Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN BENCANA

REVIEW JURNAL KEBENCANAAN TANAH LONSOR

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Keperawatan Bencana
Dosen Pembimbing : Merina Widyastuti,S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh Kelompok 2 :

1. DEMMI CATUR RIONO 2011007


2. DWI KARTIKA TRISNASARI 2011009
3. ENJANG WAHYU BUDIARTI 2011012

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN PARALEL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
TA. 2021/2022
A. Pengertian
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
(landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di
daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan
kadang-kadang getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa
yang berupa tanah longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang
longsor yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006:
2).
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah adalah daya ikat (kohesi)
tanah/batuan yang lemah sehingga butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas dari
ikatannya dan bergerak ke bawah dengan menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya
membentuk masa yang lebih besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat disebabkan oleh
sifat kesarangan (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun
rekahan yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan tanah terdiri
dari berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan lereng, perubahan
kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan, tutupan lahan dan pola pengolahan
lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia seperti penggalian dan sebagainya.

B. Penyebab terjadinya tanah longsor

Faktor penyebab terjadinya tanah longsor secara umum ditandai dengan munculnya
retakan-retakan dilerang yang sejajar dengan arah tebing. Tanah longsor biasanya terjadi
setelah hujan, karena banyak muncul mata air baru secara tiba-tiba, tebing menjadi rapuh,
dan banyak kerikil yang mulai berjatuhan. Disamping faktor penyebab secara umum
tersebut, faktor-faktor lainnya yaitu :

1. Lereng terjal
Lereng yang terjal terbentuk karena adanya pengikisan air sungai, mata air, air laut,
dan angin. Lereng yang terjal akan memperbesar gaya pendorong, sehingga apabila
sudut lereng tersebut mencapai 180o maka akan sangat rawan terjadi longsor.
2. Tanah yang Kurang Padat dan Tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah jenis tanah lempung dan tanah liat dengan
ketebalan lebih dari 2,5 meter. Jenis tanah tersebut memiliki potensi untuk terjadinya
tanah longsor, apabila terjadi hujan. Disamping itu, tanah ini sangat rentan terhadap
pergerakan tanah karena lembek terkena air dan pecah akibat terkena panas.
3. Batuan yang Kurang Kuat
Batuan yang kurang kuat sangat rentan terhadap tanah longsor, apabila terdapat pada
daerah yang memiliki lereng sangat terjal.
4. Jenis Tata Lahan
Jenis tata lahan yang sering terjadi longsor yaitu di daerah persawahan, perladangan,
dan adanya genangan air di lereng yang terjal. Di daerah persawahan akarnya kurang
kuat untuk mengikat butir tanah dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh
terhadap air sehingga mudah terjadi longsor. Sedangkan di daerah perladangan,
penyebab longsor adalah akar pohon tidak mampu menembus bidang longsoran yang
dalam dan biasanya terjadi di daerah longsoran yang lama.
5. Getaran
Getaran diakibatkan karena adanya gempa bumi, gunung meletus, getaran mesin, dan
getaran lalu lintas kendaraan.
6. Surutnya Muka Air Danau
Akibat adanya susutan muka air yang sangat cepat di danau, maka dapat
menyebabkan gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringannya 220o
sehingga mudah terjadi longsor dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
7. Adanya Beban Tambahan
Akibat adanya beban tambahan, seperti beban bangunan pada lereng dan kendaraan,
maka akan memperbesar gaya pendorong terjadinya longsor, terutama di daerah
tikungan jalan di daerah lembah. Akibatnya aka nada penurunan tanah dan retakan
yang arahnya ke lembah.
8. Pengikisan (Erosi)
Pengikisan banyak terjadi di aliran sungai yang menuju tebing dank arena adanya
penggundulan hutan di sekitar tikungan sungai, sehingga mengakibatkan tebing
menjadi terjal.
9. Adanya Material Timbunan Pada Tebing
Dalam memperluas dan mengembangkan lahan permukiman, umumnya dilakukan
pemotongan tebing dan penimbunan lembah. Tanah timbunan pada lembah tersebut
belum menjadi sempurna seperti tanah asli yang berada di bawahnya. Dengan
demikian, apabila terjadi hujan maka akan terjadi penurunan tanah yang kemudian
diikuti dengan retakan tanah.
10. Longsoran Lama
Longsoran lama pada umumnya terjadi selama dan setelah terjadi pengendapan
material gunung api pada lereng yang relative terjal atau pada saat dan sesudah terjadi
patahan kulit bumi.
11. Adanya Bidang Diskontinuitas (Bidang Tidak Sinambung)
Bidang-bidang yang tidak berkesinambungan tersebut merupakan bidang-bidang
lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang luncuran tanah longsor.
12. Penggundulan Hutan
Tanah longsor terjadi akibat adanya penggundulan hutan, karena pengikatan air tanah
sangat kurang.
13. Daerah Pembuangan Sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah untuk pembuangan sampah dalam jumlah
yang banyak dapat mengakibatkan tanah longsor apalagi ditambah dengan guyuran
air hujan.
C. Poses Terjadinya Tanah Longsor

Arsyad (1989) mengemukakan bahwa longsor terjadi sebagai akibat meluncurnya


suatu volume tanah diatas suatu lapisan agak kedap air yang jenuh air. Lapisan yang terdiri
dari tanah liat (mengandung kadar tanah liat) seteluh jenuh air akan bertindak sebagai
peluncur lonsoran akan terjadi jika terpenuhi 3 keadaan berikut:

a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau meluncur
kebawah
b. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak, yang
akan menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air
tersebut menjadi jenuh

Lapisan kedap air dapat berupa tanah liat atau mengandung kadar tanah liat tinggi, atau
dapat juga berupa lapisan batuan, seperti Napal liat (slay shale) (Arsyad dalam Suripin,
2011:39).

D. Kesimpulan
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah longsor
(landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan di
daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan
kadang-kadang getaran atau gempa juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa
yang berupa tanah longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang
longsor yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo, 2006:
2).

Poses Terjadinya Tanah Longsor


a. Adanya lereng yang cukup curam sehingga massa tanah dapat bergerak atau
meluncur kebawah
b. Aadanya lapisan dibawah permukaan massa tanah yang agak kedap air dan lunak,
yang akan menjadi bidang luncur dan
c. Adanya cukup air dalam tanah sehingga lapisan massa tanah tepat diatas kedap air
tersebut menjadi jenuh

Menurut jurnal kebencanaan tanah longsor di daerah ponorogo yaitu mitigasi


yang dilakukan oleh masayarakat yang sering terdampak bencana tanah
longsor yaitu secara structural dengan membuat tersiring, dan membuat
tanggul dari batu di pemukiman warga yang bersebalahan secara langsung
dengan tebing
REVIEW JURNAL KEBENCANAAN TANAH LONGSOR
Nama Judul Jurnal & Jenis Variable Sample Temuan
Peneliti Tahun Penelitian

Siti Nur Analisis Penelitian Kesiapsigaan 23 warga Sikap dan Pengetahuan


(Knowledge and Attitude)
Hidayatush Kesiapsiagaan Kuatitatif Mitigasi yang secara acak Berdasarkan parameter kuesioner
Sholikah, Sekar dan Mitigasi dilakukan yang digunakan, pengetahuan dan
Kinasih Ningrum Bencana Tanah masyarakat sikap dasar masyarakat Banaran
Prambudi, Longsor di terkait dengan tanah longsor adalah
Muhammad Kabupaten sangat tinggi. Dimana indeks
Yusuf Effendi, Ponorogo presentasi pengatahuan dan sikap
Lucky Safira1,
dasar masyarakat mencapai 90,06 %
Ninda Alwinda,
sehingga termasuk dalam kategori
Ryan Setiaji
sangat siap. Hal ini dilihat dari
tingginya pemahaman bahwa
mereka tinggal di kawasan rawan
bencana tanah longsor, sehingga
menuntut mereka untuk mengetahui
penyebab dan tanda-tanda akan
terjadinya longsor.
Perencanaan kedaruratan
(Emergency Planning)
Secara umum perencanaan
kedaruratan di Desa Banaran sangat
baik. Hal ini ditunjukkan dengan
tingginya presentasi yang
didapatkan dari hasil analisis
kuesioner dengan presentasi 96,19
%, sehingga termasuk dalam
kategori sangat siap. Hal ini
dibuktikan dengan berdirinya 2
lembaga kebencanaan yaitu Desa
Tangguh Bencana dan Kampung
Siaga bencana yang berperan dalam
upaya peningkatan kesadaran
masyarakat terhadap bahaya
bencana tanah longsor.
Sistem peringatan (Warning
System)
Sistem peringatan bencana tanah
longsor di Desa Banaran berada
dalam presentasi yang sangat tinggi
mencapi 93,19 %, sehingga
berdasarkan tabel indikator
kesiapsiagaan termasuk dalam
kategori sangat siap. Sistem
peringatan bencana di Desa Banaran
dilakukan dengan sistem semi
modern dengan memanfaatkan
fasilitas yang ada baik secara
tradisional maupun modern.
Peringatan secara tradisional
dilakukan dengan menggunkan
kentongan sedangkan secara mdern
dengan menggunakan pengeras
suara dari tempat ibadah serta sirine
dari kantor desa. Integrasi antara
ketiga alat tersebut menunjukkan
perencanaan yang matang terkait
upaya peringatan dini jika terjadi
bencana tanah longsor.
Mitigasi bencana struktural
Berdasarkan dari analisis data yang
dilakukan, indeks mitigasi bencana
di Desa Banaran cukup baik dengan
presentasi 67,09 %, sehingga
termasuk dalam kategori siap.
Pertanian terasiring yang dilakukan
Juga belum mampu mencegah
terjadinya longsor karena lemahnya
sistem perakaran. Akan tetapi upaya
mitigasi struktual terus dilakukan
dengan membangun tanggul batu di
sekitar pemukina warga yang
berbatasan langsung dengan tebing
tanah, sehingga mampu untuk
menahan tanah apabila terjadi
longsoran
Mitigasi bencana Nonstruktural
Secara umum mitigasi bencana non
struktural di Desa Banaran sanga
baik dengan presentasi 80,74 %
sehingga termasuk dalam kategori
sangat baik.

Anda mungkin juga menyukai