Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PEMERIKSAAN FISIK DENGAN METODE HEAD TO TOE

Dosen Pengampu : Nurul Sri Wahyuni, S. Kep., Ns., M.Kes

Oleh :

Ariprizky Ramadhani (18613246)

Ana Farida (18613223)

Hanum Prameswari (18613260)

Hesti Nawangsari (18613255)

Putri Pamungkas (18613138)

Ropi Nur Febrianti (18613228)

D3 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2019

i
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa
karena atas Rahmat dan Hidayat-Nya kepada kami semua sehingga bisa menyelesaikan
makalah dengan judul makalah “Pemeriksaan Fisik Head To Toe ” dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan tahun ajaran 2018/2019.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.

Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberika bantuan
moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

ii
Daftar Isi

A. Sampul.....................................................................................................i
B. Kata Pengantar……………………………………………………….....ii
C. Daftar Isi……...……………………………………………………......iii
D. BAB I Pendahuluan…………………….…………………………….....1
a. Latar belakang…………........…….............……….....….........… .1
b. Rumusan masalah……………...............…………………........... .2
c. Tujuan………………………………….................…………........2
E. BAB II Pembahasan...............................................................................3
F. BAB III Penutup…....…………………………………………….…....20
a. Kesimpulan……....……………………...........….........................20
b. Saran………………....………………..........................................20
G. Lampiran.............................................................................................21
H . Daftar pustaka......................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan
fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital
atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang
diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan
Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil

1
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan
yang tepat bagi klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pemeriksaan fisik ?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik dengan metode head to toe ?

C. Tujuan
1. ssTujuan umum
 Mencari masalah dalam keperawatan
 Merumuskan diagnosa keperawatan
 Membantu proses rencana keperawatan dan pengobatan
2. Tujuan khusus
 Mengetahui lokasi penyakit, luka dan pendarahan
 Mengetahui intensitas dan kualitas penyakit

2
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
 Tujuan Pemeriksaan Fisik :
• Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
• Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
• Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
• Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
• Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.

 Manfaat Pemeriksaan Fisik


• Sebagai data untuk membantu perawat dalam menegakkan diagnose keperawatan.
• Mengetahui masalah kesehatan yang di alami klien.
• Sebagai dasar untuk memilih intervensi keperawatan yang tepat
• Sebagai data untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan

 Tehnik Pemeriksaan Fisik


Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :

1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di

3
bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu
system tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan
(sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot
dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan
jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur,
keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010).
Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi. Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan selama palpasi :
• Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
• Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering

• Kuku jari perawat harus dipotong pendek.

• Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir.

3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi,
dan posisi struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan

4
konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010). Adapun suara-suara yang dijumpai pada
perkusi adalah :
• Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
• Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
pada pneumonia.
• Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
• Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.

4 Auskultasi

Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-


macam organ dan jaringan tubuh.(Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus.(Dewi Sartika,
2010).

Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah :

• Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien
pneumonia, TBC.

• Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru.

• Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.

• Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.

5
2. Prosedur pemeriksaan fisik menggunakan metode head to toe

a) Persiapan
a. Alat
Meteran, Penlight, Stetoskop, Tensimeter, Termometer,
Alorji/Stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handscoon steril, Tissue,
Buku catatan Perawat.
b. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dan cukup penerangan.
c. Klien (fisik dan fisiologis)
Klien dianjurkan untuk rileks

b) Prosedur pemeriksaan
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri disebelah kanan klien dan pasang
handscoone
d. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, ststus mental dan
nutrisi.

I. Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher


 Pemeriksaan Kepala
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
- Mengetahui kelainan yang terdapat pada kepala

Persiapan alat : Lampu, Handscoone

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya


lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna
rambut, dan jumlah distribusi rambut.
 Palpasi : adanya pembengkakan dan tekstur rambut.

Pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

6
 Pemeriksaan Wajah
 Inspeksi : warna kulit, pigmentasi bentuk, dan kesimetrisan.
 Palpasi : nyeri tekan dahi, edema, dan rahang

Pemeriksaan wajah evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan Mata
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan fungsi mata
- Mengetahui kelainan yang terdapat pada mata

Persiapan alat : Senter kecil, Handscoone, majalah, kartu snellen

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : bentuk, kesimetrisan, alis mata, bulu mata, kelopak


mata, bola mata, warna konjungtiva dan sklera, penggunaan lensa
kontak, respon terhadap cahaya.

Tes ketajaman penglihatan :


 Visus Sentralis
 Visus sentralis jauh : ketajaman untuk melihat benda
yang letaknya jauh. pada keadaan ini mata tidak
berakomodasi.
 Visus sentralis dekat ketajaman untuk melihat benda
yang letaknya dekat. pada keadaan ini mata
berakomodasi supaya bayangan benda tepat jatuh di
retina.

 Visus Perifer
 Prosedur pemeriksaan menggunakan peta snellen :
i. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud
tujuan pemeriksaan.
ii. Meminta pasien duduk menghadap kartu snellen
dengan jarak 6 M.

7
iii. Memberikan penjelasan dan kemudian meminta
menutup salah satu matanya tanpa ditekan.
iv. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien
menyebutkan simbol di kartu snellen dari kiri ke
kanan, atas kebawah.
v. Jika pasien tidak bisa melihat 1 simbol maka
diulangi lagi dari atas.jika tetap maka nilai visus
oculi dextra= barisan atas/6.
vi. Jika pasien dari awal tidak dapat membaca
symbol di Snellen chart makapasien diminta
untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1
meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra
= jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.
vii. Jika pasien juga tidak bisa embaca hitungan jari
maka pasien diminta untuk melihat adanya
gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter
(nilai visus oculi dextranya 1/300).
viii. Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya
gerakan tangan, maka pasien diminta untuk
menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah
sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga).
Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai
visus dextranya nol.
ix. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus
oculi sinistra dengan cara yang sama.
x. Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra.
(Pada pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata
kanan pasien dapat melihat sejauh x meter,
sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y
meter).

8
Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata

Pemeriksaan pergerakan bola mata dilakukan dengan cara Cover-Uncover Test /


Tes Tutup – Buka Mata

Tujuan :

Mengidentifikasi adanya Heterophoria.

Heterophoria berhubungan dengan kelainan posisi bola mata, dimana


terdapat penyimpangan posisi bola mata yang disebabkan adanya gangguan
keseimbangan otot-otot bola mata yang sifatnya tersembunyi atau latent. Ini berarti
mata itu cenderung untuk menyimpang atau juling , namun tidak nyata terlihat.

Dasar pemeriksaan Cover – Uncover Test/ Tes Tutup - Buka Mata :

1. Pada orang yang Heterophoria maka apabila fungsi kedua mata diganggu
(menutup salah satu matanya dengan penutup/occlude, atau dipasangkan
suatu filter), maka deviasi atau penyimpangan laten atau tersembunyi akan
terlihat.
2. Pemeriksa memberi perhatian kepada mata yang berada dibelakang
penutup.
3. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal)
kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat
kelainan. EXOPHORIA.
4. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerkan dari dalam (nasal) luar
kearah (temporal) pada mata yang baru saja ditutup berarti terdapat
kelainan ESOPHORIA.
5. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior)
kearah bawah (inferior) pada mata yang baru saja di tutup berarti terdapat
kelainan HYPERPHORIA.
6. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior)
kearah atas (superior) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat
kelainan HYPORPHORIA.

Alat/sarana yang dipakai:

1). Titik lampu untuk fiksasi


2). Jarak pemeriksaan :
Jauh : 20 feet (6 meter)
Dekat : 14 Inch (35 Cm)

9
Prosedur Pemeriksaan :
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan fisik, jika objek jauh
kurang jelas, maka gunakan kacamata koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga
apabila terjadi gerakan dari mata yang barusan saja ditutup dapat dilihat
dengan jelas atau dideteksi dengan jelas .
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal)
kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat
kelainan EXOPHORIA. Exophoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar
A (berada di lampiran)).
5. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar
kearah (temporal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti teradapat
kelainan ESOPHORIA. Esophoria dinyatakan dengan inisial = E (gambar
B (berada di lampiran)).
6. Sewaktu tutup dibuka bisa terlihat adanya gerakan dari atas (superior)
kearah bawah (inferior) pada mata yang baru saja ditutup berarti terdapat
kelainan HYPERPORIA. Hyperphoria dinyatakan dengan inisial = X
(gambar C (berada di lampiran)).
 Pemeriksaan Telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
a. Arloji berjarum detik.
b. Garpu tala.
c. Speculum telinga.
d. Wangi-wangian.

Prosedur Pelaksanaan

a) Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan,


integritas, posisi telinga, warna, liang telinga
(cerumen/tanda-tanda infeksi),alat bantu dengar.
Normal : bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit
bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda
infeksi, dan alat bantu dengar.
b) Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid dan tragus.

10
Normal : tidak ada nyeri tekan. Setelah diadakan
pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

Pemeriksaan Telinga dengan Menggunakan Garpu Tala

1. Pemeriksaan Rinne
a. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari tangan yang berlawanan.
b. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
c. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
d. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga
luar klien.
e. Instrusikan klien untuk memberi tahu apakah ia masih mendengarkan
suara atau tidak.
f. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
2. Pemeriksaan Webber
a. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari yang berlawanan.
b. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala kilen.
c. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
d. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut.

 Pemeriksaan Hidung
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
- Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi
atau infeksi.

Persiapan alat : Senter kecil, Handscoone, spekulum hidung.

Prosedur pelaksanaan :

11
 Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga hidung (lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal
(kemerahan, lesi, tanda-tanda infeksi).
 Palpasi dan Perkusi : frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi).

Pemeriksaan hidung evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan Mulut
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan kelainan mulut

Persiapan alat : Senter kecil, Handscoone, sudip kecil, kasa.

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur, lesi dan stomatitis.
 Palpasi dan Perkusi : gigi lengkap,prnggunaan gigi palsu,
pendarahan/radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan
keadaan langit-langit.

Pemeriksaan bisir dan mulut evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan Leher
Tujuan : - Menentukan struktur integritas leher
- Mengetahui bentuk leher serta organ yang bekaitan
- Memeriksa sistem limfatik

Persiapan alat : Stetoskop

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi leher : warna integritas, bentuk simetris


 Inspeksi dan auskultasi arteri karotis : lokasi pulsasi
 Inspeksi dan palpasi kelenjar tiroid : (nodus/difus, pembesaran,
batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjar

12
limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjar parotis (letak,
terlihat/teraba).
 Auskultasi : bising pembuluh darah

Pemeriksaan leher evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan dada (dada dan punggung)


Posisi klien : berdiri, duduk dan berbaring
Sistem pernafasan
Tujuan : - Mengetahui bentuk, kesimetrisan, ekspansi, keadaan
kulit, dan dinding dada
- Mengetahui frekuensi, sifat dan irama pernafasan
- Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan,
trakil premitus

Persiapan alat : Stetoskop, penggaris cm, pensil penada

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas


(frekuensi, irama, kedalaman dan upaya pernafasan/penggunaan otot-
otot bantu pernafasan) warna kulit, lesi, edema,
pembengkakaan/penonjolan.
 Palpasi : simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus (perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk
mengucapkan angka “enam-enam”/”tujuh-tujuh” sambil melakukan
perabaan dengan kedua telapak tanggan pada punggung pasien.
 Perkusi : paru, ekrusi diagframa (konsistensi dan bandingkan satu
sisi dengan sisi lan pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi
ke sisi)
 Auskultasi : suara nafas, trakea, bronkus, paru (dengarkan
menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC, diatas manubrium
dan diatas trakea.

13
Pemeriksaan dada evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

Sistem kardiovaskuler
Tujuan : - Mengetahui ketidaknormalan bentuk jantung
- Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
- Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
- Mendeteksi gangguan kardiovaskuler

Persiapan alat : Stetoskop, senter kecil

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : muka bibir, konjungtiva, vena jugularis, arteri karotis.


 Palpasi : denyutan
 Perkusi : ukuran dan bentuk jantung (dilakukan dari arah samping
ke tengah dadadan dari atas kebawah sampai bunyi redup)
 Auskultasi : bunyi jantung, arteri karotis (gunakan bagian diagframa
dan bell dari stetoskop untuk mendengarkan bunyi jantung)
Pemeriksaan sistem kardiovaskuler evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Dada dan aksila


Tujuan : - Mengetahui adanya masa atau ketidak teraturan dalam
jaringan payudara
- Mendeteksi awal adanya kanker payudara

Persiapan alat : handscoone

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : integritas kulit


 Palpasi payudara : bentuk, simetris, ukuran, aerola, puting,
penyebaran vena
 Inspeksi dan palpasi aksila : nyeri, pembesaran nodus limfe,
konsistensi.

14
Pemeriksaan dada dan aksila evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan abdomen (perut)


Posisi klien : berbaring
Sistem pernafasan
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan keadaan perut
- Mengetahui suara peristatlik perut
- Meneliti tempat nyeri tekan, organ dalam rongga perut
dan benjolan dalam perut

Persiapan alat : Stetoskop, penggaris cm, pensil gambar,bantal


kecil, pita pengukur

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar,


ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, gerakan
dinding perut.
 Auskultasi : suara perstalik (bising usus,) di semua kuadran (bagian
diagrframa dari stetoskop) dan suara pembuluh drah dari friction rub :
aorta, a. Renalis, a illiaka (bagian bell)
 Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak
searah jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaimana
kualitas bunyinya
 Perkusi hepar : batas
 Perkusi limfa : ukuran dan batas
 Perkusi ginjal : nyeri
 Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan) : massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irreguler, lokasi dan nyeri
dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu

Pemeriksaan abdomen evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan ekstermitas atas (bahu, siku, tangan)


Tujuan : - Memperoleh dasar tentang otot, tulang dan persendian

15
- Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya
gangguan pada bagian-bagian tertentu

Persiapan alat : meteran, posisi klien duduk

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi struktur muskolokletal : simetris dan pergerakan, integritas


ROM, kekuatan dan tonus otot
 Palpasi : denyutan a. Brachialis dan a. Radilis
Tes reflek : tendon trisep, bisep, dan brachioradialis

Pemeriksaan ekstermitas atas evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan ekstermitas bawah (panggul, lutut, pergelangan kaki,


ujung kaki)
Tujuan : - Memperoleh dasar tentang otot, tulang dan persendian
- Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya
gangguan pada bagian-bagian tertentu

Persiapan alat : meteran, posisi klien duduk

Prosedur pelaksanaan :

 Inspeksi struktur muskolokletal : simetris dan pergerakan, integritas


kulit, posisi dan letak ROM, kekuatan dan tonus otot
 Palpasi : denyutan a. Femoralis, a. Poplitea, a. Dorsalis pedis
Tes reflek : tendon patella dan archilles

Pemeriksaan ekstermitas bawah evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Pemeriksaan genitelia (alat genital, anus dan rektum)


Posisi klien : pria berdiri dan wanita litotomy
Tujuan : - Mengetahui organ yang termasuk dalam genitelia
- Mengetahui abnormalitas pada genitelia misalnya
varises
- Melakukan perawatan genitelia

16
- Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil

Persiapan alat : lampu yang diatur pencahayaannya dan handscoone

Pemeriksaan rectum :

Tujuan : - Mengetahui kondisi anus dan rectum


- Menentukan adanya masa/bentuk tidak teraturdari
dinding rektal
- Mengetahui integritas spingter anal eksternal
- Mememriksa kanker rectal

Persiapan alat : handscoone steril, zat pelumas dan penetangan


untuk pemeriksaan

Prosedur pelaksanaan :

Wanita :

 Inspeksi ginetalia ekternal : mukosa kulit, integritas kulit, contour


simetris, edema, pengeluaran
 Inspeksi vagina dan serviks: integritas kulit, masa dan pengeluaran
 Palpasi vagina, uterus an ovarium : letak ukuran konsistensi dan
massa
 Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, masa edema,
haemoroid, fistula ani, pengeluaran dan pendarahan

Pemeriksaan genitelia wanita evaluasi hasil yang didapat dengan


membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

Pria :

 Inspeksi dan palpasi penis : integritas kulit, masa dan pengeluaran


 Inspeksi dan palpasi skotrum : integritas kulit, ukuran dan bentuk,
turunan testis, mobilitas, masa, nyeri, dan tonjolan
 Pemeriksaan anus dan rectum : feses,nyeri, masa edema, hemoroid,
fustula ani, pengeluaran, dan pendarahan

17
Pemeriksaan genitelia wanita evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.

 Muskolokeletal
 Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat memeriksa bagian
tubuh, amati :
 Kemudahan dan rentang gerakan
 Setiap tanda inflamasi pada sekitar sendi
 Kondisi jaringan sekitar
 Setiap deformitas muskolokeletal, termasuk kurvatura
abnormal dari tulang belakang.
 Pergelangan tungkai dan kaki
 Inspeksi sendi pergelangan kaki
 Palpasi setiap sendi
 Raba sepanjang tendon achilles
 Pencet masing-masing kaki bawah, sehigga menekan sendi
metatar sofalangeus; kemudian hallus valgus, corns, calluses.
Nyeri sendi pada artritis dan kondisi lain
 Palpasi setiap sendi antara ibu jari dan jari
 Kaji batas gerak
 Dorsofleksi dan plantarfleksikan kaki terhadap
pergelangannya (sendi tibiotalar)
 Stabilkan pergelangan kaki dengn satu tangan dan putar
kedalam dan keluar tumit (sendi subtalar)
 Inversi
Sendi artitis sering sakit kepala ketika digerakkan pada setiap arah.
Terkilir sakit lebih hebat jika ligamen cidera direngangkan.
 Eversi
Stabilkan tumit dan putar ke dalam dan ke luar telapak kaki (sendi
transal transversal)
 Lutut dan pinggul
Inspeksi dan palpasi masing-masing lutut, termasuk :
 Area kantung supratelar
 Rongga pada masing-masing sisi patela

18
 Patela
 Kaji kompartemen patelofemolar
 Tekan pada patela, gerakan pada femur yang mendasarinya
 Tekan patela kearah distal dan mintalah pasien untuk
mengencangkan lutut terhadap meja

19
BAB III

PENUTUP

a) Kesimpulan

Pemeriksaan fisik Head to Toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematik
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.

Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang
di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting
dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak
sadar.Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
untuk menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.

b) Saran

Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus
dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami
butuhkan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi, dan kami juga
berharap :

 Setelah membaca makalah ini, kami berharap kita menjadi lebih tau dan
lebih paham tentang pemeriksaan fisik Head to Toe.
 Kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam dunia kerja.

20
LAMPIRAN

Gambar A

Gambar B

Gambar C

21
22
DAFTAR PUSTAKA

Jannah, annisa“Prosedur pemeiksaan fisik head to toe” https://www.academia.edu

Diakses pada jam 11.05 tanggal 14 maret 2019

iv

Anda mungkin juga menyukai