Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH KESEHATAN MARITIM

ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI OKSIGEN HIEPRBARIK PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSIS MEDIS COMBUTIO (LUKA BAKAR)

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6
1. DEMMI CATUR RIONO 2011007
2. DIANA WAHYU 2011008
3. ENJANG WAHYU BUDIARTI 2011012
4. MAY ANDRIANI 2011018
5. ULFIAN DWI PRIANGGA 2011027

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PARAREL


STIKES HANG TUAH SURABAYA
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan rahmat-Nya penulis
telah berhasil menyusun makalah Asuhan Keperawatan Terapi Oksigen Hieprbarik Pada Pasie
Dengan Diagnosis Medis Combutio (Luka Bakar). Pada penulisan makalah ini kami
menggunakan bahasa sederhana dan mudah dimengerti sehingga dapat dengan mudah dicerna
dan di ambil intisari dari materi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan mahasiswa.
Makalah ini juga di harapkan dapat digunakan oleh mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan
karena kami telah berusaha melengkapi materi makalah sesuai dengan kebutuhan materi
pembelajaran yang di sempurnakan.
Demikian kami sangat mengharapkan kritik yang sifatnya membangun demi tercapai
suatu kesempurnaan dalam memenuhi kebutuhan dalam bidang mata kuliah keperawatan
kesehatan maritime.

Surabaya, 26 April 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Sampul
Kata Pengantar...............................................................................................i
Daftar Isi........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................2
1.3 Tujuan ...............................................................................................2
1.4 Manfaat .............................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Luka Bakar (combutio)...............................................3
2.1.1 Pengertian Luka Bakar (combutio)..............................................3
2.1.2 Manifestasi Klinis Luka Bakar (combutio)..................................3
2.1.3 Klasifikasi Luka Bakar (combutio)..............................................4
2.1.4 Etiologi Luka Bakar (combutio)..................................................6
2.1.5 Patofisiologi Luka Bakar (combutio)...........................................8
2.1.6 Komplikasi Luka Bakar (combutio).............................................9
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar (combutio).........................10
2.1.8 Penatalaksaan Luka Bakar (combutio).........................................11
2.2 Konsep Terapi Oksigen Hiperbaik.....................................................12
2.2.1 Pengertian Terapi Oksigen Hiperbarik........................................12
2.2.2 Tipe Hiberbarik Chamber............................................................13
2.2.3 Manfaat HBOT............................................................................14
2.2.4 Indikasi HBOT.............................................................................15
2.2.5 Kontraindikasi HBOT..................................................................15
2.2.6 Tim Terapi HBOT........................................................................16
2.2.7 Peran Perawat Dalam HBOT.......................................................16
2.2.8 Komplikasi HBOT.......................................................................17
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIPERBARIK PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSIS
LUKA BAKAR (COMBUTIO).....................................................................18
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .......................................................................................27
4.2 Saran .................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................29

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya kulit dengan api, suhu
tinggi, listrik, radiasi maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit menjadi
terganggu atau rusak.(Suriadi&Rita 2006). Kurang lebih 2,5 juta 0rang mengalami luka
bakar di Amerika setiap tahunya . dari kelompok ini ,200.000 orang memerlukan penanganan
rawat jalan dan 100.000 orang dirawat di rumah sakit. Sekitar 12.000 orang meninggal setiap
tahunya akibat luka dan cedera inhalasi yang berhubungan dengan luka bakar. Lebih separuh
dari kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit seharusnya dapat dicegah.(brunner
&suddart ,2002).
Terapi luka bakar diarahkan pada tujuan untuk meminimalkan edema, mempertahankan
jaringan yang sehat pada zona stasis, melindungi mikrovaskularisasi, meningkatkan daya
tahan host, dan menyediakan substrat yang diperlukan untuk mempertahankan viabilitas
jaringan. Tujuan utama dari terapi luka bakar mencakup kelangsungan hidup pasien,
kecepatan peyembuhan luka, meminimal-kan scar atau pigmentasi yang abnormal, dan
efektifitas biaya pengobatan. Hasil optimal yang diharapkan ialah pemulihan kualitas hidup
sedapat mungkin seperti keadaan sebelum menderita luka bakar.
Paradigma penatalaksanaan luka bakar mengalami perubahan seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang kedokteran khususnya bidang biomolekuler
dan traumatologi. Permasalahan yang dihadapi memerlukan pendekatan beberapa displin
ilmu yang mutlak secara terpadu bersama-sama mengupayakan penurunan angka mortalitas
dan morbiditas luka bakar.
Penggunaan oksigen bertekanan tinggi sudah dikenal sejak 1662. Pada tahun 1917,
Drager berhasil memanfaatkan terapi oksigen hiperbarik (TOHB) untuk decompresion
sickness, dan selanjutnya secara lambat laun mulai berkembang. Pada tahun 1960-an
Boerema meneliti penggunaan TOHB yang larut secara fisik di dalam darah, sehingga dapat
memberi hidup pada keadaan tanpa hemoglobin yang disebut life without blood.7,8 Dewasa
ini TOHB telah banyak dimanfaatkan, diantaranya untuk penderita luka bakar, decompresion
sickness, osteomielitis, dan ulkus/gangren diabetikum.
Mekanisme kerja TOHB ialah dengan tekanan O2 yang melebihi dari satu atmosfer akan
menyebabkan peningkatan tekanan O2 pada jaringan sehingga gradien difusi oksigen ke

1
dalam jaringan akan meningkat. Selain itu oksigen dapat larut ke dalam cairan darah secara
fisika sehingga turut membantu membawa oksigen ke daerah yang mengalami hipoksia.
Oksigen yang larut tersebut akan keluar ke ekstra vaskuler dan ruang intrasel dengan cara
difusi dan kemudian digunakan oleh sel, meningkatkan metabolisme enzimatik dalam sel
sehingga aktifitas penyembuhan luka akan meningkat.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Oksigen Hiperbarik Pada pasien dengan diagnosis medis
combutio (luka bakar)?
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan umum


Agar mahasiswa dapat memahami dan mampu melaksanakan asuhan keperawatan
hiperbarik oksigen pada klien dengan kasus Combutio (Luka Bakar).
1.3.2 Tujuan khusus
1. Agar mahasiswa dapat memahami konsep dasar Combutio (Luka Bakar)
2. Agar mahasiswa dapat memahami konsep HBOT (Hiperbarik Oksigen Terapi).
3. Agar mahasiswa mampu memahami dan melaksanakan asuhan keperawatan
hiperbarik oksigen pada pasien dengan Combutio (Luka Bakar) mulai dari pre-
HBO, intra HBO dan post-HBO.
1.4 Manfaat
Diharapkan melalui makalah ini, mahasiswa dapat lebih memahami dan mampu menerapkan
asuhan keperawatan hiperbarik oksigen pada pasien Combutio (Luka Bakar) dengan baik,
sehingga menjadi dasar pengembangan Ilmu Keperawatan terutama dalam hal terapi
hiperbarik oksigen terhadap Combutio (Luka Bakar) dimasa mendatang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 Konsep Dasar Combutio (Luka Bakar)
2.1.1 Pengertian Combutio (Luka Bakar)
Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya kulit dengan api,
suhu tinggi, listrik, radiasi maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit
menjadi terganggu atau rusak.(Suriadi&Rita 2006). Kurang lebih 2,5 juta 0rang
mengalami luka bakar di Amerika setiap tahunya . dari kelompok ini ,200.000 orang
memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 orang dirawat di rumah sakit. Sekitar
12.000 orang meninggal setiap tahunya akibat luka dan cedera inhalasi yang
berhubungan dengan luka bakar. Lebih separuh dari kasus luka bakar yang dirawat
dirumah sakit seharusnya dapat dicegah.(brunner &suddart ,2002).
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan adanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur
panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan
menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan
yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang
menyebabkan gangguan proses penyembuhan. Lama kontak jaringan dengan sumber
panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu
kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi (Moenadjat, 2007).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik bahan
kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam.
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik,
bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka
ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang
membutuhkan perawatan medis yang intensif.
2.1.2 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis menurut ( Suriadi, 2010) :


1. Riwayat terpaparnya
2. Lihat derajat luka bakar
3. Status pernapasan; tachycardia, nafas dengan menggunakan otot asesoris, cuping
hidung dan stridor

3
4. Bila syok; tachycardia, tachypnea, tekanan nadi lemah, hipotensi, menurunnya
pengeluaran urine atau anuri
5. Perubahan suhu tubuh dari demam ke hipotermi

Karakteristik luka bakar bergantung pada kedalamannya. Luka bakar superfisial


menyebabkan nyeri selama dua atau tiga hari, yang dilanjutkan dengan pengelupasan
kulit selama beberapa hari berikutnya. Individu yang menderita luka bakar berat
mungkin menunjukkan perasaan tidak nyaman atau mengeluhkan adanya tekanan
dibandingkan nyeri. Luka bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit mungkin
sepenuhnya tidak sensitif terhadap sentuhan ringan atau tusukan.Luka bakar superfisial
biasanya berwarna merah, sedangkan luka bakar berat bisa berwarna merah muda, putih
atau hitam.Luka bakar di sekitar mulut atau rambut yang terbakar di dalam hidung bisa
mengindikasikan terjadinya luka bakar di saluran napas, tetapi temuan ini sifatnya tidak
pasti.
Tanda-tanda yang lebih mengkhawatirkan meliputi sesak napas, serak,
dan stridor atau mengi. Rasa gatal umum dialami selama proses penyembuhan, serta
terjadi pada 90% orang dewasa dan hampir semua anak.Mati rasa atau kesemutan masih
dapat dirasakan dalam waktu yang lama setelah cedera listrik.Luka bakar juga bisa
menyebabkan gangguan emosional dan psikologis.
2.1.3 Klasifikasi Combutio (Luka Bakar)
1. Berdasarkan penyebab:
a. Luka bakar karena api
b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu  rendah (frost bite)
2. Berdasarkan  kedalaman  luka bakar:
a. Luka bakar derajat I
Luka bakar derajat pertama adalah setiap luka bakar yang di dalam proses
penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat
pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat

4
gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak
mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah
serta hiperemis.
Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya
sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai
eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka
derajat pertama akan sembuh tanpa bekas.
b. Luka bakar derajat II
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi
inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah
atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena
ujung-ujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:
1) Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit
seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.
2) Derajat II dalam (deep)
Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel
rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh.
Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa.
Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
c. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam,
apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea
rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering,
letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein
pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan
lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.
3. Berdasarkan  tingkat  keseriusan luka
a. Luka bakar ringan/ minor
1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

5
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat
III kurang dari 10 %
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa
> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang
tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas
usia 50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir
pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
2.1.4 Etiologi Combutio (Luka Bakar)
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung
maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun
bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab
terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi :
1. Paparan api
a. Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan
menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar
pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki

6
kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh
atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.
b. Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.
Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak.
Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
2. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama
waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang
disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya.
Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu
sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka
umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan
garis yang menandai permukaan cairan.
3. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap
panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta
dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
4. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi
jalan nafas akibat edema.
5. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.
Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan
percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.
6. Zat kimia (asam atau basa)
7.  Radiasi
8. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

2.1.5 Patofisiologi Combutio (Luka Bakar)

7
Luka bakar  (Combustio)  disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber
panas kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi, denaturasi protein atau
ionisasi isi sel. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi destruksi
jaringan. Jaringan yang dalam termasuk organ visceral dapat mengalami kerusakan
karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama dengan burning agent. Nekrosis dan
keganasan organ dapat terjadi.
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut. Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama awal
periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ yang
terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik
serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka bakar yang berat adalah
ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas kapiler dan kemudian terjadi
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruangan
interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan melepaskan ketokelamin yang
meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi
pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36 jam
pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam. Dengan
terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan
mengalir kembali kedalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat.
Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan
terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan
obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia. Komplikasi ini dinamakan sindrom
kompartemen.

8
Volume darah yang beredar akan menurun secara drastis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka bakar
ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium serum
terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera setelah
terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat destruksi sel massif.
Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya cairan dan tidak
memadainya asupan cairan. Selain itu juga terjadi anemia akibat kerusakan sel darah
merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena kehilangan plasma.
Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan masa pembekuan serta
waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia. Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme dan
respon lokal. Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan menghasilkan hemoglobin
bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus renal tidak memadai, hemoglobin dan
mioglobin menyumbat tubulus renal sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal
ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi
yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi
neutrofil, limfositopenia. Imunosupresi membuat pasien luka bakar berisiko tinggi untuk
mengalami sepsis. Hilangnya kulit menyebabkan ketidakmampuan pengaturan suhunya.
Beberapa jam pertama pasca luka bakar menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada
jam-jam berikutnya menyebabkan hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme.
(Crowin.2013)
2.1.6 Komplikasi Combutio (Luka Bakar)
Sejumlah komplikasi bisa muncul, dan infeksi merupakan komplikasi yang paling
umum terjadi. Berdasarkan urutan frekuensi terjadinya, mulai dari yang paling sering
sampai yang paling jarang, komplikasi untuk luka bakar dapat
meliputi: pneumonia, selulit, infeksi saluran kencing dan kegagalan pernafasan. Faktor
risiko untuk infeksi termasuk: luka bakar dengan lebih dari 30% LPB, luka bakar

9
ketebalan lengkap, usia ekstrim (muda atau tua), atau luka bakar yang terjadi pada kaki
atau perineum. Pneumonia umumnya terjadi pada mereka dengan cedera inhalasi.
Anemia sekunder pada luka bakar ketebalan lengkap dengan LPB lebih dari 10%
sering ditemukan. Luka bakar karena listrik bisa menyebabkan sindrom
kompartemen atau rabdomiolisis karena kerusakan otot. Penggumpalan darah dalam
vena kaki diperkirakan terjadi pada 6% hingga 25% orang. Keadaan hipermetabolik
yang mungkin tidak sembuh selama bertahun-tahun setelah luka bakar berat
menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan hilangnya massa otot.Keloidbisa terjadi
sebagai akibat dari luka bakar, terutama pada orang yang berusia muda dan berkulit
gelap.Setelah mengalami luka bakar, anak-anak mungkin mengalami trauma dan
mengalami gangguan stress paska trauma.Bekas luka juga bisa mengakibatkan
gangguan citra tubuh.Di Negara-negara berkembang, luka bakar parah bisa
mengakibatkan isolasi sosial, kemiskinan ekstrim dan di kalangan anak-
anak pengucilan.
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya
cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan
sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan
oleh panas terhadap pembuluh darah.
2. Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau
inflamasi.
3. GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau peningkatan tekanan karbon dioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
4. Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi
dapat terjadi bila mulai diuresis.
5. Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang
dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan

10
6. Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan
interstisial atau gangguan pompa, natrium
7. Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
8. Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan.
9. BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal,
tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.
10. Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya
cedera.
11. EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
12. Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.
13. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasI
14. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
15. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
16. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
2.1.8 Penatalaksanaan

Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit akibat
luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan. Cara yang
biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1. Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau
kurang  untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan secara perlahan atau hati-
hati dengan menggunakan berbagai macam larutan seperti sodium hipokloride,
profidon iodine dan chlorohexidine. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka
dapat dibersihkan dan dibilas diatas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan
penggunaan zat antimikroba.
2. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk
meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di
bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi debridement
secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan pembedahan

11
3. Terapi HBOT
Mekanisme kerja TOHB ialah dengan tekanan O2 yang melebihi dari satu
atmosfer akan menyebabkan peningkatan tekanan O2 pada jaringan sehingga
gradien difusi oksigen ke dalam jaringan akan meningkat. Selain itu oksigen dapat
larut ke dalam cairan darah secara fisika sehingga turut membantu membawa
oksigen ke daerah yang mengalami hipoksia. Oksigen yang larut tersebut akan
keluar ke ekstra vaskuler dan ruang intrasel dengan cara difusi dan kemudian
digunakan oleh sel, meningkatkan metabolisme enzimatik dalam sel sehingga
aktifitas penyembuhan luka akan meningkat.
4. Obat-obatan
a. Antibiotika    : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan
sesuai hasil kultur.
b. Analgetik      : Kuat (Morfin, petidin)
c. Antasida       : Kalau perlu
2.2 Konsep Dasar Terapi Oksigen Hiperbarik

2.2.1 Pengertian HBOT


Terapi oksigen hiperbarik merupakan tindakan dimana pasien menghirup oksigen
murni secara berkala sambil ruangan pengobatan ditekan dengan oksigen lebih besar
dari 1 ATA ( Atmosfer Absolut) (Gill dan Bell, 2004).

Terapi oksigen hiperbarik merupakan tindakan pengobatan dimana pasien


menghirup oksigen murni (100%) secara berkala ketika menyelam atau di dalam
Ruangan Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) dengan tekanan lebih dari 1 ATA. Terapi
oksigen hiperbarik merupakan terapi yang sudah banyak digunakan untuk penyakit
penyelaman maupun penyakit bukan penyelaman baik sebagai terapi utama maupun
terapi tambahan (Hariyanto, et al, 2009).

Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi medis dalam suatu ruangan menghisap
oksigen tekanan tinggi (100%) atau pada tekanan barometer tinggi (hyperbaric
chamber) dengan tekanan lebih besar daripada 1 ATA (Biomedical engineering,
2014).

12
Terapi oksigen hiperbarik adalah terapi pengobatan dan kesehatan yang
menggabungkan oksigen murni dan tekanan udara 1,3-6 atmosfer di dalam ruangan
udara bertekanan tinggi (Turangan, 2016).

Kondisi ruang terapi HBO harus memiliki tekanan udara yang lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di dalam jaringan tubuh (1 ATA). Keadaan ini dapat
dialami oleh seseorang pada waktu menyelam atau dalam ruang udara yang bertekanan
tinggi yang dirancang baik untuk kasus penyelaman maupun pengobatan klinis. Setiap
penurunan kedalaman 10 meter, tekanan akan naik 1 atm. Pada saat terapi akan
diberikan tekanan 2-3 ATA. Hal ini akan menghasilkan 6 ml oksigen terlarut dalam 100
ml plasma dan durasi rata-rata terapi sekitar 60-90 menit. Dosis yang digunakan pada
perawatan tidak boleh lebih dari 3 ATA karena tidak aman untuk pasien, selain itu juga
berkaitan dengan lamanya perawatan yang dibutuhkan. Tekanan di atas 2,5 ATA
memiliki efek imunosupresif (Ali, et al, 2014).

2.2.2 Tipe Hyberbaric Chamber


Hyperbaric chamber merupakan ruangan berbentuk kapsul yang terbuat dari baja
dan aluminium yang memiliki lubang jendela akrilik. Chamber terdiri dari ruangan
dengan dua pintu. Satu untuk ke luar chamber (lock chamber) dan satu ruang utama dari
chamber (main chamber) yang dapat diberi tekanan masing-masing sehingga
memungkinkan pasien untuk masuk atau keluar dari main chamber saat masih
bertekanan. Airlock atau medical lock berfungsi untuk memasukkan atau mengeluarkan
obat-obatan, instrumen, makanan, atau barang-barang yang tidak boleh dibawa ke dalam
chamber (Haryoto, 2015).

Jenis ruangan hiperbarik dibedakan menjadi 4, yakni :

1. Monoplace chamber
Chamber yang digunakan untuk pengobatan satu pasien.
2. Multiplace chamber
Chamber yang digunakan untuk pengobatan beberapa pasien. Pada waktu yang
bersamaan chamber ditekan dengan udara dan pasien harus melakukan valsava
manuver, kemudian setelah mencapai kedalaman yang sesuai pasien menghirup
oksigen murni (100%) dari masker.

13
3. Animal chamber
Chamber yang digunakan untuk penelitian dan menggunakan binatang sebagai
objek.
4. Portable chamber
Chamber yang dapat digunakan atau dibawa ke tempat kejadian penyelaman,
sebagai tempat transfer dari tempat kejadian hingga ke chamber utama.
2.2.3 Manfaat HBOT
Terapi Hiperbarik Oksigen dapat dimanfaatkan pada:
1. Kasus penyelaman: dekompresi, keracunan gas CO, dan tes toleransi oksigen untuk
penyelam
2. Penyakit klinis: Diabetes Mellitus, stroke, luka bakar, bell's palsy, osteomyelitis,
cangkok kulit/jaringan, dll
3. Kebugaran

Secara umum terapi hiperbarik oksigen memiliki manfaat, antara lain :

1. Meningkatkan konsentrasi oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh


2. Merangsang pertumbuhan pembuluh darah daru untuk meningkatkan aliran darah
pada daerah sirkulasi yang berkurang
3. Membunuh bakteri terutama anaerob seperti Closteridium perfingens (penyebab
gas gangren)
4. Mampu menghentikan aktivitas bakteri (bakteriostatik) seperti bakteri E.Coli dan
Pseudomonas sp. yang umumnya ditemukan pada luka mengganas
5. Mampu menghambat produksi alfa toksin
6. Meningkatkan kemampuan sel untuk bertahan hidup
7. Menurunkan waktu paruh koreboksihemoglobin dari 5 jam menjadi 20 menit pada
penyakit keracunan gas CO
8. Mempercepat penyembuhan luka dengan pembentukan fibroblast
9. Mereduksi ukuran buble nitrogen
10. Mengurangi edema
11. Menahan proses penuaan dengan cara pembentukan kolagen yang dapat menjaga
elastisitas kulit

14
12. Badan menjadi lebih segar, tidak mudah lelah, tidur menjadi lebih pulas (Amira, et
al, 2014)

2.2.4 Indikasi HBOT


Menurut Sutarno (2000), indikasi terapi hiperbarik oksigen meliputi :
1. Dekompresi
2. Keracunan CO dan sianida
3. Emboli paru
4. Anemia
5. Infeksi jaringan lunak
6. Abses intrakranial
7. Osteomielitis
8. Peningkatan penyembuhan luka, ujung amputasi yang tidak sembuh, luka tidak
sembuh akibat hipoperfusi dan trauma lama, ulkus stasis refraktori
9. Luka bakar
10. Tuli mendadak
11. Crush injury & Acute traumatic injury
12. Delayed radiation injury
2.2.5 Kontraindikasi HBOT
1. Absolute
Kontraindikasi HBOT adalah pneumothorax yang belum dirawat, kecuali telah dilakukan
tindakan pembedahan untuk mengatasi pneumothorak sebelum diberikan terapi HBO.
2. Relatif
a. ISPA
b. Sinusitis kronis
c. Kejang-kejang
d. Empisema dengan retensi CO2
e. Panas tinggi yang tidak terkontrol. Hal ini merupakan predisposisi dari kejang.
Suhu tubuh harus diturunkan sebelum terapi HBO
f. Riwayat operasi thorax atau operasi telinga
g. Infeksi virus
h. Penyakit keganasan
15
i. Kehamilan, hal ini akan mengakibatkan malformasi kongenital
2.2.6 Tim Terapi HBOT
1. Supervisor
2. Dokter hiperbarik
3. Tender/perawat
4. Operator
5. Teknisi/mesin
2.2.7 Peran Perawat Dalam HBOT
1. Pra terapi HBO
1) Anamnesis (identitas, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu,
kontraindikasi)
2) Persiapan alat (masker, air minum, selimut, pispot)
3) Pemeriksaan fisik lengkap
4) Pemeriksaan tambahan bila perlu
5) Inform consent (manfaat, proses, cara adaptasi ketika ada tekanan, benda-benda
yang tidak boleh dibawa)
2. Intra HBO
1) Bantu transfer input pasien
2) Safety klien
3) Cek kembali barang-barang yang dibawa
4) Ingatkan jangan terlambat valsava
5) Monitor tanda-tanda barotraumas, keracunan O2
6) Monitor keadaan umum pasien
7) Koordinasi dengan operator atau dokter jika terjadi masalah
3. Post HBO
1) Bantu pasien keluar
2) Monitor tanda-tanda barotraumas, keracunan CO
3) Lepas masker
4) Rapikan/ bersihkan chamber
5) Pendokumentasian

16
2.2.8 Komplikasi HBOT
Komplikasi dari terapi hiperbarik oksigen antara lain :
1. Barotrauma pada telinga, paru, dan gigi
2. Keracunan oksigen
3. Nyeri sinus
4. Katarak dan myopia
5. Claustrophobia
6. Fibroplasia retrolental
7. Gangguan neurologis

17
BAB III
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN TERAPI OKSIGEN HIPERBARIK (HBOT)
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien:
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, no. RM, dx medis, pendidikan terakhir, dan
biaya
2. Keluhan utama
Klien dengan combutio termasuk dalam keluhan klinis
3. Riwayat penyakit sekarang
Berisi tentang kapan luka bakar (combutio), penyebabnya apa dan upaya yang telah
dilakukan untuk mengatasinya.
4. Riwayat penyakit dahulu
Mengkaji beberapa penyakit yang pernah dialami yang mungkin menjadi kontraindikasi
terapi HBO. Seperti pneumotorax untreated, infeksi respirasi atas, kejang-kejang,
empisema dengan retensi CO2, lesi pulmonary asimptomatik pada foto dada, riwayat
bedah thorax atau bedah telinga, demam tinggi yang tidak terkontrol, penyakit keganasan,
dan kehamilan.
5. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum (TTV dan keadaan umum)
2) ROS (Review of System)
a. Neurologis
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Pencernaan
e. Perkemihan
f. Muskuloskeletal
6. Pengkajian pra HBO
1) Observasi TTV
2) Ambang demam

18
3) Evaluasi tanda-tanda pilek atau flu (batuk, demam, sakit tenggorokan, pilek, mual,
diare, malaise).
4) Auskultasi paru-paru
5) Lakukan uji gula darah pada pasien dengan IDDM.
6) Observasi cedera orthopedic umum dalam luka trauma.
7) Tes pada pasien keracunan CO/ Oksigen.
8) Uji ketajaman penglihatan.
9) Mengkaji tingkat nyeri
10) Penilaian status nutrisi terutama pada pasien dengan DM dengan pengobatan atau
insulin
7. Pengkajian intra HBO
1) Mengamati tanda-tanda dan gejala barotrauma, keracunan oksigen dan komplikasi/efek
samping ditemui dalam HBOT.
2) Mendorong pasien untuk menggunakan teknik atau kombinasi teknik yang paling
efektif atau nyaman.
3) Pasien perlu diingatkan bahwa manuver Valsava hanya untuk digunakan selama
dekompresi dan mereka perlu bernapas normal selama terapi (tidak menahan napas).
4) Jika pasien mengalami nyeri ringan sampai sedang, hentikan dekompresi hingga nyeri
reda. Jika nyeri ringan sampai sedang tidak lega, pasien harus dikeluarkan dari ruang
dan diperiksa oleh dokter THT.
5) Untuk mencegah barotrauma GI, ajarkan pasien bernafas secara normal (jangan
menelan udara) dan menghindari makan besar atau makanan yang memproduksi gas
atau minum sebelum perawatan.
6) Pantau adanya claustrophobia, untuk mencegah atau mengurangi efek dari
claustrophobia gunakan media seperti TV, film, buku-buku, kaset tape, atau
perawat/anggota keluarga duduk di sisi ruangan.
7) Monitor pasien selama dekompresi terutama selama dekompresi darurat untuk tanda-
tanda pneumotoraks tersebut.
8) Segera periksa gula darah jika terdapat tanda-tanda hipoglikemia
8. Pengkajian post HBO
1) Untuk pasien dengan tanda-tanda barotrauma, uji ontologis harus dilakukan.

19
2) Tes gula darah pada pasien IDDM.
3) Pasien dengan iskemia trauma akut, sindrom kompartemen, nekrosis dan pasca
implantasi harus dilakukan penilaian status neurovaskular dan luka.
4) Pasien dengan keracunan CO mungkin memerlukan tes psicyometri atau tingkat
carboxyhemoglobin.
5) Pasien dengan insufisiensi arteri akut retina memerlukan hasil pemeriksaan pandangan
yang luas.
6) Pasien dirawat karena penyakit dekompresi, emboli gas arteri, atau edema cerebral
harus dilakukan penilaian neurologis.
7) Pasien yang mengkonsumsi obat anti ansietas selama terapi dilarang mengemudikan
alat transportasi atau menghidupkan mesin.
8) Lakukan pendokumentasian pasien pasca HBOT untuk alasan medis / hukum.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. cemas b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan prosedur perawatan
2. Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan peralatan,
kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis
3. Resiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d
perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.
4. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkat.
5. Kecemasan dan ketakutan b/d perasaan kecemasan kurungan terkait dengan ruang
oksigen hiperbarik (claustrofobia)
3.3 Intervensi Keperawatan
1. cemas b/d defisit pengetahuan tentang terapi oksigen hiperbarik dan prosedur perawatan

Kriteria hasil : Pasien dan klg Intervensi Keperawatan :


mengungkapkan : 1. Kaji dan dokumentasikan pemahaman
• Alasan terapi HBO pasien dan klg ttg alasan dan tujuan
• Tujuan terapi HBO terapi HBO dan prosedur dlm terapi
• Prosedur dalam terapi HBO serta efek samping terapi
• Resiko bahaya (efek 2. Identifikasi hambatan dan kebutuhan
samping) dari terapi HBO belajarnya terkait dengan informasi ttg:

20
• Tujuan dan hasil yang diharapkan
dari terapi oksigen hiperbarik
• Urutan prosedur perawatan dan apa
yang diharapkan (yaitu, tekanan,
temperatur, suara, perawatan luka)
• Sistem pengiriman oksigen
• Tehnik mengosongkan telinga

2. Resiko cidera yang b/d pasien transfer in/out dari ruang (chamber), ledakan peralatan,
kebakaran, dan/atau peralatan dukungan medis

Kriteria Hasil : Intervensi Keperawatan :


pasien tidak akan mengalami cedera  Bantu pasien masuk dan keluar dari
ruang dengan tepat
 Amankan peralatan di dalam ruang
sesuai dengan kebijakan dan prosedur
 Monitor peralatan dan supple untuk
perubahan tekanan dan volume
 Ikuti prosedur pencegahan kebakaran
sesuai kebijakan yang ditentukan dan
prosedur
 Monitor adanya udara di IV linedan
tekanan tubing line invasif. udara semua
harus dikeluarkan dari tabung, jika ada.
 Dokumentasikan bahwa semua lini
invasif terbebas dari udara terutama saat
chamber di berikan tekanan dan setelah
diberikan tekanan.

21
3. Resiko barotrauma ke telingga, sinus, gigi, dan paru-paru, atau gas emboli serebral b/d
perubahan tekanan udara di dalam ruang oksigen hiperbarik.

Kriteria Hasil :  Kelola dekongestan, instruksi dokter,


tanda dan gejala dari barotrauma akan sebelum perawatan terapi oksigen
diakui, ditangani, dan segera dilaporkan. hiperbarik
 Sebelum perawatan instruksikan pada
pasien tentang teknik pengosongan
telinga,dengan carai menelan,
mengunyah, menguap modifikasi
manuver valsava , atau head tilt
 kaji kemampuan pasien melakukan
teknik pengosongan telinga saat
tekanan dilakukan.
 Lakukan tindakan keperawatan
- Ingatkan pasien untuk bernapas
dengan normal selama
perubahan tekanan,
- Konfirmasi ET / manset Trach
diisi dengan NS sebelum
tekanan udara, dan
- Beritahukan operator ruang
multiplace jika pasien tidak
dapat menyesuaikan persamaan
tekanan
 Dokumentasikan hasil pengkajian
- Monitor secara berkelanjutan
untuk mengetahui tanda-tanda
dan gejala barotrauma termasuk:
- Ketidakmampuan untuk
menyamakan telinga, atau sakit

22
di telinga dan / atau sinus
(terutama setelah pengobatan
awal, dan setelah perawatan
berikutnya)
- Peningkatan kecepatan dan /
atau kedalaman pernafasan
- Tanda dan gejala dari
pneumotoraks, termasuk:
- tiba-tiba nyeri dada tajam
- Kesulitan, bernafas cepat
- Gerakan dada abnormal pada
sisi yang terkena, dan
- Takikardia dan / atau
kecemasan
 Ikuti perintah dokter hiperbarik untuk
manajemen pasien

4. Resiko keracunan oksigen b/d pemberian oksigen 100% selama tekanan atmosfir
meningkat.

Kriteria Hasil : Intervensi Keperawatan


Tanda dan gejala keracunan oksigen  Catat hasil pengkajian pasien dari
dikenali dan ditangani dengan tepat dokter hiperbarik :
 Peningkatan Suhu tubuh
 Riwayat penggunaan steroid
 Riwayat kejang oksigen
 Penggunaan vitamin C dosis tinggi
atau aspirin
 FiO2> 50%, dan
 Faktor risiko tinggi lainnya

23
 Monitor kondisi pasien saat terapi
berlangsung dan dokumentasikan
tanda dan gejala dari keracunan
oksigen pada sistem saraf pusat :
o mati rasa dan berkedut
o Telinga berdenging atau
halusinasi pendengaran l
o Vertigo
o penglihatan kabur
o gelisah dan mudah tersinggung
dan
o mual
o (Catatan: SSP toksisitas oksigen
pada akhirnya dapat
mengakibatkan kejang)
 ubah sumber oksigen 100% untuk
pasien jika tanda-tanda dan gejala
muncul, dan beritahukan kepada
dokter hiperbarik.
 monitor pasien selama terapi oksigen
hiperbarik dan dokumentasikan tanda
dan gejala keracunan oksigen paru,
termasuk:
o Nyeri dan rasa terbakar di dada
o sesak di dada
o batuk kering (terhenti-henti)
o kesulitan menghirup napas
penuh, dan
o Dispneu saat bergerak
 memberitahukan dokter hiperbarik

24
jika tanda-tanda dan gejala keracunan
oksigen paru muncul.

5. Kecemasan dan ketakutan b/d perasaan kecemasan kurungan terkait dengan ruang
oksigen hiperbarik (claustrofobia).

Kriteria Hasil :  Kaji riwayat kecemasan dan ketakutan


Pasien mampu mentolelir Terapi HBO pasien and ulang kembali informasi
dari dokter hiperbarik yang relevan
 Lakukan tindakan pencegahan yang
sesuai (mis. HE, Orientasi chamber,
dan obat)
 Saat terapi berlangsung monitor tanda
dan gejala dari kecemasan termasuk :
- Gelisah
- Ketidakmampuan untuk mentolerir
masker wajah atau tudung kepala
dan
- Laporkan perasaan tertutup atau
terjebak.
 Jaga ketenangan
 Pastikan terjadi kontak mata dengan
pasien
 Yakinkan pasien bahwa dia aman
 Libatkan pasien dalam pemecahan
masalah / perasaannya thd kecemasan
kurungan
 Beri obat anti kecemasan ssi perintah
dokter hiperbarik dan nilai efektivitas
atau pengobatan.
 Beritahukan dokter hiperbarik,respon
pasien terhadap obat anti kecemasan,

25
langkah-langkah dan kemampuan
untuk mentolerir kurungan
 dokumentasikan hasil intervensi

BAB IV

PENUTUP

26
4.1 Kesimpulan

Luka bakar merupakan luka yang disebabkan oleh terpajannya kulit dengan api,
suhu tinggi, listrik, radiasi maupun bahan kimia sehingga membuat integritas kulit
menjadi terganggu atau rusak.(Suriadi&Rita 2006). Kurang lebih 2,5 juta 0rang
mengalami luka bakar di Amerika setiap tahunya . dari kelompok ini ,200.000 orang
memerlukan penanganan rawat jalan dan 100.000 orang dirawat di rumah sakit. Sekitar
12.000 orang meninggal setiap tahunya akibat luka dan cedera inhalasi yang berhubungan
dengan luka bakar. Lebih separuh dari kasus luka bakar yang dirawat dirumah sakit
seharusnya dapat dicegah.(brunner &suddart ,2002).

Terapi luka bakar diarahkan pada tujuan untuk meminimalkan edema,


mempertahankan jaringan yang sehat pada zona stasis, melindungi mikrovaskularisasi,
meningkatkan daya tahan host, dan menyediakan substrat yang diperlukan untuk
mempertahankan viabilitas jaringan. Tujuan utama dari terapi luka bakar mencakup
kelangsungan hidup pasien, kecepatan peyembuhan luka, meminimal-kan scar atau
pigmentasi yang abnormal, dan efektifitas biaya pengobatan. Hasil optimal yang
diharapkan ialah pemulihan kualitas hidup sedapat mungkin seperti keadaan sebelum
menderita luka bakar.

Mekanisme kerja TOHB ialah dengan tekanan O2 yang melebihi dari satu
atmosfer akan menyebabkan peningkatan tekanan O2 pada jaringan sehingga gradien
difusi oksigen ke dalam jaringan akan meningkat. Selain itu oksigen dapat larut ke dalam
cairan darah secara fisika sehingga turut membantu membawa oksigen ke daerah yang
mengalami hipoksia. Oksigen yang larut tersebut akan keluar ke ekstra vaskuler dan
ruang intrasel dengan cara difusi dan kemudian digunakan oleh sel, meningkatkan
metabolisme enzimatik dalam sel sehingga aktifitas penyembuhan luka akan meningkat.

4.2 Saran
Bagi Perawat, dalam memberikan asuhan keperawatan harus memperhatikan setiap
keluhan pasien agar tidak terjadi komplikasi yang tidak diinginkan dan dapat meningkatkan

27
kesehatan pasien. Perawat juga harus berkolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian
terapi HBO agar hasilnya maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Maedi.Asuhan keperawatan klien dengan terapi hiperbark oksigen ppt

28
https://id.scribd.com/presentation/373389653/ASKEP-HIPERBARIK (diakses 22 april
2021,pukul 21.00)

Magistris F, Bazak F, Martin J, Clinical review. 2013. Intracerebral hemorrhage :


patophysiology, diagnosis and management, Canada : MUMJ Israr YA. Stroke.
Pekanbaru: FK UNRI
Susilo, Rudi,H. 2017. Pengaruh terapi oksigen hiperbarik terhadap penyembuhan luka pada
luka bakar derajat dua dalam pada hewan coba kelinci. Jurnal Biomedik. Dalam
( https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/download/15317/14868 di akses 22 april
2021, pukul 20.00)

Wibowo, Adityo.2015.Oksigen Hiberbarik:Terapi Percepatan Penyembuhan Luka. Jurnal


Kesehatan. Dalam
(https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/juke/article/download/645/649, diakses 22 April
2021, pukul 20.15)

29

Anda mungkin juga menyukai