Daftar Isi...............................................................................................................................i
Kata Pengantar.....................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................................2
1.3. Tujuan Masalah.....................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
2.1. Definis komunikasi terapeutik………………………………………………………3
2.2. Suasana komunikasi pada klien dewasa…………………………………………….3
2.3. Model-model Komunikasi pada klien dewasa………………………………………4
2.4. Faktor yang mempengaruhi komunikasi terapeutik………………………………...8
2.5. Faktor yang memperhambat komunikasi terapeutik………………………………..9
BAB III..............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15
i
Kata
Pengantar
Syukur alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunianya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Komunikasih terapautik keperawatan:
denga judul makalah Komunikasih terepautik pada dewasa
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik. Sehingga makalah
ini dapat di terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki oleh karena itu,
kami mengharapakan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebagai mahluk social, manusia senantiasa ingin berhubungan dengan orang
lain. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa
yang terjadi pada dirinya. Rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk
berkomunikasi.
Komunikasi merupakan bagian kekal bagi manusia seperti halnya bernafas.
Sepanjang manusia ingin hidup, maka ia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan
kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat
karena tanpa adanya komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Adanya
komunikasi disebabkan oleh adanya bkebutuhan akan mempertahankan
kelangsungan hidup dan kebutuhan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkunngannya. Dalam berkomunikasi keberhasilan komunikator atau komunikan
sangat ditentuka.n oleh beberapa factor yaitu : cakap, pengetahuan, sikap, system
social, kondisi lahiriah.
Komunikasi merupakan alat yang efektif untuk mempengaruhi tingkah laku
manusia, sehingga komunikasi dikembangkan dan dipelihara secara terus-
menerus. Komunikasi bertujuan untuk memudahkan, melaksanakan, kegiatan-
kegiatan tertentu dalam rangka mencapai tujuan optimal, baik komunikasi dalam
lingkup pekerjaan maupun hunbungan antar manusia Kemajuan ilmu pengetahuan
dan tehnologi Bidang tenaga kesehatan serta perubahan konsep petugas kesehatan
dari perawatan orang sakit secara individual kepada perawatan paripurna serta
peralihan dari pendekatan yang berorientasi medis penyakit kemodel penyakit
yang berfokus pada orang yang bersifat pribadi menyebabkan komunikasi menjadi
lebih penting dalam memberikan asuhan.
1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari komunikasi terapeutik?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Komunikasi Trapeutik
3
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif dapat tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal adalah saling mendukung satu sama lain.
seperti pada anak-anak, perilaku non verbal sanna pentingnya pada orang dewasa.
Orang dewasa yang dirawat di rumah sakit bisa merasa tidak berdaya, tidak
aman dan tidak mampu ketika dikeiilingi oleh tokoh-tokoh yang berwenang.
Status kemandirian mereka telah berubah menjadi status dimana orang lain yang
memutuskan kapan mereka makan dan kapan mereka tidur. Ini merupakan
pegalaman yang mengancam dirinya, dirnana orang dewasa tidak berdaya dan
cemas, dan ini dapat terungkap dalam bentuk kemarahan dan agresi.
Dengan dilakukan komunikasi yang sesuai dengan konteks pasien sebagai orang
dewasa oleh para profesional, pasien dewasa akan mampu bergerak lebih jauh dari
immobilitas biopsikososialnya untuk mencapai penerimaan terhadap masalahnya.
Bila komunikasi ini diterapkan pada klien dewasa, klien akan lebih mudah untuk
4
menerima penjelasan yang disampaikan karena tanpa adanya perantara yang dapat
mengurangi kejelasan informasi. Tetapi tidak ada hubungan transaksional antara
klien dan perawat, juga tidak ada feedback untuk mengevaluasi tujuan
komunikasi.
Model Leary dapat diterapkan di bidang kesehatan karena dalam bidang kesehatan
ada keseimbangan kekuatan antara professional dengan klien. Selama beberapa
tahun pasien akut ditempatkan pada peran submission dan profesi kesehatan selalu
mondominasi peran dan klien ditempatkan dalam keadaan yang selalu patuh.
Seharusnya dalam berkomunikasi ada keseimbangan asertif dalam menerima dan
memberi antara pasien dan profesional.
Penerapan Pada Klien Dewasa :
Bila model konsep ini diterapkan pada klien dewasa, peran dominan oleh
perawat hanya mungkin dilakukan dalam keadaan darurat/akut untuk
menyelamatkan kehidupan klien, sehingga klien harus patuh terhadap segala yang
dilakukan perawat. Kita tidak dapat menerapkan posisi dominan ini pada klien
dewasa yang dalarn keadaan kronik karena klien dewasa mempunyai komitmen
yang kuat terhadap sikap dan pengetahuan yang kuat dan sukar untuk dirubah
dalam waktu yang singkat. Feran Love yang berlebihan juga tidak boleh
diterapkan terhadap klien dewasa, karena dapat mengubah konsep hubungan
profesional yang dilakukan lebih kearah hubungan pribadi.
5
untuk mengatasi stress yang menghambat psikologikal dan belajar bagaimana
berhubungan efektif dengan orang lain.
Pada komunikasi ini perlu diterapkan kondisi empati, congruen (sesuai dengan
situasi dan kondisi), dan penghargaan yang positif (positive regard). Sedangkan
hasil yang diharapkan dari klien melalui model kornunikasi ini adalah adanya
saling pengertian dan koping yang lebih efektif. Bila diterapkan pada klien
dewasa dikondisikan untuk lebih mengarah pada kondisi dimana individu dewasa
berada di dalam keadaan stress psikologis.
7
Orang dewasa memiliki pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang menetap
dalam dirinya yang sukar untuk dirubah dalam waktu singkat sehingga perlu
model komunikasi yang tepat agar tujuan dapat tercapai.
Model Konsep Komunikasi yang sesuai untuk klien dewasa adalah model
interaksi King dan model komunikasi kesehatan yang menekankan hubungan
relationship yang saling memberi dan menerima serta adanya feedback untuk
mengevaluasi apakah informasi yang disampaikan sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
1. Sistem nilai
8
3. Faktor emosi
5. Faktor Peran
9
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang terjadi antara pasien dengan
perawat. Komunikasi ini terjadi dengan cara verbal maupun non verbal untuk
membentuk hubungan yang nyaman antara pasien dengan perawat, terutama pada
pasien lansia. Namun tak selamanya komunikasi terapeutik berjalan dengan baik.
Justru banyak sekali hambatan yang akan dilalui oleh seorang perawat dalam
menjalin komunikasi terapeutik
1. Masalah penglihatan
Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan
memberikan pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali
tentunya akan menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh yang
digunakan. Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikkan volume
suara yang digunakan ketika berbicara selama indra pendengaran pasien masih
berfungsi dengan baik. Namun pastikan pula tidak menaikkan volume suara tidak
terlalu menekan karena justru akan lebih terdengar seperti membentak.
Komunikasi terapeutik juga bisa terhambat jika pasien bukanlah tipe pendengar
yang baik. Pasien yang dihadapi sering kali adalah tipikal yang selalu ingin
menjadi orang yang mendominasi dan tokoh utama dalam sebuah topik
pembicaraan. Meskipun terasa kurang nyaman, namun ada baiknya pula jika
perawat menjadi pendengar yang baik agar pasien menjadi lebih nyaman. Ketika
ia sudah selesai berbicara, barulah bergantian perawat yang berbicara sehingga
pasien merasa lebih dihargai dan dihormati.
3. Mudah tersinggung
Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya juga akan menjadi hambatan
dalam komunikasi terapeutik yang dilaksanakan. Trauma masa lalu bisa saja
membuat pasien menjadi lebih mudah tersinggung, mudah menangis, bahkan
marah tanpa alasan pada perawat. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan yang
cukup mengenai riwayat medis atau latar belakang pasien sebelum melakukan
komunikasi terapeutik. Sebisa mungkin hindari pembicaraan yang mengingatkan
pasien pada masa lalunya dan yakinkan bahwa masa depannya begitu indah.
5. Keterbatasan fisik
6. Sepele
Beberapa pasien sering menganggap remeh atau sepele pada perawat yang
berusaha melakukan komunikasi dengannya. Sikap sepele ini biasanya sering
ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa lebih tua dan lebih bijak
dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek dan tidak peduli pada
perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele. Sikap sepele ini hanya bisa
diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari perawat yang melakukan
11
komunikasi terapeutik. Dengan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien,
maka pasien akan mengerti dengan sendirinya.
7. Menyerang perawat
Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa serangan fisik, namun lebih
kepada serangan mental. Pasien sering kali secara sadar maupun tidak sadar
mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat. Serangan yang
dilakukan berupa penghinaan dengan menyalahkan perawat sehingga seolah-olah
mereka adalah yang paling benar. Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi karena
keegoisan yang tinggi. Meskipun perawat telah memberikan penjelasan dengan
baik dan lembut, pasien akan tetap melakukan penyerangan karena merasa bahwa
hak yang ia miliki terancam.
8. Stres
9. Mempermalukan perawat
Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap pasien yang kadang justru
mempermalukan perawat. Hal ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat
pasien dalam usia lanjut. Secara sadar maupun tidak sadar, mereka berusaha
terlihat lebih kuat dan lebih berwenang dibandingkan dengan perawat. Kondisi ini
justru akan semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan bahkan
bisa saja komunikasi terputus begitu saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh
perawat.
10. Lupa
12
Bagi perawat yang melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut usia,
salah satu hambatan yang sering dijumpai adalah penyakit lupa. Lupa atau pikun
yang dialami oleh pasien sering kali membuat perawat harus mengulangi lagi apa
yang telah dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara pun, pasien
juga bisa lupa. Kondisi ini sebaiknya harus dimaklumi oleh perawat karena
merupakan hal di luar kemampuan si pasien. Pasien yang mengalami pikun
sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar komunikasi tetap berjalan
dengan baik meskipun harus sering mengulang.
Komunikasi terapeutik yang baik juga harus didukung dengan wawasan yang
baik oleh perawat. Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan dalam
menggunakan dan mengaplikasikan ilmu dalam komunikasi terapeutik. Setiap
perawat tentunya telah mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien
yang baik dan benar. Jika wawasan perawat kurang, maka komunikasi terapeutik
yang dilakukan tentunya juga tidak dapat berjalan dengan baik.
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca kami berikan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
lagi.
14
DAFTAR
PUSTAKA
http://academia.edu/7350901/makalah_komunikasi_terapeutik Mundakir,
(2006). Komunikasi Keperawatan : aplikasi dalam pelayanan,
Yogyakarta : Graha Ilmu
15