh penderita sebagai masukan dari daerah kulit padasegmen spinal yang sama.
e. Nyeri proyeksi: misalnya pada herpes zooster, kerusakan sarafmenyebabkan nyeri
yang dialihkan ke sepanjang bagian tubuh yangdiinervasi oleh saraf yang rusak
tersebut sesuai dermatom tubuh.
f. Nyeri phantom: persepsi nyeri dihubungkan dengan bagian tubuh yanghilang
seperti pada amputasi ekstremitas
3. Sebutkan instrument yang bisa digunakan untuk menilai nyeri yang dirasakan pasien!
Pengkajian nyeri subjektif dapat digunakan pada pasien yang sadar. Berikut beberapa
instrumen yang dapat digunakan:
1. NRS (Numeric Ratting Scale): cara mengkaji nyeri secara subjektif yang sering
digunakan. Metode yang digunakan adalah angka 0-10, dengan menggunakan NRS
kita dapat menentukan tingkat/derajat nyeri pasien dimana 0 (tidak ada nyeri), 1-4
(nyeri ringan), 5-6 (nyeri sedang), 7-10 (nyeri berat).
2. VAS (Visual Analog Scale): Skala berupa garis lurus yang panjangnya 10 cm, dengan
deskripsi pada masing-masing angkanya. <4 (nyeri ringan), 4-7 (nyeri sedang) dan 7-
19 (nyeri berat).
3. Wong-Baker Faces Pain Scale: Instrumen pengkajian nyeri ini biasanya digunakan
pada pasien anak-anak kurang dari 12 tahun. Pengkajian nyeri dipusatkan pada
ekspresi wajah yang terdiri dari enam animasi wajah, dari ekspresi tersenyum, kurang
bahagia, sedih, dan wajah penuh air mata (rasa sakit yang paling buruk).
3. Comfort Scale: Instrumen
psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga pada pasien
dewasa yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item indikator penilaian
yakni kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan, gerakan fisik, ketegangan wajah,
gerakan otot, tekanan darah dan denyut nadi. Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1
merupakan tidak berespon dan 5 paling tidak nyaman. Perhatikan gambar dibawah ini
4. Behavior Pain Scale (BPS) adalah instrumen pengkajian nyeri pada pasien kritis. BPS
terdiri dari tiga item penilaian yakni ekspresi wajah, pergerakan bibir atas dan
komplians terhadap ventilator. Setiap item tersebut memiliki 1-4 skor. Jika ditemukan
hasil <3 menandakan tidak nyeri, sementara jika skor 12 (sangat nyeri).
5. CRIES Scale: Pengkajian nyeri dengan melihat adanya tangisan, oksigenasi, vital
signs, ekspresi wajah dan tidur (sleepless).
6. critical-Care Pain Observasion Tool (CPOT) merupakan instrumen pengkajian nyeri
yang terdiri dari 4 item penilaian yakni ekspresi wajah, pergerakan badan, tegangan
otot dan keteraturan dengan ventilator (pasien terintubasi) dan tidak terintubasi. Total
skor CPOT adalah 8 (semakin tinggi skor yang didapat mengindikasikan tingkat nyeri
yang dialami pasien)
Mekanisme nyeri
Tiga hal penting dalam mekanisme nyeri yakni: mekanisme nosisepsi, perilaku nyeri, dan
plastisitas nyeri.
1. Mekanisme nosisepsi
a. Proses transduksi adalah rangsang noksius dapat berasal dari bahan kimia,seperti
yang terjadi pada proses inflamasi menimbulkan sensitisasi danmengaktifasi
reseptor nyeri. Bisa juga diartikan sebagai pengubahanberbagai stimuli oleh
reseptor menjadi impuls listrik yang mampumenimbulkan potensial aksi akhiran
saraf.
b. Proses transmisi adalah penyaluran impuls saraf sensorik dilakukan olehserabut A
delta bermyelin dan serabut C tak bermyelin sebagai neuronpertama, kemudian
dilanjutkan traktus spinothalamikus sebagai neuronkedua dan selanjutnya di
daerah thalamus disalurkan sebagai neuron ketigasensorik pada area somatik
primer di korteks serebri.
c. Proses modulasi terjadi pada sistem saraf sentral ketika aktivasi nyeridapat
dihambat oleh analgesik endogen seperti endorphine, sistem inhibisisentral
serotonin dan noradrenalin, dan aktivitas serabut A beta.
d. Proses persepsi merupakan hasil akhir proses interaksi yang kompleks,dimulai
dari proses transduksi, transmisi, dan modulasi sepanjang aktivasisensorik yang
sampai pada area primer sensorik korteks serebri danmasukan lain bagian otak
yang pada gilirannya menghasilkan suatuperasaan subyektif yang dikenal sebagai
persepsi nyeri atau disebutdengan kesadaran akan adanya nyeri.
2. Perilaku nyeri (Neuromatrik Melzack)
Neuromatrik adalah sistem yang kompleks, meliputi jaras-jaras yangmelibatkan
medulla spinalis, thalamus, jaringan abu-abu periaaqueductal, korteks
somatosensorik, dan sistem limbik. Faktor yang mempengaruhi neuromatrik termasuk
faktor genetik, keadaan fisiologik, faktor psikososial, termasuk masukan aferen
primer yang dianggap dari kerusakan jaringan, sistem imunoendokrin, sistem inhibisi
nyeri, tekanan emosi, dan status penyakit. Neuromatrik dianggap bertanggung jawab
terhadap pembentukan persepsi kita terhadap nyeri dan menentukan perilaku nyeri.
3. Mekanisme adaptif menjadi maladaptif
Mekanisme adaptif mendasari konsep nyeri sebagai alat proteksi tubuh,merujuk
kerusakan jaringan pada proses inflamasi dan trauma pada nyeri akut.Pada nyeri
fisiologik, nyeri memiliki tendensi untuk sembuh dan berlangsung terbatas selama
nosisepsi masih ada, serta dianggap sebagai gejala penyakit.Pada nyeri kronik,
fenomena allodinia, hiperalgesia, nyeri spontan bukan saja menjadi gejala tetapi
merupakan penyakit tersendiri. Keadaan nyeri patologik terjadi ketika nosisepsi tetap
timbul setelah penyembuhan usai dan tidak proporsional dengan kelainan fisik yang
ada. Mekanisme maladaptif terjadi karena plastisitas saraf di tingkat perifer maupun
sentral. Tingkat perifer, mekanisme ditimbulkan oleh sensitisasi nosiseptor, aktivitas
ektopik termasuk timbulnya tunas-tunas baru di bagian distal lesi dan di ganglion
radiks dorsalis saraf lesi, interaksi antara serabut saraf dan timbulnya reseptor
adrenergik alfa-2. Pada tingkat sentral, mekanisme ditimbulkan oleh sensitasi sentral
Kegiatan selama praktikum
OPQRS:
- Onset: tentukan kapan terjadinya nyeri
- Provocation: apa yang memperburuk nyeri. Apakah posisi? Apakah memburuk dengan
menarik napas dalam atau palpasi pada dada? Apakah nyeri menetap
- Quality (kualitas): Tanyakan bagaimana jenis nyerinya. Biarkan pasien menjelaskan
dengan bahasanya sendiri.
- Radiation (radiasi): Apakah nyeri berjalan (menjalar) ke bagian tubuh yang lain? Di
mana?
- Severity (keparahan): Gunakan perangkan penilaian nyeri (sesuai untuk pasien)
untuk pengukuran keparahan nyeri yang konsisten. Gunakan skala nyeri yang sama
untuk menilai kembali keparahan nyeri dan apakah nyeri berkurang atau memburuk
COLDERRA:
- Characteristic (karakteristik): Apakah nyeri bersifat tumpul, sakit, tajam, menusuk atau
menekan.
- Onset :Kapan nyeri mulai terasa
- Location:lokasi nyeri
- Duration:durasi, berapa lama nyeri berlangsung; terus menerus atau hilang timbul
- Exacerbation (eksaserbasi): Apa yang memperburuk nyeri
- Radiation (radiasi): penyebaran
- Relief (pereda) Apa yang meredakan nyeri
- Associated sign/symptom (tanda-tanda dan gejala yang berhubungan) Mual, cemas,
perasaan lainnya.
Penilaian Intensitas Nyeri:
Berikut ini Lembar Pengkajian Nyeri yang bisa digunakan:
1. Nama : Ny. S
2. Usia : 21
3. Jenis Kelamin : P
4. Alamat : Jakarta
5. Durasi: 4 bulan terakhir
6. Seberapa derajat nyeri anda saat ini?(beri lingkaran)
Kesimpulan
1. Nyeri akut / kronik
2. Derajat nyeri saat ini ringan/ sedang/ berat
3. Tipe nyeri nosiseptif/ campuran/ neuropatik
4. Rencana tindak lanjut :
Interpretasi:
Esesmen pasien untuk menilai derajat dan intensitas nyeri dengan menggunakan CPOT akan
didapat kesimpulan data:
0-2 : nyeri ringan/ tidak nyeri
3-4: nyeri sedang
5-6: nyeri berat
7-8: nyeri sangat berat.
Kegiatan Setelah Praktikum
1. Selain Critical Care Pain Obserbvation Tool (CPOT), coba saudara sebutkan instrument
lain yang bisa digunakan pada populasi khusus!
2. FLACC Scale: Pengkajian nyeri yang terdiri dari item wajah, kaki, aktivitas,
tangisan, dan kenyamanan. Instrumen ini dapat digunakan pada orang dewasa
yang mengalami gangguan komunikasi verbal. Hasil FLACC dapat ditentukan
dengan skor 0 (nyaman), 1-3 (ringan), 4-6 (sedang) dan 7-10 (berat)
3. Comfort Scale: Instrumen ini sangat cocok digunakan dalam mengkaji tingkat
distres psikologis pada pasien kritis anak-anak di bawah usia 18 tahun dan juga
pada pasien dewasa yang terpasang ventilator. Comfort scale terdiri dari 8 item
indikator penilaian yakni kewaspadaan, ketenangan, respon pernapasan,
gerakan fisik, ketegangan wajah, gerakan otot, tekanan darah dan denyut nadi.
Hasil penilaian terdiri dari 1-5, dimana 1 merupakan tidak berespon dan 5
tegangan otot dan keteraturan dengan ventilator (pasien terintubasi) dan tidak
terintubasi. Total skor CPOT adalah 8 (semakin tinggi skor yang didapat
mengindikasikan tingkat nyeri yang dialami pasien).
Referensi
Bervik H, Borchgrevink PC, Allen SM< et al, 2008, Assessment of Pain,British Journal of
Anaesthesia, 101(1): 17-24.
Gregory J, Richardson C, 2014, The Use of Pain Assessment Tools inClinical Practice: A Pilot
Survey, J Pain Relief, 3:140.
Hauget A, Stinson JN, McGrath PJ, 2010, Measurement of Self ReportedPain Intensity in
Childrens and Adolescents, J of PsychosomaticRes, 68:329-336.
Herr K, Coyne PJ, McCaffery M, 2011, Pain Assessment in The PatientUnable to Self Report:
Position Statement with Clinical PracticeRecommendations, Pain Manag Nurs, 12(4).
Lembaran Kerja 4
Kompetensi dasar :
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien paliatif dengan masalah
psikologis
Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti praktikum ini mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan pada
pasien paliatif dengan masalah psikologis
Kegiatan sebelum praktikum
4. Coba saudara sebutkan masalah psikologis apa saja yang mungkin muncul pada pasien
paliatif?
1. DELIRIUM
Delirium adalah kondisi bingung yang terjadi secara akut dan perubahan
kesadaran yang muncul dengan perilaku yang fluktuatif. Gangguan kemampuan
kognitif mungkin merupakan gejala awal dari delirium. Delirium sangat mengganggu
keluarga karena adanya disorientasi, penurunan perhatian dan konsentrasi, tingkah
laku dan kemampuan berfikir yang tidak terorganisir, ingatan yang terganggu dan
kadang muncul halusinasi. Kadang muncul dalam bentuk hiperaktif atau hipoaktif dan
perubahan motorik seperti mioklonus. Penyebab delirium bermacam macam, seperti:
a. Gangguan biokimia: hiperkalsemia, hiponatremia, hipoglikemia, dehidrasi
b. Obat: opioid, kortikosteroid, sedative, antikolinergik, benzodiazeepin
c. Infeksi
d. Gangguan fungsi organ: gagal ginjal, gagal hati
e. Anemia, hipoksia
f. Gangguan SSP: tomor, perdarahan
2. Depresi
Harus dibedakan antara depresi dan sedih. Sedih adalah reaksi normal pada saat
seseorang kehilangan sesuatu. Lebih sulit mendiagnosa depresi. Kadang diekspresikan
sebagai gangguan somatik. Kadang bercampur dengan kecemasan. Kemampuan
bersosialisasi sering menutupi adanya depresi. Depresi adalah penyebab penderitaan
yang reversibel. Gejala psikologis pada depresi mayor`adalah:
a. Rasa tidak ada harapan/putus asa
b. Anhedonia
c. Rasa bersalah dan malu
d. Rendah diri dan tak berguna
e. Ide untuk bunuh diri yang terus menerus
f. Ambang nyeri menurun
g. Perhatian dan konsentrasi menurun
h. Gangguan memori dan kognitif
i. Pikiran negatif
j. Perasaan yang tidak realistik
3. KECEMASAN
Cemas dan takut banyak dijumpai pada pasien stadium lanjut. Cemas dapat
muncul sebagai respon normal terhadap keadaan yang dialami. Mungkin gejala dari
kondisi medis, efek samping obat seperti bronkodilator, steroid atau metilfenidat atau
reaksi fobia dari kejadian yang tidak menyenangkan seperti kemoterapi. Kecemasan
pada pasien terminal biasanya kecemasan terhadap terpisahnya dari orang
yangdicintai, rumah, pekerjaan, cemas karena ke tidakpastian, menjadi beban
keluarga, kehilangan control terhadap keadaan fisik, gagal menyelesaikan tugas,
gejala fisik yang tidak tertangani dengan baik, karena ditinggalkan, tidak tahu
bagaimana kematian akan terjadi, dan hal yang berhubungan dengan spiritual.
Cemas ditandai oleh perasaan takut atau ketakutan yang sangat dan dapat
muncul dengan bentuk gejala fisik seperti palpitasi, mual, pusing, perasaan sesak
nafas, tremor, berkeringat atau diare.
4. Sebagai perawat apa yang harus dilakukan untuk membantu mengatasi masalah
psikologis pasien paliatif?
1. Melakukan perawatan
2. Membantu pasien dalam membuat Advanced care planning (wasiat atau keingingan
terakhir)
3. Memberikan Informasi dan edukasi perawatan pasien
4. Memberikan Dukungan psikologis, kultural dan sosial
5. Respon pada fase terminal: memberikan tindakan sesuai wasiat atau keputusan
keluarga bila wasiat belum dibuat, misalnya: penghentian atau tidak memberikan
pengobatan yang memperpanjang proses menuju kematian (resusitasi, ventilator,
cairan, dll)
6. Siapkan bantuan sosial worker dan rohaniawan
7. Berikan waaktu bagi keuarga untuk selalu bersama pasien
8. Pastikan KELUARGA TELAH DIINFORMASIKAN TENTANG TANDA TANDA
KEMATIAN dan berikan pendampingan
9. Berikan pendampingan Anticipatory bereavement
10. Dukungan bagi anak 2 dan cucu dan beri mereka kesempatan bersama pasien
11. Dukungan dalam melakukan ritual sesuai agama, keyakinan dan adat yang dianut
Kegiatan selama praktikum
Beberapa gangguan psikiatri yang bisa dilami pada pasien paliatif adalah:
1. DELIRIUM
Delirium adalah kondisi bingung yang terjadi secara akut dan perubahan kesadaran yang
muncul dengan perilaku yang fluktuatif. Gangguan kemampuan kognitif mungkin merupakan
gejala awal dari delirium. Delirium sangat mengganggu keluarga karena adanya disorientasi,
penurunan perhatian dan konsentrasi, tingkah laku dan kemampuan berfikir yang tidak
terorganisir, ingatan yang terganggu dan kadang muncul halusinasi. Kadang muncul dalam
bentuk hiperaktif atau hipoaktif dan perubahan motorik seperti mioklonus. Penyebab delirium
bermacam macam, seperti:
a. Gangguan biokimia: hiperkalsemia, hiponatremia, hipoglikemia, dehidrasi
b. Obat: opioid, kortikosteroid, sedative, antikolinergik, benzodiazeepin
c. Infeksi
d. Gangguan fungsi organ: gagal ginjal, gagal hati
e. Anemia, hipoksia
f. Gangguan SSP: tomor, perdarahan
Pada pasien dengan fase terminal, sering agitasi diartikan sebagai tanda nyeri, sehingga dosis
opioid ditingkatkan, sehingga bisa meyebabkan delirium. Dalam hal ini mungkin cara
pemberian opioid perlu dirubah. Precipitator: nyeri, fatik, retensi urin, konstipasi, perubahan
lingkungan dan stimuli yang berlebihan.
Tata laksana pasien dengan delirium:
a. Koreksi penyebab yang dapat segera diatasi : penyebab yang mendasari atau
pencetusnya
b. Non Medikamentosa :
- Pastikan berada di tempat yang tenang, dan pasien merasa aman, nyaman dan
familier
- Singkirkan barang yang dapat membahayakan.
- Jangan sering mengganti petugas
- Hadirkan keluarga, dan barang barang yang dikenal
- Dukungan emosional
c. Medikamentosa : Haloperidol, Risperidone, Olanzepine, Benzodiazepine, Loarazepam,
Midazolam.
2. DEPRESI
Harus dibedakan antara depresi dan sedih. Sedih adalah reaksi normal pada saat seseorang
kehilangan sesuatu. Lebih sulit mendiagnosa depresi. Kadang diekspresikan sebagai gangguan
somatik. Kadang bercampur dengan kecemasan. Kemampuan bersosialisasi sering menutupi
adanya depresi. Depresi adalah penyebab penderitaan yang reversibel. Gejala psikologis pada
depresi mayor`adalah:
a. Rasa tidak ada harapan/putus asa
b. Anhedonia
c. Rasa bersalah dan malu
d. Rendah diri dan tak berguna
e. Ide untuk bunuh diri yang terus menerus
f. Ambang nyeri menurun
g. Perhatian dan konsentrasi menurun
h. Gangguan memori dan kognitif
i. Pikiran negatif
j. Perasaan yang tidak realistik
Tata laksana depresi:
a. Depresi ringan dan sedang: dukungan, empati, penjelasan, terapi kognitif, simptomatis
b. Depresi berat: Terapi suportif Obat: SSRI selama 4 – 6 minggu. Bila gagal berikan TCA
Psikostimulan: methylpenidate 5 – 20 mg pagi hari
3. KECEMASAN
Cemas dan takut banyak dijumpai pada pasien stadium lanjut. Cemas dapat muncul sebagai
respon normal terhadap keadaan yang dialami. Mungkin gejala dari kondisi medis, efek samping
obat seperti bronkodilator, steroid atau metilfenidat atau reaksi fobia dari kejadian yang tidak
menyenangkan seperti kemoterapi. Kecemasan pada pasien terminal biasanya kecemasan
terhadap terpisahnya dari orang yangdicintai, rumah, pekerjaan, cemas karena ke tidakpastian,
menjadi beban keluarga, kehilangan control terhadap keadaan fisik, gagal menyelesaikan tugas,
gejala fisik yang tidak tertangani dengan baik, karena ditinggalkan, tidak tahu bagaimana
kematian akan terjadi, dan hal yang berhubungan dengan spiritual.
Cemas ditandai oleh perasaan takut atau ketakutan yang sangat dan dapat muncul dengan
bentuk gejala fisik seperti palpitasi, mual, pusing, perasaan sesak nafas, tremor, berkeringat
atau diare.
Tata laksana kecemasan:
a. Non Medikamentosa :
- Dukungan termasuk mencari dan mengerti kebutuhan dan apa yang menjadi
kecemasannya dengan mendengarkan dengan seksama dan memberikan perhatian
pada hal- hal yang khusus.
- Memberikan informasi yang jelas dan meyakinkan bahwa akan terus memberikan
dukungan untuk mencapai harapan yang realistik.
- Intervensi psikologi: distraksi untuk menghilangkan kejenuhan dan pikiran yang
terpusat pada diri sendiri.
- Perawatan spiritual
b. Medikamentosa:
- Benzodiazepin: diazepam, alprazolam, lorazepam
- Penghambat Beta untuk mengatasi gejala perifer
Buatlah asuhan keperawatan pada kasus berikut ini:
Kasus 1:
Ny. A usia 55 tahun menderita kanker payudara stadium 4a dan sudah melakukan mastektomi
total. Ny. A juga sudah mengikuti rangkaian pengobatan untuk menyembuhkan kanker nya
yaitu, kemoterapi, radioterapi. Hasil pemeriksaan terakhir, sel kanker pada tubuh Ny.A sudah
menyebar ke paru dan hepar. Saat ini Ny.A sering mengeluh nyeri dan sesak. Lokasi nyeri di
daerah dada dan perut, deskripsi: panas, sakit. Durasi : Berlangsung 1-5 jam. Skala : Besar nyeri
9, dengan rata-rata 5. Ny. A juga mengeluhkan gejala-gejala berupa kesedihan, gangguan tidur,
gangguan vegetatif yang berupa penurunan nafsu makan yang bermakna. Tidak bisa merasakan
kesenangan sebagaimana biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak melakukan tindakan apapun
untuk mengurangi keluhan, menunggu serangan nyeri berulang. Tidak mampu bekerja tetapi
dapat tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia mampu merawat diri sendiri
namun tak mampu melakukan kegiatan kerja/normal. Pada kasus diatas coba analisa masalah
psikis apa yang dialami oleh Ny.A, dan buatkan asuhan keperawatan nya.
Kasus 2:
Tn. B usia 60 tahun menderita kanker paru dan hasil pemeriksaan terakhir kanker sudah
metastase ke hepar dan usus. Tn. B sangat terpukul dengan kondisi nya saat ini, Tn. B saat ini
sedang menjalani kemoterapi yang kedua, saat ini Tn B mengeluh nyeri dada dan sesak. Lokasi
nyeri di daerah dada deskripsi: panas, sakit. Durasi : Berlangsung 4-8 jam. Skala : Besar nyeri
10, dengan rata-rata 8. Tn B juga mengeluhkan gangguan tidur, gangguan vegetatif yang berupa
penurunan nafsu makan yang bermakna. Tidak bisa merasakan kesenangan sebagaimana
biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak melakukan tindakan apapun untuk mengurangi
keluhan, dan beberapa kali mengatakan keinginan untuk bunuh diri. Tn. B tidak mampu bekerja
tetapi dapat tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia tidak mampu merawat
diri sendiri. Pada kasus diatas coba analisa masalah psikis apa yang dialami oleh Tn.B, dan
buatkan asuhan keperawatan nya.
Pertanyaan:
1. Masalah keperawatan apa yang dialami oleh pasien pada kasus 1 dan 2
2. Buatkan Asuhan Keperawatan pada pasien tersebut.
Referensi
Butcher, H.K., Bulecheck, G.M., Dochterman, J.M., Wagner, C.M. Ed. Nurjannah, I. (2018). Nursing
Interventions Classification (NIC) Edisi Ketujuh bahasa Indonesia. Yogyakarta :Mocco
Media
Moorhead, S., Swanson, E., Johnson, M., Maas, M.L. Ed. Nurjannah, I. (2018). Nursing Outcomes
Classification (NOC) Edisi keenam bahasa Indonesia. Yogyakarta :Mocco Media
PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2018-2020. Ed. Herdman, T.H.,
Kamitsuru, S. 2018. Jakarta: EGC
FORMAT PENGKAJIAN
ASKEP PALIATIF DAN TERAPI KOMPLEMENTER
KASUS 1
Ny. A usia 55 tahun menderita kanker payudara stadium 4a dan sudah melakukan
mastektomi total. Ny. A juga sudah mengikuti rangkaian pengobatan untuk menyembuhkan
kanker nya yaitu, kemoterapi, radioterapi. Hasil pemeriksaan terakhir, sel kanker pada
tubuh Ny.A sudah menyebar ke paru dan hepar. Saat ini Ny.A sering mengeluh nyeri
dan sesak. Lokasi nyeri di daerah dada dan perut, deskripsi: panas, sakit. Durasi :
Berlangsung 1-5 jam. Skala : Besar nyeri 9, dengan rata-rata 5. Ny. A juga
mengeluhkan gejala-gejala berupa kesedihan, gangguan tidur, gangguan vegetatif yang
berupa penurunan nafsu makan yang bermakna. Tidak bisa merasakan kesenangan
sebagaimana biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak melakukan tindakan apapun
untuk mengurangi keluhan, menunggu serangan nyeri berulang. Tidak mampu bekerja
tetapi dapat tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia mampu
merawat diri sendiri namun tak mampu melakukan kegiatan kerja/normal.
I. IDENTITAS
1. Nama : Ny. A
2. Tanggal Lahir : 55 Tahun
3. Alamat :-
4. Pekerjaan :
5. Pendidikan :
6. Status Perkawinan :
7. Agama :
8. Suku bangsa :
9. Identitas keluarga yang bertanggunga jawab :
10. Status poli : Rawat jalan: Rawat inap: No. Reg RS :
11. Status Rujukan : Dirujuk dari : Datang sendiri :
12. Diagnosa Rujukan : KANKER PAYUDARA STADIUM 4a (Mastektomi Total)
II. KELUHAN UTAMA: Nyeri dan sesak
III. ANAMNESA
1. Riwayat penyakit sekarang : KANKER PAYUDARA STADIUM 4a (Mastektomi
Total)
2. Riwayat penyakit dahulu :
3. Riwayat alergi:
4. Faktor keturunan : ya: tidak:
5. Riwayat nyeri: Ya: Skala : 9
a) Frekuensi: Terus Menerus Kadang-kadang Dengan gerakan
Istirahat Lain-lain.........
b) Kualitas :
Tajam/ sharp aching/ sakit
Throbbing/ berdenyut pressure like/ seperti ditekan
Gnawing/ perih sekali rasa tertarik/ dragging
Rasa terjepit/ squeazing rasa seperti di remas
Nyeri kotik/ coticky pain burning/ rasa terbakar/ panas
Stioging/ sengatan listrik prestest/ kesemutan
Seperti di tusuk/ lancinating rumb/ matirasa/ kaku
c) Durasi: ± 1-5 jam
e) Berapa derajat nyeri yang terhebat selama 4 minggu terakhir? (beri lingkaran)
6. KELUHAN LAIN :
Aneroksia
Dry mouth
Dysphagia
Stomatitis
Cought
Dyspnea
Nausea
Vomiting
Konstipasi
Diare
Inkonstinentia urine
Inkonstinentia alvy
Fistel
Uleus
Lympnoedema
General weakness
Lain-lain
IV. PEMERIKSAAN
1. Fisik
1) Tanda vital : T : N: RR: S: BB: - (Mengatakan mengalami
penurunan
nafsu makan)
2) Keadaan umum : Baik/ Lemah/ Kesakitan/ Cachexia/ Perilaku Silent
3) Kesadaran : Compas mentis/ apatis/ somnolen/ sopor/ soporocomatous/
coms
4) GGS :
5) Kepala- leher : Anemia/ Icteric/ Stoma :
Tumor :
Pembesaran kelenjar :
6) Thorax :
Paru : sel kanker telah menyebar ke paru
Jantung :
R. mamma :
7) Abdomen : distensi/ ascites/ meteorismus
Stoma :
Tumor :
Hepar : Sel kanker telah menyebar ke hepar
Lien :
8) Sistem urogenetal
o Vaginal discharge / rectal discharge
o Tumor :
9) Sistem muskoloskeletal & ekstremitas
Motorik : Tumor :
Sensorik : Fraktur :
Refleks fisologis : Ulcus :
Refleks pathologis : Oedema :
Luas gerik sendi :
2. Status psikiartik
1) Komunikasi terbuka / lancar/ terputus-putus / bahasa non verbal / mutisme
2) Memahami tentang penyakit & harapan hidup
Pasien :
Sudah tahu Fase : denial / anger / bergaining / depresi /acceptance
Belum tahu ingin tahu/ tidak mau tahu
Keluarga :
Sudah tahu Fase : denial / anger / bergaining / depresi / acceptance
Belum tahu ingin tahu / tidak mau tahu
3. Mood : normal/ cemas/ depresi/ marah/ anhedonia
Afek : serasi/ tidak serasi
4. Proses pikir : jernih/ bingung/ gangguan insight/ preokupasi
5. Hubungan interpersonal : biasa/ dingin/ menarik diri/ cari kambing hitam
6. Persepsi :normal/ halusinasi/ ilusi/ depersonalisasi/ derealisasi
7. Arti nyeri / sakit : hukuman/ tantangan/ musuh/ ke gagalan/ nilai positif/
cobaan
8. Kemauan : wajar/ menurun/ meningkat/ negativistik/ ambivalem
3. Pemeriksaan psikologis pasien berdasarkan HDRS
Status Psikologis Pasien :
<6 = Tidak ada depresi
6 – 17 = Depresi ringan
18 – 24 = Depresi sedang
>24 = Depresi berat
II. PENGOBATAN YANG SUDAH DITERIMA
1. Obat :
2. Operasi : mastektomi total
3. Radioterapi :
4. Kemoterapi :
5. Rehabilitasi :
6. Komplementer :
7. Alternative :
III. STATUS SOSIAL
1. Pekerjaan suami / istri penderita
PNS / Swasta / wirausaha / buruh / petani / pensiunan / tidak bekerja
2. Jumlah anggota keluarga
3. Yang merawat utama sehari-hari
4. Status tempat tinggal
5. Hubungan penderita dengan keluarga dan lingkungan
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Radiologi
3. Patologi anatomi : sel kanker sudah menyebar ke paru dan hepar
V. Diangnosa:
1. Utama: kanker payudara stadium 4a
2. Paliatif:
Nyeri :
Selain nyeri: -
VI. PERMASALAHAN
1. Fisik:
a. Nyeri : lokasi: dada dan perut
b. Selai nyeri :
2. Psikologis :
a. Depresi :
b. Cemas :
c. Problem lain : Ny. A mengatakan tidak bisa merasakan kesenangan
sebagaimana biasanya, menyerah pada keadaan, tidak melakukan apapun
untuk mengurangi keluhan, bahkan menunggu serangan nyeri berulang.
3. Sosial : Ny.A mengatakan tidak mampu bekerja tetapi dapat tinggal di
rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Mampu merawat diri sendiri namun
tidak mampu melakukan kegiatan kerja/normal.
4. Spiritual :
5. Kultural :
ANALISA DATA
No DATA PENYEBAB ETIOLOGI
1 Data Subyektif : Infiltrasi Tumor Nyeri Kronis
- Klien mengatakan nyeri di daerah dada
- Klien mengatakan nyeri berlangsung 1-5 jam
- Klien mengeluhkan terasa panas di daerah
dada dan perut
- Klien mengeluhkan sulit tidur
- Klien mengatakan tidak merasakan
kesenangan seperti biasanya
- Klien mengatakan tidak melakukan tindakan
apapun untuk mengurangi keluhan hanya
menunggu serangan nyeri berulang
Data Obyektif :
- Wajah Ny. A tampak meringis kesakitan
- Skala Nyeri : 9 dengan rata rata 5
- Klien tidak mempu melakukan kegiatan
kerja/normal
2 Data Subyektif : Penurunan Keputusasaan
- Klien mengatakan tidak merasakan kondisi fisiologis
kesenangan sebagaimana biasanya
- Klien mengatakan menyerah kepada keadaan
- Klien mengatakan tidak melakukan apapun
untuk mengurangi rasa nyerinya dan hanya
menunggu serangan nyeri berulang
- Klien mengatakan tidak mampu bekerja
- Klien mengatakan memerlukan berbagai
bantuan dari orang lain
- Klien mengatakan tidak mampu melakukan
kegiatan kerja/normal
Data Obyejtif :
- Klien tampak lemah
- Gerakan klien terbatas
- Klien tidak dapat melakukan kegiatan secara
normal
KASUS 2
Tn. B usia 60 tahun menderita kanker paru dan hasil pemeriksaan terakhir kanker sudah
metastase ke hepar dan usus. Tn. B sangat terpukul dengan kondisinya saat ini, Tn. B saat
ini sedang menjalani kemoterapi yang kedua, saat ini Tn B mengeluh nyeri dada dan
sesak. Lokasi nyeri di daerah dada deskripsi: panas, sakit. Durasi :Berlangsung 4-8
jam. Skala :Besar nyeri 10, dengan rata-rata 8. Tn B juga mengeluhkan gangguan tidur,
gangguan vegetatif yang berupa penurunan nafsu makan yang bermakna. Tidak bisa
merasakan kesenangan sebagaimana biasanya. Menyerah pada keadaan, tidak
melakukan tindakan apapun untuk mengurangi keluhan, dan beberapa kali
mengatakan keinginan untuk bunuh diri. Tn. B tidak mampu bekerja tetapi dapat
tinggal di rumah, memerlukan berbagai tingkat bantuan. Ia tidak mampu merawat diri
sendiri.
I. IDENTITAS
1. Nama : Tn. B
2. Tanggal Lahir : 60 Tahun
3. Alamat :-
4. Pekerjaan : Tidak bekerja
5. Pendidikan :-
6. Status Perkawinan :-
7. Agama :-
8. Suku bangsa :-
9. Identitas keluarga yang bertanggunga jawab :
10. Status poli : Rawat jalan: Rawat inap: No. Reg RS :
11. Status Rujukan : Dirujuk dari : Datang sendiri :
12. Diagnosa Rujukan : KANKER PARU (Metastase ke Hepar dan Usus)
II. KELUHAN UTAMA: Nyeri dada dan sesak
III. ANAMNESA
1. Riwayat penyakit sekarang : KANKER PARU (Metastase ke Hepar dan Usus)
2. Riwayat penyakit dahulu :
3. Riwayat alergi:
4. Faktor keturunan : ya: tidak:
5. Riwayat nyeri: Ya: Skala : 8
a) Frekuensi: Terus Menerus Kadang-kadang Dengan gerakan
Istirahat Lain-lain …………
b) Kualitas :
Tajam/ sharp aching/ sakit
Throbbing/ berdenyut pressure like/ seperti ditekan
Gnawing/ perih sekali rasa tertarik/ dragging
Rasa terjepit/ squeazing rasa seperti di remas
Nyeri kotik/ coticky pain burning/ rasa terbakar/ panas
Stioging/ sengatan listrik prestest/ kesemutan
Seperti di tusuk/ lancinating rumb/ matirasa/ kaku
c) Durasi: 4-8 jam
d) Seberapa derajat nyeri anda saat ini?(beri lingkaran)
e) Berapa derajat nyeri yang terhebat selama 4 minggu terakhir? (beri lingkaran)
6. KELUHAN LAIN :
Aneroksia
Dry mouth
Dysphagia
Stomatitis
Cought
Dyspnea
Nausea
Vomiting
Konstipasi
Diare
Inkonstinentia urine
Inkonstinentia alvy
Fistel
Uleus
Lympnoedema
General weakness
Lain-lain
IV. PEMERIKSAAN
1. Fisik
10) Tanda vital : T : N: RR: S: BB: - (Mengatakan mengalami
penurunan
nafsu makan)
11) Keadaan umum : Baik/ Lemah/ Kesakitan/ Cachexia/ Perilaku Silent
12) Kesadaran : Compos mentis/ apatis/ somnolen/ sopor/ soporocomatous/
coms
13) GGS :
14) Kepala- leher : Anemia/ Icteric/ Stoma :
Tumor :
Pembesaran kelenjar :
15) Thorax :
Paru : Sel kanker telah menyebar di paru
Jantung :
R. mamma :
16) Abdomen : distensi/ ascites/ meteorismus
Stoma :
Tumor :
Hepar : Sel kanker telah menyebar ke hepar
Lien :
17) Sistem urogenetal
o Vaginal discharge / rectal discharge
o Tumor :
18) Sistem muskoloskeletal & ekstremitas
Motorik : Tumor :
Sensorik : Fraktur :
Refleks fisologis : Ulcus :
Refleks pathologis : Oedema :
Luas gerik sendi :
2. Status psikiartik
1) Komunikasi terbuka / lancar/ terputus-putus / bahasa non verbal / mutisme
2) Memahami tentang penyakit & harapan hidup
Pasien :
Sudah tahu Fase : denial / anger / bergaining / depresi /acceptance
Belum tahu ingin tahu/ tidak mau tahu
Keluarga :
Sudah tahu Fase : denial / anger / bergaining / depresi / acceptance
Belum tahu ingin tahu / tidak mau tahu
3. Mood : normal/ cemas/ depresi/ marah/ anhedonia
Afek : serasi/ tidak serasi
4. Proses pikir : jernih/ bingung/ gangguan insight/ preokupasi
5. Hubungan interpersonal : biasa/ dingin/ menarik diri/ cari kambing hitam
6. Persepsi : normal/ halusinasi/ ilusi/ depersonalisasi/ derealisasi
7. Arti nyeri / sakit : hukuman/ tantangan/ musuh/ ke gagalan/ nilai positif/
cobaan
8. Kemauan : wajar/ menurun/ meningkat/ negativistik/ ambivalem
3. Pemeriksaan psikologis pasien berdasarkan HDRS
Status Psikologis Pasien :
<6 = Tidak ada depresi
6 – 17 = Depresi ringan
18 – 24 = Depresi sedang
>24 = Depresi berat
V. PENGOBATAN YANG SUDAH DITERIMA
1. Obat :
2. Operasi :
3. Radioterapi :
4. Kemoterapi : Kemoterapi yang kedua
5. Rehabilitasi :
6. Komplementer :
7. Alternative :
VI. STATUS SOSIAL
1. Pekerjaan suami / istri penderita
PNS / Swasta / wirausaha / buruh / petani / pensiunan / tidak bekerja
2. Jumlah anggota keluarga
3. Yang merawat utama sehari-hari
4. Status tempat tinggal
5. Hubungan penderita dengan keluarga dan lingkungan
VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
2. Radiologi
3. Patologi anatomi : sel kanker sudah menyebar ke hepar dan usus
VIII. Diangnosa:
1. Utama: kanker paru (sudah menyebar ke hepar dan usus)
2. Paliatif:
Nyeri :
Selain nyeri: -
IX. PERMASALAHAN
1. Fisik:
a. Nyeri : lokasi: dada
b. Selain nyeri : sesak.
2. Psikologis :
d. Depresi : Tn. B menyerah pada keadaan, tidak melakukan
tindakan apapun untuk mengurangi keluhan, dan beberapa kali mengatakan
keinginan untuk bunuh diri.
e. Cemas :
f. Problem lain : Tn. B mengatakan tidak bisa merasakan kesenangan
sebagaimana biasanya, mengeluhkan gangguan tidur, sangat terpukul dengan
kondisinya saat ini.
Data Obyektif :
- Wajah Ny. A tampak meringis kesakitan
- Skala Nyeri : 10 dengan rata rata 8
- Klien tidak mempu melakukan kegiatan
kerja/normal
2 Data Subyektif : Penurunan Keputusasaan
- Klien mengatakan tidak merasakan kondisi fisiologis
kesenangan sebagaimana biasanya
- Klien mengatakan menyerah kepada
keadaan
- Klien mengatakan tidak melakukan apapun
untuk mengurangi rasa nyerinya dan
beberapa kali ingin melakukan bunuh diri
- Klien mengatakan tidak mampu bekerja
- Klien mengatakan memerlukan berbagai
bantuan dari orang lain
- Klien mengatakan tidak mampu melakukan
kegiatan kerja/normal
Data Obyejtif :
- Klien tampak lemah
- Gerakan klien terbatas
- Klien tidak dapat melakukan kegiatan
secara normal
3. DATA SUBJEKF
Penyakit terminal Resiko bunuh
- Klien mengatakan merasa terpukul diri
dengan keadaann saaat ini
- Klien menyerah dengan keadaan saat ini
- Klien mengatakan pernah beberapa kali
ingin bunuh diri
DATA OBJEKTIF
- Klien tampak depresi
Diagnosa
No. Luaran Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri kronik Setelah dilakukan asuhan MANAJEMEN NYERI (I. 08238)
b/d Infiltras keperawatan didapatkan Kontrol 1. Observasi
Tumor Nyeri Meningkat dengan criteria a. lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
hasil : b. Identifikasi skala nyeri
a. Melaporkan nyeri terkontrol c. Identifikasi respon nyeri non verbal
meningkat d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
b. Kemampuan mengenali onset e. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
nyeri meningkat f. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
c. Kemampuan mengenali g. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
penyebab nyeri meningkat h. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
d. Kemampuan menggunakan i. Monitor efek samping penggunaan analgetik
teknik non farmakologis
meningkat 2. Terapeutik
e. Dukungan orang terdekat a. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
meningkat hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)
b. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
c. Fasilitasi istirahat dan tidur
d. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
3. Edukasi
a. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
b. Jelaskan strategi meredakan nyeri
c. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri
d. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
e. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2 Keputusasaan Setelah dilakukan asuhan Promosi Harapan (I.09307)
berhubungan keperawatan didapatkan Harapan 1. Observasi
dengan meningkat dengan criteria hasil : a. Identivikasi harapan pasien dan keluarga dalam pencapaian hidup
penurunan a. Selera makan meningkat 2. Terapiutik
kondisi fisiolgis b. Inisiatif meningkat a. Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai penting
c. Minat komunikasi verbal b. Pandu mengingat kembali kenangan yang menyenangkan
meningkat c. Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
d. Afek datar menurun d. Kembngkan rencana perawatan yang melibatkan tingkat pencapaian tujuan
e. Mengangkat bahu saat bicara sederhana sampai dengan kompleks
menurun e. Berikan kesempatan kepda pasien dan keluarga terlibat dengan dukungan
f. Pola tidur membaik kelompok
f. Ciptakan lingkungan yang memudahakan mempraktekan kebutuhan sepiritual
3. Edukasi
a. Anjurkan mengungkaokan perasaanterhadap kondisi dengan realistis
b. Anjurkan mempertahankan hubungan(mis. menyebutkan nama orang yang
dicintai)
c. Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan orang lain
d. Latih menyusun tujuan sesuai harapan
e. Latih cara mengembangakn sepiritual diri
f. Latih cara mengenang dan minikmati masa lalu (mis. prestasi, pengalaman )
3. Resiko Bunuh Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Bunuh Diri
Diri b.d keperawatan didapatkan Ekspektasi Observasi
penyakit meningkat dengan criteria hasil : - Identifikasi gejala risiko bunuh diri ( kehilangan)
terminal a. Verbalisasi ancaman kepada - Identifikasi keinginan dan pikiran RBD
orang lain menurun - Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin
b. Verbalisasi keinginan bunuh - Monitor lingkungan bebas bahaya secara rutin (Mis: pisau cukur dll)
diri menurun - Monitor adanya perubahan mood dan perilaku
c. Verbalisaso isyarat bunuh Terapeutik
diri menurun - Libatkan dalam perencanaan perawatan mandiri
- Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
- Lakukan pendekatan langsung dan tidak menghakimi saat membahas
bunuh diri
- Berikan lingkungan dengan pengamanan ketat dan mudah di pantau
- Tingkatkan pengawasan pada kondisi tertentu
- Lakukan intervensi perlindungan
- Hindar diskusi berulang mengenai RBD