Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MASALAH YANG UMUM TERJADI PADA LANSIA DENGAN MASALAH


KOMUNIKASI LANSIA

DIBUAT OLEH KELOMPOK VI

MUHAMAD IRFAN HAKIM


MARSITI ASIA
NEIBEL A KAPITAN
SENI MASPAITELA
JUNET C D NUSALY
HAFILAH A TUHAREA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


MALUKU HUSADA
KAIRATU
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik, dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Makalah Masalah Komunikasi, Perumusan Diagnosis, Serta Perencanaan Tindakan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi”. Semoga ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam dunia psikososial
dan budaya dan dunia kesehatan untuk mengedukasikannya.
Harapan kami semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
wawasan serta pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk
maupun isi dari makalah ini agar menjadi lebih baik kedepannya. Makalah ini, kami akui
masih banyak kekurangan karena pengalaman kami yang masih kurang. Oleh karena itu,
kami berharap para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini dan harap maklum.

Kairatu, 23 Oktober 2023

Penyusun
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….
BAB 1 PENDAHULUAN …………………………………………………………………….
A. LATAR BELAKANG ……………………………………………………………………..
B. RUMUSAN MASALAH …………………………………………………………………...
C. TUJUAN …………………………………………………………………………………….
BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………………………………
A. MASALAH UMUM YANG TERJADI PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KOMUNIKASI …………………………………………………………………………………
B. PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA KOMUNIKASI LANSIA …...
C. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KOMUNIKASI LANSIA ..
BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………….
A. KESIMPULAN ………………………………………………………………………………
B. SARAN ……………………………………………………………………………………….
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahakan, meningkatkan kontrak dengan orang lain
karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Namun kemampuan
berkomunikasi bukanlah sesuatu yang mudah dan biasa, setiap orang memiliki teknik
pendekatan yang berbeda, termasuk lansia.
Kesulitan dalam berkomunikasi menimbulkan masalah lainnya karena
komunikasi adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungn
serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya.
Pada pasien lansia, perawat harus melakukan teknik khusus dalam
berkomunikasi karena pada lansia secara umum mengalami proses penurunan fungsi
tubuh termasuk pendengaran. Untuk memperbaiki intrepretasi pasien terhadap pesan,
perawat harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat
yang jelas dan mudah dimengerti dipakai dalam berkomunikasi dengan pasien lansia.
Kemampuan berkomunikasi dengan baik pada lansia harus diimbangi dengan empati
yang akan membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional , ekonomi, sosial, dan
emosi pasien lansia.

B. Tujuan Penulisan
1. Agar menjadi sarana informasi bagi mahasiswa perawat untuk dapat diaplikasikan
kepada pasien lansia
2. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep komunikasi teraupetik efektif pada
lansia
3. Mahasiswa mengetahui masalah-masalah yang umum muncul saat berkomunikasi
dengan lansia
BAB II
PEMBAHASAN
1. MASALAH YANG UMUM TERJADI PADA LANSIA DENGAN MASALAH
KOMUNIKASI.
A. Pengertian Komunikasi pada Lansia

Komunikasi efektif pada lansia adalah komunikasi interpersonal yang sangat


penting dalam membangun hubungan yang baik antara perawat dan lansia di sebuah
panti jompo.

Komunikasi teraupetik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengn tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman guna membina hubungan intim
teraupetik. Komunikasi dengan lansia harus mempertimbangkan faktorfisik,
psikologis, lingkungan dan situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan
komunikasi yang tepat, disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh erta
memperhatikan waktu yang tepat.

B. Manfaat Komunikasi Teraupetik

Manfaat komunikai teraupetik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja


sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2013)

C. Komunikasi Terapeutik pada Lansia


Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian pesan atas gagasan dari
petugas perawat kepada lansia dan diperoleh tanggapan (feedback) sehingga
diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi. Komunikasi yang baik
pesannya singkat, jelas, lengkap, dan sederhana. Sarana komunikasi meliputi panca
indra manusia dan buatan manusia (media cetak, media radio, media TV, dll).
Penyampaian pesan pada lansia juga haru dalam jarak dekat suara jelas dan tidak
terlalu cepat dengan bahasa yang sederhana dan yang dapat dimengerti lansia
D. Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia
Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan terganggu apabila
ada sikap agresif dan sikap non asertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku dibawah
ini:
- berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
- meremehkan orang lain
- mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
- menonjolkan diri sendiri
- memperlakukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun
tindakan
2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:
- menarik diri bila diajak berbicara
- merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
- merasa tidak berdaya
- tidak berani mengungkapkan keyakinan
- membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- tampil diam atau pasif
- mengikuti kehendak orang lain
- mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain
E. Hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi dengan lansia
Banyak hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dalam melakukan
komunikasi pada lansia. Untuk lebih memahaminya, berikut kami jabarkan beberapa
faktor penghambat komunikasi pada lansia:
1. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal menimbulkan
perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini akan menyebabkan
seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau komunikasi. Selanjutnya
adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan bicaranya memotong pembicaraan yang
sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat menyulitkan pembicaraan yang terjadi.
2. Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha untuk
mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya. Komunikasi yang efektif
tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam kondisi yang seperti ini. Bahkan
meskipun lawan bicara sudah berusaha keras untuk memberikan pemahaman bahwa ia
mendapatkan haknya, namun lansia terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus
melakukan penyerangan pada lawan bicaranya.
3. Acuh tak acuh
Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak
berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan perasaan
menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa komunikasi dengan
orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya adalah satu kegiatan yang sia-sia
dan tidak bermanfaat sehingga ia akan dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan fisik
yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak masalah yang
timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya saja jika ia memiliki
masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi masalah juga dalam komunikasi.
Lansia tersebut akan membutuhkan alat bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi
dengan baik dan lancar.
Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus
menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut. Sayangnya hal
seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk penghinaan dengan
membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul, maka dari itu sangat dibutuhkan
pengertian dan pemahaman yang baik oleh lawan bicara terhadap kondisi lansia agar
komunikasi yang efektif dapat berjalan dengan baik dan lancar.
5. Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah depresi
atau tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah diserang oleh stres,
baik akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor lainnya. Jika seorang lansia sudah
menderita stres, maka ia akan selalu mudah marah dan tidak mau mendengar apapun
yang dikatakan oleh orang lain. Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban
pikirannya telah diatasi.
6. Mempermalukan orang lain di depan umum
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah satu hal
yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia. Lansia yang selalu
merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan mempermalukan orang lain di
depan umum.
Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri
mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung berhenti
dan tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak nyaman. Meskipun
begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini dan tidak merasa melakukan
kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
7. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga
banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara. Kelelahan yang
amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu bersemangat dalam berbicara,
tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun ketika bangun. Hal ini lebih banyak
terjadi pada lansia yang memiliki riwayat penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia
dengan riwayat penyakit tersebut biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang
makan sekalipun.
8. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan berkali-
kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang kali. Jika lawan
bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun menjadi tidak lancar. Menjadi
sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat pelupa, sehingga sangat dibutuhkan
pengertian dan kesabaran dari lawan bicara dalam menghadapi lansia.
9. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun jauh,
dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan bahasa tubuh
mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi seperti ini, maka dari
itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai kondisi lansia yang diajak
berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa yang dibutuhkan lansia agar
komunikasi berjalan lancar.
Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan
kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka lansia akan
lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang digunakan oleh lawan
bicaranya.
10. Lebih banyak diam
Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya
merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan menyerahkan
setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada lawan bicaranya. Mereka
juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih banyak mengiyakan dan mengikuti
apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.
11. Mudah marah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit yang
dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah marah, bahkan
meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah ini membuat banyak orang
menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi dengan baik dengan lansia karena
akan selalu disalahkan atas segala sesuatu yang ada.

12. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver


Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga,
dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir sedikitnya
pada sepertiga kunjungan geriatrik Meskipun caregiver dapat mengasumsikan berbagai
peran, termasuk pendukung, peserta pasif, atau antagonis, pada sebagian besar kasus,
caregiver menempatkan kesehatan orang yang mereka cintai sebagai prioritasnya.
Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia. Mereka
tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari, tugas rumah
tangga, pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk pasien lanjut usia,
caregiver membantu memudahkan komunikasi antara dokter dan pasien serta
mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan mereka sendiri. Juga merupakan hal
penting untuk memperlakukan pasien lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang
caregiver-nya agar didapatkan hasil terbaik bagi keduanya.

2. PERUMUSAN DIAGNOSIS KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH


KOMUNIKASI.

Diagnosis Keperawatan merupakan kesimpulan yang ditarik dari data yang


dikumpukan tentang lansia, yang berfungsi sebagai alat untuk menggambarkan masalah
lansia, dan penarikan kesimpulan ini dapat dibantu oleh perawat. Diagnosis keperawatan
adalah tahap kedua dari proses keperawatan setelah dilakukannya pengakajian
keperawatan.

Diagnosis keperawatan adalah “ Clinical Judgment” yang berfokus pada respon


manusia terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan
(vulnerability) baik pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas (NANDA, 2015-
2017). Berdasarkan pengertian tersebut, pengertian dari diagnosis keperawatan gerontik
adalah keputusan klinis yang berfokus pada respon lansia terhadap kondisi kesehatan atau
kerentanan tubuhnya baik lansia sebagai individu, lansia di keluarga maupun lansia dalam
kelompoknya.
 Katagori Diagnosis Keperawatan :

Ada beberapa tipe diagnosis keperawatan, diantaranya : tipe aktual, risiko,


kemungkinan, sehat dan sejahtera (welfare),dan sindrom.
1. Diagnosis keperawatan aktual Diagnosis berfokus pada masalah (diagnosis aktual)
adalah clinical judgment yang menggambarkan respon yang tidak diinginkan klien
terhadap kondisi kesehatan atau proses kehidupan baik pada individu, keluarga,
kelompok dan komunitas. Hal ini didukung oleh batasan karakteristik kelompok data
yang saling berhubungan.
Contoh : 1) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh,
2) gangguan pola nafas,
3) gangguan pola tidur,
4) disfungsi proses keluarga,
5) ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
2) Diagnosis keperawatan risiko atau risiko tinggi Adalah clinical judgment yang
menggambarkan kerentanan lansia sebagai individu, keluarga, kelompok dan
komunitas yang memungkinkan berkembangnya suatu respon yang tidak diinginkan
klien terhadap kondisi kesehatan/proses kehidupannya. Setiap label dari diagnosis
risiko diawali dengan frase: “risiko” (NANDA, 2014).
Contoh diagnosis risiko adalah :
2) Risiko kekurangan volume cairan
3) Risiko terjadinya infeksI

3. Diagnosis keperawatan promosi kesehatan Adalah Clinical judgement yang


menggambarkan motivasi dan keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
untuk mengaktualisasikan potensi kesehatan pada individu, keluarga, kelompok atau
komunitas. Respon dinyatakan dengan kesiapan meningkatkan perilaku kesehatan
yang spesifik dan dapat digunakan pada seluruh status kesehatan. Setiap label
diagnosis promosi kesehatan diawali dengan frase : “Kesiapan
meningkatkan”......
(NANDA, 2014).
Contoh : 1) Kesiapan meningkatkan nutrisi,
2) Kesiapan meningkatkan komunikasi
3) Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan pembuatan keputusan
4) Kesiapan meningkatkan pengetahuan
5) Kesiapan meningkatkan religiusitas.
3. PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
MASALAH KOMUNIKASI.

Perencanaan Keperawatan Gerontik ini merupakan langkah ketiga dalam


proses keperawatan. Perawat memerlukan berbagai pengetahuan dan keterampilan
diantaranya pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan klien, nilai dan kepercayaan
klien, batasan praktek keperawatan, peran dari tenaga kesehatan lainnya. Pengetahuan dan
keterampilan lain yang harus dimiliki perawat adalah kemampuan memecahkan masalah,
kemampuan mengambil keputusan, kemampuan menulis tujuan serta memilih dan membuat
strategi keperawatan yang aman dalam memenuhi tujuan, menulis intruksi keperawatan
serta kemampuan dalam melaksanakan kerja sama dengan perangkat kesehatan lain.

1. Pengertian Perencanaan Keperawatan Gerontik


Perencanaan keperawatan gerontik adalah suatu proses penyusunan
berbagai intervensi keperawatan yang berguna untuk untuk mencegah,
menurunkan atau mengurangi masalah-masalah lansia.
2. Prioritas Masalah Keperawatan

Penentuan prioritas diagnosis ini dilakukan pada tahap perencanaan setelah


tahap diagnosis keperawatan. Dengan menentukan diagnosis keperawatan, maka
perawat dapat mengetahui diagnosis mana yang akan dilakukan atau diatasi
pertama kali atau yang segera dilakukan. Terdapat beberapa pendapat untuk
menentukan urutan prioritas, yaitu :

a. Berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)


Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
yang dilatarbelakangi oleh prinsip pertolongan pertama, dengan membagi
beberapa prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah.
1) Prioritas tinggi : Prioritas tinggi mencerminkan situasi yang mengancam
kehidupan (nyawa seseorang) sehingga perlu dilakukan terlebih dahulu
seperti masalah bersihan jalan napas (jalan napas yang tidak effektif).
2) Prioritas sedang : Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak gawat
dan tidak mengancam hidup klien seperti masalah higiene perseorangan.
3) Prioritas rendah : Prioritas ini menggambarkan situasi yang tidak
berhubungan langsung dengan prognosis dari suatu penyakit yang secara
spesifik, seperti masalah keuangan atau lainnya.
b. Berdasarkan kebutuhan Maslow
Penentuan prioritas berdasarkan tingkat kegawatan (mengancam jiwa)
yang dilatarbelakangi oleh prinsip pertolongan pertama, dengan membagi
beberapa prioritas yaitu prioritas tinggi, prioritas sedang dan prioritas rendah.
1) Kebutuhan fisiologis
Meliputi masalah respirasi, sirkulasi, suhu, nutrisi, nyeri, cairan, perawatan
kulit, mobilitas, dan eliminasi.
2) Kebutuhan keamanan dan keselamatan
Meliputi masalah lingkungan, kondisi tempat tinggal, perlindungan,
pakaian, bebas dari infeksi dan rasa takut.
3) Kebutuhan mencintai dan dicintai
Meliputi masalah kasih sayang, seksualitas, afiliasi dalam kelompok antar
manusia.
4) Kebutuhan harga diri
Meliputi masalah respect dari keluarga, perasaaan menghargi diri sendiri.
5) Kebutuhan aktualisasi diri
6) Meliputi masalah kepuasan terhadap lingkungan.
3. Penentuan Tujuan Dan Hasil Yang Diharapkan
Tujuan merupakan hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah
diagnosis keperawatan, dengan kata lain tujuan merupakan sinonim kriteria hasil
(hasil yang diharapkan) yang mempunyai komponen sebagai berikut:
S (subyek) P (predikat) K (kriteria) K (kondisi) W (waktu), dengan penjabaran
sebagai berikut:
S : Perilaku lansia yang diamati.
P : Kondisi yang melengkapi lansia.
K : Kata kerja yang dapat diukur atau untuk menentukan tercapainya tujuan.
K : Sesuatu yang menyebabkan asuhan diberikan.
W :Waktu yang ingin dicapai.

Kriteria hasil (hasil yang diharapkan) merupakan standard evaluasi yang


merupakan gambaran faktor-faktor yang dapat memberi petunjuk bahwa tujuan
telah tercapai. Kriteria hasil ini digunakan dalam membuat pertimbangan dengan
cirri-ciri sebagai berikut: setiap kriteria hasil berhubungan dengan tujuan yang
telah ditetapkan, hasil yang ditetapkan sebelumnya memungkinkan dicapai, setiap
kriteria hasil adalah pernyataan satu hal yang spesifik, harus sekongkrit mungkin
untuk memudahkan pengukuran, kriteria cukup besar atau dapat diukur, hasilnya
dapat dilihat, didengar dan kriteria menggunakan kata-kata positif bukan
menggunakan kata negatif.
4. Rencana Tindakan
Setelah menetapkan tujuan, kegiatan berikutnya adalah menyusun rencana
tindakan. Berikut ini dijelaskan rencana tindakan beberapa masalah keperawatan
yang lazim terjadi pada lansia.
- Gangguan hubungan interpersonal melalui komunikasi
Rencana tindakan yang dilakukan antara lain :
1. Berkomunikasi dengan lansia dengan kontak mata
2. Mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
3. Menyediakan waktu berbincang-bincang untuk lansia
4. Memberikan kesempatan lansia untuk mengekspresikan atau perawat
tanggap terhadap respon verbal lansia
5. Melibatkan lansia untuk keperluan tertentu sesuai dengan kemampuan
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Lanjut usia adalah proses penurunan dalam segala aspek kehidupan, mencakup
fisiologis, biologis, dan psikologis. Penurunan ini kemudian ditandai dengan
kesulitan berkomunikasi yang disebabkan berbagai faktor, seperti gangguan
pendengaran, gangguan penurunan kognitif, dan penurunan kesehatan. Gangguan
komunikasi ini dapat menjadi hambatan dalam menyampaikan pesan antara
perawat dengan pasien lansia.

Penurunan komunikasi yang dialami lansia perlu diperhatikan perawat agar


proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik. Dengn teknik pendekatan
yang baik serta mengetahui kelemahan pasien lansia, kita akan dengan mudah
untuk menyeimbangkan diri dalam berkomunkasi dengan lansia.

2. Saran

Sebagai perawat kita perlu memahami penurunan keterampilan komunikasi


bagi lansia. Maka daripada itu kita perlu melakukan pendekatan secara hangat
serta menjalin kepercayaan dengan pasien agar pasien menjadi percaya dan mudah
untuk berkomunikasi. Hambatan dalam komunikasi dengan lansia dapat diatasi
dengan teknik-teknik khusus seperti, teknik sentuhan hangat, memanggil dengan
nama yang disukai dan pandangan terfokus dengan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Sarif La Ode. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik Berstandar Nanda, NIC,


NOC, Dilengkapi dengan Teori dan Contoh Kasus Askep. Jakarta: Nuha
Medika

Craven, R.F & Hirnle, C.J. 2013. Fundamental of nursing: Human health ang
function. (4th ed.), Philadelphia: Lippincott.

NANDA, 2014. North American Nursing Diagnosis Association, Nursing


Diagnosis, Definition dan Classification 2015-2017. Pondicherry, India.

Eliopoulos, C.E. 2015. Gerontological nursing. (6 th ed.), Philadelphia; Lippincott.

https://www.academia.edu/29284662/KOMUNIKASI_PADA_KLIEN_LANSIA

https://core.ac.uk/download/pdf/148618327.pdf

https://golantang.bkkbn.go.id/cara-berkomunikasi-yang-efektif-kepada-lansia

Anda mungkin juga menyukai