KELOMPOK 1 :
D3 KEPERAWATAN
TAHUN 2019
Kata Pengantar
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa
karena atas Rahmat dan Hidayat-Nya kepada kami semua sehingga bisa
menyelesaikan makalah dengan judul makalah “Pengkajian Dan Pemeriksaan
Fisik Pada Ssistem Pencernaan ” dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Keperawatan Dasar tahun ajaran 2018/2019.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan
saran dan kritik yang membangun demikesempurnaan tugas yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberika
bantuan moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung dalam
menyelesaikan tugas ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Perkembangan
2. Persepsi
5. Faktor emosi
6. Pengetahuan
7. Faktor Peran
Cara berkomunikasi sesuai dengan peran dan hubungan orang yang
berkomunikasi. Gaya perawat berkomunikasi dengan klien akan berbeda dengan
caranya berbicara dengan dokter dan perawat lain. Perawat perlu menyadari
perannya saat berhubungan dengan klien ketika memberikan asuhan keperawatan.
Perawat menyebut nama klien untukmenunjukkan rasa hormatnya dan tidak
menggunakan humor jika baru mengenal klien.
8. Tatanan Interaksi
1. Masalah penglihatan
Masalah penglihatan pada pasien, terutama pasien lansia tentunya juga akan
memberikan pengaruh pada lambatnya komunikasi terapeutik yang dilakukan.
Penglihatan yang menjadi kabur atau bahkan tidak dapat melihat sama sekali
tentunya akan menghambat komunikasi non verbal atau bahasa tubuh yang
digunakan. Namun masalah ini dapat diatasi dengan lebih menaikkan volume
suara yang digunakan ketika berbicara selama indra pendengaran pasien masih
berfungsi dengan baik. Namun pastikan pula tidak menaikkan volume suara tidak
terlalu menekan karena justru akan lebih terdengar seperti membentak.
Komunikasi terapeutik juga bisa terhambat jika pasien bukanlah tipe pendengar
yang baik. Pasien yang dihadapi sering kali adalah tipikal yang selalu ingin
menjadi orang yang mendominasi dan tokoh utama dalam sebuah topik
pembicaraan. Meskipun terasa kurang nyaman, namun ada baiknya pula jika
perawat menjadi pendengar yang baik agar pasien menjadi lebih nyaman. Ketika
ia sudah selesai berbicara, barulah bergantian perawat yang berbicara sehingga
pasien merasa lebih dihargai dan dihormati.
3. Mudah tersinggung
Pasien yang memiliki trauma pada masa lalunya juga akan menjadi hambatan
dalam komunikasi terapeutik yang dilaksanakan. Trauma masa lalu bisa saja
membuat pasien menjadi lebih mudah tersinggung, mudah menangis, bahkan
marah tanpa alasan pada perawat. Maka dari itu, diperlukan pengetahuan yang
cukup mengenai riwayat medis atau latar belakang pasien sebelum melakukan
komunikasi terapeutik. Sebisa mungkin hindari pembicaraan yang mengingatkan
pasien pada masa lalunya dan yakinkan bahwa masa depannya begitu indah.
5. Keterbatasan fisik
6. Sepele
Beberapa pasien sering menganggap remeh atau sepele pada perawat yang
berusaha melakukan komunikasi dengannya. Sikap sepele ini biasanya sering
ditemukan pada pasien yang telah lanjut usia. Merasa lebih tua dan lebih bijak
dalam menghadapi kehidupan membuat mereka sering cuek dan tidak peduli pada
perawat yang lebih muda sehingga terkesan sepele. Sikap sepele ini hanya bisa
diatasi dengan kelembutan dan kesabaran dari perawat yang melakukan
komunikasi terapeutik. Dengan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat pasien,
maka pasien akan mengerti dengan sendirinya.
7. Menyerang perawat
Menyerang disini bukan mempunyai arti berupa serangan fisik, namun lebih
kepada serangan mental. Pasien sering kali secara sadar maupun tidak sadar
mempertahankan hak mereka dengan menyerang perawat. Serangan yang
dilakukan berupa penghinaan dengan menyalahkan perawat sehingga seolah-olah
mereka adalah yang paling benar. Kondisi ini cukup sulit untuk dihadapi karena
keegoisan yang tinggi. Meskipun perawat telah memberikan penjelasan dengan
baik dan lembut, pasien akan tetap melakukan penyerangan karena merasa bahwa
hak yang ia miliki terancam.
8. Stres
9. Mempermalukan perawat
Hambatan lain yang perlu diwaspadai adalah sikap pasien yang kadang justru
mempermalukan perawat. Hal ini sering kali terjadi pada perawat yang merawat
pasien dalam usia lanjut. Secara sadar maupun tidak sadar, mereka berusaha
terlihat lebih kuat dan lebih berwenang dibandingkan dengan perawat. Kondisi ini
justru akan semakin memperburuk komunikasi terapeutik yang dilakukan bahkan
bisa saja komunikasi terputus begitu saja karena rasa sakit hati yang dialami oleh
perawat.
10. Lupa
Bagi perawat yang melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien lanjut usia,
salah satu hambatan yang sering dijumpai adalah penyakit lupa. Lupa atau pikun
yang dialami oleh pasien sering kali membuat perawat harus mengulangi lagi apa
yang telah dikatakannya. Bahkan terkadang puluhan kali berbicara pun, pasien
juga bisa lupa. Kondisi ini sebaiknya harus dimaklumi oleh perawat karena
merupakan hal di luar kemampuan si pasien. Pasien yang mengalami pikun
sebaiknya diperlakukan dengan sangat lembut agar komunikasi tetap berjalan
dengan baik meskipun harus sering mengulang.
11. Ketidaksabaran perawat
Komunikasi terapeutik yang baik juga harus didukung dengan wawasan yang
baik oleh perawat. Wawasan disini maksudnya adalah kemampuan dalam
menggunakan dan mengaplikasikan ilmu dalam komunikasi terapeutik. Setiap
perawat tentunya telah mendapatkan bekal mengenai cara menghadapi pasien
yang baik dan benar. Jika wawasan perawat kurang, maka komunikasi terapeutik
yang dilakukan tentunya juga tidak dapat berjalan dengan baik.
BAB 3
PENUTUP
Kesimpulan
1. Trapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari
penyembuhan ( As Hornby dalam intan, 2005 ) maka disini dapat diartikan
bahwa terapeutik adalah segala sesuatu yang memfasilitasi proses
penyembuhan.
2. Model-model Komunikasi pada Klien Dewasa
-. Model Shanon & Weaver
-. Model Komunikasi Leary
-. Model lnteraksi King
-. Model Komunikasi Kesehatan
Saran
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran
dari pembaca kami berikan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik
lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://academia.edu/7350901/makalah_komunikasi_terapeutik
Mundakir, (2006). Komunikasi Keperawatan : aplikasi dalam pelayanan,
Yogyakarta : Graha Ilmu
Nasir, Abdul, 2009. Komunikasi dalam keperawatan, Jakarta : Salemba
Medika