Anda di halaman 1dari 14

Dosen Pengampuh : Nazaruddin, S.Kep., Ns., M.

Kes

LAPORAN PENDAHULUAN

TEKNIK KOMUNIKASI PALIATIF TERHADAP PASIEN DAN


KELUARGA

OLEH :

MUH. AFDAL FIRDAUS

P202001063

B2 KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MANDALA WALUYA

2023
A. Teknik Komunikasi Paliatif Terhadap Pasien
1. Definisi Paliatif Care
Perawatan paliaif adalah semua tindakan aktif guna
meringankan beban penderita, terutama yang tak mungkin
disembuhkan. Tindakan aktif yang dimaksud antara lain
menghilangkan nyeri dan keluhan lain, serta mengupayakan
perbaikan dalam aspek psikologis, sosial dan spiritual. Perawatan
paliatif yang baik mampu merubah kualitas hidup pasien kanker
sesorang menjadi lebih baik. Namun perawatan paliatif mash
jarag terdapat dirumah sakit di Indonesia. Hal ini dikarenakan
masih kurangnya pemahaman dan kesadaran rumahsakit
terhadap pentingnya perawatan paliatif bagi pasien kanker
stadium akhir (Irawan. 2013).
Menurut Macleod & Block (2019) Perawatan paliatif
adalah pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien dan
keluarganya yang dihadapi masalah yang berhubungan dengan
penyakit yang mengancam jiwa, melalui pencegahan dan
pengurangan penderitaan melalui identifikasi awal dan sempurna
penilaian dan pengobatan nyeri dan masalah lain, fisik,
psikososial, dan spiritual (Mauruh, 2022).
2. Komunikasi Perawatan Paliatif Pada Pasien
Menurut Anjaswarni (2016), Komunikasi merupakan
komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan pada kesembuhan pasien. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi interpersonal dengan fokus adanya
saling pengertian antara perawat dengan pasien. Dengan adanya
komunikasi yang baik akan saling membutuhkan 4 antara
perawat dengan pasien agar bisa dikategorikan dalam
komunikasi pribadi antara perawat dengan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan. Komunikasi yang
efektif sangat penting dan dibutuhkan dalam semua perawatan
klinis. Dalam perawatan paliatif, perawat atau tenaga kesehatan
harus memiliki keterampilan komunikasi yang baik untuk
menyadari kekhawatiran pasien yang tidak terucap (Hasrima et
al, 2022).
a) Fase Denial (Pengikraran)
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan
adalah syok. Tidak percaya atau menolak kenyataan bahwa
kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “ Tidak, saya tidak
percaya bahwa itu terjadi “. Bagi individu atau keluarga yang
mengalami penyakit kronis, akan terus menerus mencari
informasi tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase
pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan
pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak
tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas cepat berakhir
dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun. Teknik
komunikasi yang di gunakan :
1) Memberikan kesempatan untuk menggunakan
koping yang kontruktif dalam menghadapi
kehilangan dan kematian
2) Selalu berada di dekat klien
3) Pertahankan kontak mata.
b) Fase Anger (Marah)
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan
kenyataan yang terjadinya kehilangan. Individu menunjukkan
perasaan yang meningkat yang sering di proyeksikan kepada
orang yang ada di sekitarnya, orang –orang tertentu atau di
tunjukkan pada dirinya sendiri. Tidak jarang dia
menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak
becus. Respon fisik yang sering terjadi pada fase ini antara
lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
menggepai. Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
1) Memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya, hearing atau
mendengarkan dan menggunakan teknik respek.
c) Fase Bargening (Tawar Menawar)
Apabila individu sudah mampu mengungkapkan rasa
marahnya secara intensif, maka ia akan maju pada fase tawar
menawar dengan memohon kemurahan tuhan. Respon ini
sering di nyataka dengan kata kata “ kalau saja kejadian ini
bisa di tunda, maka saya akan selalu berdoa “ . apabila proses
berduka ini di alami keluarga, maka pernyataan seperti ini
sering di jumpai “ kalau saja yang sakit bukan anak saya”.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
1) Memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar
dan menanyakan kepada pasien apa yang di ingnkan.
d) Fase Depression (Depresi)
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain
menarik diri, tidak mau berbicara, kadang kadang bersikap
sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau dengan
ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak
berharga. Gejala fisik yang sering di perlihatkan adalah
menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo menurun.
Teknik komunikasi yang di gunakan adalah:
1) Jangan mencoba menenangkan klien dan biarkan
klien dan keluarga mengekspresikan kesedihannya.
e) Fase Acceptance (Penerimaan)
Fase menerima ini biasanya di nyatakan dengan kata
kata ini “ apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut
dan masuk pada fase damai atau penerimaan, maka dia akan
dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi perasaan
kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep
berada pada salah satu fase dan tidak sampai pada fase
penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit baginya
masuk pada fase penerimaan. Teknik komunikasi yang di
gunakan perawat adalah:
1) Meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu
untuk mendiskusikan perasaan keluarga terhadap
kematian pasien (Mauruh et al, 2022).
3. Hambatan Komunikasi Paliatif Pada Pasien
Dalam berkomunikasi dengan pasien paliatif terdapat
beberapa hambatan yang seringkali terjadi, yaitu :
a. Sikap Mengabaikan
Sikap mengabaikan merupakan seperangkat sikap yang
dapat berefek negatif terhadap hubungan terapeutik yang
dibangun antara perawat dan pasien misalnya bersikap ketus,
cuek, acuh.
b. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan juga dianggap perawat sebagai
salah satu hambatan terutama pendidikan tinggi dibanding
pendidikan rendah. Pasien dengan level pendidikan tinggi
seringkali jadi penghambat sebab cenderung merasa pintar,
egonya tinggi, kekwatiran dan rasa takut yang berlebihan.
Berbeda dengan pendidikan rendah mereka mudah menerima
sakitnya, dan lebih mudah diberikan informasi dan mudah
mengetahui karakternya.
c. Kondisi Psikologis Pasien
Psikologis pasien yang berubah-rubah seringkali
menyulitkan perawat dalam interaksi dengan pasien seperti
keadaan marah, takut, dan sedih (Minanton et al, 2020).
4. Manajemen Berkomunikasi Pada Pasien Paliatif
Manajemen berkomunikasi adalah semua hal yang dilakukan
oleh perawat, pasien dan keluarga untuk memudahkan
berkomunikasi satu sama lain supaya interaksi dan pertukaran
informasi berjalan efektif.
a. Mempersiapkan Diri
Pemberian informasi ke pasien perawat perlu
mempersiapkan diri sebelumnya baik secara mental maupun
pengetahuan.
b. Validasi Pengetahuan Pasien
Sebelum memberikan tindakan ataupun memberikan
informasi yang sensitif sebaiknya perawat mengecek
pemahaman pasien dan memberikan kesempatan bertanya
sehingga tidak terjadi kesalahpahaman informasi.
c. Struktur Penyampaian Informasi
Memberikan informasi secara terstruktur dan pelan-
pelan untuk memungkinkan informasi itu dipahami secara
jelas, termasuk penggunaan bahasa istilah kesehatan
(Minanton et al, 2020).
Dalam prinsip komunikasi perawatan paliatif terdapat
beberapa tahap komunikasi, yaitu :
a. Fase Pra-interaksi
Perawat sebelum ke pasien harus ada persiapan yang
dilakukan meliputi persiapan baik diri perawat sendiri,
misalkan emosi perawat dan kemampuan perawat untuk
berinteraksi dengan pasien. Serta melihat riwayat kesehatan
pasien melalui rekamedis, pada saat dibawa oleh keluarga
sebagai data awal. Perawat juga 8 harus mampu menjadi
pendengar yang aktif sehingga pasien mau menceritakan
permasalahan yang di alaminya.
b. Fase Orientasi
Perawat memberikan salam dan tersenyum pada pasien,
menggunakan menggunakan bahasa jelas dan umum, kata-
kata yang mudah di pahami oleh pasien dan di sampaikan
secara pelan-pelan dan tidak menanyakan hal-hal yang susah
dijawab pasien. Perawat juga menjelaskan apa yang menjadi
topik pembicaraan secara pelanpelan sehingga pasien
mengerti apa yang kita maksudkan.
c. Fase Kerja
Perawat menanyakan keluhan utama pada pasien
dengan memberikan pertanyaan yang membuat pasien
merasa nyaman sehingga pasien dengan sendirinya
menceritakan mengenai apa yang menjadi permasalahannya.
Perawat juga mencari waktu yang tepat untuk berbicara
kepada pasien supaya pasien tebuka berbicara sama perawat
tanpa ada paksaan dalam berbicara.
d. Fase Terminasi
Perawat meyakinkan pasien untuk melawan setiap
keraguan pasien, memberikan penilaian kepada pasien,
memberikan penghargaan, memberikan kesempatan kepada
pasien untuk mengeluarkan pendapat (Safitri et al, 2018).
5. Teknik Menyampaikan Berita Buruk Pada Pasien Paliatif
Langkah-langkah dalam menyampaikan kabar buruk bagi
pasien dengan penyakit terminal yang menjalani perawatan
paliatif, yaitu :
a. Setting Up the Interview
Persiapan adalah langkah pertama dan paling penting
dalam menyampaikan kabar buruk. Dalam persiapan
dilakukan peninjauan ulang apa yang akan disampaikan pada
pasien, kelengkapan data pendukung diagnosis, bagaimana
cara menyampaikan kabar buruk dan bagaimana kira-kira
pasien akan merespons kabar buruk tersebut. Hal ini
bukanlah hal yang mudah, terutama bagi dokter yang
pertama kali melakukannya.
b. Assessing the patient’s perception
Sebelum menyampaikan informasi pada pasien,
sebaiknya menanyakan pemahaman pasien terhadap kondisi
dan penyakitnya.
c. Obtaining the patient’s invitation
Tanyakan keinginan pasien akan keingintahuannya
atas informasi akan diagnosis, prognosis dan pilihan tata
laksana yang ada. Ada pasien yang ingin mengetahui
penyakitnya secara 11 mendetail, namun sebagian lagi hanya
ingin mengetahui penyakitnya secara garis besar. Bila pasien
menyatakan secara eksplisit bahwa dia ingin mendengar
informasinya secara mendetail, akan lebih mudah untuk
dokter menyampaikan kabar buruk tersebut.
d. Giving knowledge and information to the patient
Hindari memberikan ketakutan yang berlebihan
misalnya “Anda memiliki kanker paru yang sangat parah dan
harus segera diobati kalau tidak anda akan segera mati”.
Respons yang paling mungkin diterima oleh dokter dari
pasien adalah pasien dan keluarganya tidak terima dan
memarahi dokter. Berikan informasi dalam potongan-
potongan singkat.
e. Addressing the patient’s emotions with empathic responses
Pasien akan memberikan respons terhadap berita
buruk yang didengarnya dari dokter. Respons pasien
bervariasi, mulai dari diam, marah, tidak percaya, menangis
atau menolak dan menarik diri. Dokter harus mampu
menunjukkan sikap empati dalam merespons emosi pasien
tersebut.
f. Strategy and summary
Pastikan pasien dalam keadaan siap untuk berdiskusi.
Menentukan langkah kerja pada pasien bukan semata-mata
keputusan dokter atau perawat. Pasien dan keluarganya harus
terlibat dalam pengambilan keputusan. Dokter dan perawat
sering sekali merasa tidak nyaman untuk mendiskusikan
pilihan tata laksana dan prognosis pada pasien bila
prognosisnya buruk.
B. Teknik Komunikasi Paliatif Terhadap Keluarga
1. Teknik Komunikasi Paliatif Keluarga
Melakukan komunikasi dengan pasien dan keluarga sangat
penting dalam proses pendekatan paliatif. Berikut beberapa
teknik komunikasi terapeutik yang dapat dilakukan:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Perawat diharapkan dapat mengerti klien dengan
cara Mendengarkan apa yang disampaikan klien. Ciri
dari pendengar yang baik antara lain: pandangan saat
berbicara, tidak menyilangkan kaki dan tangan, hindari
tindakan yang tidak perlu, anggukan kepala jika klien
membicarakan hal hal yang penting atau memerlukan
umpan balik, condongkan tubuh kearah lawan bicara.
b. Menunjukkan penerimaan
Perawat harus waspada terhadap ekspresi wajah
dan gerakan tubuh yang menyatakan tidak setuju,
seperti mengerutkan kening atau menggeleng yang
menyatakan tidak percaya.
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
Tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa
yang disampaikan oleh klien dengan menggunakan
kata-kata yang sesuai dengan konteks sosial budaya
klien.
d. Pertanyaan terbuka (Open-Ended Question)
Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban ”ya”
dan ”mungkin”, tetapi memerlukan jawaban yang luas.
Dengan begitu klien dapat mengemukakan masalahnya
dengan kata-katanya sendiri atau memberikan informasi
yang diperlukan.
e. Mengulang ucapan pasien dengan menggunakan kata-
kata sendiri
Dengan pengulangan kembali kata-kata klien,
perawat memberikan umpan balik bahwa ia mengerti
pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
f. Mengklarifikasi
Klarifikasi terjadi saat perawat berusaha
menjelaskan dalam kata-kata, ide atau pikiran yang
tidak jelas dikatakan oleh klien. Tujuannya adalah untuk
menyamakan pengertian.
g. Memberi penghargaan
Berilah penghargaan pada klien dan jangan
sampai menjadi beban. Dalam arti jangan sampai klien
berusaha keras dan melakukan segalanya demi untuk
mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya.
h. Memberi kesempatan pada klien untuk memulai
pembicaraan
Memberi kesempatan pada klien untuk
berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Untuk
klien yang merasa raguragu, perawat dapat
menstimulusnya untuk membuka pembicaraan
(Panggabean, 2018).
2. Konsep Keluarga
Keluarga adalah salah satu aspek terpenting dari
perawatan. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat
yang merupakan entry point dalam upaya mencapai kesehatan
masyarakat secara optimal. Keluarga juga disebut sebagai sistem
sosial karena terdiri dari individu-individu yang bergabung dan
berinteraksi secara teratur antara satu dengan yang lain yang
diwujudkan dengan adanya saling ketergantungan dan
berhubungan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam hal ini,
keluarga mempunyai anggota yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak atau sesama individu yang tinggal di rumah tangga tersebut.
Struktur komunikasi Komunikasi dalam keluarga dikatakan
berfungsi apabila dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan
emosi, konflik selesai, dan ada hierarki kekuatan (Stuart &
Fahrur, 2014).
3. Konsep Komunikasi Dengan Keluarga Paliatif
Kesuksesan dalam perawatan paliatif juga ditentukan oleh
komunikasi yang efektif. Demikian juga konstribusi bagi
penilaian kemajuan pasien, komunikasi itu sendiri bersifat
terapeutik. Komunikasi dengan pasien dan keluarga merupakan
standar profesional praktik keperawatan (Veronica & Malik,
2022).
a. Kebutuhan komunikasi pada keluarga pasien
Pada pasien yang menjelang ajal :
1) Menelepon ke rumah untuk memberitahukan
perubahan kondisi pasien
2) Mengenal prognosis
3) Menjawab pertanyaan dengan jujur
4) Menerima informasi mengenai pasien satu kali dalam
sehari
5) Memberikan penjelasan mengenai istilah medis yang
tidak dipahami
Pada pasien yang meninggal :
1) Memberikan jaminan kenyamanan pasien
2) Informasi tentang kondisi pasien
3) Informasi tentang kematian yang mungkin terjadi
b. Cara menyampaikan berita buruk kepada keluara
1) Persiapkan sebelumnya
2) Siapa yang akan memimpin diskusi dengan pasien
atau keluarga?
3) Dimana diskusi ini berjalan?
4) Siapa yang harus hadir?
5) Kapan seharusnya diskusi diadakan?
6) Membangun lingkungan terapeutik
7) Memastikan apa yang telah diketahui dan
mengenalkan tujuan
8) Menyampaikan diagnosis dan prognosis (Siagian &
Perangin-angin, 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Hasrima., Shafwan, A., Yanthi, D., Rahmadania, W. O., Indra., Narmawan.,


Nazaruddin., Firman., Kurnia, V., Harmanto., Efendi, S., Pauzi, M.,
(2022). Keperawatan Paliatif dan Menjelang Ajal. 1 ed. Jawa
Tengah: CV. Eureka Media

Aksara. Irawan, E. (2013). Pengaruh Perawatan Paliatif Terhadap Pasien


Kanker Stadium Akhir. Jurnal Ilmu Keperawatan. 1(1), pp. 34-38.
Mauruh. C. V., (2022). Konsep dan Perspektif Perawatan Paliatif,.
Paliative Nursing. Makassar, pp. 1-13.

Minanton., Dewi, A. (2019). Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan


Kanker Dan Paliatif : Kajian Literatur”. Jurnal Ilmiah. 3(1), pp. 31-
48.

Napolion. K. (2022). Berkomunikasi Dengan Pasien dan Keluarga yang


Mendapat Perawatan Paliatif,. Paliative Nursing. Makassar, pp. 80-
107.

Safitri, A., H. & Boer, K. M., (2018). Standar Komunikasi Terapeutik


Perawat UntukMenekan Tingkat Kecemasan Pasien Kanker Bedah
Anak Di Ruang Kemoterapi Rsud Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. eJournal Ilmu Komunikasi, 6(3), pp. 479-492.

Veronica Mauruh, C. and Malik, Muh.Z. 2022. PALIATIVE NURSING.


Yogyakarta: Cv Rizmedia Pustaka Indonesia.

Stuart & Fahrur,R. 2014 . MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN


PALIATIF.

Panggabean,D.M. 2022 . Peran dan fungsi keluarga dalam perawatan


paliatif.
Siagian, E,. & Perangin-angin,M. 2020 . Pengetahuan dan sikap perawat
tentang perawatan paliatif di rumah sakit. Jurnal Ilmiah Ilmu
keperawatan indonesia, 10 (03), 52-58.

Anda mungkin juga menyukai