Oleh :
D3 KEPERAWATAN
2019
i
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang Maha Kuasa
karena atas Rahmat dan Hidayat-Nya kepada kami semua sehingga bisa menyelesaikan
makalah dengan judul makalah “Pemeriksaan Fisik Head To Toe ” dengan tujuan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Keperawatan tahun ajaran 2018/2019.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih jauh dari kategori
sempurna, oleh karena itu penulis dengan hati dan tangan terbuka mengharapkan saran dan
kritik yang membangun demi kesempurnaan tugas yang akan datang.
Selanjutnya dalam kesempatan ini penulis tidak lupa untuk menyampaikan ucapan
terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberika bantuan
moral dan spiritual, langsung maupun tidak langsung dalam menyelesaikan tugas ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
ii
Daftar Isi
A. Sampul.....................................................................................................i
B. Kata Pengantar……………………………………………………….....ii
C. Daftar Isi……...……………………………………………………......iii
D. BAB I Pendahuluan…………………….…………………………….....1
a. Latar belakang…………........…….............……….....….........… .1
b. Rumusan masalah……………...............…………………........... .2
c. Tujuan………………………………….................…………........2
E. BAB II Pembahasan...............................................................................3
F. BAB III Penutup…....…………………………………………….…....20
a. Kesimpulan……....……………………...........….........................20
b. Saran………………....………………..........................................20
G. Lampiran.............................................................................................21
H . Daftar pustaka......................................................................................iv
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari
seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis
dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan
perencanaan perawatan pasien.
Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa
tes khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
Dengan petunjuk yang didapat selama pemeriksaan riwayat dan
fisik, ahli medis dapat menyususn sebuah diagnosis diferensial, sebuah
daftar penyebab yang mungkin menyebabkan gejala tersebut. Beberapa tes
akan dilakukan untuk meyakinkan penyebab tersebut.
Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri penilaian kondisi pasien
secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya, tanda vital
atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai
ujung kaki pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif
tentang klien dan memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis.
Keakuratan pemeriksaan fisik mempengaruhi pemilihan terapi yang
diterima klien dan penetuan respon terhadap terapi tersebut.(Potter dan
Perry, 2005)
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data
yang sistematif dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil
1
anamnesa, menentukan masalah dan merencanakan tindakan keperawatan
yang tepat bagi klien.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pemeriksaan fisik ?
2. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik dengan metode head to toe ?
C. Tujuan
1. ssTujuan umum
Mencari masalah dalam keperawatan
Merumuskan diagnosa keperawatan
Membantu proses rencana keperawatan dan pengobatan
2. Tujuan khusus
Mengetahui lokasi penyakit, luka dan pendarahan
Mengetahui intensitas dan kualitas penyakit
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada
setiap sistem tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon terhadap
terapi tersebut.(Potter dan Perry, 2005)
Tujuan Pemeriksaan Fisik :
• Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan klien.
• Untuk menambah, mengkonfirmasi, atau menyangkal data yang diperoleh dalam
riwayat keperawatan.
• Untuk mengkonfirmasi dan mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
• Untuk membuat penilaian klinis tentang perubahan status kesehatan klien dan
penatalaksanaan.
• Untuk mengevaluasi hasil fisiologis dari asuhan.
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu
pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di
3
bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu
system tunggal atau bagian dan biasanya menggunakan alat khusus seperti
optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,
1997)
Inspeksi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh
yang diperiksa melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan. Setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan
(sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan
meletakkan tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan. Laura A.Talbot
dan Mary Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba ; tangan dan
jari-jari, untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau organ seperti: temperatur,
keelastisan, bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010).
Hal yang dideteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi,
pertumbuhan atau massa, edema, krepitasi dan sensasi. Langkah-langkah yang perlu
diperhatikan selama palpasi :
• Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai.
• Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam membantu penentuan densitas, lokasi,
dan posisi struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh
tertentu untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/lokasi dan
4
konsistensi jaringan. (Dewi Sartika, 2010). Adapun suara-suara yang dijumpai pada
perkusi adalah :
• Sonor : suara perkusi jaringan yang normal.
• Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
pada pneumonia.
• Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
• Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong,
misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik.
4 Auskultasi
• Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluran-saluran halus
pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien
pneumonia, TBC.
• Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat
ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema
paru.
• Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi
maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma.
• Pleura Friction Rub ; bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada
kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura.
5
2. Prosedur pemeriksaan fisik menggunakan metode head to toe
a) Persiapan
a. Alat
Meteran, Penlight, Stetoskop, Tensimeter, Termometer,
Alorji/Stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handscoon steril, Tissue,
Buku catatan Perawat.
b. Lingkungan
Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat dan cukup penerangan.
c. Klien (fisik dan fisiologis)
Klien dianjurkan untuk rileks
b) Prosedur pemeriksaan
a. Cuci tangan
b. Jelaskan prosedur
c. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri disebelah kanan klien dan pasang
handscoone
d. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, ststus mental dan
nutrisi.
Prosedur pelaksanaan :
6
Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi bentuk, dan kesimetrisan.
Palpasi : nyeri tekan dahi, edema, dan rahang
Pemeriksaan Mata
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan fungsi mata
- Mengetahui kelainan yang terdapat pada mata
Prosedur pelaksanaan :
Visus Perifer
Prosedur pemeriksaan menggunakan peta snellen :
i. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud
tujuan pemeriksaan.
ii. Meminta pasien duduk menghadap kartu snellen
dengan jarak 6 M.
7
iii. Memberikan penjelasan dan kemudian meminta
menutup salah satu matanya tanpa ditekan.
iv. Pemeriksaan dilakukan dengan meminta pasien
menyebutkan simbol di kartu snellen dari kiri ke
kanan, atas kebawah.
v. Jika pasien tidak bisa melihat 1 simbol maka
diulangi lagi dari atas.jika tetap maka nilai visus
oculi dextra= barisan atas/6.
vi. Jika pasien dari awal tidak dapat membaca
symbol di Snellen chart makapasien diminta
untuk membaca hitungan jari dimulai jarak 1
meter kemudian mundur. Nilai visus oculi dextra
= jarak pasien masih bisa membaca hitungan/60.
vii. Jika pasien juga tidak bisa embaca hitungan jari
maka pasien diminta untuk melihat adanya
gerakan tangan pemeriksa pada jarak 1 meter
(nilai visus oculi dextranya 1/300).
viii. Jika pasien juga tetap tidak bisa melihat adanya
gerakan tangan, maka pasien diminta untuk
menunjukkan ada atau tidaknya sinar dan arah
sinar (Nilai visus oculi dextra 1/tidak hingga).
Pada keadaan tidak mengetahui cahaya nilai
visus dextranya nol.
ix. Pemeriksaan dilanjutkan dengan menilai visus
oculi sinistra dengan cara yang sama.
x. Melaporkan hasil visus oculi sinistra dan dextra.
(Pada pasien vos/vodnya “x/y” artinya mata
kanan pasien dapat melihat sejauh x meter,
sedangkan orang normal dapat melihat sejauh y
meter).
8
Pemeriksaan Pergerakan Bola Mata
Tujuan :
1. Pada orang yang Heterophoria maka apabila fungsi kedua mata diganggu
(menutup salah satu matanya dengan penutup/occlude, atau dipasangkan
suatu filter), maka deviasi atau penyimpangan laten atau tersembunyi akan
terlihat.
2. Pemeriksa memberi perhatian kepada mata yang berada dibelakang
penutup.
3. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal)
kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat
kelainan. EXOPHORIA.
4. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerkan dari dalam (nasal) luar
kearah (temporal) pada mata yang baru saja ditutup berarti terdapat
kelainan ESOPHORIA.
5. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari atas (superior)
kearah bawah (inferior) pada mata yang baru saja di tutup berarti terdapat
kelainan HYPERPHORIA.
6. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari bawah (inferior)
kearah atas (superior) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat
kelainan HYPORPHORIA.
9
Prosedur Pemeriksaan :
1. Minta pasien untuk selalu melihat dan memperhatikan fisik, jika objek jauh
kurang jelas, maka gunakan kacamata koreksinya.
2. Pemeriksa menempatkan dirinya di depan pasien sedemikian rupa, sehingga
apabila terjadi gerakan dari mata yang barusan saja ditutup dapat dilihat
dengan jelas atau dideteksi dengan jelas .
3. Perhatian dan konsentrasi pemeriksa selalu pada mata yang ditutup.
4. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari luar (temporal)
kearah dalam (nasal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti terdapat
kelainan EXOPHORIA. Exophoria dinyatakan dengan inisial = X (gambar
A (berada di lampiran)).
5. Sewaktu tutup dibuka, bila terlihat adanya gerakan dari dalam (nasal) luar
kearah (temporal) pada mata yang baru saja ditutup, berarti teradapat
kelainan ESOPHORIA. Esophoria dinyatakan dengan inisial = E (gambar
B (berada di lampiran)).
6. Sewaktu tutup dibuka bisa terlihat adanya gerakan dari atas (superior)
kearah bawah (inferior) pada mata yang baru saja ditutup berarti terdapat
kelainan HYPERPORIA. Hyperphoria dinyatakan dengan inisial = X
(gambar C (berada di lampiran)).
Pemeriksaan Telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan
fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
a. Arloji berjarum detik.
b. Garpu tala.
c. Speculum telinga.
d. Wangi-wangian.
Prosedur Pelaksanaan
10
Normal : tidak ada nyeri tekan. Setelah diadakan
pemeriksaan telinga evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
1. Pemeriksaan Rinne
a. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari tangan yang berlawanan.
b. Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
c. Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
d. Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga
luar klien.
e. Instrusikan klien untuk memberi tahu apakah ia masih mendengarkan
suara atau tidak.
f. Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
2. Pemeriksaan Webber
a. Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari yang berlawanan.
b. Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala kilen.
c. Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
d. Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut.
Pemeriksaan Hidung
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
- Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi
atau infeksi.
Prosedur pelaksanaan :
11
Inspeksi : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan),
rongga hidung (lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal
(kemerahan, lesi, tanda-tanda infeksi).
Palpasi dan Perkusi : frontalis dan maksilaris (bengkak, nyeri, dan
septum deviasi).
Pemeriksaan Mulut
Tujuan : - Mengetahui bentuk dan kelainan mulut
Prosedur pelaksanaan :
Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur, lesi dan stomatitis.
Palpasi dan Perkusi : gigi lengkap,prnggunaan gigi palsu,
pendarahan/radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan
keadaan langit-langit.
Pemeriksaan Leher
Tujuan : - Menentukan struktur integritas leher
- Mengetahui bentuk leher serta organ yang bekaitan
- Memeriksa sistem limfatik
Prosedur pelaksanaan :
12
limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjar parotis (letak,
terlihat/teraba).
Auskultasi : bising pembuluh darah
Prosedur pelaksanaan :
13
Pemeriksaan dada evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.
Sistem kardiovaskuler
Tujuan : - Mengetahui ketidaknormalan bentuk jantung
- Mengetahui ukuran dan bentuk jantung secara kasar
- Mengetahui bunyi jantung normal dan abnormal
- Mendeteksi gangguan kardiovaskuler
Prosedur pelaksanaan :
Prosedur pelaksanaan :
14
Pemeriksaan dada dan aksila evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.
Prosedur pelaksanaan :
15
- Mengetahui adanya mobilitas, kekuatan atau adanya
gangguan pada bagian-bagian tertentu
Prosedur pelaksanaan :
Prosedur pelaksanaan :
16
- Mengetahui kemajuan proses persalinan pada ibu hamil
Pemeriksaan rectum :
Prosedur pelaksanaan :
Wanita :
Pria :
17
Pemeriksaan genitelia wanita evaluasi hasil yang didapat dengan
membandingkan dengan keadaan normal dan didokumentasikan.
Muskolokeletal
Inspeksi persendian dan jaringan sekitar saat memeriksa bagian
tubuh, amati :
Kemudahan dan rentang gerakan
Setiap tanda inflamasi pada sekitar sendi
Kondisi jaringan sekitar
Setiap deformitas muskolokeletal, termasuk kurvatura
abnormal dari tulang belakang.
Pergelangan tungkai dan kaki
Inspeksi sendi pergelangan kaki
Palpasi setiap sendi
Raba sepanjang tendon achilles
Pencet masing-masing kaki bawah, sehigga menekan sendi
metatar sofalangeus; kemudian hallus valgus, corns, calluses.
Nyeri sendi pada artritis dan kondisi lain
Palpasi setiap sendi antara ibu jari dan jari
Kaji batas gerak
Dorsofleksi dan plantarfleksikan kaki terhadap
pergelangannya (sendi tibiotalar)
Stabilkan pergelangan kaki dengn satu tangan dan putar
kedalam dan keluar tumit (sendi subtalar)
Inversi
Sendi artitis sering sakit kepala ketika digerakkan pada setiap arah.
Terkilir sakit lebih hebat jika ligamen cidera direngangkan.
Eversi
Stabilkan tumit dan putar ke dalam dan ke luar telapak kaki (sendi
transal transversal)
Lutut dan pinggul
Inspeksi dan palpasi masing-masing lutut, termasuk :
Area kantung supratelar
Rongga pada masing-masing sisi patela
18
Patela
Kaji kompartemen patelofemolar
Tekan pada patela, gerakan pada femur yang mendasarinya
Tekan patela kearah distal dan mintalah pasien untuk
mengencangkan lutut terhadap meja
19
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Pemeriksaan fisik Head to Toe adalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan
atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematik
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Pemeriksaan fisik mutlak dilakukan pada setiap klien, tertama pada klien yang baru
masuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk di rawat, secara rutin pada klien yang sedang
di rawat, sewaktu-waktu sesuai kebutuhan klien. Jadi pemeriksaan fisik ini sangat penting
dan harus di lakukan pada kondisi tersebut, baik klien dalam keadaan sadar maupun tidak
sadar.Pemeriksaan fisik menjadi sangat penting karena sangat bermanfaat, baik untuk
untuk menegakkan diagnosa keperawatan, memilih intervensi yang tepat untuk proses
keperawatan, maupun untuk mengevaluasi hasil dari asuhan keperawatan.
b) Saran
Agar pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan baik, maka perawat harus
memahami ilmu pemeriksaan fisik dengan sempurna dan pemeriksaan fisik ini harus
dilakukan secara berurutan, sistematis, dan dilakukan dengan prosedur yang benar.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar makalah ini masih banyak kekurangan
dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca kami
butuhkan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya lebih baik lagi, dan kami juga
berharap :
Setelah membaca makalah ini, kami berharap kita menjadi lebih tau dan
lebih paham tentang pemeriksaan fisik Head to Toe.
Kita bisa mengaplikasikan ilmu ini dalam dunia kerja.
20
LAMPIRAN
Gambar A
Gambar B
Gambar C
21
22
DAFTAR PUSTAKA
iv