Anda di halaman 1dari 5

PENGERTIAN DAN HAKEKAT PENGORGANISASIAN

Depkes RI (2001, dalam Mugianti, 2016) mengemukakan bahwa pengorganisasian merupakan


pengelompokan/ pengaturan aktivitas yang dilakukan untuk menggapai tujuan organisasi, lewat
supervisi, komunikasi serta koordinasi dengan unit kerja lain secara vertikal/ atasan maupun horizontal/
bawahan. Menurut Hersey dan Blanchard La Monica (1998) pengorganisasian merupakan aktivitas
mendesain tujuan serta wewenang masing- masing pekerja, menetapkan mana pekerjaan yang masuk
dalam kelompok manajer mencari metode serta proses supaya pekerjaan bisa terintegrasi dengan baik
(La Monica, 1998 dalam Mugianti, 2016). Pengorganisasian pelayanan keperawatan merupakan proses
pengelompokan aktivitas terhadap tugas, wewenang, tanggung jawab serta koordinasi aktivitas baik
vertikal ataupun horizontal yang dicoba oleh tenaga keperawatan buat menggapai tujuan yang sudah
diresmikan. Guna ini mencakup penetapan tugas- tugas yang wajib dicoba, siapa yang wajib
melaksanakan, semacam apa tugas- tugas dikelompokkan, siapa yang melaporkan, serta di mana dan
kapan keputusan wajib diambil oleh seseorang perawat (Mugianti,2016).

TIPE – TIPE ORGANISASI

Secara umum struktur organisasi dibagi menjadi tiga macam yaitu :

1. Organisasi Lini

Bentuk organisasi lini merupakan struktur organisasi tertua di dunia, organisasi lini mencirikan bahwa
pembagian tugas dan wewenang terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dan
satuan organisasi pelaksana. Peran pimpinan sangat dominan, segala kendali ada di tangan pimpinan,
dan dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan perintah. Organisasi lini
lebih cocok digunakan untuk organisasi dengan jumlah karyawan sedikit, sarana dan prasarana terbatas,
serta tujuan dan kegiatan organisasi yang sederhana. Bentuk organisasi lini mempunyai keuntungan
pengambilan keputusan dapat dilaksanakan dengan cepat, kesatuan arah dan perintah lebih terjamin,
serta koordinasi dan pengawasan lebih mudah. Kelemahannya adalah keputusan sering kurang
sempurna, dibutuhkan pemimpin yang benar benar dapat memegang kendali dan berwibawa, dan unsur
manusiawi sering terabaikan.

2. Organisasi staf

Organisasi staf merupakan pengembangan dari organisasi lini. Organisasi staf dicirikan bahwa dalam
organisasi dikembangkan satuan organisasi sataf yang berperan sebagai pembantu pimpinan. Orang
yang duduk dalam organisasi staf adalah individu ahli sesuai dengan kebutuhan organisasi. Pimpinan
membutuhkan orang yang mampu membantu memecahkan masalah organisasi. Pengambilan
keputusan berada di tangan pimpinan. Keuntungannya adalah pengambilan keputusan akan lebih baik,
kerugiannya pengambilan keputusan membutuhkan waktu yang lebih lama.

3. Organisasi lini dan staf

Merupakan pengembangan dari organisasi staf. Pada bentuk organisasi ini, staf tidak hanya diberi job
sebagai penasiaht, tetapi staf juga diberikan tanggung jawab untuk melaksanakan nasihat tersebut.
Organisasi lini staf diterapkan jika permasalahan organisasi sangat kompleks sehingga staf tidak hanya
memberikan ide tetapi juga harus melaksanakan. Keuntungan organisasi lini staf adalah pengambilan
keputusan telah dipikirkan oleh sejumlah orang, tanggung jawab pimpinan berkurang karena pimpinan
dapat lebih memusatkan perhatian pada masalah yang lebih penting serta pengembangan bakat dan
kemampuan dapat dilakukan sehingga mendorong tanggung jawab kerja yang baik. Kelemahannya
adalah pengambilan keputusan memakan waktu lebih lama, dapat menimbulkan kebingungan pelaksana
jika staf tidak mengetahui batas batas wewenangnya (Mugianti,2016).

KEGIATAN PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Beberapa kegiatan pengorganisasian dalam manajemen keperawatan yang biasa dilakukan oleh manajer
keperawatan adalah seperti berikut ini:

1. Mengelompokkan dan membangi kegiatan yang harus dilakukan oleh staf dibagi habis sesuai
kompetensi dan tanggung jawabnya

2. Menentukan jalinan hubungan kerja antar tenaga kesehatan, agar komunikasi baik dan mendukung
kegiatan srhari hari

3. Menentukan penugasan yang kondusif, semua tugas dikerjakan secara sukarela dan optimal tanpa
ada rasa curiga antar perawat

D. TUJUAN PENGORGANISASIAN

1. Pencapaian tujuan organisasi

2. Pengorganisasian sumber daya secara efektif dan efisien

3. Melakukan pembagian tugas dan pertanggungjawaban yang efektif antara perorangan dan kelompok.

4. Menentukan jalur komunikasi dan koordinasi yang efektif melaui penyusunan struktur

organisasi yang baik

5. Melakukan pengambilan keputusan secara tepat

6. Melakukan pengawasan kegiatan-kegiatan organisasi secara efektif melalui supervisi.

7. Melakukan antisipasi terhadap berbagai perubahan yang mungkin terjadi dengan melalui
penyesuaian-penyesuaian yang penting. (Swansburg & Swansburg, 1999).

E. PRINSIP –PRINSIP PENGORGANISASIAN MANAJEMEN KEPERAWATAN

Untuk menyusun pengorganisasian kerja yang efektif dalam mencapai tujuan organisasi, ada empat
prinsip yang harus Anda perhatikan. Ada empat prinsip tersebut adalah: 1) Pembagian kerja. 2)
Pendelegasian tugas, 3) Koordinasi dan 4) Manajemen waktu.
1. Pembagian kerja dimaksudkan bahwa semua pekerjaan dibagi habis kepada semua staf. Setiap staf
memiliki tugas yang jelas untuk mengerjakan pekerjaan tertentu. Untuk menghindari kesalahan maka
manajer perawat hendaknya mengerti karakteristik tugas, tanggung jawab dan wewenang stafnya. Job
description, pengembangan prosedur dan deskripsi hasil kerja diperlukan sebagai rambu-rambu
pembagian kerja

2. Pendelegasian, menurut ANA (2005) adalah penyerahan tanggung jawab kinerja atas suatu tugas dari
satu individu kepada individu lain sedangkan pertanggung jawaban tetap tergantung hasilnya.
Pendelegasian tugas merupakan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab kepada staf untuk
melakukan tindakan dengan batas kewenangan tertentu, Dalam pendelegasian mengandung unsur
mentoring dan regenerasi yang baik atau alami serta memiliki nilai bagaimana mengelola sumber daya
yang efektif dan efisien dengan kemampuan terbatas, Menurut Rose K.N (2008) dalam Kurniadi, 2013
pendelegasian yang baik harus melihat The five right of delegation meliputi : tugas/pekerjaan,
lingkungan sekitarnya, orang yang ditunjuk, adanya pengarahan/ komunikasi yang baik dan dilakukan
supervisi atau evaluasi

3. Koordinasi, adalah suatu kegiatan melakukan komunikasi dan hubungan dengan pihak yang terlibat
dalam melancarkan kegiatan agar terjadi nada atau irama yang sama sehingga terjadi keselarasan
tindakan, usaha, sikap dan penyesuaian antar tenaga yang ada di tempat kerja. Koordinasi efektif bisa
dilakukan dengan cara : 1) membangun komunikasi dua arah baik dengan atasan maupun bawahan, 2)
membiasakan melakukan rapat formal ( rapat resmi, pre dan post conferent), 3) melakukan pelaporan
dan pencatatan yang teratur dan berkelanjutan, 4) membuat pembakuan formulir–formulir yang dipakai
dalam semua kegiatan sebagai bukti tanggung jawab dan tanggung gugat

4. Manajemen waktu biasanya digunakan oleh setiap orang untuk melakukan aktivitas apa saja.
Kemampuan mengelola waktu merupakan capaian keberhasilan seseorang. Agar dapat berhasil dalam
mengelola waktu maka diperlukan pemanfaatan waktu yang efektif dengan cara : 1) Analisa waktu yang
dipakai dengan membuat jadwal dan kategori kegiatan, 2) memeriksa kembali tiap porsi kategori sesuai
waktu yang ada, 3) menentukan prioritas pekerjaan menurut kegawatan, mendesak, dan tidak
mendesak/rutin, 4) mendelegasikan kepada bawahan, sesuai dengan sifat pekerjaan

METODE PELAYANAN KEPERAWATAN

Pengeorganisasian pelayanan di bangsal perawatan mengacu pada metode asuhan keperawatan yang
digunakan. Berikut ini akan dijelaskan beberapa metode yang digunakan dan bentuk struktur
pengorganisasian kerja yang digunakan supaya efektif dan efisien.

1. Model Asuhan Keperawatan Fungsional

Yaitu pengorganisasian tugas keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan. Seorang perawat dapat melakukan dua jenis atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Metode ini berkembang ketika perang dunia II, akibat kurangnya perawat
profesional, maka banyak direkrut tenaga pembantu perawat. Mereka dilatih minimal cara merawat,
diajarkan tugas yang sederhana dan berulang seperti menyuntik, ukur tekanan darah, mengukur suhu,
merawat luka dan sebagainya. Awalnya hal tersebut bersifat sementara, karena keterbatasan tenaga
perawat yang ada, namun dalam kenyataannya hal tersebut tetap bertahan sampai saat ini , khususnya
di Indonesia.

2. Model Asuhan Keperawatan Tim

Yaitu pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat kepada sekelompok klien
yang dipimpin oleh perawat teregistrasi dan berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam
bidangnya. Pembagian tugas dalam kelompok dilakukan oleh pimpinan kelompok/Ketua Tim. Selain itu
Ketua Tim bertanggung jawab dalam mengarahkan anggotanya sebelum tugas dan menerima laporan
kemajuan pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan tugas
apabila mengalami kesulitan.

3. Model Asuhan Keperawatan Alokasi Klien

Yaitu pengorganisasian pelayanan/asuhan keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu
perawat pada saat tugas/jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala ruangan
bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima laporan tentang pelayanan keperawatan
klien.

4. Model Asuhan Keperawatan Primer

Keperawatan primer adalah suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana perawat profesional
bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap asuhan keperawatan pasien selama 24 jam/hari.
Metode ini dikembangkan sejak tahun 1970'an. Tanggung jawab meliputi pengkajian pasien,
perencanaan, Implementasi dan evaluasi asuhan keperawatan dari sejak pasien masuk rumah sakit
hingga pasien dinyatakan pulang, ini merupakan tugas utama perawat primer yang dibantu oleh
perawat asosiet. Keperawatan primer ini akan menciptakan kesempatan untuk memberikan asuhan
keperawatan yang komprehensif, dimana asuhan keperawatan berorientasi kepada pasien. Pengkajian
dan menyusun rencana asuhan keperawatan pasien dibawah tanggung jawab perawat primer, dan
perawat assosiet yang akan melaksanakan rencana asuhan keperawatan dalam tindakan keperawatan.

Pada Model Asuhan Keperawatan Primer membutuhkan kualifikasi tertentu karena perawat primer
harus tenaga perawat profesional (Register Nurse) yang mengasuh pasien mulai pengkajian, penentuan
diagnosa, membuat rencana, melakukan implementasi dan evaluasi. Dalam kegiatan implementasi
perawat primer dibantu oleh perawat assosiete. Jadi peran perawat assosiate adalah membantu saat
pelaksanaan tindakan. Perawat primer akan mengasuh 4 – 6 klien/pasien selama 24 jam

5. Model Asuhan Keperawatan Moduler (Gabungan model asuhan keperawatan primar dan Tim)

Yaitu pengorganisasian pelayanan atau asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional
dan non profesional (perawat trampil) untuk sekelompok klien dari mulai masuk rumah sakit sampai
pulang, disebut tanggung jawab total atau keseluruhan. Untuk metode ini diperlukan perawat yang
berpengetahuan, trampil dan memiliki kemampuan memimpin. Idealnya 2 - 3 perawat untuk 8 - 12 klien
(Mugianti,2016).

Anda mungkin juga menyukai