Disusun oleh
KELOMPOK 3 :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2024
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi yang memungkinkan seseorang untuk
mensaptkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa komunikasi adalah
suatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah
laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan
lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya di pacu dan transmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan,
perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas
dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata seringkali telah
lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Intruksi yang
berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
(bruner & suddart, 2001).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakan terus bertambah dan berlangsung konstan dari
lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarkat tidak seperti itu, proposi populasi lansia
relatif meningkat di banding populasi usia muda. Perumbuhan jumlh penduduk lanjut usia (lansia)
di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Jumlah lansia yang kini sekitar 116 juta orang,
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37% dari jumlah penduduk. Itu berarti
lansia di Indonesia akan berada di peringkat 4 dunia, dibawah cina, india, dan amerika serikat.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan
sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan seacara
medis pada pasein lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang
baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial,
ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia ( William et al.,2007).
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan untuk mengerti apa
yang di katakan orang lain atau mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan. Hal ini sangat
mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan. Oleh karena itu perawat perlu
menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nungroho, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Komunikasi
Komukasi dalam keperawatan gerontik adalah komunikasi yang diaplikasikan dalam
praktik asuhan keperawatan lansia. Komunikasi dengan lansia adalah suatu proses
penyampaian pesan/gagasan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh
tanggapan dari lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi.
Tercapainya komunikasi berupa pesan yang disampaikan oleh komunikator (perawat) sama
dengan pesan yang diterima oleh komunikan (lansia).
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Sementara ada yang berpendapat bahwa
komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling
mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan
orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini emosi antara dua orang atau
lebih.
B. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi :
a. Usia Pertengahan (middle age) kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) Kelompok usia 60 sampai 70 tahun
c. Usia lanut (old) kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun
d. Usia tua (veryold) kelompok usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan-perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat diindetifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan
visual, perubahan pendengar. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat
proses penerima dan interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalm komunikasi. Belum lagi
perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar,
daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut :
a. Tidak percaya terhadap diagnosa, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yangdiberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
c. Menolak membicrakan perawatannya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yang mengikut sertakan dirinya.
e. Menolak nasehat-nasehat mislnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien
2018. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia by Ngurah Jaya Antara. Universitas Prima Indonesia.
http:/spada.unprimdn.ac.id/course/view.php?id=2164#section-6
Allender, J.A., Rector, C., & Warne, K.D. (2014). Community dan public health nursing promoting
the public’s health (8th Ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wikins
Kholifah Nur, Siti. (2016). Keperawatan gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan
Yenni Ferawati Sitanggang, dkk. (2021). Keperawatan dalam gerontik. Jakarta: EGC