Anda di halaman 1dari 14

Komunikasi

terapeutik pada lansia

Kelompok 2
Dosen pengampu: Ns.Putinah,S kep.,M.kes
Nama anggota
1.Meli agusti
2.Miranda
3.Naila salsabella
4.Nopalia dwi asih
5.Rika nurhidayah
6.Rindiani putri dianti
7.Trisno agus wijaya
Pengertian komunikasi terapeutik

Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik


adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Komunikasi terapeutik mengarah pada bentuk komunikasi
interpersonal, Pace (1979) dalam Cangara (2012:32)
mengemukakan bahwa komunikasi antarpribadi atau
interpersonal communication merupakan proses komunikasi yang
berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka di
mana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan
penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara
langsung.
Manfaat komunikasi
terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk


mendorong dan menganjurkan kerja sama antara
perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan
pasien. Mengidentifikasi mengungkap perasaan
dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang
dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003: 50).
Suasana komunikasi
pada orang dewasa
dan lansia
1. Suasana hormat
menghormati Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi
dengan baik apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang
kalau ia boleh turut berpikir dan mengemukakan pikirannya.

2. Suasana saling menghargai


Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, dan sistern nilai yang
dianut perlu dihargai. enang kalau ia boleh turut berpikir dan
mengemukakan pikirannya.
3. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu
benar adanya akan dapat membawa hasil yang
diharapkan.
4. Suasana saling terbuka
Keterbukaan dalam komunikasi sangat diperlukan, baik
bagi orang dewasa maupun lansia. Maksud terbuka
adalah terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka
untuk mendengarkan orang lain.
Perkembangan komunikasi
pada lansia

Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan


lansia, perubahan- perubahan akibat usia tersebut telah dapat di
identifikasi. Perubahan pada aspek fisik berupa perubahan
neurologis dan sensorik, perubahan visual, dan pendengaran.
Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat proses
penerimaan dan interpretasi terhadap maksud komunikasi.
Hambatan Komunikasi pada
Lansia dan Cara Mengatasinya

Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia


berhubungan dengan keterbatasan fisik yang terjadi
akibat dari proses penuaan laging process), antara lain
fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur,
tidak adanya gigi, suara yang mulai melemah, dan
sebagainya.
Berikut ini adalah cara mengatasi hambatan berkomunikasi pada
lansia:
1. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.
2. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.
3. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
4. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
5. Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan
telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.
6. Berdiri di depan klien, jangan terlalu jauh dari lansia.
7. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana.
8. Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir.
9. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial, seperti
perkumpulan orang tua, dan kegiatan rohani.
10. Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
11. Selalu menanyakan respon, terutama ketika mengajarkan suatu
tugas atau keahlian.
Teknik Komunikasi
pada lansia

1. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima
klien apa adanya. Perawat bersikap menerima yang
menunjukkan sikap peduli dan sabar untuk mendengarkan
dan memperhatikan klien serta berusaha untuk
mengerti/memahami klien.
2. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi
pada klien dan segera melakukan klarifikasi tentang
perubahan tersebut.Teknik ini merupakan bentuk perhatian
perawat kepada klien yang dilakukan secara aktif untuk
memberikan ketenangan klien.
3. Fokus
Dalam berkomunikasi, sering kita jumpai lansia berbicara
panjang lebar dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di
luar materi dan tidak relevan dengan tujuan terapi.

4. Suportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah.
Perubahan ini perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi
klien lansia dengan caramemberikan dukungan (suportif).
Contoh: tersenyum dan mengangguk.
5. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk
memperjelas informasi yang disampaikan klien. Hal ini penting
dilakukan perawat karena seringnya perubahan yang terjadi
pada lansia dapat mengakibatkan proses komunikasi lancar dan
kurang bisa dipahami.
6. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan
seperti kekanak-kanakan.Perubahan ini harus disikapi dengan
sabar dan ikhlas agar hubungan antara perawat dan klien lansia
dapat efektif.
Kesimpulan
Indrawati (2003) mengemukakan bahwa komunikasi terapeutik
adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien.
Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan
menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui
hubungan perawat dan pasien.

Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia


berhubungan dengan keterbatasan fisik yang terjadi
akibat dari proses penuaan laging process), antara lain
fungsi pendengaran yang menurun, mata yang kabur,
tidak adanya gigi, suara yang mulai melemah, dan
sebagainya.
Malam-malam terkena batuk
anak senang nonton teletubis
kulihat teman-teman sudah ngantuk
Tenang saja,persentasinya sudah habis

Anda mungkin juga menyukai