Anda di halaman 1dari 13

1

MAKALAH
KEPERAWATAN GERONTIK
PERENCANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN
MASALAH KOMUNIKASI DAN KASUS LANSIA BESERTA
PENYELESAIAANNYA

Dosen:
Dr. Wiwit Ciptaningsih H., S.Kep., Ns., MMR

Disusun oleh:

Nama : Fike Tamatompo


Nim : 2014201017

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA


MANADO
2021
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Mahakuasa atas segala rahmat dan tuntunannya
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perencanaan Tindakan
Keperawatan Pada Lansia Dengan Masalah Komunikasi dan Kasus Lansia Beserta
Penyelesaiannya”. Penyusunan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Gerontik.

Makalah perencanaan tindakan keperawatan pada lansia dengan masalah


komunikasi dan kasus lansia beserta penyelesaiannya, disusun guna memenuhi tugas dari
dosen pengampu Dr. Wiwit Ciptaningsih H., S.Kep., Ns., MMR mata kuliah
Keperawatan Gerontik di Universitas Pembangunan Indonesia Manado.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, penyusun mengharapakan kritik dan saran demi kesempurnan penyusunan
makalah yang selanjutnya. Akhirnya penyusun berharap semoga isi makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan bagi siapa saja yang memerlukannya di masa yang
akan datang.

Tahuna, 18 Oktober 2021

Penyusun
3

DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………………………..1
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………...2
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………………….4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………...4
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….4
C. Tujuan Penulisan ……………………………………………………………………...4
BAB II PEMBAHASAN ..……………………………………………………………………5
A. Pengertian Komunikasi Pada Lansia………………………………………………….5
B. Manfaat Komunikasi Terapeutik ……………………………………………………..5
C. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia …………………………………………………5
D. Faktor yang menghambat Proses Komunikasi Dengan Lansia ………………………5
E. Hambatan dalam Melakukan Komunikasi Dengan Lansia …………………………..6
F. Gangguan yang sering dijumpai pada Lansia ………………………………………..9
G. Prinsip Gerontologi untuk Komunikasi ……………………………………………..10
H. Teknik Komunikasi pada Lansia ……………………………………………………10
I. Hal yang perlu diperhatikan dalam Berkomunikasi dengan Lansia ………………...10
J. Contoh Kasus Keperawatan Lansia Dan Penyelesaiannya………………………………….10

BAB III ……………………………………………………………………………………………….12

A. Kesimpulan…………………………………………………………………………………...12
B. Saran………………………………………………………………………………………….12
DAFTAR PUSRTAKA……………………………………………………………………....13
4

BA B I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan


seseorang untuk menetapkan, mempertahakan, meningkatkan kontrak dengan orang
lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang setiap harinya. Namun kemampuan
berkomunikasi bukanlah sesuatu yang mudah dan biasa, setiap orang memiliki teknik
pendekatan yang berbeda, termasuk lansia.
Kesulitan dalam berkomunikasi menimbulkan masalah lainnya karena
komunikasi adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku dan hubungn
serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan
sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis.
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang diderita (Constantinides, 2014).
Pada pasien lansia, perawat harus melakukan teknik khusus dalam berkomunikasi
karena pada lansia secara umum mengalami proses penurunan fungsi tubuh termasuk
pendengaran. Untuk memperbaiki intrepretasi pasien terhadap pesan, perawat harus
tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan
mudah dimengerti dipakai dalam berkomunikasi dengan pasien lansia.
Kemampuan berkomunikasi dengan baik pada lansia harus diimbangi dengan
empati yang akan membantu dalam keterbatasan kapasitas fungsional , ekonomi,
sosial, dan emosi pasien lansia.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan diatas, kami tertarik untuk melakukan pembahasan tentang, baik
dari segi definisi, aspek-aspek yang terkait dan contoh penerapannya beserta SAP
(Satuan Acara Penyuluhan) Komunikasi Teraupetik Pada Pasien Lansia yang kami
lampirkan.

C. Tujuan Penulisan
Umum
1. Agar menjadi sarana informasi bagi mahasiswa perawat untuk dapat
diaplikasikan kepada pasien lansia
Khusus
5

1. Mahasiswa dapat menjelaskan mengenai konsep komunikasi teraupetik efektif


pada lansia
2. Mahasiswa mengetahui masalah-masalah yang umum muncul saat berkomunikasi
dengan lansia

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi pada Lansia


Komunikasi teraupetik adalah hubungan kerja sama yang ditandai dengn tukar
menukar perilaku, perasaan, fikiran dan pengalaman guna membina hubungan
intim teraupetik. Komunikasi dengan lansia harus mempertimbangkan faktor fisik,
psikologis, lingkungan dan situasi individu harus mengaplikasikan keterampilan
komunikasi yang tepat, disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat (Stuard & Sundeen, 2013)

B. Manfaat Komunikasi Teraupetik


Manfaat komunikai teraupetik adalah untuk mendorong dan menganjurkan
kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien.
Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah serta
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2013)

C. Komunikasi Terapeutik pada Lansia


Komunikasi dengan lansia adalah proses penyampaian pesan atas gagasan dari
petugas perawat kepada lansia dan diperoleh tanggapan (feedback) sehingga
diperoleh kesepakatan tentang isi pesan komunikasi. Komunikasi yang baik
pesannya singkat, jelas, lengkap, dan sederhana. Sarana komunikasi meliputi
panca indra manusia dan buatan manusia (media cetak, media radio, media TV,
dll). Penyampaian pesan pada lansia juga haru dalam jarak dekat suara jelas dan
tidak terlalu cepat dengan bahasa yang sederhana dan yang dapat dimengerti
lansia

D. Faktor yang menghambat proses komunikasi dengan lansia


Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan
terganggu apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif.
1. Agresif
Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-
perilaku dibawah ini:
- berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
- meremehkan orang lain
- mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
- menonjolkan diri sendiri
6

- memperlakukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan


maupun tindakan
2. Non Asertif
Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:
- menarik diri bila diajak berbicara
- merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
- merasa tidak berdaya
- tidak berani mengungkapkan keyakinan
- membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
- tampil diam atau pasif
- mengikuti kehendak orang lain
- mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain

E. Hambatan-hambatan dalam melakukan komunikasi dengan lansia


Banyak hambatan-hambatan komunikasi yang terjadi dalam melakukan
komunikasi pada lansia. Untuk lebih memahaminya, berikut kami jabarkan
beberapa faktor penghambat komunikasi pada lansia:
1. Mendominasi pembicaraan
Karakter lansia yang terkadang merasa lebih tua dan mengerti banyak hal
menimbulkan perasaan bahwa ia mengetahui segalanya. Kondisi seperti ini
akan menyebabkan seorang lansia jadi lebih mendominasi pembicaraan atau
komunikasi. Selanjutnya adalah ia tidak akan merasa senang jika lawan
bicaranya memotong pembicaraan yang sedang ia lakukan. Hal ini akan sangat
menyulitkan pembicaraan yang terjadi.
2. Mempertahankan hak dengan menyerang
Kebanyakan lansia memang bersifat agresif. Beberapa dari mereka berusaha
untuk mempertahankan haknya dengan menyerang lawan bicaranya.
Komunikasi yang efektif tentunya tidak akan tercapai jika lansia berada dalam
kondisi yang seperti ini. Bahkan meskipun lawan bicara sudah berusaha keras
untuk memberikan pemahaman bahwa ia mendapatkan haknya, namun lansia
terkadang tetap merasa tidak aman sehingga terus melakukan penyerangan
pada lawan bicaranya.
3. Acuh tak acuh
Acuh tak acuh oleh lansia ditandai dengan sikap menarik diri saat akan diajak
berbicara atau berkomunikasi. Sikap seperti ini biasanya diikuti dengan
perasaan menyepelekan orang lain. Banyak para lansia yang merasa bahwa
komunikasi dengan orang yang lebih muda dibandingkan dengan dirinya
adalah satu kegiatan yang sia-sia dan tidak bermanfaat sehingga ia akan
dengan mudah menarik diri dari pembicaraan.
4. Kondisi fisik
Para lansia yang akan diajak berkomunikasi tentunya memiliki keterbatasan
fisik yang membuatnya menjadi kesulitan dalam berkomunikasi. Banyak
masalah yang timbul akibat kondisi fisik yang tidak baik pada lansia. Misalnya
saja jika ia memiliki masalah pada pendengaran, tentunya akan menjadi
masalah juga dalam komunikasi. Lansia tersebut akan membutuhkan alat
bantu dengar agar ia dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar.
Jika ia tidak menggunakan alat bantu dengar, maka lawan bicaranya harus
menggunakan suara keras untuk bisa berbicara dengan lansia tersebut.
Sayangnya hal seperti ini sering disalahartikan oleh lansia sebagai bentuk
7

penghinaan dengan membentak. Disinilah berbagai masalah baru muncul,


maka dari itu sangat dibutuhkan pengertian dan pemahaman yang baik oleh
lawan bicara terhadap kondisi lansia agar komunikasi yang efektif dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
5. Stress
Hal lain yang menjadi hambatan dalam komunikasi dengan lansia adalah
depresi atau tingkat stres yang dialami oleh lansia. Lansia sangat mudah
diserang oleh stres, baik akibat kondisi fisik yang ia alami, maupun faktor
lainnya. Jika seorang lansia sudah menderita stres, maka ia akan selalu mudah
marah dan tidak mau mendengar apapun yang dikatakan oleh orang lain.
Kondisi ini hanya bisa diperbaiki jika sumber dari beban pikirannya telah
diatasi.
6. Mempermalukan orang lain di depan umum
Faktor penghambat komunikasi dengan lansia yang satu ini merupakan salah
satu hal yang banyak dihadapi oleh orang yang berkomunikasi dengan lansia.
Lansia yang selalu merasa benar dan tahu segalanya biasanya juga akan
mempermalukan orang lain di depan umum.
Hal ini sering dilakukan untuk menutupi kekurangan yang terdapat dalam diri
mereka sendiri. Jika sudah terjadi, maka biasanya komunikasi akan langsung
berhenti dan tidak lagi dilanjutkan karena lawan bicara sudah merasa tidak
nyaman. Meskipun begitu, kebanyakan lansia menyadari perbuatan mereka ini
dan tidak merasa melakukan kesalahan dalam komunikasi yang dilakukan.
7. Tertidur
Beberapa lansia mengalami masalah dengan sistem saraf mereka sehingga
banyak dari mereka yang mungkin akan tertidur ketika diajak berbicara.
Kelelahan yang amat sangat akan membuat mereka yang tadinya begitu
bersemangat dalam berbicara, tiba-tiba tertidur dan tidak mengetahui apapun
ketika bangun. Hal ini lebih banyak terjadi pada lansia yang memiliki riwayat
penyakit demensia atau Alzheimer. Lansia dengan riwayat penyakit tersebut
biasanya lebih mudah tertidur, bahkan ketika sedang makan sekalipun.
8. Lupa
Lupa adalah salah satu ciri dari seorang lansia. Kebanyakan lansia akan
berkali-kali menanyakan hal yang sama meskipun sudah dijawab berulang
kali. Jika lawan bicaranya tidak sabar, maka komunikasi yang terjadi pun
menjadi tidak lancar. Menjadi sebuah kewajaran dimana lansia menjadi sangat
pelupa, sehingga sangat dibutuhkan pengertian dan kesabaran dari lawan
bicara dalam menghadapi lansia.
9. Gangguan penglihatan
Komunikasi pada lansia juga sering terkendala akibat adanya gangguan
penglihatan pada lansia. Gangguan penglihatan yang terjadi bisa berupa rabun
jauh, dekat, atau bahkan sulit melihat. Beberapa bahasa yang menggunakan
bahasa tubuh mungkin tidak akan terlalu dimengerti jika lansia dalam kondisi
seperti ini, maka dari itu diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai
kondisi lansia yang diajak berkomunikasi sehingga lawan bicara mengerti apa
yang dibutuhkan lansia agar komunikasi berjalan lancar.
Gangguan penglihatan yang dialami lansia dapat diatasi dengan memberikan
kacamata yang sesuai dengan kondisi matanya. Dengan bantuan alat, maka
lansia akan lebih memahami bahasa tubuh atau komunikasi non verbal yang
digunakan oleh lawan bicaranya.
10. Lebih banyak diam
8

Lansia yang diajak melakukan komunikasi namun lebih banyak diam biasanya
merupakan jenis lansia yang pasif. Lansia dengan kondisi seperti ini akan
menyerahkan setiap topik dan keputusan dalam sebuah komunikasi pada
lawan bicaranya. Mereka juga akan sulit untuk dimintai pendapat karena lebih
banyak mengiyakan dan mengikuti apa yang dipikirkan oleh lawan bicara.
11. Cerewet
Bagi kebanyakan orang, lansia adalah pribadi yang cerewet yang dihindari
untuk diajak bicara. Beberapa lansia memang terkesan sangat cerewet. Hal ini
tidak terlepas dari pemikiran mereka untuk selalu menasehati orang yang lebih
muda. Keinginan untuk selalu berbicara juga tidak terlepas dari rasa kesepian
dan kebosanan yang mereka rasakan.
Salah satu cara mengatasi sifat cerewet yang banyak dihindari lawan bicara ini
adalah dengan berusaha menjadi pendengar yang baik. Dengan melihat sikap
lawan bicaranya yang menghargai apa yang ia katakan, maka ia pun akan ikut
memberikan kesempatan pada lawan bicaranya untuk berbicara.
12. Mudah marah
Lansia identik dengan berbagai macam penyakit dan komplikasi. Rasa sakit
yang dirasakan tentu saja akan membuatnya tidak nyaman dan menjadi mudah
marah, bahkan meskipun tidak ada penyebabnya. Rasa mudah marah ini
membuat banyak orang menjadi malas untuk melakukan cara berkomunikasi
dengan baik dengan lansia karena akan selalu disalahkan atas segala sesuatu
yang ada.
13. Pasien dengan Defisit Sensorik
Beberapa pasien menunjukkan defisit pendengaran dan penglihatan yang
terkait dengan usia, keduanya memerlukan adaptasi dalam berkomunikasi.
Penelitian mengindikasikan bahwa 16% – 24% individu berusia lebih dari 65
tahun mengalami pengurangan pendengaran yang mempengaruhi komunikasi
Bagi mereka yang berusia diatas 80 tahun, jumlah gangguan sensorik
meningkat menjadi lebih dari 60%. Aging/penuaan mengakibatkan penurunan
fungsi pendengaran yang dikenal sebagai presbyacussis, yang terutama
berkenaan dengan suara berfrekuensi tinggi. Suara berfrekuensi tinggi adalah
suara konsonan yang berdampak pada pemahaman pasien diawal dan akhir
kata. Sebagai contoh, jika anda berkata “Take the pill in the morning
(Minumlah pil dipagi hari)”, pasien akan mendengar vokal dalam kata tetapi
pasien dapat berpikir anda berkata “Rake the hill in the morning (Dakilah
bukit dipagi hari)”
Gangguan visual yang berhubungan dengan usia meliputi reduksi diameter
pupil; lensa mata menguning, yang mempersulit untuk membedakan warna
dengan panjang gelombang pendek seperti lavender, biru, dan hijau; dan
menurunkan elastisitas ciliary muscles, yang mengakibatkan penurunan
akomodasi ketika bahan cetakan dipegang diberbagai jarak. Kebanyakan
pasien lanjut usia mengalami penyakit mata yang menurunkan ketajaman
penglihatan (mis. katarak, degenerasi macular, glaucoma, komplikasi ocular
pada diabetes). Lebih dari 15% orang tua berusia lebih dari 70 tahun
melaporkan penglihatannya yang buruk, dan 22% lagi melaporkan
penglihatannya hanya cukup untuk jarak tertentu. Bagi mereka yang berusia
diatas 80 tahun, 30% melaporkan penglihatannya yang terganggu
14. Pasien dengan Demensia
Amerika Serikat pada tahun 2008 diprediksi memiliki lebih kurang 5,2 juta
penduduk berusia lanjut yang diantaranya menderita beberapa bentuk
9

demensia, dan jumlahnya diprediksi akan meningkat dua kali lipat pada 30
tahun yang akan datang . Sebagai akibatnya, dokter dapat berharap untuk
menemui lebih banyak pasien demensia dan pasien tersebut datang berkunjung
ke dokter ditemani oleh anggota keluarga atau perawat nonformal lain (istilah
caregiver digunakan dari point ini untuk merujuk pada setiap orang yang
menemani kunjungan yang merupakan informal caregiver). Penilaian dan
pengobatan pasien lanjut usia dengan demensia juga akan sangat membantu
bila melibatkan caregiver
Ada banyak tingkatan demensia, yang memiliki berbagai kesulitan
komunikasi. Pasien pada stadium awal sering mengalami masalah untuk
menemukan kata yang ingin disampaikan, pasien banyak menggunakan kata-
kata yang tidak memiliki makna, seperti “hal ini”, “sesuatu”, dan “anda tahu”.
Pada demensia parah, pasien dapat menggunakan jargon yang tidak dapat
dipahami atau bisa hanya berdiam diri.
Demensia memiliki efek yang merugikan pada penerimaan dan ekspresi
komunikasi pasien. Sebagian besar pasien mengalami kehilangan memori dan
mengalami kesulitan mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebagian pasien
demensia memiliki rentang konsentrasi yang sangat singkat dan sulit untuk
tetap berada dalam satu topik tertentu
15. Pasien yang Ditemani oleh Caregiver
Karakteristik utama kunjungan poliklinik geriatri adalah adanya orang ketiga,
dengan seorang anggota keluarga atau caregiver informal lainnya yang hadir
sedikitnya pada sepertiga kunjungan geriatrik Meskipun caregiver dapat
mengasumsikan berbagai peran, termasuk pendukung, peserta pasif, atau
antagonis, pada sebagian besar kasus, caregiver menempatkan kesehatan orang
yang mereka cintai sebagai prioritasnya.
Caregiver sangat penting untuk sistem perawatan kesehatan lanjut usia.
Mereka tidak hanya membantu dengan nutrisi, aktivitas kehidupan sehari-hari,
tugas rumah tangga, pemberian obat, transportasi, dan perawatan lain untuk
pasien lanjut usia, caregiver membantu memudahkan komunikasi antara
dokter dan pasien serta mempertinggi keterlibatan pasien dalam perawatan
mereka sendiri. Juga merupakan hal penting untuk memperlakukan pasien
lanjut usia dalam konteks atau sudut pandang caregiver-nya agar didapatkan
hasil terbaik bagi keduanya

F. Gangguan yang sering dijumpai pada lansia


1. Gangguan neurology sering menyebabkan gangguan bicara dan
berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering dan
lain-lain.
2. Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam
mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
3. Perawat sering memanggil dengan “nenek”, “sayang”, dan lain-lain. Hal
tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama
panggilannya.
4. Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.
5. Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan
saling percaya.
6. Gangguan syaraf dalam pendengarannya
7. Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan - pesan non-
verbal.
10

8. “Overload” dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau
banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif berkurang.
9. Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan
misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh,
udara yang tidak enak, dan lain-lain.
10. Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik, efek
pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial, karena
depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
11. Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara : ribut/berisik,
terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu banyak orang yang
ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan, bahasa, prejudice, dan strereotipes.

G. Prinsip Gerontologi Untuk Komunikasi


Menurut Wahyudi (2008) lansia mengalami penurunan daya ingat mngalami
kesulitan untuk mengerti apa yang dikatakan orang lain. Hal ini sangat
membingungkan lansia dan perawat oleh karena itu perlu diciptakan komunikasi
yang mudah antara lain :
1. Buat percakapan yang akrab
a. Sebutkan nama orang tersebut untuk menarik perhatiannya
b. Bicara langsug kepada orang tersebut dan bertatap muka dan fokus kepada
matanya
c. Sentuh lengan atau tangan agar ia terfokus kepada pembicara
2. Pakailah kalimat yang pendek dan sederhana
a. Gunakan kalimat yang singkat dan mudah dimengerti
b. Bicara dengan singkat dan jelas
3. Ulangi kalimat secara tepat
a. Apabila orang tersebut tidak mengerti suatu kata dapat diganti dengan kata
lainnya dan diulang
4. Beri pilihan yang sederhana
a. Ajukan pertanyan yang memerlukan jawaban “iya” atau “tidak”
b. Batasi pilihan dalam pertanyaan seperti, “Apakah kakek mau teh?” bukan,
“Apakah kakek mau mium sesuatu?”
H. Teknik Komunikasi pada Lansia
1. Kenali segera reaksi penolakan manusia
2. Membiarkan lansia bertingkah laku dalam tenggang waktu tertentu
3. Orientasikan klien lansia pada pelaksanaan perawatan diri sendiri
I. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam berkomunikasi dengan lansia
1. Tunjukan rasa hormat, seperti “Bapak” atau “Ibu” atau panggilan sebelumnya.
2. Hindari menggunakan istilah yang merendahkan pasien
3. Pertahankan kontak mata denga pasien
4. Pertahankan langkah yang tidak tergesa-tega dan mendengarkan adalah kunci
komunikasi efektif
5. Beri kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
6. Berbicara dengan jelas, intonasi jelas dan tidak tergesa-gesa serta sederhana
7. Mnggunakan bahasa yang dimengerti pasien
8. Gunakan sentuhan lembut sebagai wujud kehangatan
9. Jangan mengabaikan pasien ketika berinteraksi

J. Contoh Kasus Keperawatan Lansia Dan Penyelesaiannya


11

Tn.A umur 85thn di bawa oleh keluarganya ke psikogeriatrik ia di rawat karena


adanya gangguan kognitif, gejala yang muncul mudah lupa akan peristiwa yang
baru saja terjadi, keluarga mengatakan tidak mampu mengenali orang, tempat dan
waktu. Tn.A sudah menduda selama beberapa tahun dan memiliki 2 orang anak
perempuan yang masing- masing sudah mempunyai keluarga tetapi anaknya
masih mengunjungi Tn.A selama di rawat di psikogeriatrik seminggu sekali.
A.Pengkajian
1. Identitas: data pribadi klien
2. Riwayat keluarga: Istri klien sudah meninggal dan klien memiliki 2 anak
perempuan
3. Status kesehatan: status kesehatan yang lalu tidak ada, keluhan utama: klien
mengatakan mudah lupa akan peristiwa baru saja terjadi, penyakit yang
diderita : tidak ada
B. Analisa data
DS : - Keluarga pasien mengatakan pasien mudah lupa akan peristiwa yang
baru saja terjadi.
- Keluarga pasien mengatakan tidak mampu mengenali orang,
tempat dan waktu
DO : - Pasien kehilangan kemampuannya untuk mengenali wajah, tempat dan
objek yang sudah dikenalnya dan kehilangan suasana kekeluargaannya.
- Pasien sering mengulang-ulang cerita yang sama karena lupa telah
menceritakannya.
C. Diagnosa keperawatan

Perubahan proses pikir sehubungan dengan degenerasi neuronal dan demensia


progresif

D. Intervensi

1 perkenalkan diri perawat ketika berinteraksi dengan pasien

2 panggil pasien dengan menyebutkan namanya

3 berikan isyarat lingkungan untuk orientasi waktu,tempat dan orang

4 Berikan alat bantu mengingat sesuai yang diperlukan


E. Implementasi
1 Memperkenalkan diri perawat ketika berinteraksi dengan pasien
2 Memanggil pasien dengan menyebutkan namanya
3 Memberikan isyarat lingkungan untuk orientasi waktu, tempat dan orang.
4 Memberikan alat bantu mengingat sesuai yang diperlukan
F Evaluasi : pasien sudah bisa mengenali lingkungan sekitarnya dan sudah bisa
menentukan waktu dan tempat.
12

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Lanjut usia adalah proses penurunan dalam segala aspek kehidupan, mencakup
fisiologis, biologis, dan psikologis. Penurunan ini kemudian ditandai dengan
kesulitan berkomunikasi yang disebabkan berbagai faktor, seperti gangguan
pendengaran, gangguan penurunan kognitif, dan penurunan kesehatan. Gangguan
komunikasi ini dapat menjadi hambatan dalam menyampaikan pesan antara
perawat dengan pasien lansia.
Penurunan komunikasi yang dialami lansia perlu diperhatikan perawat agar
proses penyampaian pesan dapat diterima dengan baik. Dengn teknik pendekatan
yang baik serta mengetahui kelemahan pasien lansia, kita akan dengan mudah
untuk menyeimbangkan diri dalam berkomunkasi dengan lansia.

2. Saran
Sebagai perawat kita perlu memahami penurunan keterampilan komunikasi
bagi lensia. Maka daripada itu kita perlu melakukan pendekatan secara hangat
serta menjalin kepercayaan dengan pasien agar pasien menjadi percaya dan
mudah untuk berkomunikasi.
Hambatan dalam komunikasi dengan lansia dapat diatasi dengan teknik-teknik
khusus seperti, teknik sentuhan hangat, memanggil dengan nama yang disukai
dan pandangan terfokus dengan pasien. Untuk Institusi Pendidikan diharapkan
lebih meningkatkan pelayanan pendidikan yang lebih tinggi dan menghasilkan
tenaga kesehatan yang profesional berwawasan global. Bagi pelayanan kesehatan
lebih meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya dalam memberikan asuhan
keperawatan lansia dengan kerusakan memori Demensia.

DAFTAR PUSTAKA
13

Nugroho, Wahyudi, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatri. Jakarta : EGC


Azizah, Lilik. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta : Graba Ilmu
Kushariyadi. 2017. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba
Medika
Indrawati. 2016. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta : EGC
Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu
Boedhi – Darmojo. 2009. Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi 4. Jakarta: FKUI
Copel,L,C. (2007). Kesehatan jiwa dan psikiatri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Corwin, J. Elizabeth. 2009. Buku Saku : Patofisiologi.Ed.3.Jakarta : EGC
Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia.Jakarta : Salemba Medika.
Nugroho, H. wahjudi. (2009).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik Edisi 3. Jakarta:
EGC
Santoso, H Dan Ismail A.(2009). Memahami krisis lanjut usia. Jakarta : Gunung
Mulia.
Potter & Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktik
Jakarta: EGC
Kyoto (2011). Cognitive development. New Jersey: Prentince Hall inc
Craven dan Hirnle (2000). Permasalahan strategis, ( Terjemahan ). Jakarata
Nanda (2015). Diagnosis Keperawatan Definisi Dan Klasifikasi. Edisi 10 editor .
Jakarata
World health organitation (2009). WHO global report in older age Prancis. WHO.
http://www.sribd.com/doc/310839470/Askep-Lansia-Dengan-Demensia

Anda mungkin juga menyukai