Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH KOMUNIKASI DALAM KEPERAWATAN

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA

Dosen Pembimbing :
Hj. Masamah A. SKM., M.Kes

Disusun Oleh :
1. Intan Lu’lu’ul Fu’adah (P27820118059)
2. Gracia Irnadianis Ivada (P27820118060)
3. Arindha Putri Nurhidayah (P27820118061)
4. Seidatul Aqromiyah (P27820118062)
5. Sukma Wardani (P27820118063)
6. Yordan Abdillah Firdaus (P27820118065)

II REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN KAMPUS SOETOMO
SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk
melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak
terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami
beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara individu.
Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan dari teman sebayanya
mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dll. Sementara orang tua juga mulai merasakan
besarnya kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya maupun
perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk mengatasinya?
Disaat ini, salah satu cara terbaik adalah orang tua. Orang tua berkomunikasi
dengan anak remaja. Komunikasi yang efektif dengan anak-anak sangat penting
dilakukan karena akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin
dengan baik meski pun saat ini sering terjadi pertengkaran antara orang tua dengan anak
ataupun komunikasi yang tidak nyambung. Sebagai orang tua ada beberapa cara yang
lebih baik yang dapat dilakukan dari informasi mengenai remaja yang sedang
bermasalah dengan komunikasi.
Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas “Teori
Komunikasi pada Remaja”.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Komunikasi pada remaja ?
2. Bagaimana proses prinsip komunikasi pada remaja ?
3. Bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Remaja?
4. Bagaimana Teknik Komunikasi pada Remaja?
5. Apa hambatan dalam Komunikasi pada Remaja?
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku
komunikan atau penerima berita kepola dan pemahaman yang dikehendaki bersama.
Ada pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, yaitu:
1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambing-lambang tertentu,
mengandung arti, dilakukuan oleh penyampai pesan ditujukan kepada
penerima pesan.
2. Menurut A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi
dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi
kepentingan mereka.
4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti.
5. Menurut Human Relation Of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses
lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
6. Menurut Oxford Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau
tukar menukar informasi, idea tau sebagainya.
7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencakup
ekspresi wajah, sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan,
kereta api, telegraf, telepon dan lainnya.
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.
Bila stress, diskusi dengan teman sebaya atau keluarganya. Menolak orang yang
berusaha menjatuhkan harga dirinyadengan member support penuh perhatian.
(Nur Himam, 2012:1)
Menurut Egam (1995); menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang
harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
1. Sikap berhadapan
Bentuk sikap dimana seseorang harus bertatap muka atau berhadapan
langsung dengan anak (Komunikator siap untuk berkomunikasi).
2. Sikap mempertahankan kontak
Bertujuan menghargai kliendan mengatakan adanya keinginan untuk tetap
berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang diinformasikan
atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang dapat
mengalihkan perhatian dengan lainnya.
3. Sikap membungkuk kepada pasien
Menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan
cara membungkuk sedikit kearah klien.
4. Sikap terbuka
Menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
member respons pada klien selama komunikasi.
B. PRINSIP KOMUNIKASI PADA REMAJA
1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi, orang tua ingin
segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang orang
tua sering lakukan seperti:
a. Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan,
b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja,
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan
apa yang dialami remaja,
e. Tidak memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya,
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang
harus dialkukan terhadap remaja.
2. Kunci Pokok Berkomunikasi Dengan Remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang
beranjak dewasa seperti:
a. Mendengar Supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Bicara supaya di dengar.
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya
yang diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu
meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak
sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana Memahami Perasaan Remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus meneriam dulu
perasaaan dan ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami
masalah, agar ia merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan
dengan orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya
dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi
Masalah Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat
perilaku anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak
cenderung tidak membedakan antara anak dan perilakunya sehingga
membuat anak mereka disalahkan,direndahkan dan disudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua
sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap
perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya
akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya,
sehingga anak akan merasa nyaman.
b. Menentukan Masalah Siapa
Ketika menghdapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita
perlu mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena:
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan
semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam
memecahkan masalahnya sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang
lain.
4) Anak perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa yang punya masalah harus
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah
masalah remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif.
C. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA
Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal dimana perawat
dank lien mengalami pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman
emosional klien. Komunikasi terapeutik mempunyai karakteristik:
1. Tujuan yang spesifik.
2. Saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk
keintiman yang terapeutik dan berorientasi pada masa sekarang (here and
now).
3. Berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan.
Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu memerhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang remaja, cara berkomunikasi
dengan anak remaja, metode berkomunikasi dengan anak remaja. Peran orang tua
dalam membantu proses komunikasi dengan remaja sehingga bias didapatkan
informasi yang benar dan akurat.
a. Pada remaja, pola piker dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.
b. Bila stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa
diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya.
d. Beri support penuh perhatian.
e. Jangan melakukan intrupsi.
f. Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran.
g. Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi).

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PADA REMAJA


1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi
berlangsung secara efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung
secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi, bila komunikan bersifat
pasif/tertutup maka komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4. Usia Tumbuh Kembang Status Kesehatan Anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan
ke komunikan dengan baik.
6. Lingkungan
Lingkungan juga sangat berperan penting dalam berkomunikasi, semakin
bagus/indah lingkungan yang ditempati maka dalam berinteraksi akan
terasa nyaman dan aman.
E. TEKNIK KOMUNIKASI PADA REMAJA
Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
denga remaja, melalui komunikasi ini pula perawatdapat memudahkan mengambil
berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam
menentukan masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam
berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam
menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang
sedang berada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan cara
memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ekspresi anak atau
respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita
harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi
anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan
negative yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dan meminta
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi
yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan
pendapat anak remaja.
6. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih,
dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasa banyak dilakukan pada remaja
yang jengkel, marah dan diam.
Sikap Komunikasi Terapeutik Dengan Remaja
Remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja banyak
mengalami kesulitan yang menimbulkan kesulitan yang membutuhkan kemampuan
adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan
hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini dapat mempengaruhi komunikasi remaja
terutama komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.
Terkait dengan permasalahan diatas, maka dalam berkomunikasi dengan remaja
perawat atau orang dewasa lain harus mampu besikap sebagai ”SAHABAT” buat
remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan sebagai anak kecil dan tidak
membiarkan dia berperilaku seperti orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus.
Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan sebagai anak kecil.
Remaja sudah menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul bersama
teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Adapun beberapa sikap yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak
menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap
kepercayaan kita pada anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang
tua.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa
suka dan menghargai klien. Ex : senyum pada saat yang tepat, melakukan
jabat tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminology yang spesifik dan bukan
abstrak pada saat komunikasi dengan klien. Ex : gambar, mainan, dll.
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan
saat berkomunikasi dengan remaja.
1. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran dan sikapnya.
2. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran dan sikapnya.
3. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau beresponyang
berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional, maka sikap kita
adalah memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan masalah dengan mendiskusikannya.
4. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja,
tempat berbagi cerita suka dan duka.
5. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol dan
bercengkrama dengan mereka serta sering melakukan makan bersama.
Suasana Komunikasi Yang Kondusif Pada Remaja
Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana psikologis
antara perawat / orang tua/ orang dewasa lain dengan remaja.
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, suasana pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu
dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka kan dapat
menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi
wajah, gerakan tubuh dan nada suara yang memberikan tanda tentang status
emosionalnya.
Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja
Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya
lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicar tentang masalah yang
kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bias memindahkan alur
pembicaraan, mengatur dan memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya
pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan.
Contoh respon yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang bisa
menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan,
memerintah, menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan, menasehati,
menyelesaikan masalah, menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan,
mendesak memberi kuliah, mengajari, mencemooh, membuat malu, menyelidiki,
mengusut, dan memuji-menyetujui.
Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja berikut ini:
1. Komunikasi terbuka “Bagaimana sekolahmu hari ini?”, “Apa yang
membuatmu senang hari ini disekolah?”.
2. Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang
mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan, sediakan waktu untuk
remaja dalam menyampaikan pendapatnya.
3. Mendengar aktif artinay tidak hanya sekedar mendengar tetapi juga
memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan
refleksikan emosi yang ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “Ibu
tahu, kamu kesal diejek seperti itu…”
4. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika
sedang tidak bias, katakana terus terang daripada anda tidak focus dan
memutus komunikasi dengan remaja.
5. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatuyang dia rahasiakan
karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak
remaja sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain
termasuk orang tuanya.
6. Utarakan perasaan anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan
jangn memarahi atau membentak. Misalnya, “ mama khawatir sekali kalau
kamu tidak langsung pulang ke rumah. Kalau mau kerumah teman, telepon
dulu agar mama tenang.”
7. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya,
“aku sedang berusaha menguasai mate-matika”, daripada “aku payah
dalam mate-matika”.
8. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap
sinyal-sinyal emosi dari bahasa tubuhnya.
9. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada
aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
10. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

Tahapan Komunikasi Dengan Remaja


1. Tahap prainteraksi
Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah yang ada.
2. Tahap perkenalan
a. Memberi salam dan senyum pada klien
b. Melakukan validasi
c. Mencari kebenaran data yang ada
d. Mengobservasi
e. Memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan
f. Melakukan kerahasiaan klien.
3. Tahap kerja
a. Member kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan
memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dalam berkomunikasi.
b. Menanyakan keluhan utama.
c. Saat berkomunikasi dengan klien remaja, usahakan berdiskusi atau
curah pendapat seperti teman sebaya.
d. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
e. Jaga kerahasiaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
f. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam bersikap
dewasa).
4. Tahap terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil.
b. Memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan
c. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
F. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PADA REMAJA
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesame. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi
yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan
yang kita terima. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam
menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu :
1. Hambatan fisik
a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan
bicara, tetapi dengan aktifitas kita pada saat ada yang berkomunikasi
dengan kita, mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
b. Gangguan noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta)
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan
sebagainya yang dialami oleh seorang remaja. Terimalah mereka apa
adanya, mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali.
Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya
mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja
tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat
pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan
sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui
apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu
teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki
modalitas belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk
Kesuliatan orang memahami materi yang disampaikan karena
komunikator tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan
bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab
tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator
tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu
lngsung dijawab oleh komunikator.
f. Kurang menguasai materi
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi professional salah satu maknanya
adalah menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi
untuk meluas.
g. Kurang persiapan
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran
dapat optimal jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.
2. Hambatan psikologis
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar
dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita
dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan denagn apa yang kiata
ketahui.
Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai
denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat
berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang
kurang benar.
c. Menilai sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada
seorang remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita
cenderung mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi.
Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
e. Kecurigaan
Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah
berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja.
Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana
pembelajaran tidak kondusif.
f. Tidak jujur
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran.
Kita harus jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang tidak tahu.
g. Tertutup
Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam
prose situ diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan
keterlibatan.
h. Dekstuktif
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja.
Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap dekstruktif itu muncul,
lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang
berlaku.
i. Kurang dewasa
Kita perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan
ketika kita berbicara dengan anak, karena kita berkomunikasi dengan
seorang remaja yang mampu tetapi ada hambatan psikologi.
3. Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku
komunikan atau penerima berita kepola dan pemahaman yang dikehendaki bersama.
Ada pengertian komunikasi yang dikemukakan oleh beberapa para ahli, yaitu:
1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan,
harapan dan pesan yang disampaikan melalui lambing-lambang tertentu,
mengandung arti, dilakukuan oleh penyampai pesan ditujukan kepada
penerima pesan.
2. Menurut A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi
dalam mengirim dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi
kepentingan mereka.
4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan
lambang-lambang yang mengandung arti.
5. Menurut Human Relation Of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses
lewatnya informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
6. Menurut Oxford Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau
tukar menukar informasi, idea tau sebagainya.
7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencakup
ekspresi wajah, sikap dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan,
kereta api, telegraf, telepon dan lainnya.
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.
Bila stress, diskusi dengan teman sebaya atau keluarganya. Menolak orang yang
berusaha menjatuhkan harga dirinyadengan member support penuh perhatian.
(Nur Himam, 2012:1)
Menurut Egam (1995); menyampaikan sikap komunikasi merupakan sesuatu apa yang
harus dilakukan dalam komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
1. Sikap berhadapan
Bentuk sikap dimana seseorang harus bertatap muka atau berhadapan
langsung dengan anak (Komunikator siap untuk berkomunikasi).
2. Sikap mempertahankan kontak
Bertujuan menghargai kliendan mengatakan adanya keinginan untuk tetap
berkomunikasi dengan cara selalu memperhatikan apa yang diinformasikan
atau disampaikan dengan tidak melakukan kegiatan yang dapat
mengalihkan perhatian dengan lainnya.
3. Sikap membungkuk kepada pasien
Menunjukkan keinginan untuk mengatakan atau mendengar sesuatu dengan
cara membungkuk sedikit kearah klien.
4. Sikap terbuka
Menunjukkan adanya keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
member respons pada klien selama komunikasi.
B. PRINSIP KOMUNIKASI PADA REMAJA
1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi, orang tua ingin
segera membantu menyelesaikan masalah remaja, ada hal-hal yang orang
tua sering lakukan seperti:
a. Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan,
b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja,
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan
apa yang dialami remaja,
e. Tidak memberi kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan
memahaminya,
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang
harus dialkukan terhadap remaja.
2. Kunci Pokok Berkomunikasi Dengan Remaja
Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang
beranjak dewasa seperti:
a. Mendengar Supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Bicara supaya di dengar.
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang
disebabkan karena orang tua kurang dapat memahami perasaan anaknya
yang diajak bicara. Agar komunikasi dapat lebih efektif orang tua perlu
meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami perasaan anak
sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana Memahami Perasaan Remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus meneriam dulu
perasaaan dan ungkapan remaja terutama ketika ia sedang mengalami
masalah, agar ia merasa nyaman dan mau melanjutkan pembicaraan
dengan orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa yang sebenarnya
dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat Menghadapi
Masalah Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat
perilaku anak terhadap orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak
cenderung tidak membedakan antara anak dan perilakunya sehingga
membuat anak mereka disalahkan,direndahkan dan disudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua
sebagai akibat perilaku anak sehingga anak belajar bahwa setiap
perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui pesan saya
akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya,
sehingga anak akan merasa nyaman.
b. Menentukan Masalah Siapa
Ketika menghdapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita
perlu mengetahui masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena:
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan
semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam
memecahkan masalahnya sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang
lain.
4) Anak perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa yang punya masalah harus
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya. Bila masalah itu adalah
masalah remaja maka teknik yang digunakan adalah mendengar aktif.
C. KOMUNIKASI TERAPEUTIK PADA REMAJA
Komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal dimana perawat
dank lien mengalami pengalaman belajar bersama serta memperbaiki pengalaman
emosional klien. Komunikasi terapeutik mempunyai karakteristik:
1. Tujuan yang spesifik.
2. Saling membagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk
keintiman yang terapeutik dan berorientasi pada masa sekarang (here and
now).
3. Berfokus pada klien dalam memenuhi kebutuhan.
Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu memerhatikan
berbagai aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang remaja, cara berkomunikasi
dengan anak remaja, metode berkomunikasi dengan anak remaja. Peran orang tua
dalam membantu proses komunikasi dengan remaja sehingga bias didapatkan
informasi yang benar dan akurat.
a. Pada remaja, pola piker dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.
b. Bila stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa
diluar keluarga dan terbuka terhadap perawat.
c. Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya.
d. Beri support penuh perhatian.
e. Jangan melakukan intrupsi.
f. Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran.
g. Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi).

D. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOMUNIKASI PADA REMAJA


1. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi
berlangsung secara efektif.
2. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung
secara efektif.
3. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi, bila komunikan bersifat
pasif/tertutup maka komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
4. Usia Tumbuh Kembang Status Kesehatan Anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar
komunikasi tersebut berlangsung secara efektif.
5. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan
ke komunikan dengan baik.
6. Lingkungan
Lingkungan juga sangat berperan penting dalam berkomunikasi, semakin
bagus/indah lingkungan yang ditempati maka dalam berinteraksi akan
terasa nyaman dan aman.
E. TEKNIK KOMUNIKASI PADA REMAJA
Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga hubungan
denga remaja, melalui komunikasi ini pula perawatdapat memudahkan mengambil
berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil dalam
menentukan masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakan dalam
berkomunikasi dengan remaja, antara lain:
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam
menumbuhkan kepercayaan diri remaja, dengan menghindari secara
langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang
sedang berada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan cara
memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita
Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat
mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi
cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan
disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.
3. Memfasilitasi
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ekspresi anak atau
respon anak remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita
harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi
anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan mereflisikan ungkapan
negative yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.
4. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dan meminta
untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang
dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan
pikiran anak pada saat itu.
5. Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau
mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pada situasi
yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif yang sesuai dengan
pendapat anak remaja.
6. Penggunaan skala
Penggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan
perasaan sakit pada anak seperti penguapan perasaan nyeri, cemas, sedih,
dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan
sakitnya.
7. Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada
keadaan sedih, marah atau lainnya dan biasa banyak dilakukan pada remaja
yang jengkel, marah dan diam.
Sikap Komunikasi Terapeutik Dengan Remaja
Remaja adalah masa transisi dari anak ke dewasa. Pada masa transisi ini remaja banyak
mengalami kesulitan yang menimbulkan kesulitan yang membutuhkan kemampuan
adaptasi. Remaja sering tidak mendapat tempat untuk mengekspresikan ungkapan
hatinya dan cenderung tertekan. Hal ini dapat mempengaruhi komunikasi remaja
terutama komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.
Terkait dengan permasalahan diatas, maka dalam berkomunikasi dengan remaja
perawat atau orang dewasa lain harus mampu besikap sebagai ”SAHABAT” buat
remaja. Tidak meremehkan atau memperlakukan sebagai anak kecil dan tidak
membiarkan dia berperilaku seperti orang dewasa. Pola asuh remaja perlu cara khusus.
Walau usia masih tergolong anak-anak, ia tak bisa diperlakukan sebagai anak kecil.
Remaja sudah menunjukkan jati diri. Biasanya remaja lebih senang berkumpul bersama
teman sebaya ketimbang dengan orang tua. Adapun beberapa sikap yang dapat
dilakukan yaitu:
1. Sikap kesejatian
Menghindari membuka diri yang terlalu dini sampai dengan anak
menunjukkan kesiapan untuk berespon positif terhadap keterbukaan, sikap
kepercayaan kita pada anak.
2. Sikap empati
Bentuk sikap dengan cara menempatkan diri kita pada posisi anak dan orang
tua.
3. Sikap hormat
Bentuk sikap yang menunjukkan adanya suatu kepedulian/perhatian, rasa
suka dan menghargai klien. Ex : senyum pada saat yang tepat, melakukan
jabat tangan atau sentuhan yang lembut dengan seizin komunikan.
4. Sikap konkret
Bentuk sikap dengan menggunakan terminology yang spesifik dan bukan
abstrak pada saat komunikasi dengan klien. Ex : gambar, mainan, dll.
Berikut ini sikap perawat, orang tua, atau orang dewasa lain yang perlu diperhatikan
saat berkomunikasi dengan remaja.
1. Menjadi pendengar yang baik dan memberi kesempatan pada mereka untuk
mengekspresikan perasaannya, pikiran dan sikapnya.
2. Mengajak remaja berdiskusi terkait dengan perasaan, pikiran dan sikapnya.
3. Jangan memotong pembicaraan dan jangan berkomentar atau beresponyang
berlebihan pada saat remaja menunjukkan sikap emosional, maka sikap kita
adalah memberikan support atas segala masalah yang dihadapi remaja dan
membantu untuk menyelesaikan masalah dengan mendiskusikannya.
4. Perawat atau orang dewasa lain harus dapat menjadi sahabat buat remaja,
tempat berbagi cerita suka dan duka.
5. Duduk bersama remaja, memeluk, merangkul, mengobrol dan
bercengkrama dengan mereka serta sering melakukan makan bersama.
Suasana Komunikasi Yang Kondusif Pada Remaja
Keberhasilan berkomunikasi dengan remaja dapat dipengaruhi oleh suasana psikologis
antara perawat / orang tua/ orang dewasa lain dengan remaja.
1. Suasana hormat menghormati
Orang dewasa akan mampu berkomunikasi dengan baik apabila pendapat
pribadinya dihormati, ia lebih senang kalau ia boleh turut berfikir dan
mengemukakan pikirannya.
2. Suasana saling menghargai
Segala pendapat, suasana pikiran, gagasan, system nilai yang dianut perlu
dihargai. Meremehkan dan menyampingkan harga diri mereka kan dapat
menjadi kendala dalam jalannya komunikasi.
3. Suasana saling percaya
Terbuka untuk mengungkapkan diri dan terbuka untuk mendengarkan orang
lain. Hanya dalam suasana keterbukaan segala alternatif tergali.
Komunikasi verbal dan non verbal remaja perlu diperhatikan, misalnya ekspresi
wajah, gerakan tubuh dan nada suara yang memberikan tanda tentang status
emosionalnya.
Penerapan Komunikasi Sesuai Tingkat Perkembangan Remaja
Berkomunikasi dengan anak yang sudah masuk usia remaja (praremaja) sebenarnya
lebih mudah. Pemahaman mereka sudah memadai untuk bicar tentang masalah yang
kompleks. Dalam berkomunikasi dengan remaja, kita tidak bias memindahkan alur
pembicaraan, mengatur dan memegang kendali secara otoriter. Remaja sudah punya
pemikiran dan perasaan sendiri tentang hal yang ia bicarakan.
Contoh respon yang sering diungkapkan oleh orang tua kepada anaknya yang bisa
menyebabkan terputusnya komunikasi adalah mengancam, memperingatkan,
memerintah, menilai, mengkritik, tidak setuju, menyalahkan, menasehati,
menyelesaikan masalah, menghindar, mengalihkan perhatian, menertawakan,
mendesak memberi kuliah, mengajari, mencemooh, membuat malu, menyelidiki,
mengusut, dan memuji-menyetujui.
Perhatikanlah bagaimana penerapan komunikasi terapeutik pada remaja berikut ini:
1. Komunikasi terbuka “Bagaimana sekolahmu hari ini?”, “Apa yang
membuatmu senang hari ini disekolah?”.
2. Komunikasi dua arah, yaitu bergantian yang berbicara dan yang
mendengarkan. Jangan mendominasi pembicaraan, sediakan waktu untuk
remaja dalam menyampaikan pendapatnya.
3. Mendengar aktif artinay tidak hanya sekedar mendengar tetapi juga
memahami dan menghargai apa yang diutarakan remaja. Terima dan
refleksikan emosi yang ditunjukkan, misalnya dengan mengatakan, “Ibu
tahu, kamu kesal diejek seperti itu…”
4. Sediakan waktu yang cukup untuk berkomunikasi dengan remaja. Jika
sedang tidak bias, katakana terus terang daripada anda tidak focus dan
memutus komunikasi dengan remaja.
5. Jangan memaksa remaja untuk mengungkapkan sesuatuyang dia rahasiakan
karena akan membuatnya tidak nyaman dan enggan berkomunikasi. Anak
remaja sudah mulai memiliki privasi yang tidak boleh diketahui orang lain
termasuk orang tuanya.
6. Utarakan perasaan anda jika ada perilaku remaja yang kurang tepat dan
jangn memarahi atau membentak. Misalnya, “ mama khawatir sekali kalau
kamu tidak langsung pulang ke rumah. Kalau mau kerumah teman, telepon
dulu agar mama tenang.”
7. Dorong anak untuk mengatakan hal-hal positif tentang dirinya. Misalnya,
“aku sedang berusaha menguasai mate-matika”, daripada “aku payah
dalam mate-matika”.
8. Perhatikan bahasa tubuh remaja. Orang tua harus bisa menangkap
sinyal-sinyal emosi dari bahasa tubuhnya.
9. Hindari komentar menyindir atau meremehkan anak. Berikan pujian pada
aspek terbaik yang dia lakukan sekecil apapun.
10. Hindari ceramah panjang dan menyalahkan anak.

Tahapan Komunikasi Dengan Remaja


1. Tahap prainteraksi
Mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya
kepada orang tua tentang masalah yang ada.
2. Tahap perkenalan
a. Memberi salam dan senyum pada klien
b. Melakukan validasi
c. Mencari kebenaran data yang ada
d. Mengobservasi
e. Memperkenalkan nama dengan tujuan, waktu dan
f. Melakukan kerahasiaan klien.
3. Tahap kerja
a. Member kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan
memberitahu tentang hal yang kurang dimengerti dalam berkomunikasi.
b. Menanyakan keluhan utama.
c. Saat berkomunikasi dengan klien remaja, usahakan berdiskusi atau
curah pendapat seperti teman sebaya.
d. Hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
e. Jaga kerahasiaan yang dapat menimbulkan rasa malu.
f. Jaga kerahasiaan dalam komunikasi (masa transisi dalam bersikap
dewasa).
4. Tahap terminasi
a. Menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil.
b. Memberikan reinforcement positif, tindak lanjut, kontrak, dan
c. Mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.
F. HAMBATAN DALAM KOMUNIKASI PADA REMAJA
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam
melakukan interaksi dengan sesame. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi
yang kita lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan
yang kita terima. Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam
menelaah komunikasi yang disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu :
1. Hambatan fisik
a. Sinyal non verbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan
bicara, tetapi dengan aktifitas kita pada saat ada yang berkomunikasi
dengan kita, mempengaruhi proses komunikasi yang berlangsung.
b. Gangguan noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita
berkomunikasi, jarak jauh, dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta)
Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan
sebagainya yang dialami oleh seorang remaja. Terimalah mereka apa
adanya, mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali.
Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya
mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja
tersebut, misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat
pahami.
d. Teknik bertanya yang buruk
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan
sanggup menggali pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui
apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan selalu
teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki
modalitas belajar yang berbeda-beda.
e. Teknik menjawab yang buruk
Kesuliatan orang memahami materi yang disampaikan karena
komunikator tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan
bukannya dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab
tidak tepat. Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator
tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu
lngsung dijawab oleh komunikator.
f. Kurang menguasai materi
Ini faktor yang sangat jelas. Begitu kita tidak menguasai materi, itulah
hambatan komunikasi. Kompetensi professional salah satu maknanya
adalah menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi
untuk meluas.
g. Kurang persiapan
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran
dapat optimal jika tidak menyiapkan perencanaan dengan baik.
2. Hambatan psikologis
a. Mendengar
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau
informasi yang ada di sekeliling kita, namun tidak semua kita dengar
dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita
dengar.
b. Mengabaikan informasi yang bertentangan denagn apa yang kiata
ketahui.
Sering kali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai
denga ide, gagasan dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat
berhubungan denga ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita yang
kurang benar.
c. Menilai sumber
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika ada
seorang remaja yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita
cenderung mengabaikannya.
d. Pengaruh emosi
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi.
Apapun berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan
ditanggapinya.
e. Kecurigaan
Kembangkan sikap berbaik sangka pada semua orang. Hendaklah
berpikir baik atau positif bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja.
Komunikator curiga pada komunikan akan membawa suasana
pembelajaran tidak kondusif.
f. Tidak jujur
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran
komunikasi pada remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran.
Kita harus jujur, jangan berbohong, jujurlah jika memang tidak tahu.
g. Tertutup
Jika kita memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam
prose situ diperlukan kerjasama, keterbukaan, kehangatan, dan
keterlibatan.
h. Dekstuktif
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja.
Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap dekstruktif itu muncul,
lakukan segera penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang
berlaku.
i. Kurang dewasa
Kita perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan
ketika kita berbicara dengan anak, karena kita berkomunikasi dengan
seorang remaja yang mampu tetapi ada hambatan psikologi.
3. Semantik
a. Persepsi yang berbeda
b. Kata yang memiliki arti lain bagi orang yang berbeda
c. Terjemahan yang salah
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan
yang disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti,
dilakukan oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan
komunikasi yaitu pesan yang disampaikan oleh komunikator dapat dimengerti
oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada anak dan remaja,
perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara
berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor
yang mempengaruhi komuikasi.
Seperti pada anak dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk
jati dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama
dengan dia. Masa remaja merupakan masa-masa panjang yang dialami seorang
anak. Saat remaja mereka mulai mengalami berbagai perubahan, baik fisik
maupun non fisik dalam kehidupan mereka.
B. SARAN
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan makalah ini
yaitu :
1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah
mengetahui bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja,
serta mengetahui hambatan yang akan ditemui pada saat akan
berkomunikasi dengan remaja.
2. Mahasiswa mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi, cara
berkomunikasi, tahapan komunikasi serta faktor yang menghambat
komunikasi pada anak dan remaja.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.
ROLEPLAY

Suatu hari seorang pemuda yang berusia 16 tahun yang bernama Ramlan mengikuti
balap motor liar di jalan Ciliwung bersama teman-temannya, namun naas Ramlan
mengalami kecelakaan yang menyebabkan kaki dan tangannya luka. Seorang laki-laki
yang tepat melihat kejadian itu langsung membawa Ramlan ke IGD RSWB. Perawat
dan dokter kemudian langsung memberikan penanganan kepada Ramlan. Setelah
diberikan penanganan, kondisi Ramlan membaik dan dia masih ditempatkan di
ruangan IGD karena keluarganya belum datang. Perawat Ana kemudian menghampiri
Ramlan untuk menanyakan kondisinya.

Perawat Ana : “Selamat malam” (Tersenyum).

Ramlan : “Malam suster” (Termenung)

Perawat Ana : "Dik, perkenalkan saya perawat Ana Susanti, Adik bisa panggil saya
suster Ana. Saya perawat yang bertugas pada malam ini. Jika boleh tahu nama Adik
siapa?”

Ramlan : “Nama saya Ramlan Raharjo suster, suster panggil saja Ramlan”

Perawat Ana : “Baiklah Dik Ramlan, bagaimana keadaannya sekarang?”

Ramlan : “Ya masih begini-begini saja sus”

Perawat Ana : “Maaf Dik Ramlan, bisa dijelaskan lagi maksud dari kata masih
begini-begini saja itu apa?”

Ramlan : “Begini sus, tangan dan kaki saya masih sedikit sakit, tetapi saya
rasakan sudah lebih membaik setelah diberi tindakan tadi”

Perawat Ana : “Saya mengerti yang anda rasakan Dik Ramlan. Nah bagaimana kalau
kita berbincang-bincang mengenai masalah Adik, dan mengenai kronologis
kecelakaannya. Apakah Dik Ramlan bersedia?”

Ramlan : “Hmmm….” (Ragu-ragu)

Perawat Ana : “Dik Ramlan bisa menceritakannya kepada saya, saya akan berusaha
semampu saya untuk membantu” (Mempertahankan kontak mata, sedikit
membungkuk, bersikap terbuka)
Ramlan : “Baiklah saya bersedia suster Ana”

Perawat Ana : “Nah kalau begitu kita disini akan berbincang-bincang selama kurang
lebih 20 menit ya Dik Ramlan?”

Ramlan : “Iya suster”

Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan sekarang bisa ceritakan dengan saya, kenapa bisa
terjadi kecelakaan? Saya akan mendengarkannya dengan baik”

Ramlan : “Hmm… Anu suster, tadi itu saya balapan motor dengan
teman-teman saya, nah pas tikungan ban motor saya kepleset dan akhirnya saya
seperti ini” (Menggaruk-garuk kepala)

Perawat Ana : “Jadi Dik Ramlan ini kecelakaan gara-gara balapan motor?”

Ramlan : “Hehe… Iya suster” (Menggaruk-garuk kepala)

Perawat Ana : “Kenapa Dik Ramlan bisa ikut balapan motor?”

Ramlan : “Ya beginilah anak muda suster, biar dibilang gaul gitu loh”

Perawat Ana : “Nah, terus apakah orang tua Dik Ramlan mengetahui kalau Adik
sering ikut balapan?”

Ramlan : “Orang tua saya itu tidak peduli dengan saya”

Perawat Ana : (Diam dan mempertahankan kontak mata)

Ramlan : “Mereka itu sangat jarang di rumah suster, mereka sibuk sendiri
dengan pekerjaan mereka”

Perawat Ana : “Lalu?”

Ramlan : “Ya saya cari kesibukan juga dong, mendingan saya kumpul dengan
anak motor daripada saya dirumah sumpek sendiri”

Perawat Ana : “Jadi apakah Dik Ramlan sering ikut balapan karena orang tua Adik
jarang memperhatikan Adik?”

Ramlan : “Iya bisa dibilang begitu suster, Apalagi mereka itu galak, kerjaannya
ceramahi saya terus. Ya saya jadi kurang betah di rumah”
Perawat Ana : “Iya, saya mengerti apa yang Dik Ramlan rasakan. Kalau saya
perhatikan Adik dari tadi bisa tersenyum menjawab pertanyaan saya, tapi saya rasa
ada yang Adik pikirkan”

Ramlan : “Iya benar suster” (Menunduk)

Perawat Ana : “Apa yang adik pikirkan kalau begitu?”

Ramlan : “Ya tentang tadi itu suster, nanti kalau mereka datang pasti akan
marah-marah”

Perawat Ana : “Mengenai masalah itu, nanti saya akan bicarakan dengan orang tua
Adik ya, jadi tidak usah cemas dulu, sementara kita tunggu kedatangan dari orang tua
Dik Ramlan, tadi sudah dihubungi pihak rumah sakit”

Ramlan : “Iya suster”

Perawat Ana : “Nah berdasarkan apa yang Adik jelaskan tadi, saya bisa pahami
kalau masalah Dik Ramlan itu sebenarnya karena jarang berkomunikasi dan mendapat
perhatian dari orang tua, apakah benar seperti itu?”

Ramlan : “Benar sus” (Menunduk)

Perawat Ana : “Iya mungkin itu penyebab adik merasa kurang nyaman di rumah,
tetapi kalau saya boleh berikan pemahaman, yang perlu Dik Ramlan ingat adalah
orang tua Adik itu sibuk bekerja untuk mecukupi kebutuhan adik juga. Itu karena
mereka sayang dengan adik. Tapi nanti saya juga akan beritahukan kepada orang tua
adik agar memberikan sedikit waktu untuk memberikan perhatian ke adik ya. Nah
kalau boleh saya sarankan, adik lebih baik berhenti ikut balapan liar, karena seperti
yang adik rasakan sekarang gak enak kan rasanya?”

Ramlan : “Iya sus, saya menyesal” (Menunduk)

Perawat Ana : “Nah sebaiknya Dik Ramlan melakukan hal-hal yang positif
mumpung masih muda, seperti mengembangkan hobi yang adik miliki, bermain
musik, belajar yang giat, siapa tahu adik bisa berprestasi, tentunya akan
membanggakan orang tua dan secara otomatis mereka pasti akan lebih perhatian
dengan adik”

Ramlan : “Iya suster, saya akan coba untuk berubah”


Ilustrasi:

Saat Perawat Ana dan Ramlan sedang berbincang-bincang, kemudian akhirnya Ibu
Ramlan datang dan menemui Ramlan.

Ibu Ramlan : “Ya ampun anakku, kamu tidak apa-apa kan?” (Cemas)

Ramlan : (Mengangguk dan menunduk)

Perawat Ana : “Selamat malam Ibu. Saya perawat Ana. Kondisi anak ibu tidak
apa-apa, dia hanya mengalami luka lecet di tangan dan kaki saja, kalau boleh saya
tahu nama ibu siapa?”

Ibu Ramlan : “Syukurlah Ramlan tidak kenapa-kenapa, nama saya Susi sus. Le leee,
kamu itu kenapa toh lee..? Kok bisa seperti ini?”

Ramlan : (Diam dan menunduk)

Perawat : “Begini Ibu Susi, tadi saya sudah berbincang-bincang dengan Dik
Ramlan, adik ini ikut balapan motor dengan temannya dan akhirnya kecelakaan”

Ibu Ramlan : “Ya ampuun Ram, ibu kan sudah sering peringati jangan ikut balapan
lagi, untung saja kamu tidak terjadi apa-apa”

Ramlan : (Diam dan tertunduk)

Perawat Ana : “Begini Ibu susi, Adik Ramlan ini ikut balapan karena dia ingin
mencari perhatian dari lingkungannya, karena menurut dia di rumah dia tidak pernah
diperhatikan. Kalau boleh saya tahu bagaimana kebiasaan ibu dan keluarga di rumah
dengan Ramlan?”

Ibu Ramlan : “Saya di rumah dengan suami saya memang jarang bertemu lama
dengan Ramlan karena saya dan suami sibuk dengan pekerjaan, tapi sesekali saya
juga sering menegurnya kalau ada kelakuan dia yang menurut saya aneh. Tapi saya
sangat sayang dengan anak saya ini”

Perawat : “Iya saya mengerti dengan keadaan ibu. Anak usia remaja seperti
Ramlan ini terkadang perlu pengawasan yang lebih Bu Susi, karena mereka pada usia
ini sangat memerlukan pendampingan, karena jika dibiarkan tanpa pengawasan
takutnya anak salah memilih pergaulan”

Ibu Ramlan : “Iya suster, mulai sekarang mungkin saya akan lebih memberikan
waktu untuk memperhatikan Ramlan agar tidak terjadi hal seperti ini lagi”

Perawat Ana : “Iya bagus sekali komitmen Ibu Susi kalau begitu, nah akan lebih
baik lagi jika Ibu sering berkomunikasi dengan Ramlan bu”

Ibu Ramlan : “Komunikasi yang bagaimana ya sebaiknya suster?”

Perawat Ana : “Nah seperti ini ibu, pada usia remaja sebaiknya anak dianggap
seperti sahabat, artinya Ibu perlu melibatkan, mendengarkan dan menghargai
pendapat dia dan mengarahkan hal-hal yang kurang baik, seperti itu Ibu”

Ibu Ramlan : “Iya suster saya akan membiasakan hal seperti itu”

Ramlan : “Ibu Ramlan minta maaf ya selama ini banyak merepotkan ibu”

Ibu Ramlan : “Iya Ram, Ibu juga minta maaf sering tidak memperhatikan kamu”

Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan seperti itu seharusnya ya, harus berbakti kepada
orang tua. Bagaimana perasaann adik sekarang?”

Ramlan : “Terimakasih suster, sekarang saya sudah lega, akhirnya hal yang
saya tidak bisa sampaikan sekarang sudah diketahui ibu saya langsung”

Perawat Ana : “Iya, selanjutnya adik bisa lebih terbuka lagi dengan orang tua ya”

Ramlan : “Iya sus”

Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan masih ingat tentang pesan saya tadi?”

Ramlan : “Tentu sus, saya harus lebih terbuka dengan orang tua dan melakukan
hal yang positif dan harus bisa berprestasi”

Perawat Ana : “Iya bagus sekali, nah kalau Ibu Susi bagaimana?”

Ibu Ramlan : “Iya sus, saya dan suami akan lebih meluangkan waktu dan
membangun komunikasi yang baik dengan Ramlan”
Perawat Ana : “Iya seperti itu ya bu. Nah adik sementara bisa istirahat dulu sekarang,
nanti adik dipindahkan ke ruangan agar diberi perawatan hingga sembuh ya. Nah
untuk Ibu Susi nanti bisa ikut saya sebentar untuk mengurus administrasi ya bu”

Ramlan & : “Iya suster Ana”

Ibunya

Perawat Ana : “Nah Dik Ramlan sekarang saya akan ke ruangan perawat dulu
bersama Ibu adik ya, nanti kalau sudah selesai saya akan kembali dan mengantar adik
ke ruangan ya”

Ramlan : “Iya, terimakasih banyak bantuannya ya suster”

Perawat Ana : “Iya sama-sama Dik Ramlan, Saya pamit ya, mari Ibu Susi ikut saya
sebentar”

Ilustrasi:

Perawat dan ibunya Ramlan kemudian menuju ruangan perawat untuk menyelesaikan
administrasi

Anda mungkin juga menyukai