DOSEN PENGAMPU :
Ns. Nurlinawati, S.Kep, M.Kep
OLEH :
G1B121010 Lestiana D.D
KELOMPOK 1B
Tn. S Usia 60 tahun sudah 3 hari dirawat di Rs. X ruang kejora dengan diagnosa medis
Stroke. Selama dalam perawatan Tn. S sering marah dan berbicara kasar dengan keluarga dan
kadang-kadang juga terhadap perawat. Saat dilaskukan komunikasi oleh perawat klien
mengatakan merasa kurang diperhatikan oleh keluarga dengan keadaannya yang saat ini
sedang sakit dan lemah. Tn. S mengalami penurunan fungsi pendengara,. Sehingga perawat
mengajak pasien berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana dan jelas. Perawat juga
menggunakan sentuhan untuk memperjelas komunikasi yang disampaikan.
STEP I
1. Stroke
Stroke adalah kondisi ketika pasokan darah ke otak terganggu karena penyumbatan
(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah (stroke hemoragik). Kondisi ini
menyebabkan area tertentu pada otak tidak mendapat suplai oksigen dan nutrisi
sehingga terjadi kematian sel-sel otak.
STEP II
1. Didalam kasus tersebut apakah komunikasi perawat dan pasien sudah termasuk dalam
komunikasi terapeutik yang baik dan benar ?
2. Selama masa perawatan Tn. S sering marah dan berbicara kasar dengan keluarga dan
kadang-kadang juga terhadap perawat . bagaimana sikap perawat dalam menyikapi
hal tersebut ?
3. komunikasi apa yang dilakukan pada kasus di atas ?
4. Bagaimanakan usaha yang harus di lakukan untuk mempertahankan kestabilan
komunikasi yang dinamis antara perawat dengan Tn.S dengan penyakit yang di
deritanya?
5. Di kasus dikatakan bahwa perawat menggunakan sentuhan untuk menjelaskan
komunikasi yang disampaikan. Bagaimana bentuk sentuhan yang di maksud pada
kasus di atas ?
STEP III
1. Menurut saya, pada kasus tersebut sudah bisa dikatakan komunikasi terapeutik karena
komunikasi ini memuat 2 bentuk yaitu verbal dan non verbal.
Contoh verbal adalah berkomunikasi dengan bahasa yang sederhana
Contoh non verbal adalah sentuhan untuk memperjelas komunikasi yang
disampaikan.
2. Sikap yang harus perawat lakukan yaitu sabar dan ikhlas, karena perubahan yang
terjadi pada lansia dalam hal emosi yang labil sikap lansia yang kadang kekanakan
perlu dihadapi dengan sikap ikhlas dan sabar untuk terbentuknya komunikasi yang
terapotik ketika petugas kesehatan terutama perawat tidak mampu menahan sikap
sabar tentu akan memunculkan rasa jengkel yang dapat mengakibatkan kehilangan
kepercayaan lansia untuk berbagi dengan petugas kesehatan.
Oleh karena itu kita sebagai perawat harus mampu berkomunikasi efektif dengan
lansia dan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk
memastikan mereka didengar, dipahami dan diperhatikan
3. Komunikasi Pada kasus di atas itu di pakai komunikasi sederhana karena perawat
memberi komunikasi dg bahasa yang jelas dan juga menggunakan sentuhan untuk
menjelaskan kepada pasien tersebut jadi komunikasi sederhana adalah dapat dimaknai
sebagai proses penyampaian informasi atau pesan oleh seorang komunikator kepada
komunikan melalui sarana tertentu dengan tujuan dan dampak tertentu pula.
4. Terapis mengerti apa yang dirasakan oleh pasien dapat menimbulkan kepuasan
tersendiri oleh pasien. Keyakinan & kepercayaan pasien dapat momotivasi pasien
untuk sembuh karena pasien tidak ragu-ragu krn dipenuhi sikap penerimaan,
konsistensi, empati, dan penghargaan positif dari terapis. Pasien harus merasakan
kepekaan, perhatian, dan kepedulian terapis terhadap pasien sebagai individu.
5. bentuk sentuhan yang bisa perawat lakukan pada kasus yautu kontak fisik non seksual
antara konselor atau terapis dengan klien , misalnya menyentuh pundak , lengan atau
sekedar mengelus tangan pasien . sentuhan ini kita harapkan agar terciptanya rasa
nyaman , menunjukan bentuk empati atas permasalahan yang di alami pasien untuk
menguatkan dan membantu pasien melepaskan emosi-emosi yang dialami.
STEP IV
TN.S
USIA 60 TH
STROKE
3 HARI DIRAWAT
RS.X
TINDAKAN
PERAWAT DI
KASUS
KOMUNIKASI
HAMBATAN
KOMUNIKASI
STRATEGI
KOMUNIKASI
KOMUNIKASI
TERAPEUTIK
PADA LANSIA
STEP V
1. Definisi komunikasi terapeutik !
Jawaban : Dalam Prasanti (2017) komunikasi terapeutik adalah komunikasi
yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk
kesembuhan pasien. Menurut Heri Purwanto, komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang direncanakan secara sadar dan bertujuan, kegiatannya
difokuskan untuk kesembuhan pasien, dan merupakan komunikasi profesional
yang mengarah pada tujuan untuk penyembuhan pasien (dalam Mundakir,
2006). Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu
terbentuknya hubungan yang konstruktif di antara perawat dengan klien.
(Ayuningtyas & Prihatiningsih, 2017)
b. Sensorineural hearing loss, ini adalah istilah untuk menggambarkan adanya masalah
pada telinga bagian dalamı, baik di cochlea, syaraf pendengaran atau sistim
pendengaran pusat (sering disebut tuli syaraf). Gangguan dengan tipe ini bisa
disebabkan oleh berbagai nhal namun kebanyakan disebabkan oleh kerusakan pada
sel rambut didalam cochlea akibat penuaan, atau rusak akibat suara yang terlalu keras.
90% gangguan pendengaran adalah tipe Sensorineural hearing loss & jarang yang bisa
diatasi secara medis, namun seringkali alat bantu dengar dapat membantu.
Alhogbi, B. G. (2017). Ilmu Komunikasi Teori & Praktik. Journal of Chemical Information
and Modeling, 53(9).
FARADINA, S. (2021). ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI PADA
LANSIA KELUARGA BAPAK M DENGAN GANGGUAN PENDENGARAN DI DESA
KESUGIHAN KABUPATEN TANGGAMUS TAHUN 2021 (Doctoral dissertation,
Poltekkes Tanjungkarang).
Istiqomah, S. N., & Imanto, M. (2019). Hubungan Gangguan Pendengaran dengan Kualitas Hidup
Lansia. Jurnal Majority, 8(2), 234-239.
Lukito, A. (2019). Hubungan antara Gangguan Pendengaran dengan Serumen pada Lansia di
Puskesmas Medan Johor. Jurnal Penelitian Kesmasy, 1(2), 41-47.