Anda di halaman 1dari 11

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA

LANSIA

“Kelompok IV”
Pendahuluan
• Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang
memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan
dan meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi
dilakukan oleh seseorang.

• Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak


terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata
sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart,
2001 : 188)
• Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian khusus. Perawat harus waspada
terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang memperngaruhi pola
komunikasi. Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga bagian
dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga tidak
toleran teradap suara. Berdasarkan hal – hal tersebut maka penulis akan
memaparkan teori yang berjudul “ komunikasi teurapeutik pada lansia.
Definisi
■ Komunikasi
Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatankegiatan yang berkaitan dengan
masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-menukar pendapat serta dapat
diartikan hubungan kontak antara manusia baik individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 :
13) Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang
untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter &
Perry, 2005 : 301) komunikasi yang biasa dilakukan pada lansia bukan hanya sebatas tukar-
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
■ Lansia
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran dan fungsi
dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan waktu. Ada beberapa pendapat
mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.
Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses
menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia.Kelompok lanjut
usia ( LANSIA ) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan
Setiabudhi, 1999;8).
Komunikasi Pada lansia
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan komunikasi yang
tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta memperhatikan waktu yang
tepat.
A. Ketrampilan komunikasi
Listening/Pendengaran yang baik yaitu :
a. Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
b. Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
c. Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.
Teknik Komunikasi Dengan Lansia
 Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa  Teknik komunikasi non verbal
yang baik. : Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati,
Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan cegah supaya tidak acuh tak acuh, perbedaan.
menyesuaikan pada topik pembicaraan dan Kontak mata : jaga tetap kontak mata.
kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang
dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan sebenarnya.
lansia demensia yang kurang mendengar dengan Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh
lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang yang tepat, meletakan kursi dengan tepat.
tidak tepat akan merubah arti Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.
pembicaraan,pertanyaan yang tepat kurang
pertanyaan yang lansia menjawab ya atau tidak.
Hambatan komunikasi dengan lansia
• Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan berkomunikasi dapat juga karena
pengobatan medis, mulut yang kering dan lain-lain.
• Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam mendengarkan, mengingat dan respon pada
pertanyaan seseorang.
• Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal tersebut membuat tersinggung
harga dirinya dianjurkan memanggil nama panggilannya.
• Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
• Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan saling percaya. Gangguan
sensoris dalam pendengarannya
• Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan non-verbal.
• “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau banyak orang berkomunikasi
dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
• Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan misalnya focus pada rasa sakit,
haus, lapar, capai, kandung kemih penuh, udara yang tidak enak, dan lain-lain.
• Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek pengobatan dan kondisi
patologi, gangguan fungsi psikososial, karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
• Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam
waktu yang sama, terlalu banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa,
prejudice, dan strereotipes
Pendekatan perawatan pada lansia
a. Pendekatan fisik c. Pendekatan sosial
Mencari kesehatan tentang Pendekatan ini di laksanakan
kesehatan obyektif, kebutuhan, meningkatkan keterampilan
kejadian yang di alami, perubahan berinteraksi dengan lingkungan.
fisik organ tubuh, tingkat kesehatan Mengadakan diskusi tukar fikiran
yang masih bisa di capai dan di bercerita serta bermain merupakan
kembangkan serta penyakit yang implementasi dari pendekatan ini agar
dapat di cegah progresifitasnya. klien dapat berinteraksi dengan sesama
lansia maupun dengan petugas
kesehatan,
b. Pendekatan psikologis
Pendekatan ini bersifat abstrak dan
mengarah pada perubahan perilaku,
maka umumnya membutuhkan waktu d. Pendekatan Spiritual
yang lebih lama. Untuk melaksanakan Perawat harus bisa memberikan kepuasan
pendekatan ini, perawat sebagai batin dalam hubungannya dengan tuhan
konselor, advokat terhadap segala atau agama yang di anutnyaterutama
sesuatu yang asing atau sebagai pada saat klien sakit atau mendekati
pena,pung masalah pribadi dan kematian.
sebagai sahabat yang akrab bagi klien.
Keterampilan Komunikasi Terapeutik
Pada Lansia
 Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama
wawancara
 Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal.
 Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar belakang sosiokulturalnya.
 Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan dalam berfikir abstrak
 Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan respon nonverbal
seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuh pasien.
 Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian pasien dan distress yang ada
Lanjutan..
 Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari
wawancara pengkajian. 8. Perawat harus memperhatikan respon pasien
dengan mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
 Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan asing bagi
pasien.
 Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman mungkin.
 Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang sensitif
terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
 Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien
atau orang lain yang sangat mengenal pasien.
 Memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara.
Prinsip Gerontologis Untuk Komunikasi

• Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.


• Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
• Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.
• Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.
• Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan telinga yang dapat
mendengar dengan lebih baik.
• Berdiri di depan klien.
• Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
• Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.
• Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan orang tua, kegiatan
rohani.
• Berbicara pada tingkat pemahaman klien.
• Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas atau keahlian
` Terima Kasih `

Anda mungkin juga menyukai