Anda di halaman 1dari 21

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA

AKUT DAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

FITRI MILENIA (194201416050)

OWAN RATNA PERMAHA (194201416163)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS NASIONAL

JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah ini adalah “Otitis Media Akut dan Supuratif Kronis” Kami
ucapkan terimakasih kepada:

1. Ns. Tommy J.F. Wowor, S.Kep.,MM. selaku dosen mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah 3 yang telah memberikan tugas ini .
2. Anggota kelompok 3 atas kerja samanya untuk menyelesaikan makalah
ini.

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah 3, Kami harap makalah ini dapat menjadi sarana pembelajaran serta dapat
menambah wawasan pembaca mengenai otitis media akut dan kronis.

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan makalah ini, kami juga minta
kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk menjadi bahan
pertimbangan dalam perbaikan makalah.

Jakarta, 17 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Tujuan................................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................4
2.1 Anatomi Fisiologi Indra Pendengaran................................................................4
2.1.1 Anatomi Indra Pendengaran...............................................................................4
2.1.2 Fisiologi Indra Pendengaran..............................................................................5
2.2 Pengertian Otitis Media......................................................................................5
2.3 Etiologi Otitis Media..........................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinik Otitis Media.........................................................................6
2.5 Patoflowdiagram................................................................................................7
2.6 Pemeriksaan Penunjang......................................................................................8
2.7 Komplikasi.........................................................................................................8
2.8 Penatalaksanaan Medis.......................................................................................9
2.8.1 Otitis Media Akut..............................................................................................9
2.8.2 Otitis Media Kronis..........................................................................................10
2.9 Asuhan Keperawatan........................................................................................11
2.9.1 Pengkajian........................................................................................................11
2.9.2 Diagnosa Keperawatan....................................................................................11
2.9.3 Rencana Keperawatan......................................................................................11
2.9.4 Implementasi....................................................................................................14
2.9.5 Evaluasi...........................................................................................................15
BAB III PENUTUP.........................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................16
3.2 Saran................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Otitis Media Akut (OMA) merupakan peradangan pada telinga bagian
tengah yang terjadi secara cepat dan singkat dalam waktu kurang dari 3 minggu
disertai dengan gejala lokal seperti demam, nyeri, pendengaran berkurang, dan
keluarnya cairan . Otitis Media Akut disebabkan oleh bakteri dan virus yang
paling sering ditemukan pada penderita OMA yaitu bakteri Streptococcus
pneumaniae, diikuti oleh virus Haemophilus influenza . Apabila penderita OMA
kurang mendapatkan penanganan yang adekuat maka akan mengalami komplikasi
lanjutan yaitu Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) yaitu peradangan pada
mukosa telinga tengah yang disertai keluarnya cairan melalui perforasi membran
timpani selama lebih dari 2 bulan. (Triswanti, N., Wibawa, F. S., & Adha, G. A.
R. 2021).

Faktor resiko yang paling berkaitan dengan OMA ialah usia. Kasus OMA
secara umum paling sering terjadi pada anak-anak. Faktor anatomis, dimana pada
fase perkembangan telinga tengah saat usia anak-anak, tuba eustachius memang
memiliki posisi yang lebih horizontal dengan drainase yang minimal
dibandingkan dengan usia lebih dewasa menyebabkan terjadinya OMA. Hal inilah
yang membuat kecenderungan terjadinya OMA pada usia anak-anak lebih besar
dan lebih ekstrim dibandingkan usia dewasa. (Yuniarti, D., Triola, S., & Fitriyasti,
B. 2019).

Otitis media supuratif kronis merupakan komplikasi dari otitis media akut
yang disertai perforasi membran timpani lebih dari 2 bulan dan keluarnya sekret
yang apabila tidak ditangani dengan tepat akan membuat progresivitas penyakit
semakin bertambah. (Sari, M. R. N., & Imanto, M. 2020).

Prevalensi tertinggi OMA di dunia terjadi di Afrika Barat dan Tengah


(43,37%), Amerika Selatan (4,25%), Eropa Timur (3,96%), Asia Timur (3,93%),
Asia Pasifik (3,75%), dan Eropa Tengah (3,64%). Di Inggris, sebanyak 30% anak

1
– anak mengunjungi dokter anak setiap tahunnya karena OMA. Di Amerika
Serikat, sekitar 20 juta anak – anakmenderita OMA setiap tahunnya. Di Asia
Tenggara, Indonesia termasuk keempat negara dengan prevalensi gangguan
telinga tertinggi (4,6%). Tiga negara lainnya adalah Sri Lanka (8,8%), Myanmar
(8,4%) dan India (6,3%). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Elaina A
Maclntyre, informasi tentang faktor risiko yang tersedia dari 50.474 anak (86%
dari kelahiran) hampir separuhnya (48,6%) pernah berobat sekali atau lebih ke
dokter untuk pengobatan otitis media dan dari 3.952 anak (sekitar 7,8%) di
diagnosa sebagai otitis media berulang. (Khalid, M. Y. 2021).

Menurut WHO 2015, hasil survei prevalensi di perkirakan beban global


penyakit dari OMSK dapat mencapai 65 sampai 330 juta orang dengan telinga
kering. Adapun laporan WHO pada 2004 mengeni OMSK, Prevalensi OMSK
berkisar kurang dari 1 % pada negara maju seperti Denmark, Filandia, Ukraina,
dan United State America. Negara yang memiliki prevalensi rendah termasuk
Brazil dan Kenya (1-2%). Prevalensi tinggi (2-4%) di laporkan berada di Angola,
Cina, Malaysia, Nigeria, Filipina, Korea Selatan, Thailand dan Vietnam.
Prevalensi tertinggi (Lebih dari 6% ) ditemukan di Greenland, India, Tazmania,
Kepulauan Solomon. (Sari, R. J. 2021).

Peran perawat dalam kasus ini adalah sebagai pengasuh (cargiver), sebagai
orang yang selalu mendampingi pasien dan membantu memenuhi kebutuhan dasar
pasien (terutama pemenuhan kebutuhan rasa aman nyaman) yang terganggu
seperti bagaimana cara manajemen untuk nyeri serta bagaimana caranya
mengurangi resiko infeksi pada pasien serta sebagai educator atau pendidik untuk
memberikan penjelasan tentang penyakitnya tersebut.

2
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu memahami anatomi dan fisiologi sistem pendengaran.
2. Mahasiswa mampu memahami pengertian dari otitis media akut dan
kronis
3. Mahasiswa mampu memahami etiologi dan manifestasi klinis dari otitis
media akut dan kronis
4. Mahasiswa mampu memahami patofisiologi dari otitis media akut dan
kronis
5. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dan penatalaksanaan medis
otitis media akut dan kronis
6. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada
kasus otitis media akut dan kronis

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Fisiologi Indra Pendengaran

2.1.1 Anatomi Indra Pendengaran


Indra pendengaran terdiri atas 3 bagian : telinga luar,
telinga tengah dan telinga bagian dalam. Saraf yang berperan pada
indra pendengaran adalah nervus auditorius.
a.Telinga Luar, terdiri:
1. Daun Telinga
a. Dibentuk oleh tulang rawan elastis.
b. Fungsi : mengumpulkan getaran suara menuju saluran
telinga luar.
2. Saluran Telinga
a. Panjang saluran telinga luar ini ±2,5 cm.
b. Memiliki kelenjar sebasea yang menghasilkan serumen.
Serumen dan rambut telinga ini dapat mencegah masuknya
benda asing ke dalam telinga.
b. Telinga Tengah, terdiri:
1. Membran timpani (gendang telinga) yang membatasi telinga
luar & tengah.
2. Tulang-tulang pendengaran yang terdiri atas maleus (martil),
inkus (landasan) dan stapes (sanggurdi).
3. Tuba eustacius yaitu saluran yang menghubungkan telinga
bagian tengah dengan faring.
c. Telinga Dalam, terdiri:
1. Koklea/rumah siput (organ pendengaran). Pada bagian dasar
duktus koklea terdap reseptor pendengaran yang disebut organ
corti. Organ corti terdiri atas sel rambut dan sel penyokong.
2. Vestibulum (organ keseimbangan) yang terdiri atas: kanalis
semi sirkularis, sakulus dan ultrikulus. (Aizah, S. 2020).

4
2.1.2 Fisiologi Indra Pendengaran
Proses pendengaran melibatkan telinga luar, gendang telinga,
ossikel dan koklea (cochlea). Pendengaran terjadi karena
gelombang suara yang masuk diubah menjadi getaran cairan di
dalam telinga dan diikuti dengan pergerakan sel rambut di
cochlea. Selanjutnya getaran tersebut akan diterima sebagai
potensial aksi di dendrit dan disambungkan dengan saraf
pendengaran (auditory nerve). (Roosita, K., & Subandriyo, V.
U. 2020).

Gambar 1 : telinga bagian tengah. Sumber : https://kumparan.com/

2.2 Pengertian Otitis Media


Otitis media (OM) merupakan suatu keadaan kompleks dari infeksi dan
inflamasi yang menyerang telinga tengah. (Farida, Y. 2016).

Otitis media akut merupakan peradangan sebagian atau seluruh mukosa


telinga tengah, tuba eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid dengan
onset kurang dari 3 minggu, ditandai dengan adanya cairan dan atau inflamasi
di telinga tengah. (Purba, L. A., & Imanto, M. 2021).

5
Otitis media supuratif kronik adalah peradangan kronik telinga tengah
dengan perforasi membran timpani dan riwayat keluarnya sekret dari telinga
lebih dari dua bulan, baik terus-menerus maupun hilang timbul. (Farida, Y.
2016).

2.3 Etiologi Otitis Media


Otitis media akut dapat disebabkan oleh virus atau bakteri. Kebanyakan
anak-anak terinfeksi oleh Respiratory Syncytial Virus (RSV) pada awal tahun
kehidupan. Sekitar 70% pasien dengan otitis media akut, bakteri ditemukan
pada kultur pada telinga tengah. Spesies yang paling sering adalah
Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae. (Mahardika, I. W. P.,
Sudipta, I. M., & Sutanegara, S. W. D. 2019).
Otitis media akut dimulai oleh adanya infeksi virus yang merusak mukosa
siliar pada saluran nafas atas sehingga bakteri patogen masuk dari nasofaring
ke telinga tengah melalui tuba eustachius dengan gerakan mundur. Bakteri-
bakteri ini memperoleh respon inflamasi yang kuat dari mukosa telinga tengah
sama seperti infiltrasi leukosit. Posisi tuba eustachius yang relatif horizontal
pada anak juga meningkatkan kerentanan anak untuk terjadinya refluks sekresi
dari nasofaring ke telinga tengah. Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai
dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa. Pada
OMSK, bakteri yang ditemukan mungkin bakteri aerob yaitu Streptococcus
Pyogenes, Proteus Mirabilis, Klebsiella sp. ataupun bakteri-bakteri anaerob
yaitu Bacterioides, Peptostreptococcus, Proprinibacterium. (Hr, S., & Hr, D.
R. 2020).

2.4 Manifestasi Klinik Otitis Media


Gejala klinik tergantung pada stadium penyakit dan umur pasien, seperti,
a. Nyeri telinga,
b. Gangguan pendengaran,
c. Demam, dan
d. Keluar cairan dari telinga. (Nazarudin, N. 2020).
Pada otitis media supuratif kronis (OMSK) terjadi lebih lama yaitu selama
lebih dari 2 bulan.

6
2.5 Patoflowdiagram

Infeksi Sekunder (ISPA), Bakteri Trauma benda asing


streptococcus, Haemophylus
influenza
Ruptur gendang telinga

Invasi bakteri

Infeksi Telinga Tengah


(kavum timpani, tuba eustachius)

Otitis Media

Proses Peningkatan produksi Tekanan pada telinga


Peradangan serosa tengah (-)

Akumulasi cairan serosa Retraksi membran


timpani

Kesulitan/sakit Kuman
melepaskan Rupture membran Hantaran suara/udara
menelan dan
endotoksin timpani karena desakan yang diterima menurun
mengunyah

PX :
Sekret keluar dan
MK : risiko Merangsang Pemeriksaan
berbau tidak enak
pemenuhan tubuh kultur telinga
kebutuhan mengeluarkan
nutrisi kurang zat pirogen
MK : Gangguan
dari Citra Tubuh Tinnitus, penurunan
fungsi pendengaran,
Suhu tubuh tuli konduktif ringan
Mengaktivasi reseptor nyeri meningkat PX :
Audiometri
nada murni
Melalui sistem persarafan
ascenden MK :
MK : Gangguan
Hipertermi
persepsi sensori
pendengaran
7
Pengobatan tidak
tuntas/ episode Kurang informasi
Merangsang thalamus dan
berulang
korteks selebri
MK : Defisit

Infeksi berlanjut ke
Muncul sensasi nyeri telinga dalam Merusak tulang karena
adanya epitel
skuamosa didalam
rongga telinga tengah
MK : Nyeri Akut
Erosi pada kanalis
semisirkularis PX :
Tindakan operasi
Rontgen
mastoidektomi
mastoid/CT
Pening/vertigo Scan
keseimbangan tubuh
menurun

MK : Nyeri MK : Risiko
MK : Risiko injury Akut Infeksi

MK :
Ansietas

2.6 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan untuk menetapkan diagnosa
adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan kultur cairan dari telinga untuk mengetahui organisme


penyebab
2. Rontgen mastoid atau CT-Scan kepala untuk mengetahui adanya
penyebaran infeksi ke struktur di sekeliling telinga.
3. Audiometri nada murni, audiometri tutur, BERA (Brainstem evoked
response audiometry). (Lahdji, A., & Primasari, A. 2017).

2.7 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi akibat OMA yang tidak diobati, pengobatan yang
tidak adekuat, dan adanya bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Komplikasi yang diakibatkan oleh OMA, walaupun jarang, biasanya
berhubungan dengan morbiditas yang tinggi. Komplikasi OMA dibagi
menjadi intrakranial dan intratemporal. Komplikasi OMA dapat terjadi pada
anak-anak dan orang dewasa, sehingga pemeriksaan fisik yang teliti harus
dilakukan. Komplikasi intrakranial yang dapat terjadi antara lain meningitis,

8
abses otak, tromboflebitis supuratif otogenik, hidrosefalus otikus, empiema
subdural, dan abses epidural. Komplikasi intratemporal yang dapat terjadi
adalah perforasi pars tensa membran timpani, atelektasis telinga tengah,
mastoiditis akut, petrositis, paresis fasialis, labirintitis, dan gangguan
pendengaran. (Nazarudin, N. 2020).
Komplikasi pada Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) terbagi menjadi
2, yaitu : Komplikasi Ekstrakranial yang terdiri dari mastoiditis, labirintitis,
paresis dan fasialis. Dan Komplikasi Inrakranial yang terdiri dari meningitis
abses subdural. (Lahdji, A., & Primasari, A. 2017).

2.8 Penatalaksanaan Medis

2.8.1 Otitis Media Akut


Penatalaksanaan yang dilakukan pada otitis media akut bergantung
dari stadium yang diderita, yaitu pertama stadium oklusi diberikan
antibiotik berupa Ampicillin atau Penicillin dan obat tetes hidung HCL
efedrin 0,5%. Kedua, stadium hiperemis diberikan analgetik untuk
meredakan nyeri, antibiotik, dan obat tetes hidung HCL efedrin 0,5%.
Ketiga stadium supurasi, pengobatan dapat berupa antibiotik dan obat
simptomatik. Pada stadium ini, miringotomi dapat dilakukan untuk
mencegah perforasi. Keempat, stadium perforasi, diberikan antibiotik
yang adekuat dan 3% selama kurang lebih 3 – 5. (Ilmyasri, S. A. 2020).
Pada anak-anak dengan otitis media yang tidak berat
direkomendasikan antibiotik sesuai usia atau mengamati resolusi gejala
dalam waktu 48-72 jam sebelum meresepkan antibiotik. Antibiotik lini
pertama yang dapat diberikan, yaitu amoksisilin 50 sampai 60
mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 2-3 dosis untuk pasien tanpa alergi
terhadap penicillin. Pemberian obat golongan cephalosporins seperti
ceftriacone, cefpodoxime, cefdinir, dan cefuroxime direkomendasikan
pada pasien yang memiliki alergi penicillin. Antibiotik lini kedua, yaitu
amoksisilin 50 mg/kgBB/hari ditambah asam klavuanat 12,5
mg/kgBB/hari (Ilmyasri, S. A. 2020).

9
2.8.2 Otitis Media Kronis
a. Terapi mediakamentosa, diberikan untuk OMK tipe jinak. Tipe
jinak stadium aktif diberikan antibiotika. Antibiotika oral adalah
golongan ampisilin,amoksisilin atau eritromisin. Antibiotika dapat
juga diberikan dalam bentuk tetes telinga,tetapi perlu di ingat
bahayanya bila diberikan terlalu lam karena akan mengakibatkan
tuli syaraf. Sebelum menggunakan tetes telinga terlebih dahulu
harus dibersihkan denga kapas lidi, kertas tisu atau dengan
menggunakan larutan perhidrol (H2O2). 3%. Pemberian tetes
telinga sebaiknya jangan lebih dari 2 minggu. Hal lain yang tidak
boleh dilupakan adalah mencari fakto-faktor penyebab kekambuhan
(Rinogen, Eksogen) dan bila perlu dilakukan rujukan kedokter
spesialis.
Pada stadium tenang (telinga dapat dipertahankan kering selama 2
bulan), penderita dianjurkan untuk operasi miringoplasti (menutup
perforasi membran timpani) atau timpanoplasti untuk mencegah
agar tidak terjadi infeksi berulang.
Prinsip pengobatan OMK tipe maligna adalah operasi
mastoidektomi. Bertujuan untuk menghilangkan jaringan granulasi,
nanah, polip atau tulang-tulang yang nekrosis. (Lahdji, A., &
Primasari, A. 2017).
b. Konseling & Edukasi :
- Menjaga kebersihan telinga, telinga jangan dikorek-korek,
jangan sampai kemasukan air. Bila membersihkan telinga harus
digunakan peralatan yang bersih dan tidak tajam.
- Menghilangkan rasa malu terhadap keluarga maupun
lingkungannya.
- Tidak menganggap bahwa OM adalah penyakit bawaan, tetapi
suatu infeksi yang dapat disembuhkan. Penyakit ini bila
dibiarkan akan mengakibatkan komplikasi yang sangat
merugikan.
- Tidak boleh berenang. (Lahdji, A., & Primasari, A. 2017).

10
2.9 Asuhan Keperawatan

2.9.1 Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien otitis media akut antara lain
Pengkajian terhadap pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama,
interaksi keluarga, konsep diri, status mental, respon emosional.
Pengkajian terhadap tanda-tanda vital, rasa nyeri, berat badan,
respon psikologis, kebutuhan nutrisi, kebutuhan cairan, komplikasi
yang terjadi.
Data yang perlu dikaji pada pasien otitis media akut antara lain:
a. Aktivitas/istirahat : penurunan aktivitas, tidur terganggu.
b. Eliminasi : Keluaran urine
c. Nutrisi : Anoreksia, mual/muntah
d. Nyeri

2.9.2 Diagnosa Keperawatan


1. Risiko infeksi b.d peningkatan paparan organisme patogenik

2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis

3. Defisit pengetahuan b.d kurangnya terpapar informasi

2.9.3 Rencana Keperawatan


Diagnosa Tujuan / Kriteria Intervensi
keperawatan (SDKI) Hasil (SLKI) Keperawatan (SIKI)
Risiko infeksi b.d Setelah dilakukan Pencegahan infeksi
peningkatan paparan asuhan keperawatan (I.14539)
organisme patogenik selama 3x24 jam Observasi
(D.0142) secara koperhensif 1. Monitor tanda dan
Tingkat infeksi gejala infeksi lokal
(L.14137) diharapkan dan sistemik
menurun dengan Tindakan
kriteria hasil : 1. Cuci tangan
- Demam menurun sebelum dan
- Kemerahan sesudah kontak

11
menurun dengan pasien
- Nyeri menurun 2. Pertahankan teknik
- Bengkak menurun aseptik pada pasien
- Cairan berbau beresiko tinggi
busuk menurun Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Nyeri Akut b.d Agen Setelah dilakukan Manajemen nyeri
Pencedera Fisiologis asuhan keperawatan (I.08238)
(D.0077) selama 3x24 jam Observasi
secara koperhensif 1. Identifikasi lokasi,
Tingkat nyeri karakteristik,
(L.08066) diharapkan durasi, frekuensi,
menurun dengan kualitas, intensitas
kriteria hasil : nyeri
- Keluhan nyeri 2. Identifikasi skala
menurun nyeri
- Meringis menurun Terapeutik
- Gelisah menurun 1. Berikan terapi
teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri, contoh tarik
nafas dalam
Edukasi
1. Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
2. Ajarkan teknik

12
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri contoh tarik
nafas dalam
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik,bila perlu
Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan Edukasi kesehatan
b.d Kurangnya asuhan keperawatan (I.12383)
Terpapar Informasi selama 3x24 jam Observasi
(D.0111) secara koperhensif 1. Identifikasi
Tingkat pengetahuan kesiapan dan
(L.08066) diharapkan kemampuan
meningkat dengan menerima
kriteria hasil : informasi
- Perilaku sesuai 2. Identifikasi factor-
anjuran meningkat faktor yang dapat
- Verbalisasi minat meningkatkan dan
dalam belajar menurunkan
meningkat motivasi perilaku
- Perilaku sesuai hidup bersih dan
dengan pengetahuan sehat
meningkat Terapeutik
- Perilaku membaik 1 Sediakan materi
dan media
Pendidikan
Kesehatan
2 Jadwalkan
Pendidikan
Kesehatan sesuai
kesepakatan

13
3 Berikan
kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
1 Jelaskan factor
risiko yang dapat
mempengaruhi
Kesehatan
2 Ajarkan perilaku
hidup bersih dan
sehat
3 Ajarkan strategi
yang dapat
digunakan untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat

2.9.4 Implementasi
Implementasi adalah pengelolaan dan wujud dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Fokus dari
intervensi keperawatan antara lain adalah : mempertahan daya tahan
tubuh, mencegah komplikasi, menentukan perubahan sistem tubuh,
memantapkan hubungan klien dengan lingkungan dan implementasi pesan
dokter.

2.9.5 Evaluasi
Evaluasi atau tahap penilaian adalah perbandingan yang sistematis
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditetapkan,

14
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan yang disesuaikan
dengan kriteria hasil tahap perencanaan.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari makalah ini, kami dapat menyimpulkan beberapa
hal sebagai berikut :

1. Otitis media (OM) merupakan suatu keadaan kompleks dari infeksi


dan inflamasi yang menyerang telinga tengah. Otitis media terbagi

15
menjadi Otitis Media Akut(OMA) dan Otitis Media Supuratif
Kronis(OMSK).
2. Otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang
umumnya terjadi selama kurun waktu yang relative cepat, yaitu 3
minggu. Sedangkan otitis media supuratif kronis terjadi dalam kurun
waktu yang lebih lama yaitu selama lebih dari 2 bulan.
3. Gejala yang timbul pada otitis media akut dan kronis relatif sama
yang membedakan hanya jangka waktunya.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, kedepannya kami akan lebih baik lagi dalam penulisan dan
pengumpulan data mengenai otitis media akut dan kronik.

DAFTAR PUSTAKA
Aizah, S. (2020). Modul Praktikum Anatomi Dan Fisiologi.

Farida, Y. (2016). Tatalaksana Terkini Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK).


Medical Journal Of Lampung University, 6(1).

Hr, S., & Hr, D. R. (2020). Karakteristik Pasien Otitis Media Supuratif Kronik Di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Agustus 2018-Juli
2019 (Doctoral Dissertation, Universitas Hasanuddin).

16
Ilmyasri, S. A. (2020). Jurnal Penelitian Perawat Profesional. Jurnal Penelitian
Perawat Profesional, 2(4).

Khalid, M. Y. (2021). Efektivitas Ofloxacin Tetes Pada Pengobatan Otitis Media


Akut Stadium Perforasi Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Usia Di Rumah Sakit
Umum Madani Medan. Jurnal Ilmiah Maksitek, 6(2), 235-239.
Lahdji, A., & Primasari, A. (2017). Buku Ajar Sistem Telinga, Hidung Dan
Tenggorokkan.
Mahardika, I. W. P., Sudipta, I. M., & Sutanegara, S. W. D. (2019). Karakteristik
Pasien Otitis Media Akut Di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar
Periode Januari–Desember Tahun 2014.

Nazarudin, N. (2020). Otitis Media Akut Dengan Komplikasi Mastoiditis Akut


Dan Labirintitis Akut Pada Dewasa (Acute Otitis Media With Complications Of
Acute Mastoiditis And Acute Labyrinthitis In Adult).

Purba, L. A., & Imanto, M. (2021). Hubungan Otitis Media Akut Dengan Riwayat
Infeksi Saluran Pernapasan Atas Pada Anak. Medical Profession Journal Of
Lampung, 10(4), 670-676.

Roosita, K., & Subandriyo, V. U. (2020). Fisiologi Manusia. PT Penerbit IPB


Press.

Sari, M. R. N., & Imanto, M. (2020). Hubungan Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat
Terhadap Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK). Jurnal Majority, 9(2)

SARI, R. J. (2021). Hasil Penelitian Prevalensi Penderita Otitis Media Supuratif


Kronik (Omsk) Di Poliklinik Tht Rsud Dr. Pirngadi Medan Pada Tahun
2018 (Doctoral Dissertation, Fakultas Kedokteran, Universitas Islam Sumatera
Utara).

Triswanti, N., Wibawa, F. S., & Adha, G. A. R. (2021). Karakteristik Pasien Otitis
Media Akut. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1), 7-11.

17
Yuniarti, D., Triola, S., & Fitriyasti, B. (2019). Prevalensi Otitis Media Akut di
RS Islam Siti Rahmah Padang Tahun 2017. Health and Medical Journal, 1(1), 59-
63.

18

Anda mungkin juga menyukai