Anda di halaman 1dari 6

TUGAS INDIVIDU

RESUME KESEHATAN PENYELAMAN DAN HIPERBARIK

TOPIK PEMBAHASAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TERAPI OKSIGEN

HIPERBARIK

BIDANG MATA KULIAH

KESEHATAN PENYELAMAN DAN HIPERBARIK

DISUSUN OLEH :

Nadiyah Fithriyani (17.10.065) S1-3A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

2019
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN TERAPI OKSIGEN

HIPERBARIK

Konsep Asuhan Keperawatan Klien dengan Terapi Oksigen Hiperbarik


A. Pengkajian
1. Identitas klien: Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, no. RM, dan
diagnosa medis.
2. Keluhan utama: Keluhan yang muncul merupakan keluhan klinis ulcus skin
degloving, alasan menggunakan terapi hiperbarik.
3. Riwayat penyakit sekarang: Mengkaji perjalanan penyakit secara detail mulai dari
kapan terjadinya Ulkus, hingga dilakukan terapi hiperbarik oksigen, serta berapa
kali ke hiperbarik dan apakah melakukan kunjungan hiperbarik secara rutin dan
berkala.
4. Riwayat penyakit dahulu: Mengkaji penyakit yang pernah dialami klien yang
mungkin menjadi kontraindikasi terapi HBO.
5. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum: Keadaan umum, tanda-tanda vital.
2) ROS (Review of System): B1 (Breath), B2 (Blood), B3 (Brain), B4 (Bladder), B5
(Bowel), B6 (Bone).
6. Pengkajian pra HBO
1) Observasi tanda-tanda vital
2) Indikasi HBO : Beberapa indikasi penyakit yang bisa diterapi dengan HBO
adalah penyakit dekompresi, emboli udara, keracunan gas CO, infeksi seperti
gas gangren, osteomyelitis, lepra, pada bedah plastik dan rekonstruksi
seperti luka yang sulit sembuh, luka bakar, operasi reimplantasi dan operasi
cangkok jaringan. Keadaan trauma seperti crush injury, compartment
syndrome dan cidera olahraga.
3) Auskultasi paru-paru
4) Kaji adanya tanda-tanda flu
5) Tes pada klien keracunan CO / Oksigen.
6) Lakukan uji gula darah pada Klien dengan IDDM.
7) Kaji status nutrisi pada klien dengan ulkus skin degloving dengan
pengobatan
8) Observasi cedera tulang umum dalam luka trauma.
9) Kaji tingkat nyeri
7. Pengkajian intra HBO
1) Pantau adanya tanda-tanda dan gejala barotrauma, keracunan oksigen dan
komplikasi/efek samping yang biasa ditemui dalam HBOT.
2) Mendorong klien untuk menggunakan teknik valsava maneuver yang paling
nyaman.
3) Mengingatkan Klien bahwa valsava maneuver hanya digunakan pada saat
proses dekompresi, setelahnya Klien hanya perlu bernapas normal (tidak
menahan napas).
4) Jika Klien mengalami nyeri ringan sampai sedang, hentikan dekompresi
hingga nyeri reda. Jika nyeri ringan sampai sedang tidak mereda, Klien harus
dikeluarkan dari ruang dan diperiksa oleh dokter THT.
5) Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan Klien bernafas secara normal
(jangan menelan udara).
6) Segera periksa gula darah jika terdapat tanda-tanda hypoglycemia
8. Pengkajian post HBO
1) Untuk Klien dengan tanda-tanda barotrauma, lakukan uji ontologis.
2) Lakukan penilaian status neurovaskular dan luka pada Klien
3) Klien yang mengkonsumsi obat anti ansietas selama terapi dilarang
mengemudikan alat transportasi atau menghidupkan mesin.
4) Dokumentasikan tindakan dan kondisi klien pasca HBOT

B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
2. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkat.
3. Resiko cidera yang b/d Klien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis.
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli
serebral b/d perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
Tujuan & Kriteria Hasil
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Klien tidak mengalami
barotrauma telinga, sinus gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral.
Kriteria hasil:
1) Klien tidak mengeluh nyeri pada telinga, sinus gigi dan paru-paru.
2) Tidak ada tanda-tanda barotrauma
Intervensi
1) Sebelum terapi dimulai ajarkan pada Klien tentang teknik valsava maneuver
dengan cara menelan ludah, mengunyah, minum, atau menutup hidung lalu
hembuskan.
2) Kaji kemampuan Klien melakukan teknik valsava maneuver.
3) Ingatkan Klien untuk bernapas dengan normal selama perubahan tekanan,
4) Anjurkan Klien untuk melapor jika merasakan sakit di telinga
5) Beritahukan operator ruang multiplace jika ada Klien yang tidak dapat
menyesuaikan persamaan tekanan.
6) Monitor tanda-tanda dan gejala barotrauma hingga terapi selesai
7) Dokumentasikan hasil pengkajian
2. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkat.
Tujuan & Kriteria Hasil
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan tidak terjadi
keracunan oksigen
Kriteria hasil:
1) Klien tidak mengeluh pusing
2) Klien tidak mengatakan penglihatan kabur
3) Tidak ada mual
Intervensi
1) Kaji kondisi Klien sebelum terapi
2) Pantau kondisi Klien saat terapi berlangsung dan dokumentasikan tanda dan
gejala dari keracunan oksigen pada sistem saraf pusat
3) Beritahukan kepada dokter hiperbarik jika terdapat tanda-tanda keracunan
oksigen pada Klien.
3. Resiko cidera yang b/d Klien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan
peralatan, kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
Tujuan & Kriteria Hasil
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan, Klien terhindar dari cidera
Kriteria hasil:
1) Tidak terjadi kebakaran
2) Klien keluar chamber dengan kondisi aman
3) Tidak ditemukan cidera pada tubuh Klien
Intervensi
1) Bantu Klien masuk dan keluar dari ruang dengan tepat
2) Jelaskan prosedur pencegahan kebakaran sesuai kebijakan yang ditentukan
dan prosedur
3) Beritahukan kepada Klien terkait barang-barang yang tidak boleh dibawa ke
dalam chamber
4) Amankan peralatan di dalam ruang sesuai dengan kebijakan dan prosedur
5) Pantau peralatan untuk perubahan tekanan dan volume
6) Monitor adanya udara di IV linedan tekanan tubing line invasif. udara semua
harus dikeluarkan dari tabung, jika ada.
7) Dokumentasikan bahwa semua lini invasif terbebas dari udara terutama saat
chamber diberikan tekanan dan setelah diberikan tekanan
DAFTAR PUSTAKA

S., Guntoro, Agus, S. 1999. Ilmu Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik. LAKESLA.
Sutarno, AR. 2000. Kedokteran Hiperbarik. Senter hiperbarik RSAL Dr. Mintohardjo, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai