Anda di halaman 1dari 18

KOMUNIKASI PADA LANSIA

(Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gerontik )

Disusun Oleh :

1. Amelia Devin Krisnawati 1903009

2. Cicilia Ester Herawati Bunga A 1903019

3. Dwi Fitriani Amalia 1903023

4. Ni'amatun Aprilia 1903039

5. Siti Fatimah 1903057

6. Giyan syaiful 1903029

7. Abu Rizal Bakerye 1903003

8. Nurul Ita anggiyanti 1903045

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KARYA HUSADASEMARANG

2022

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial dan membutuhkan orang lain agar dapat
bertahan hidup. Untuk dapat membina hubungan dengan orang lain, maka
butuh komunikasi sebagai alat untuk berinteraksi. Komunikasi dapat
mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Pada proses keperawatan,
komunikasi menjadi sangat penting karena merupakan faktor penentu
dalam keberhasilan memberikan asuhan keperawatan kepada klien. Oleh
karena itu, seorang perawat perlu mempelajari konsep dasar komunikasi
sebagai dasar ilmu bagi perawat. Komunikasi merupakan proses yang
sangat penting dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi
keperawatan, komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metode utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan (Purba,
2012).

Setiap makhluk hidup didunia ini akan mengalami proses menua,hal ini
dikarenakan proses menua merupakan hukum alam (sunariani dkk
2007).proses menua akibat dari kehilangan yang bersifat bertahap (gradual
loss) yang terkait banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia, perubahan
seperti kemunduran pada sistem sensorinya yang dapat menyebabkan
terjadinya masalah komunikasi pada lansia.

Terdapat banyak bukti bahwa kesehatan yang optimal pada pasien lanjut
usia tidak hanya bergantung pada kebutuhan biomedis akan tetapi juga
tergantung dari perhatian terhadap keadaan sosial,ekonomi,kultural dan
psikologis.walaupun pelayanan kesehatan secara medis pada pasien lanjut
usia telah cukup baik tetapi mereka tetap memerlukan komunikasi yang baik
serta empati sebagai bagian penting dalam penanganan persoalan kesehatan
lansia.komunikasi yang baik ini akan sangat membantu dalam keterbatakan

3
kapasitas fungsional,sosial,ekonomi,perilaku emosiyang labil pada pasien
lanjut usia.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas mmaka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa Pengertian Komunikasi ?
2. Apa saja Permasalahan Dan Perkembangan Komunikasi Orang
Dewasa?
3. Bagaimana Sikap Komunikasi Pada Orang Dewasa?
4. Bagaimana Suasana Komunikasi Pada Orang Dewasa Dan Lansia ?
5. Apa saja Teknik Komunikasi Pada Orang Dewasa Dan Penerapannya ?
6. Bagaimana Karakteristik Lansia?
7. Bagaimana Perkembangan Komunikasi Pada Lansia?
8. Apa saja Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Lansia?
9. Apa saja Hambatan Komunikasi Pada Lansia Dan Cara Mengatasinya?
10. Bagaimana Teknik Komunikasi Pada Lansia?

10.3 Tujuan Masalah


Dari rumusan masalah diatas maka tujuan dari pembuatan makalah ini
adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Pengertian Komunikasi
2. Untuk mengetahui Permasalahan Dan Perkembangan Komunikasi
Orang Dewasa
3. Untuk mengetahui Sikap Komunikasi Pada Orang Dewasa
4. Untuk mengetahui Suasana Komunikasi Pada Orang Dewasa Dan
Lansia
5. Untuk mengetahui Teknik Komunikasi Pada Orang Dewasa Dan
Penerapannya
6. Untuk mengetahui Karakteristik Lansia
7. Untuk mengetahui Perkembangan Komunikasi Pada Lansia

4
8. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi
Pada Lansia
9. Untuk mengetahui Hambatan Komunikasi Pada Lansia Dan Cara
Mengatasinya
10. Untuk mengetahui Teknik Komunikasi Pada Lansia

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi


Istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare–
communicatio dan communicatus yang berarti suatu alat yang berhubungan
dengan sistem penyampaian dan penerimaan berita, seperti telepon, telegraf,
radio, dan sebagainya. Jadi komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses
pertukaran, penyampaian, dan penerimaan berita, ide, atau informasi dari
seseorang ke orang lain. Ada beberapa pengertian komunikasi menurut para
ahli :
1) Menurut McCubbin dan Dahl (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018),
“komunikasi merupakan suatu proses tukar menukar perasaan,
keinginan, kebutuhan dan pendapat”.
2) Menurut Yuwono (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), “komunikasi
merupakan kegiatan mengajukan pengertian yang dikirimkan dari
pengirim pesan kepada penerima pesan dan menimbulkan respon
tingkah laku yang diinginkan dari penerima pesan”.
3) Burgerss (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), “ komunikasi adalah proses
penyampaian informasi, makna dan pemahaman dari pengirim pesan
kepada penerima pesan”.
4) Taylo (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), “komunikasi adalah proses
pertukaran informasi atau proses yang menimbulkan dan meneruskan
makna atau arti”.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka dapat disimpulkam
bahwa komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang dari
pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga menimbulkan respon
tingkah laku sesuai dengan informasi yang diterima oleh penerima pesan.

6
2.2 Permasalahan Dan Perkembangan Komunikasi Orang Dewasa
Menurut Eriksons (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), menjelaskan
bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial yaitu intimasi
vs isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,
pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama
menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya. Orang
dewasa bukan seperti gelas kosong yang dapat diisikan sesuatu. Oleh karena
itu dikatakan bahwa kepada orang dewasa tidak dapat diajarkan sesuatu
yang baru untuk merubah tingkah lakunya dengan cepat. Orang dewasa
kalau ia sendiri yang ingin belajar hal baru maka dia akan terdorong
mengambil langkah untuk mencapai sesuatu yang baru itu.
2.3 Sikap Komunikasi Pada Orang Dewasa
Berdasarkan perkembangan komunikasi pada orang dewasa dari
permasalahan yang terjadi maka agar tercapai komunikasi efektif terutama
dalam melaksanakan pelayanan keperawatan perlu menunjukkan dan
menerapkan sikap-sikap terapeutik dan mengetahui sikap-sikap psikologi
pada orang dewasa. Dalam berkomunikasi dengan dewasa sampai lansia
diperlukan pengetahuan tentang sikap-sikap yang khas.
Berikut sikap-sikap psikologi spesifik pada orang dewasa terhadap
komunikasinya :
a. Orang dewasa/ lansia melakukan komunikasi berdasarkan
pengetahuan/pengalaman sendiri. Dalam hal ini perawat harus
menunjukkan sikap :
a) Memotivasi untuk mencari pengetahuan sendiri sesuai yang
diinginkan
b) Tidak mengajari tetapi cukup memberikan motivasi untuk
menggantikan perilaku yang kurang tepat.
b. Berkomunikasi pada orang dewasa/lansia harus melibatkan perasaan dan
pikiran. Dalam hal ini perawat perlu menunjukkan perasaan dan pikiran
orang dewasa/lansia sebagai kekuatan untuk merubah perilakunya

7
c. Komunikasi adalah hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi
pengalaman, saling mengungkapkan reaksi dan tanggapannya mengenai
suatu masalah. Maka perawat perlu :
a) Bekerjasama dengan orang dewasa/lansia untuk menyelesaikan
masalah
b) Memberikan kesempatan pada lansia untuk mengungkapkan
pengalaman dan memberi tanggapan tentang pengalaman tersebut
2.4 Suasana Komunikasi Pada Orang Dewasa Dan Lansia
Disamping sikap komunikasi pada orang dewasa, kita harus
memperlihatkan atau mampu menciptakan suasana yang dapat mendorong
efektivitas komunikasi pada kelompok usia dewasa maupun lansia dan juga
menciptaan suasana komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Ada beberapa suasana yang harus diciptakan :
a. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa dan lansia akan mampu berkomunikasi dengan baik
apabila pendapat pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh
turut berfikir dan mengemukakan fikirannya.
b. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, sistem nilai yang dianut
perlu dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka akan
dapat menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
c. Suasana saling percaya
Saling mempercayai bahwa apa yang disampaikan itu benar adanya akan
dapat membawa hasil yang diharapkan. Jangan melakukan penyangkalan
pada apa yang dikomunikasikan oleh orang dewasa atau lansia. Karena
mereka akan tidak percaya dengan anda dan mengakibatkan tujuan
komunikasi tidak tercapai.
d. Suasana saling terbuka
Keterbukaan dalam komunikasi dangat diperlukan baik bagi orang
dewasa maupun lansia. Maksud terbuka adalah terbuka untuk

8
mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang lain. Hanya
dalam suasan keterbukaan segala alternatif dapai tergali.
2.5 Suasana Komunikasi Pada Orang Dewasa Dan Lansia
Berikut ini teknik komunikasi secara khusus yang harus anda terapkan
saat berkomunikasi dengan orang dewasa :
a. Penyampaian pesan langsung kepada penerima tanpa perantara. Dengan
penyampaian langsung maka klien akan lebih mudah untuk menerima
penjelasan yang disampaikan.
b. Saling mempengaruhi dan dipengaruhi, maksudnya komunikasi antara
perawat dan pasien dewasa harus ada keseimbangan dan tidak boleh ada
yang mendominasi.
c. Melakukan komunikasi secara timbal balik secara langsung, maksudnya
komunikasi timbal balik dapat meminimalkan kemungkinan terjadi salah
persepsi.
d. Komunikasi secara berkesinambungan tidak statis dan bersifat dinamis.
2.6 Karakteristik Lansia
WHO mengelompokkan lansia menjadi 4 kelompok yang meliputi :
a. Midle age (usia pertengahan) yaitu kelompok usia 45-59 tahun
b. Elderly, antara 60-74 tahun
c. Usia antara 75-90 tahun
d. Very old lebih dari 90 tahun
Sedangkan bila di klasifikasi lansia berdasarkan kronologi usia yaitu :
a. Young old 60-75 tahun
b. Middle old 75-84 tahun
c. Old-old >85 tahun
Karakteristik lansia berhubungan dengan kemunduran fisik yang
terjadi dan penyakit akibat proses menua. Untuk mempermudah
memahami bagaimana melakukan pendekatan maupun bagaimana
melakukan strategi komunikasi pada lansia maka perawat perlu masalah dan
penyakit yang sering dihadapi oleh lansia yaitu :

9
1) Mudah jatuh 10) Berat badan menurun
2) Mudah lelah 11) Sukar menahan buang air
3) Nyeri dada kecil (suka ngompol)
4) Kekacauan mental 12) Sukar menahan BAK
5) Sesak nafas pada waktu 13) Sulit tidur
melakukan kerja fisik 14) Keluhan perasaan dingin
6) Berdebar-debar (palpitasi) 15) Kesemutan pada anggota
7) Pembengkakan kaki bagian badan
bawah 16) Mudah gatal-gatal
8) Nyeri pinggang atau 17) Keluhan pusing-pusing
punggung 18) Sakit kepala
9) Nyeri pada sendi pinggul

2.7 Perkembangan Komunikasi Pada Lansia


Perubahan emosi yang sering nampak adalah berupa reaksi penolakan
terhadap kondisi lansia. Berikut ini gejala-gejala penolakan lansia yang
menyebabkan gagalnya komunikasi lansia .
a. Tidak percaya terhadap diagnosa, gejala, perkembangan serta keterangan
yang diberikan petugas kesehatan
b. Mengubah keterangan yang diberikan sedemikian rupa sehingga diterima
keliru
c. Menolak membicarakan perawatannya di rumah sakit
d. Menolak ikut serta dalam perawatan dirinya secara umum, khusunya
tindakan yang langsung mengikutsertakan dirinya
e. Menolak nasehat-nasehat misalnya, istirahat baring, berganti posisi tidur
terutama bila nasehat tersebut demi kenyamanan klien.
2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Lansia
a. Faktor klien meliputi ; kecemasan, penurunan sensori (penurunan
pendengaran dan penglihatan, kurang hati-hati, tema yang menetap misal

10
kepedulian terhadap kebugaran tubuh, kehilangan reaksi, mengulangi
kehidupan, takut kehilangan control dan kematian)
b. Faktor perawat meliputi; perilaku perawat terhadap lansia dan
ketidakpahaman perawat
c. Faktor lingkungan yang bising dapat menastimulasi kebingungan lansia
dan terganggunya penerimaan pesan yang disampaikan
2.9 Hambatan Komunikasi Pada Lansia Dan Cara Mengatasinya
Hambatan komunikasi yang efektif pada lansia berhubungan dengan
keterbatasan fisik yang terjadi akibat dari proses menua (aging process),
antara lain fungsi pendengaran menurun, mata yang kabur, tidak adanya
gigi, suara yang mulai melemah dan sebagainya. Faktor penghambat dapat
muncul baik dari komunikator maupun komunikan. Faktor penghambat dari
komunikator (perawat atau pemberi asuhan) meliputi tidak menguasai
pesan, kurang menguasai unsur lain, suasana kurang mendukung,
penyampaian pesan tidak jelas (karena suara terlalu kecil/cepat) sehingga
susah ditangkap oleh penerima. Faktor penghambat dari aspek komunikan
(lansia) meliputi pengetahuan komunikan terlalu rendah sehingga sulit
mencerna isi pesan, sifat tertutup, atau lingkungan tempat berkomunikasi
yang kurang mendukung (terlalu bising, panas, terlalu dingin, tidak adanya
privasi) akan menghambat komunikasi Adapun kendala-kendala dan
hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia :
1) Gangguan neurology serring menyebabkan gangguan bicara dan
berkomunikasi dapat juga karena pengobatan medis, mulut yang kering
dan lain-lain.
2) Penurunan daya pikir sering menyebabkan gangguan dalam
mendengarkan, mengingat dan respon pada pertanyaan seseorang.
3) Perawat sering memanggil dengan nenek, sayang, dan lain-lain. Hal
tersebut membuat tersinggung harga dirinya dianjurkan memanggil nama
panggilannya.
4) Dianjurkan menegur dan mendengarkan dengan penuh perhatian.

11
5) Perbedaan budaya hambatan komunikasi, dan sulit menjalin hubungan
saling percaya. Gangguan sensoris dalam pendengarannya
6) Gangguan penglihatan sehingga sulit menginterprestasikan pesan-pesan
non-verbal.
7) Overload dari sensoris : terlalu banyak informasi dalam satu waktu atau
banyak orang berkomunikasi dalam yang sama sehingga kognitif
berkurang.
8) Gangguan fisik yang menyebabkan sulit berfokus dalam pembicaraan
misalnya focus pada rasa sakit, haus, lapar, capai, kandung kemih penuh,
udara yang tidak enak, dan lain-lain.
9) Hambatan pada pribadi : penurunan sensoris, ketidaknyamanan fisik,
efek pengobatan dan kondisi patologi, gangguan fungsi psikososial,
karena depresi atau dimensia, gangguan kontak dengan realita.
10) Hambatan dalam suasana/lingkungan tempat wawancara :
ribut/berisik, terlalu banyak informasi dalam waktu yang sama, terlalu
banyak orang yang ikut bicara, peerbedaan budaya, perbedaan bahasa,
prejudice, dan strereotipes.

Dari hambatan-hambatan diatas, untuk meningkatkan efisiensi dan


efektivitas berkomunikasi dengan lansia maka diperlukan penguasaan
terhadap cara-cara mengatasi hambatan komunikasi. Cara untuk mengatasi
hambatan komunikasi tersebut, antara lain:
1. Gunakan umpan balik (feedback)
Setiap orang yang berbicara memperhatikan umpan balik yang diberikan
lawan bicaranya baik bahasa verbal maupun non verbal, kemudian
memberikan penafsiran terhadap umpan balik itu secara benar.
2. Pahami perbedaan individu atau kompleksitas individu dengan baik.
Setiap individu merupakan pribadi yang khas yang berbeda baik dari
latar belakang psikologis, sosial, ekonomi, budaya dan pendidikan.
Dengan memahami, seseorang dapat menggunakan taktik yang tepat
dalam berkomunikasi.

12
3. Gunakan komunikasi langsung (face to face)
Komunikasi langsung dapat mengatasi hambatan komunikasi karena
sifatnya lebih persuasif. Komunikator dapat memadukan bahasa verbal
dan bahasa non verbal. Disamping kata-kata yang selektif dapat pula
digunakan kontak mata, mimik wajah, bahasa tubuh lainnya dan juga
meta-language (isyarat diluar bahasa) yang membuat komunikasi lebih
berdaya guna.
4. Gunakan bahasa yang sederhana dan mudah.
Kosa kata yang digunakan hendaknya dapat dimengerti dan dipahami
jangan menggunakan istilah-istilah yang sukar dimengerti pendengar.
Gunakan pola kalimat sederhana (kanonik) karena kalimat yang
mengandung banyak anak kalimat membuat pesan sulit dimengerti.

Berikut adalah cara lainnya untuk mengatasi hambatan komunikasi pada


lansia :
a. Menjaga agar tingkat kebisingan minimum
b. Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol
c. Menjamin alat bantu dengar berfungsi dengan baik
d. Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas
e. Jangan berbicara dengan keras/berteriak
f. Jangan terlalu jauh berdiri di depan klien
g. Perhatikan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana
h. Beri kesempatan pada klien untuk berfikir
i. Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan
orang tua dan kegiatan rohani.
j. Berbicara pada tingkat pemahaman klien
k. Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas
atau keahlian.
l. jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan
bersama anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola
komunikasi klien dan dapat membantu proses komunikasi.

13
2.10 Teknik Komunikasi Pada Lansia
Mundakir (2006) mengidentifikasi beberapa teknik komunikasi yang dapat
digunakan perawat dalam berkomunikasi dengan lansia adalah:
a. Teknik asertif
Asertif adalah menyatakan dengan sesungguhnya, terima klien apa
adanya. Perawat bersikap menerima yang menunjukkan sikap peduli dan
sabar untuk mendengarkan dan memperhatikan klien serta berusaha
untuk mengerti/memahami klien. Sikap ini membantu perawat untuk
menjaga hubungan terapeutik dengan lansia.
b. Responsif
Reaksi spontan perawat terhadap perubahan yang terjadi pada klien dan
segera melakukan klarifikasi tentang perubahan tersebut. Teknik ini
merupakan bentuk perhatian perawat kepada klien yang dilakukan secara
aktif untuk memberikan ketenangan klien. Berespon berarti bersikap aktif
tidak menunggu permintaan dari klien.
Contoh :
“apa yang ibu fikirkan saat ini? Apa yang bisa saya bantu untuk ibu?
c. Fokus
Dalam berkomunikasi sering kita jumpai lansia berbicara panjang lebar
dan mengungkapkan pernyataan-pernyataan di luar materi dan tidak
relevan dengan tujuan terapi. Sehubungan dengan hal tersebut maka
perawat harus tetap fokus pada topik pembicaraan dan mengarahkan
kembali komunikasi lansia pada topik untuk mencapai tujuan terapi.
Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap
materi komunikasi yang diinginkan.
d. Supportif
Lansia sering menunjukkan sikap labil atau berubah-ubah. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia dengan cara
memberikan dukungan (suppotif)
Contoh sikap supportif :

14
Tersenyum dan mengangguk ketika lansia mengungkapkan perasaannya
sebagai sikap hormat dan menghargai lansia berbicara.
Contoh ungkapan yang bisa memberi suppor/motivasi kepada lansia
adalah:
“saya yakin bapak mampu melakukan tugas bapak dengan baik”
e. Klarifikasi
Klarifikasi adalah teknik yang digunakan perawat untuk memperjelas
informasi yang disampaikan klien, klarifikasi dilakukan dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang atau meminta klien memberi penjelasan
ulang atau meminta klien memberi penjelasan ulang dengan tujuan
menyamakan persepsi.
Contoh :
“coba ibu jelaskan kembali bagaimana perasaan ibu saat ini?”
f. Sabar dan ikhlas
Perubahan yang terjadi pada lansia terkadang merepotkan dan seperti
kekanak-kanakan. Perubahan ini harus disikapi dengan sabar dan ikhlas
agar hubungan antara perawat dengan klien lansia dapat efektif dan
terapeutik. Sabar dan ikhlas dilakukan supaya tidak muncul kejangkelan
perawat yang dapat merusak komunikasi dengan hubungan perawat dan
klien.

15
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi yang dari
pengirim pesan kepada penerima pesan sehingga menimbulkan respon
tingkah laku sesuai dengan informasi yang diterima oleh penerima pesan.
Menurut Eriksons (dalam Sarfika, Rika. dkk.2018), menjelaskan
bahwa pada orang dewasa terjadi perkembangan psikososial yaitu intimasi
vs isolasi. Orang dewasa sudah mempunyai sikap-sikap tertentu,
pengetahuan tertentu, bahkan tidak jarang sikap itu sudah sangat lama
menetap dalam dirinya, sehingga tidak mudah untuk merubahnya.
Disamping sikap komunikasi pada orang dewasa, kita harus
memperlihatkan atau mampu menciptakan suasana yang dapat mendorong
efektivitas komunikasi pada kelompok usia dewasa maupun lansia dan juga
menciptaan suasana komunikasi yang dapat mencapai tujuan yang
diinginkan. Ada beberapa suasana yang harus diciptakan yaitu, suasana
hormat menghormati, suasana saling menghargai, suasana saling percaya
dan suasana saling terbuka.
Dalam berkomunikasi dengan lansia terdapat beberapa hambatan
seperti, gangguan neurologi, penurunan daya fikir, perawat sering
memanggil nenek, mendengarkan dengan penuh perhatian, perbedaan
budaya, overload sensoris, gangguan penglihatan, hambatan fisik,
hamabatan pribadi, dan gangguan suasana kenyamanan.
Cara untuk mengatasi hambatan komunikasi tersebut, antara lain:
gunakan umpan balik, kenali perbedaan individu, berkomunikasi secara
langsung (face to face), serta gunakan bahasa yang sederhana dan mudah di
pahami.
3.2 Saran
Bagi pembaca khusunya perawat harus memahami tentang aplikasi
terapeutik pada lansia agar pemeriksaan pasien lansia di rumah sakit

16
berjalan dengan lancar, selain itu juga penting mengetahui apa saja
kemungkinan yang akan menjadi hambatan dalam berkomunikasi dengan
lansia serta dapat mengetahui cara mengatasi hambatan tersebut.

17
DAFTAR PUSTAKA

Sarfika, Rika. dkk.2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar 2 Komunikasi Terapeutik


Dalam Keperawatan. Padang : Andalas University Press
Anjaswarni,Tri. 2013 . Komunikasi Keperawatan Modul 2 Penerapan Komunikasi
Berdasarkan Tingkat Usia: Badan PPSDM Kesehatan, Kemenkes RI.
Nugroho. 2010. Komunikasi dalam Keperawatan gerontik. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Moh. Reza Pradiaksa. 2013. (http://docplayer.info/61839186-Makalah-
komunikasi-terapeutik-pada-lansia-dari-moh-reza-pradiaksa.html)
Amal,A.I (2017). Identifikasi Komunikasi Antar Keluarga Dengan Pasien Presbiakusis
Yang Tinggal Dalam Satu Rumah.Nurscope.Jurnal Keperawatan Dan
Pemikiran Ilmiah.VOL 3.(6).43-53
Christian Andre (2018). Proses Komunikasi Interpersonal Antara Suster Dan Lansia
Dalam Memberikan Pelayanan Di Panti Jompo Hargodedali Surabaya. VOL
6. NO.2
Rierieka (2014).komunikasi keperawatan pada lansia.
https://id.scribd.com/com/210737555/makalah-komunikasi-keperawatan-
pada-lansia

Cristanty, M., & Azeharie, S. (2016). Studi Komunikasi Interpersonal Antara


Perawat
Dengan Lansia Di Panti Lansia Santa Anna Teluk Gong Jakarta. Jurnal
Komunikasi, 8(2), 170– 178. Retrieved from https://journal.untar.ac.id
Havifi, I. (2014). Komunikasi Interpersonal Perawat dengan Lansia Panti Jompo
Upt Khusnul Khotimah di Kota Pekanbaru, 1(2), 1–12. Retrieved from
https://jom.unri.ac.id
Andr486.2016. Hambatan Berkomunikasi Dengan Lansia.
https://www.scrib.com/document/325442022/Hambatan-
Berkomunikasi-Dengan-Lansia

18

Anda mungkin juga menyukai