Anda di halaman 1dari 32

komunikasi

OLEH :
SUYATI, SKep, Ns.,M.Kes
 TUGAS : 25%
 KUIS : 20%
 KEHADIRAN : 30%
 UAS : 25%
 Northouse (1998): Komunikasi terapeutik
adalah kemampuan perawat dalam membantu
klien untuk dapat beradaptasi dengan stress
yang dialaminya. Serta mengatasi gangguan
psikologis, dan belajar untuk berhubungan baik
dengan orang lain
 Stuart G.W (1998): komunikasi terapeutik
merupakan hubungan interpersonal antara 
perawat dan pasiennya. Dimana dalam
hubungan ini, perawat dan klien bersama-sama
belajar untuk memperbaiki pengalaman
emosional klien
 Sundeen (1990): hubungan terapeutik
merupakan sebuah hubungan kerjasama.
Hubungan ini ditandai dengan tukar menukar
perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman
antara perawat dan pasien untuk membina
hubungan intim yang terapeutik
 Mahmud Machfoedz (2009): Komunikasi
Terapeurik merupakan pengalaman interaktif
antara perawat dan pasien ya ng didapatkan
secara bersama melalui komunikasi.
Komunikasi disini bertujuan untuk
menyelesaikan masalah yang pasien hadapi
 Wahyu Purwaningsih dan Ina Karlina
(2010): komunikasi terapeutik berfokus
pada klien dalam memenuhi kebutuhan
klien, serta memiliki tujuan spesifik, dan
batas waktu yang ditetapkan bersama.
Merupakan hubungan timbal balik saling
berbagi perasaan yang berorientasi pada
masa sekarang.
Tujuan Komunikasi Terapeutik
 Terjadinya perubahan dalam diri pasien dalam
bentuk kesadaran diri serta penerimaan diri
yang diikuti peningkatan akan penghormatan
diri, sehingga pasien terhindar dari rasa stress
dan depresi akibat penyakit kronis yang
dideritanya.
 Pasien belajar bagaimana menerima dan
diterima orang lain, sehingga memiliki
kemampuan dalam membina hubungan
intrapersonal yang tidak superficial serta saling
bergantung.
 Meningkatkan fungsi dan kemampuan
pasien dalam mencapai tujuan dan
penetapan tujuan yang realistis, sesuai
dengan kemampuan pasien. Tidak terlalu
tinggi (ideal) atau terlalu rendah (rendah
diri).
 Meningkatnya integritas diri pasien, dan
kejelasan akan identitas dirinya. Biasanya
pasien menggalami gangguan identitas
personal, dan rendah diri.
 Prinsip Komunikasi Terapeutik
1. Melihat permasalahan dari sudut pandang
pasien
2. Tidak mudah dipengaruhi masa lalu pasien dan
masalalu perawat sendiri
3. Empati bukan simpati
4. Menerima apa adanyaMenerima apa adanya
Metode Komunikasi Terapeutik
 Mendengarkan dengan penuh perhatian
 Menunjukkan penerimaan
 Menanyakan pertanyaan yang berkaitan
 Mengulangi ucapan klien menggunakan kata-
kata sendiri
 Mengklasifikasi
 Memfokuskan
 Menyatakan hasil observasi
 Menawarkan informasi
 Diam
 Meringkas
 Memberi penghargaan kepada pasien.
 Memberi pasien kesempatan untuk memulai
pembicaraan, memberi inisiatif dalam memilih
topic pembicaraan.
 Menganjurkan untuk meneruskan
pembicaraan, dalam metoda ini perawat
memberikan pasien kesempatan untuk
mengarahkan hampir seluruh pembicaraan
yang berlangsung.
 Menempatkan kejadian secara berurutan,
untuk membantu perawat juga pasien
melihatnya dalam suatu perspektif
 Memberikan pasien kesempatan untuk
menguraikan persepsinya.
 Refleksi
Tahap-Tahap Komunikasi Terapeutik
 Tahap Persiapan/ Pra-interaksi
 Tahap Perkenalan/ Orientasi
 Tahap Kerja:
 Tahap Terminasi
 PENDEKATANKEPERAWATAN
LANSIA DALAM KONTEKS
KOMUNIKASI
Gejala-Gejala Penolakan
a)Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala,
perkembangan serta keterangan yang
diberikan petugas kesehatan. 
b)Mengubah keterangan yang diberikan
sedemikian rupa, sehingga diterima keliru.
c)Menolak membicarakan perawatannya di
rumah sakit.
d)Menolak ikut sertakan dalam perawatan
dirinya secara umum, khususnya tindakan
yang langsung mengikut sertakan dirinya
e)Menolak nasehat-nasehat misalnya,
istirahat baring , berganti posisi tidur,
terutama bilanasehat tersebut demi
kenyamanan klien.
f)Pendekatan Fisik Mencari informasi
tentang kesehatan obyektif, kebutuhan,
kejadian, yang dialami, perubahan fisik
organ tubuh, tingkat kesehatan
yang masih bisa dicapai dan
dikembangkan serta penyakit yang dapat
di cegah progresitifitasnya.
g) Pendekatan Psikologis
 Pendekatan ini sifatnya abstrak dan mengarah
pada perubahan perilaku, maka umum
nyamembutuhkan waktu yang lebih lama.
h)Pendekatan SosialPendekatan ini dilaksanakan
untuk meningkat kan ketrampilan berinteraksi
dengan lingkungandengan mengadakan diskusi,
tukar pikiran, bercerita, bermain, atau
mengadakan kegiatan-kegiatan kelompok.
i) Pendekatan SpiritualPerawat harus
memberikan kepuasan batin dalam hubungan
nya dengan Tuhan atau agama yangdianutnya
terutama bila klien dalam keadaan sakit atau
mendekati kematian.
 TEKNIK-TEKNIK KOMUNIKASI PADA
LANSIA
1. Komunikasi dengan sifat asertif
2. Komunikasi yang responsif
3. Komunikasi yang fokus
4. Komunikasi dengan sifat suportif
5. Komunikasi dengan sifat klarifikasi
6. Komunikasi dengan kesabaran dan
keikhlasan
7. Komunikasi terapeutik
8. Komunikasi nonverbal
Hambatan-hambatan komunikasi
pada lansia
 1.Mendominasi pembicaraan
 Karakter lansia yang terkadang merasa lebih
tua dan mengerti banyak hal menimbulkan
perasaan bahwa ia mengetahui segalanya.
Kondisi seperti ini akan menyebabkan seorang
lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan
atau komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak
akan merasa senang jika lawan bicaranya
memotong pembicaraan yang sedang ia
lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan
pembicaraan yang terjadi.
 2. Mempertahankan hak dengan
menyerang
 Kebanyakan lansia memang bersifat agresif.
Beberapa dari mereka berusaha untuk
mempertahankan haknya dengan menyerang
lawan bicaranya.
 Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan
tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang
seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara
sudah berusaha keras untuk memberikan
pemahaman bahwa ia mendapatkan haknya,
namun lansia terkadang tetap merasa tidak
aman sehingga terus melakukan penyerangan
pada lawan bicaranya.
 3. Cuek
 Cuek oleh lansia ditandai dengan sikap menarik
diri saat akan diajak berbicara atau
berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya
diikuti dengan perasaan menyepelekan orang
lain.
 Banyak para lansia yang merasa bahwa
komunikasi dengan orang yang lebih muda
dibandingkan dengan dirinya adalah satu
kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat
sehingga ia akan dengan mudah menarik diri
dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
 Para lansia yang akan diajak
berkomunikasi tentunya memiliki
keterbatasan fisik yang membuatnya
menjadi kesulitan dalam berkomunikasi.
 Banyak masalah yang timbul akibat
kondisi fisik yang tidak baik pada lansia.
Misalnya saja jika ia memiliki masalah
pada pendengaran, tentunya akan
menjadi masalah juga dalam komunikasi.
Lansia tersebut akan membutuhkan alat
bantu dengar agar ia dapat
berkomunikasi dengan baik dan lancar.
 Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka
lawan bicaranya harus menggunakan suara keras
untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut.
 Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh
lansia sebagai bentuk penghinaan dengan
membentak. Disinilah berbagai masalah baru
muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan pengertian
dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara
terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang
efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
 5. Stress
 Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi
dengan lansia adalah depresi atau tingkat stres yang
dialami oleh lansia.
 Lansia sangat mudah diserang oleh stres, baik akibat
kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya.
 Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia
akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar
apapun yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini
hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban
pikirannya telah diatasi.
 6. Mempermalukan orang lain di depan umum
 Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini
merupakan salah satu hal yang banyak dihadapi oleh orang
yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang selalu
merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan
mempermalukan orang lain di depan umum.
 Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang
terdapat dalam diri mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka
biasanya komunikasi akan langsung berhenti dan tidak lagi
dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak
nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari
perbuatan mereka ini dan tidak merasa melakukan
kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
 7. Tertidur
 Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem
saraf mereka sehingga banyak dari mereka yang
mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara.
 Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka
yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara,
tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun
ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada
lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia
atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat penyakit
tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan
ketika sedang makan sekalipun.
 8. Lupa
 Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia.
Kebanyakan lansia akan berkali-kali
menanyakan hal yang sama meskipun sudah
dijawab berulang kali.
 Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka
komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak
lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana
lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat
dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari
lawan bicara dalam menghadapi lansia.
 9. Gangguan penglihatan
 Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat
adanya gangguan penglihatan pada lansia. Gangguan
penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh,
dekat, atau bahkan sulit melihat.
 Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh
mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia
dalam kondisi seperti ini, maka dari itu diperlukan
pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia
yang diajak berkomunikasi sehingga lawan bicara
mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar komunikasi
berjalan lancar.
 Gangguan penglihatan yang dialami lansia
dapat diatasi dengan memberikan
kacamata yang sesuai dengan kondisi
matanya. Dengan bantuan alat, maka
lansia akan lebih memahami bahasa tubuh
atau komunikasi non verbal yang
digunakan oleh lawan bicaranya
10. Lebih banyak diam
 Lansia yang diajak melakukan komunikasi
namun lebih banyak diam biasanya merupakan
jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi
seperti ini akan menyerahkan setiap topik dan
keputusan dalam sebuah komunikasi pada
lawan bicaranya.
 Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat
karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti
apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.
Lanjutan…….
 11. Cerewet
 Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet
yang dihindari untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang
terkesan sangat cerewet.
 Hal ini tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu
menasehati orang yang lebih muda. Keinginan untuk selalu
berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian dan kebosanan
yang mereka rasakan.
 Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari
lawan bicara ini adalah dengan berusaha menjadi pendengar
yang baik. Dengan melihat sikap lawan bicaranya yang
menghargai apa yang ia katakan, maka ia pun akan ikut
memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk
berbicara.
12. Mudah marah
 Lansia identik dengan berbagai macam
penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang
dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak
nyaman dan menjadi mudah marah, bahkan
meskipun tidak ada penyebabnya.
 Rasa mudah marah ini membuat banyak orang
menjadi malas untuk melakukan cara
berkomunikasi dengan baik dengan lansia
karena akan selalu disalahkan atas segala
sesuatu yang ada.

Anda mungkin juga menyukai