Anda di halaman 1dari 9

PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN MASALAH KOMUNIKASI

Disusun oleh

KELOMPOK 3 :

Nona Amelia Huwae 2014201142

Julieta Rindengan 2014201121

Prayshe Mamitoho 1714201246

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO

FAKULTAS KEPERAWATAN

2024
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi yang memungkinkan seseorang untuk
mensaptkan, mempertahankan dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang setiap hari orang seringkali salah berpikir bahwa komunikasi adalah
suatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah
laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan
lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang
maknanya di pacu dan transmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan,
perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas
dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata seringkali telah
lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran. Intruksi yang
berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu.
(bruner & suddart, 2001).
Mengingat usia individu tidak dapat dielakan terus bertambah dan berlangsung konstan dari
lahir sampai mati, sedangkan penuaan dalam masyarkat tidak seperti itu, proposi populasi lansia
relatif meningkat di banding populasi usia muda. Perumbuhan jumlh penduduk lanjut usia (lansia)
di Indonesia tercatat sebagai paling pesat di dunia. Jumlah lansia yang kini sekitar 116 juta orang,
akan menjadi 25,5 juta pada tahun 2020, atau sebesar 11,37% dari jumlah penduduk. Itu berarti
lansia di Indonesia akan berada di peringkat 4 dunia, dibawah cina, india, dan amerika serikat.
Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut usia tidak hanya
bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga tergantung dari perhatian terhadap keadaan
sosial, ekonomi, kultural dan psikologis pasien tersebut. Walaupun pelayanan kesehatan seacara
medis pada pasein lanjut usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang
baik serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan mereka.
Komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional, sosial,
ekonomi, perilaku emosi yang labil pada pasien lanjut usia ( William et al.,2007).
Seseorang yang mengalami kepikunan, mungkin mengalami kesulitan untuk mengerti apa
yang di katakan orang lain atau mengatakan apa yang pasien pikirkan dan inginkan. Hal ini sangat
mengecewakan dan membingungkan pasien dan pemberi asuhan. Oleh karena itu perawat perlu
menciptakan komunikasi yang mudah. (Wahjudi Nungroho, 2008).
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Komunikasi
Komukasi dalam keperawatan gerontik adalah komunikasi yang diaplikasikan dalam
praktik asuhan keperawatan lansia. Komunikasi dengan lansia adalah suatu proses
penyampaian pesan/gagasan dari perawat atau pemberi asuhan kepada lansia dan diperoleh
tanggapan dari lansia, sehingga diperoleh kesepakatan bersama tentang isi pesan komunikasi.
Tercapainya komunikasi berupa pesan yang disampaikan oleh komunikator (perawat) sama
dengan pesan yang diterima oleh komunikan (lansia).
Komunikasi yang efektif dapat menimbulkan pengertian, kesenangan, pengaruh pada
sikap, hubungan yang makin baik dan tindakan. Sementara ada yang berpendapat bahwa
komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan rasa saling
mengerti dan saling percaya demi terwujudnya hubungan yang baik antara seseorang dengan
orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta, gagasan, opini emosi antara dua orang atau
lebih.

B. Karakteristik Lansia
Berdasarkan usianya, organisasi kesehatan dunia (WHO) mengelompokan usia lanjut
menjadi empat macam meliputi :
a. Usia Pertengahan (middle age) kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Usia lanjut (elderly) Kelompok usia 60 sampai 70 tahun
c. Usia lanut (old) kelompok usia 75 tahun sampai 90 tahun
d. Usia tua (veryold) kelompok usia di atas 90 tahun
Meskipun batasan usia sangat beragam untuk menggolongkan lansia namun
perubahan-perubahan akibat dari usia tersebut telah dapat diindetifikasi, misalnya
perubahan pada aspek fisik berupa perubahan neurologi dan sensorik, perubahan
visual, perubahan pendengar. Perubahan-perubahan tersebut dapat menghambat
proses penerima dan interpretasi terhadap maksud komunikasi. Perubahan ini juga
menyebabkan klien lansia mengalami kesulitan dalm komunikasi. Belum lagi
perubahan kognitif yang berpengaruh pada tingkat intelegensi, kemampuan belajar,
daya memori dan motivasi klien.
Perubahan emosi yang sering terlihat adalah berupa reaksi penolakan terhadap
kondisi yang terjadi. Gejala-gejala penolakan tersebut :
a. Tidak percaya terhadap diagnosa, perkembangan serta keterangan yang diberikan
petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yangdiberikan sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
c. Menolak membicrakan perawatannya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum khususnya tindakan
yang mengikut sertakan dirinya.
e. Menolak nasehat-nasehat mislnya, istirahat baring, berganti posisi tidur, terutama
bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien

C. Faktor yang mempengaruhi proses komunikasi


a. Faktor klien meliputi kecemasan dan penurunan sensori (penurunan pendengaran dan
penglihatan dan pendengaran , kurang hati-hati,tema yang menetap, misal kepedulian
terhadap kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi kehidupan, takut
kehilangan kontrol, dan kematian).
b. Faktor perawat meliputi perilaku perawat terhadap lansia dan ketidakpahaman
perawat
c. Faktor lingkungan ,lingkungan yang bising dapat menstimulasi kebingungan lansia
dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan

D. Pendekatan Perawatan Lansia Dalam Konteks Komunikasi


1. Pendekatan fisik
Mencari informasi tentang kesehatan obyektif, kebutuhan, kejadian, yang dialami,
perubahan fisik organ tubuh, tingkat kesehatan yang masih bisa di capai dan di
kembangkan serta penyakit yang dapat di cegah progresifitasnya. Pendekatan ini
relative lebih mudah di laksanakan dan di carikan solusinya karena rill dan mudah di
observasi.
2. Pendekatan psikologis
Karena pendekatan ini sifatnya absrak dan mengarah pada perubahan perilaku, maka
umumnya membutuhkan waktu yang lebih lama. Untuk melaksanakan pendekatan ini
perawat berperan sebagai konselor, advokat, supporter, interpreter terhadap sesuatu
yang asing atau sebagai penumpang masalah-masalah yang pribadi dan sebagai
sahabat yang akrab bagi klien.
3. Pendekatan sosial
Pendekatan ini di lakukan untuk meningkatkan keterampilan berinteraksi dalam
lingkungan. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, bercerita, bermain, atau mengadakan
kegiatan-kegiatan kelompok merupakan implementasi dari pendekatan ini agar klien
dapat berinteraksi dengan sesame klien maupun dengan petugas kesehatan.
4. Pendekatan spiritual
Perawat harus bisa memberikan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan
atau agama yang dianutnya terutama ketika klien dalam keadaan sakit.

E. Teknik komunikasi pada lansia


Untuk dapat melaksanakan komunikasi yang efektif kepada lansia, selain pemahaman
uang menandai tentang karakteristik lansia, petugas kesehatan atau perawat juga harus
mempunyai teknik-teknik khusus agar komunikasi yang dilakukan dapat berlansung
secara lancar dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Beberapa teknik komunikasi yang dapat diterapkan antara lain:
a. Teknik asertif
Asertif adalah sikap yang dapat menerima,memahami pasangan bicara dengan
menunjukkan sikap peduli, sabar untuk mendengarakan dan memperhatikan ketika
pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicara dapat mengerti. Asertif
merupakan pelaksanaan dan etika berkomunikasi.
b. Responsif
Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjaadi pada klien merupakan
bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui adanya perubahan
sikap atau klarifikasi tentang perubahan tersebut misalnya dengan mengajukan
pertanyaan “ apa yang sedang bapak/ibu pikirkan saat ini”. “apa yang bisa saya
bantu..? berespon berarti bersikap aktif tidak menunggu permintaan bantuan dari
klien. Siakp aktif dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan tentang klien.
c. Fokus
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk konsisten terhadap materi komunikasi yang
diinginkan. Ketika klien mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan diluar materi yang
diinginkan, maka perawat hendaknya mengarahkan maksud pembicara. Upaya ini
perlu di perhatikan karena umumnya klien lansia senang menceritakan hal-hal yang
mungkin tidak relavan untuk kepentingan petugas kesehatan.
d. Supportif
Peerubahan yang terjadi pada lansia, baik pada aspek fisik ataupun psikis secra
bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil perubahan ini perlu di sikapu
dengan menjaga kestabilan emosi klein lansia, mislanya dengan mengiyakan, senyum
dan mengagukkan kepala ketika lansia mengungkapkan perasaanya sebagai sikap
hormat menghargai selama lasia bicara. Sikap ini dapat menimbulkan kepercayaan
diri klien lansia sehingga lansia tidak menjadi beban bagi keluarganya dengan
demikian diharapkan pasein termotivasi untuk menjadi dan berkarya sesuai dengan
kemampuannya.
e. Klarifikasi
Dengan berbagai perubahan yang terjadi pada lansia, sering pproses komunikasu tidak
berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara mengajukan pertanyaan ulang dan
memberi penjelasan laebih dari satu kali perlu dilakukan oleh perawat agar maksut
pembicaraan kita dapat diterima dan di persepsikan sama oleh klien . bapak/ibu
menerima apa yang saya sampaikan tadi..? bisa minta tolong bapak/ibu untuk
menjelaksna apa yang saya sampaikan tadi..?
f. Sabar dan ikhlas
Seperti diketahuai sebelumnya klien lansia umumnya mengalami perubahan-
perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan perubahan ini tidak
diskipai dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan perasaan jengkel bagi perawat
sehingga komunikasi yang dilakukan tidak terapeutik. Solute namun dapat berakibat
komunikasi berlangsung emosional dan menimbulkan kerusakan hubungan antara
klien dengan petugas kesehatan.
F. Hambatan berkomunikasi dengan lansia
Proses komunikasi anatara petugas kesehatan dengan klien akan terganggu apabila ada
sikap agresif dan sikap nonagresif
1. Agresif
a. Berusaha mengontrol dan mendominasikan orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolakn diri sendiri
e. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dalam perkataan maupun
tindakan
2. Non agresif
a. Menarik diri bila diajak bicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain ( rendah diri)
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkapkan keyakinan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam (pasif)
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan dengan orang lain.
Sebagai tenaga kesehatan yang profisional perawat dituntut mampu mengatasi
hambatan tersebut untuk itu perlu adanya teknik atau tips tips tertentu yang perlu
di perhatikan agar komuniaksi berjalan dengan efektif antara lain.
a. Selalu mulai komuniaksi dengan mengecek pendengaran klien
b. Keraskan suara Anda jika perlu
c. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
d. Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik
e. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
f. Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
g. Beri kesempatan bagi klien untuk berpikir
h. Mendorong keikutsertakan dalam aktivitas sosial, seperti perkumpulan orang
tua, kegiatan rohani
i. Selalu menanyakan respon, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau
keahlian.
G. Perumusan diagnosis keperawatan pada lansia dengan masalah komunikasi
Asuhan keperawatan gerontik menurut depkes RI (1993) adalah kegiatan yang
bertujuan untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, dan
pertolongan kepada lanjut usia secara individu, yang diberikan oleh perawatan dan untuk
askep yang masih dapat di lakukan oleh anggota keluarga atau petugas sosial non
perawat.
Salah satu diagnosis yang mungkin timbul adalah ‘ketidaknyamanan dan frustasi
dalam komunikasi dengan lansia’. Hal ini bisa mencangkup gejala seperti;
a) Kesalahpahaman
Lansia mungkin salah mengerti pesan atau informasi yang disampaikan, yang bisa
mengarah pada tindakan yang tidak diinginkan atau kebingungan.
b) Rasa frustasi
Kesulitan dalam berkomunikasi bisa menyebabkan frustasi pada kedua belah pihak,
baik lansia maupun orang yang berkomuniaksi dengannya.
c) Isolasi sosial
Lansia mungkin merasa terisolasi jika mereka kesulitan berkomunikasi dengan orang-
orang disekitarnya, yang dapat mengakibatkan perasaan kesepian dan depresi.
d) Penurunan kualitas hidup
Kesulitan dalam berkomuniaksi dapat memengaruhi kualitas hidup lansia karena
mereka mungkin merasa tidak dimengerti atau diabaikan.
DAFTAR PUSTAKA

2018. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia by Ngurah Jaya Antara. Universitas Prima Indonesia.
http:/spada.unprimdn.ac.id/course/view.php?id=2164#section-6

Allender, J.A., Rector, C., & Warne, K.D. (2014). Community dan public health nursing promoting
the public’s health (8th Ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wikins

Constantinides. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik.

Hutapea. (2015). Asuhan Keperawatan Lansia. Jakarta: Trans Info Medik

Kholifah Nur, Siti. (2016). Keperawatan gerontik. Jakarta: Pusdik SDM Kesehatan

Yenni Ferawati Sitanggang, dkk. (2021). Keperawatan dalam gerontik. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai